Makalah Tumbuh Kembang Usia Pra Sekolah
Makalah Tumbuh Kembang Usia Pra Sekolah
Disusun oleh :
Sendy Ayu Jannah
G1H014023
Noor cherinawati
G1H0140
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berbicara mengenai anak (yang termasuk bayi dan balita) tidak dapat dilepaskan
dari tumbuh kembang anak. Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang
berkesinambungan mulai dari lahir sampai dewasa. Ini berarti bahwa tumbuh
kembang anak merupakan sesuatu tahapan proses yang harus dilalui oleh setiap anak.
Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal, sesuai dengan
anak lain seusianya dan sesuai dengan parameter baku perkembangan anak.
psikologi perkembangan usia pre school,anak. Seorang ahli psikologi,
Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa
keemasan (the golden age). Karenanya di usia ini anak mengalami banyak perubahan
baik fisik dan mental, dengan berbagai karakteristik.
1.2 Rumusan masalah
1.
2.
3.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Tumbuh Kembang Anak pra sekolah
A.
Pengertian
(Anik Maryunani. 2010)
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan ukuran sel secara
kuantitatif, dimana sel-sel tersebut mensintesis protein baru yang nantinya akan
menunjukkan pertambahan seperti umur, tinggi badan, berat badan dan pertumbuhan
gigi.
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan keahlian (kualitas) dan
merupakan aspek tingkah laku pertumbuhan. Contohnya : Kemampuan berjalan,
berbicara dan berlari.
(Marni dan Kukuh Rahardjo.2012)
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
aiing berkatan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu petumbuuh dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah
atau dimensi pada tingkat sel, organ mauun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat
(gram, kilogram), satuan panjang (cm,m), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium, dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (devolepment)adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan meyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998;
Tanuwijaya, 2003).
B.
Tahun ketiga
Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga
dengan kaki bergantian, dan turun dengan dua kaki untuk melangkah, melompat
panjang. Anak mampu menyusun balok menara 9-10 kotak, membangun jembatan
dengan 3 kotak, mampu memasukkan biji-bijian kedalam kotak berleher sempit
dengan benar dan dalam menggambar anak dapat meniru lingkaran dana silangan
serta menyebutkannya.
Tahun keempat
Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki, menangkap bola
dengan tepat, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian, anak sudah mampu
menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis, dapat
memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya .
Tahun kelima
Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan
meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik.
Anak sudah mampu menggunakan gunting dan alat sederhana seperti pensil dengan
sangat baik, mampu mengikat tali sepatu, anak juga sudah mampu mencetak beberapa
huruf, angka atau kata seperti nama panggilan.
C.
2. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang
perhatian meningkat, mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun keempat anak
sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan
verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, masih mempunyai banyak rasa
takut. Pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang,
mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan
aturan, bersikap lebih baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi
kadang curang.
3. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berfikir
dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang
ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun
keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu
menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai
berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai
batasan
bukan
karena
memahami
hal
benar
atau
salah.
Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain
dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang
faktual dunia.
D. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa
vital dan masa estetik.
1.
Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama
dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai
sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya,
tidaklah karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu itu
mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock,
1999).
Pada tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai
belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat
dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan
terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar
mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongan yang datang dari dalam
dirinya (umpamanya buang air kecil dan air besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
2.
Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata
estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama
adalah fungsi panca inderanya. Pada masa ini, panca indera masih peka karena itu
Montessori menciptakan bermacam macam alat permainan untuk melatih panca
inderanya (Yusuf, 2001: 69).
Pertumbuhan Fisik
Penampilan maupun gerak gerik anak usia prasekolah mudah dibedakan dengan
anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a.
Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol
terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b.
c.
Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari
dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan
kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu.
d.
e.
Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak (soft)
Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat
pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat
bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya.
Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu
menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti
berlari, memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan
sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak dalam
khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai benda
hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai ditinggalkan.
Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau
membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal
itu benar. Ia ingin bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak
sudah mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam
melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut
meyakininya. Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai
membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang.
Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan
membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan
yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi
kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
Perkembangan Emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi. Semakin
matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk anak usia
prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan mengajari anak
mengungkapkan emosinya. Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif,
yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat
mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan
ucapan, semisal, Itu mainan saya. Ayo kembalikan!, atau dengan mengambil
kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari
penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa
anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita
karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan
langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya
keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang
tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia
prasekolah. (Santi Hartono, 2010).
2.
menggambar.
3.
Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain
ke tetangga
5. Aplikasi permainan anak untuk edukasi untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak usia pra sekolah.
E. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
1.
Faktor Herediter/Genetik
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis
kelamin (Marlow, 1998dalam suprtini, 2004). Anak laki-laki setelah lahir cenderung
lebih besar dn tingi daripada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah
mengalami pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memeiliki tubuh yang lebih pendek dari
pada orang eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam. (Marni dan Kukuh
Raharjo.)
Faktor genetika atau herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh-kembang anak. Yang termasuk faktor
genetik antara lain:
Faktor bawaan yang normal atau patologis, seperti kelainan kromosom (Sindrom
Down), kelainan Kranio-fasial (celah bibir)
Jenis kelamin:
a)
Pada umur tertentu laki-laki dan perempuan sangat berbeda dalam ukuran
b)
Keluarga : banyak dijumpai dalam satu keluarga ada yang tinggi dan ada
yang pendek.
Ras :
a)
Bangsa : Bangsa Asaia cenderung bertubuh pendek dan kecil, sementara itu
bangsa Amerika cenderung tinggi dan besar.
Umur : Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa
bayi dan masa adolesensi (remaja). (Anik Maryunani. 2010)
2.
Faktor Eksternal
a.
Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat
menggangupertumbuhan dan pekembangan janin antar lain gangguan nutrisi karena
ibu kurang mendapat asupun gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu (diabetes
militus), ibu yang mendapat terapi sitostatika atau mengaami infeksi rubela,
toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingngan yang lain adalah radiasi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada organn otak janin.
b.
Lingkungan pos-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perembangan setelah bayi
lahir adalah :
1.
Nutrisi
Nutrisi
adalah
salah
atau
komonen
yang
penting
dalam
menunjang
Budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka dalam
mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hisup sehat. Pola perilaku
ibu hamil diengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan untuk makan
makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibuthkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan di dukun bernak dari pada d
tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di lingkungn atau berdasrkan
lingkungan budaya mayarakat setempat.
3.
kebutuhan gizi akan tercukupi dengan dengan baik dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikiain dengan
status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih menerima
arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan perkembangan anak,
penggunana fasilias kesehatan dan lain-lain dbandingkan dengan keluarga dengan
latar belakang pendidikan rendah.
4.
mendapatkan makanan, timbul penyakit menular, dan penyakit kulit yang dapat
menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang tingga di daerah endemik misalnya
endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca wabah demam berdarah akan
meningkat.
5.
bungsu akan mempengaruhi pola perkembangan anak tersebut di asuh dan dididik
dalam keluarga.
7.
Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalam kondisi sehat dan sejahtera
maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah dibandingkan
dengan anak dalam kondisi sakit.
8.
Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
pertumbuhan
sel
interstisial
dari
tetis
untuk
memproduksi
Faktor Internal
(Anik Maryunani. 2010)
Disamping faktor genetik dan lingkungan, faktor internal dalam diri anak berikut ini
juga dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, yaitu :
Kecerdasan (IQ)
a)
Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan
b)
Anak dengan kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai prestasi yang
cemerlang walaupun telah diberikan stimulus yang tinggi
c)
Anak dengan kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan untuk
berprestasi secara cemerlang.
Pengaruh hormonal
Terdapat tiga hormon utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu :
a)
Hormon Somatotropin (Growth Hormon)
Atau hormon pertumbuhan, merupakan hormon yang berpengaruh pada pertumbuhan
tinggi badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel, kartilago dan skeletal.
Kelebihan hormon ini dapat menyebabkan gigantisme (pertumbuhan yang besar ),
sementara itu kekurangan hormon ini menyebabkan dwarftisme (kerdil).
b)
Hormon Tiroid,
Dimana hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak, karena
mempunyai fungsi menstimulasi metabolisme fungsi tubuh, yaitu metabolisme
protein, karbohidrat dan lemak. Kekurangan hormon ini (disebut hipotiroidisme)
dapat menyebabkan retardasi fisik dan mental bila berlangsung terlalu lama.
Sebaliknya, kelebihan hormon ini (disebut hipertiroidisme) dapat mengakibatkan
gangguan pada kardiovaskular , metabolisme, otak, mata, seksual dan lain-lain.
c)
Hormon Gonadotropin (hormon Seks)
Dimana hormon ini terutama mempunyai peranan penting dalam fertilisasi dan
reproduksi. Hormon ini menstimulisasi pertumbuhan interstisial dari tertis untuk
memproduksi testostron dan ovarium untuk memproduksi ovum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan
mulai dari lahir sampai dewasa. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh
kembang yang optimal sesuai dengan parameter baku perkembangan anak.
2. Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia pra sekolah di pengaruhi
oleh 3 Aspek yaitu Aspek Bahasa, Aspek Sosial dan Aspek Kognitif.
3. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu
masa vital(Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya.) dan masa estetik (Pada masa ini
dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik disini
dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah
fungsi panca inderanya.).
4. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan
eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Boediman, Dradjat. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta : CV. Sangung Seto.
Delima, Rosa, Nevi Kurnia Arianti, and Brasmati Pramudyawardani. "Identifikasi
Kebutuhan Pengguna Untuk Aplikasi Permainan Edukasi Bagi Anak Usia 4 sampai 6
Tahun." Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi 1.1 (2015).
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta. Trans Info
Media.
Marni dan Kukuh rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
sekolah. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Purwitasari, Desi. Dwi Maryanti. 2009. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi
Yogyakarta : Nuha medika