Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan oleh Darul Ihsan Abu Hasan Orang yang
melakukan pelanggaran ketentuan atau peraturan yang telah
ditetapkan ketika menunaikan ibadah haji atau umrah, maka
kepadanya

dikenakan

kafarat

atau

denda

atau

tebusan.

Pelanggaran itu misalnya melakukan larangan-larangan ihram


atau tidak dapat menyempurnakan wajib haji seperti mabit di
Mina

atau

Muzdalifah.

Para

Ulama

telah

sepakat

bahwa

seseorang yang menunaikan ibadah haji akan dikenakan kafarat


dalam hal ini dam , apabila melakukan beberapa hal sebagai
berikut: melakukan haji qiran atau tamattu, tidak ihram dari
miqat, tidak mabt pertama di Muzdalifah, tidak mabt kedua di
Mina, tidak melontar jumrah, dan tidak melakukan tawaf wada.
Ketentuan membayar denda atau kafarat dalam haji ini
ditentukan dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 196 yang
berbunyi:



















.


Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena
Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena
sakit), maka (sembelihlah) kurban yang mudah didapat, dan
jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau
ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah
atasnya membayar fidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkurban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa
yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji,

(wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat. Tetapi


jika ia tidak menemukan (binatang kurban atau tidak mampu,
maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari
(lagi) apabila ia telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi
orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil
Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Makkah). Dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat
keras siksaan-Nya.
Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami ada beberapa
ketentuan

dalam

ibadah

haji

yang

apabila

seseorang

melanggarnya atau melakukannya dengan tidak sempurna maka


wajib membayar kafarat seperti orang yang terhalang oleh
musuh, orang sakit atau ada gangguan di kepalanya maka harus
membayar kafarat dalam hal ini dam. Pembahasan tentang
kafarat dalam ibadah haji ini juga akan dibahas pada sub judul
ibadah-ibadah yang dapat diganti dengan membayar kafarat.
B. Makna kemabruran ibadah haji dari berbagai dimensi oleh:
Prof. Dr HM. Ali Mansyur, SH, CN, M.Hum.
1) Makna Historis;
Melalui haji, umat Islam dapat menyaksikan secara langsung
tempat-tempat suci dan bersejarah yang merupakan saksi abadi
perjalanan hidup dan perjuangan Habibullah Muhammad saw dan
Khalilullah Ibrahim As.
Ketika berada di Makah, utamanya seputar Kabah dapat
membayangkan bagaimana Muhammad kecil yang yatim piatu,
masa remaja & pemuda yang bijak dapat memadamkan api
perselisihan yang dapat menyulut peperangan antar suku,
karena berebut meletakkan Hajar Aswad di tempatnya.
Mendakwahkan Islam
dicemooh,

dilawan

oleh

dalam situasi yang sulit, ditolak,


paman-pamannya

sendiri,

bahkan

hendak dibunuh. Lalu Nabi hijrah ke Madinah dan mencapai

puncak kejayaan, untuk kemudian kembali ke Makkah untuk


beberapa tahun kemudian, dan orang-orang Makkah yang dulu
menyakiti Nabi berada dalam ketakut,an jangan-jangan Nabi
Muhammad akan membalas, seandainyabetul habislah orangorang Makkah.
Namun justru Nabi mengumumkan : Al Yaum Yaumul Marhamah
(Hari ini hari kasihn saying), siapa yang hari ini masuk Masjidil
Haram, maka ia akan aman dan dilindungi. Ungkapan ini
mengandung makna bagi para haji dan hajjah, muslim muslimat
bahwa

bangkitnya solidaritas umat Islam harus dimulai dari

masjid. Orang yang masuk masjid dijamin oleh Allah, kehidupan


tanpa

pertentangan

dan

perselisihan.

Kehidupannya

akan

diberikan prototype bagaimana Ibrahim As dan Muhammad saw


menjadi

cermin

kehidupan

karena

keteguhan

iman

dan

kepasrahannya kepada Allah tanpa reserve. Firman Allah yang


berbunyi :
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al Ahzab/33 : 21)
2) Makna Filosofis;
Makna filosofis dapat termanifestasikan dalam makna simbolis
aktivitas ritual prosesi haji, diantaranya :
Niat : Ibadah haji niantnya hanya karena Allah swt, bukan
karena yang lain. Semoga pasca haji menjadi haji yang mabrur,
senantiasa menjaga niat. Dampaknya semua amal perbuatan,
berfikir, dan gerak geriknya semata-mata karena Allah swt.
Firman Allah :
Artinya

: Padanya

terdapat tanda-tanda

yang nyata, (di

antaranya) Maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah


itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup

mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari


(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran/3 : 97)
Ihram : Pakaian ihram menggambarkan bagaimana manusia
tidak

berbangga-bangga

dengan

segala

macam

atribut

keduniaan, seperti : pangkat, harta, gelar yang itu semua


menjadi topeng dari penampilan kita yang sesungguhnya.
Namun bagaimana menjadi manusia yang taat, patuh, dan
memakai

atribut

ketakwaan

dengan

sepenuh

hati

(ihram

lambang kemuliaan).

Wukuf

artinya

berhenti

di

Arafah,

agar

mereka

memahami/mengerti dan merenung, mengevaluasi diri siapa diri


kita ? saya hidup, siapa yang menghidupkan ? untuk apa hidup ?
ke mana arah dalam hidup ini ? mengapa ada orang yang mati ?
ada apa dengan orang yang telah mati ?. Semua pertanyaan itu
jawabnya adalah : Allah. Lantas sudahkah kita aktualisasikan
nilai wukuf ini dalam kehidupan sehari-hari ?.
Thawaf : artinya mengelilingi Kabah senamual 7x, ini
bermakna bahwa hidup ini adalah pantarei (berputar) bagaikan
roda, kadang di atas, kadang di bawah. Dalam hal ini umat Islam
harus siap dengan realitas kehidupan yang variatif.
Sai : artinya berusaha. Firman Allah yang berbunyi :
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran/3 : 190)
Perjalanan prosesi haji dari Shafa-Marwa 7x, ini mengandung
maksud agar umat Islam mempunyai semangat hidup dengan
semangat beribadah, semangat bekerja, semangat beramal,
bukan pemalas, pemboros, bukan berpangku tangan dan tidak
boleh menyerah kepada keadaan. Semangat sai adalah menjadi
muslim yang terbaik. Firman Allah :

Artinya : Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.


(QS. Al Lail/92 : 4)
Tahallul : artinya menghalalkan yang haram dalam berihram
yang ditandai dengan memotong rambut menjadi simbol :
kebersihan, termasuk perilaku hidup yang jauh dari keji, mungkar
dan haram serta maksiyat.
3) Makna Sosiologis;
Orang yang haji secara sosiologis akan nampak kemabruran
dalam pandangan sosial apabila adanya perubahan sikap,
mental, dan perilaku sehingga pasca haji lebih baik daripada
sebelum haji (saleh sosial). Rasulullah bersabda : Al Hajjul
Mabruru laisa lahu jazaaun illal jannah (Haji yang Mabrur tidak
ada balasannya kecuali surga).
Dr. Zaid bin Muhammad Al Rumany dalam bukunya Al Hajju wal
Hujjaj

Amwaj

wa

Atsbajmenyatakan

seseorang

yang

haji

kembali dari tanah haram, dia akan memulai hidupnya dengan


lembaran baru, menapak jalan yang kokoh dalam beribadah,
dalam pergaulan dan dalam berakhlak.
Semestinya sepulang haji, setiap tahun jutawan orang di dunia
ini menjadi lebih baik perangai sosial, akhlak dan moralitasnya.
Namun kenyataannya di lapangan berkata lain, kita patut
prihatin, harapan sebagaimana di ungkapkan di depan belum
terwujud sepenuhnya. Melalui 3 (tiga) makna, yakni : historis,
filosofis,

dan

sosiologis

semoga

pelaksanaan

ibadah

haji

sebagaimana harapan dan tujuan menjadi haji yang mabrur


betul- betul termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Larangan ihram yang seandainya dilakukan oleh orang yang
berhaji atau berumroh, maka wajib baginya menunaikan fidyah,
puasa, atau memberi makan. Yang dilarang bagi orang yang
berihram adalah sebagai berikut:

1. Mencukur rambut dari seluruh badan (seperti rambut kepala, bulu


ketiak, bulu kemaluan, kumis dan jenggot).
2. Menggunting kuku.
3. Menutup kepala dan menutup wajah bagi perempuan kecuali jika
lewat laki-laki yang bukan mahrom di hadapannya.
4. Mengenakan pakaian berjahit yang menampakkan bentuk lekuk
tubuh bagi laki-laki seperti baju, celana dan sepatu.
5. Menggunakan harum-haruman.
6. Memburu hewan darat yang halal dimakan. Yang tidak termasuk
dalam larangan adalah: (1) hewan ternak (seperti kambing, sapi,
unta, dan ayam), (2) hasil tangkapan di air, (3) hewan yang
haram dimakan (seperti hewan buas, hewan yang bertaring dan
burung yang bercakar), (4) hewan yang diperintahkan untuk
dibunuh (seperti kalajengking, tikus dan anjing), (5) hewan yang
mengamuk (Shahih Fiqh Sunnah, 2: 210-211)
7. Melakukan khitbah dan akad nikah.
8. Jima (hubungan intim). Jika dilakukan sebelum tahallul awwal
(sebelum melempar jumroh Aqobah), maka ibadah hajinya batal.
Hanya saja ibadah tersebut wajib disempurnakan dan pelakunya
wajib menyembelih seekor unta untuk dibagikan kepada orang
miskin di tanah suci. Apabila tidak mampu, maka ia wajib
berpuasa selama sepuluh hari, tiga hari pada masa haji dan tujuh
hari ketika telah kembali ke negerinya. Jika dilakukan setelah
tahallul awwal, maka ibadah hajinya tidak batal. Hanya saja ia
wajib keluar ke tanah halal dan berihram kembali lalu melakukan
thowaf ifadhoh lagi karena ia telah membatalkan ihramnya dan
wajib memperbaharuinya. Dan

ia wajib menyembelih seekor

kambing.
9. Mencumbu istri di selain kemaluan. Jika keluar mani, maka wajib
menyembelih seekor unta. Jika tidak keluar mani, maka wajib
menyembelih seekor kambing. Hajinya tidaklah batal dalam dua
keadaan tersebut (Taisirul Fiqh, 358-359).

Tiga keadaan seseorang melakukan larangan ihram


1. Dalam keadaan lupa, tidak tahu, atau dipaksa, maka tidak ada
dosa dan tidak ada fidyah.
2. Jika melakukannya dengan sengaja, namun karena ada uzur dan
kebutuhan

mendesak,

maka

ia

dikenakan

fidyah.

Seperti

terpaksa ingin mencukur rambut (baik rambut kepala atau


ketiaknya), atau ingin mengenakan pakaian berjahit karena
mungkin ada penyakit dan faktor pendorong lainnya.
3. Jika melakukannya dengan sengaja dan tanpa adanya uzur atau
tidak ada kebutuhan mendesak, maka ia dikenakan fidyah
ditambah dan terkena dosa sehingga wajib bertaubat dengan
taubat yang nashuhah (tulus).
Pembagian larangan ihram berdasarkan hukum fidyah yang
dikenakan
1. Yang tidak ada fidyah, yaitu akad nikah.
2. Fidyah dengan seekor unta, yaitu jima (hubungan intim)
sebelum tahallul awwal, ditambah ibadah hajinya tidak sah.
3. Fidyah jaza atau yang semisalnya, yaitu ketika berburu hewan
darat. Caranya adalah ia menyembelih hewan yang semisal, lalu
ia memberi makan kepada orang miskin di tanah haram. Atau
bisa pula ia membeli makanan (dengan harga semisal hewan
tadi), lalu ia memberi makan setiap orang miskin dengan satu
mud, atau ia berpuasa selama beberapa hari sesuai dengan
jumlah mud makanan yang harus ia beli.
4. Selain tiga larangan di atas, maka fidyahnya adalah memilih: [1]
berpuasa tiga hari, [2] memberi makan kepada 6 orang miskin,
setiap orang miskin diberi 1 mud dari burr (gandum) atau beras,
[3] menyembelih seekor kambing. (Al Hajj Al Muyassar, 68-71)

D. kitab Muhammad Insan Kamil ini, memaparkan 13 keutamaan


seorang yang haji. yakni :
1.

Haji dapat melebur dosa sebelumnya

2.

Seseorang yang haji tergolong orang yang sedang jihad /


berjuang

3.

Seorang yang haji masuk kategori salah satu diantara tiga


orang pilihan Allah swt.

4.

Doa orang haji mudah dikabulkan

5.

Bekal haji, sama dengan menafkahkan hartanya dijalan


Allah swt.

6.

Sedekah orang yang haji, dilipat gandakan ribuan kalilipat

7.

Biaya yang digunakan untuk haji, akan digantikan dengan


yang lebih baik

8.

Orang yang haji, akan mendapat pertolongan Allah swt.

9.

Orang

haji,

termasuk

diantara

orang

yang

diizinkan

memberikan Syafa'at
10.

Orang yang haji, dosanya diampuni

11.

Dosa orang yang haji dan orang yang dimintakan ampunan

olehnya, akan dikabulkan dan diampuni Allah swt.


12.

Allah swt. membanggakan orang yang haji kepada para

malaikat
13.

Orang haji [Haji mabrur], dicatat sebagai calon penduduk

surga

Anda mungkin juga menyukai