Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita,
uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga
penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa
yang menyerupai alat penyiram bunga.
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih,
mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin
keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak
komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.
Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia
tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra pada
wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra dapat
menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal tersebut
jarang terjadi.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini:

Memahami anatomi testis, serta definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, manifestasi


klinik, patofisiologi, pemeriksaan fisik, diagnosis, diagnosis banding,

pemeriksaan

penunjang, penatalaksanaan, dan prognosis dari osteonekrosis.

Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah PSPD Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti Jakarta di Departemen Bedah RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten
Tegal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI URETRA

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli
sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi
menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi
meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra lakilaki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan
wanita 9 mm. Panjang uretra wanita kurang lebih 3 5 cm, sedangkan uretra pria dewasa
kurang lebih 23 25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan
pengeluaran urin lebih sering terjadi pada pria.

Gambar 1 : Anatomi uretra


1. Uretra bagian anterior
2

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari
meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra
anterior terdiri dari :
1. Pars bulbosa
2. Pars pendularis
3. Fossa navikulare
4. Meatus uretra eksterna
Di dalam lumen uretra anterior terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam
proses reproduksi, yaitu kelenjar cowperi berada di dalam diafragma urogenitalis, dan
bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar littre yaitu kelenjar parauretralis yang
bermuara di uretra pars pendularis.
. Uretra anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga
kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah.

2. Uretra bagian posterior


Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar
prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang
memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian
ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat
menahan kemih dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah
dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra
membranasea.

B. DEFINISI
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra yang disebabkan fibrosis pada dindingnya.
C. EPIDEMIOLOGI

Kejadian striktur uretra telah didokumentasikan sejak 600 SM. Menurut pendapat
ahli, pada abad ke 19 sekitar 15 20% dewasa pernah mengalami striktur. Pada abad ke 21
ini diperkirakan di Inggris 16.000 pria dirawat karena striktur uretra dan lebih dari 12.000
dari mereka memerlukan operasi. Estimasi prevalensi di Inggris sendiri adalah 10/100.000
pada masa dewasa awal dan meningkat 20/100.000 pada umur 55 tahun sedangkan pada usia
65 tahun menjadi 40/100.000. Hal yang sama dilaporkan di Amerika Serikat.
Sebuah studi di Nigeria melaporkan pola striktur uretra. Dalam studi ini menyebutkan
delapan puluh empat pasien (83 laki-laki dan 1 perempuan) dengan striktur uretra dilihat
dalam sebuah periode dengan usia rata-rata 43,1 tahun. Trauma bertanggung jawab untuk 60
(72,3%) kasus, dengan kecelakaan lalu lintas sebanyak 29 orang (34,9%), dengan trauma
iatrogenik sebesar 17 (20,5%) dari semua kasus striktur uretra. Pemasangan kateter uretra
bertanggung jawab pada 13 pasien (76,5%) dari kasus iatrogenik. Uretritis purulen
bertanggung jawab untuk 22 (26,5%) kasus. Lima puluh (60,2%) kasus terletak di uretra
anterior sedangkan dua puluh tiga (39,8%) berada di posterior. Lima puluh tujuh pasien
dilakukan urethroplasty dengan kekambuhan 14% dan 8 pasien mengalami dilatasi uretra
dengan kekambuhan 50% pada 1 tahun.
D. ETIOLOGI (2,4)
Striktur uretra dapat terjadi pada:
1. Kelainan Kongenital,misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior
2. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia
3. Trauma
Fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea, trauma tumpul
pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat
terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga
jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda pria, trauma langsung pada penis,
instrumentasi transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan
kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah.

gambar 2: lokasi yang potensial terkena trauma saat pemasangan kateter


4.

Post operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,
seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.

5.

Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti
infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non
gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang
sudah jarang akibat pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars
membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang
merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.

Tabel 1 : penyebab striktur berdasarkan lokasi

E. PATOFISIOLOGI(3,4)
5

Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa
pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri
dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan
berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Epitel kolumnar ini adalah epitel
yang rapuh, dan cenderung untuk robek saat terjadi distensi. Robekan tersebut akan membuat
lubang di epitel dan menyebabkan ekstravasasi urine saat berkemih yang akan memicu untuk
terbentuknya fibrosis subepitel. Pada penampakan mikroskopis tempat terjadinya robekan ini
akan menyatu dalam periode tahun untuk membentuk plak makroskopik.
Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehingga
terjadi striktur uretra.

Gambar 4 : A: lipatan mukosa/ mucosal fold,


B : kontriksi iris/ iris contriction
C : fibrosis minimal
D: spongiofibrosis
Gambar 3 : proses patologi striktur
uretra(5)

E: inflamasi dan fibrosis pada corpus spongiosum


F: striktur dengan komplikasi fistel. Dapat terbentuk abses.

Pada striktur uretra kandung


kencing harus berkontraksi lebih kuat, sesuai dengan hukum starling, dan apabila otot diberi
beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah. Jadi
pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal dan akan terjadi trabekulasi pada
fase compensasi, setelah itu pada fase decompensasi timbul sirkulasi dan vertikel menonjol di
luar buli-buli. Dengan demikian divertikel buli-buli adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli
6

tanpa dinding otot. Residu urine Pada fase compensasi dimana otot buli-buli berkontraksi
makin kuat timbul residu. Pada fase dekompensasi akan timbul residu, residu adalah keadaan
dimana setelah kencing masihada urine dalam kandung kencing dalam keadaan normal residu
ini tidak ada. Refluks vesiku uretra Dalam keadaan normal pada saat b.a.k urine dikeluarkan
buli-buli melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesikel yang
meninggi maka akan terjadi refluks yaitu urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter
bahkan sampai ke ginjal. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal Dalam keadaan normal bulibuli dalam keadaan stent. Salah satu cor tubuh mempertahankan buli-buli dengan perlu setiap
saat mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan
timbul residu, akibatnya maka buli-buli gampang terkena infeksi. Adanya kuman yang

Di dapat
berkembang biak di buli-buli akan timbul refluks, maka timbul
pyelonefritis akut maupun
Infeksi
kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.
Inflitrat urine, abces dan
Spasmus
fistulla Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika
yang makaotot
timbul inhibisi urine

Tekanan dari luar tumor


Anomali saluran kemih yang lain
Cedera peregangan
atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat urine akan
Uretris Gonorhea
Kongenital
keluar buli-buli
atau uretra proximal dari striktur urine yang terinfeksi keluar dari buli-buli

timbul meninggi abces, abces pecah pistel disuprapubis atau uretra proximal dari striktur.

Jaringan parut

penyempitan lumen uretra

Kekuatan pancaranmelemah&jumlah urin berkurang


Total tersumbat

Obstruksi saluran kemih yg bermuara keVesikaUrinaria


refluks urin
Peningkatan tekanan vesika urinaria

Hidroureter
Penebalan dinding VU
Gg. rs nyaman:nyeri

hidronefrosis
Penurunan kontraksi otot VU
pyelonefritis

kesulitan
7 berkemih
Resiko infeksi

Retensi urin

Gagal ginjal

F. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang
dikenal dengan spongiofibrosis.(4)

gambar 5 : derajat penyempitan striktur

G. GEJALA KLINIS
Adanya obstruksi saluran kemih bawah akan memberikan sekumpulan gejala yang
populer diistilahkan sebagai LUTS (lower urinary tract symptoms). Patofisiologi LUTS
didasarkan atas 2 kelompok gejala, yaitu :
1. Voiding symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat kegagalan buli untuk
mengeluarkan sebagian atau seluruh isi kandung kemih, antara lain: weakness of
stream (pancaran kencing melemah), abdominal straining (mengejan), hesitancy
(menunggu saat akan kencing), intermittency (kencing terputus-putus), disuria (nyeri
saat kencing), incomplete emptying (kencing tidak tuntas), terminal dribble ( kencing
menetes).
2. Storage symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat gangguan pengisian
kandung kemih, bias karena iritasi atau karena perubahan kapasitas kandung kemih,
9

antara lain : frekuensi, urgensi, nocturia, incontinensia (paradoxal), nyeri


suprasimfisis.
3. Miction post symptom; yaitu gejala yang muncul pasca miksi, antara lain tidak
lampias, terminal dribbling, inkontinensia paradoks
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan bercabang.
Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, inkontinensia,
urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat, abses dan
fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.

H. PEMERIKSAAN(1,2,4)
1. Pemeriksaan Fisik
A. Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab
striktur uretra.
B. Pemeriksaan fisik dan lokal:
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra,
infiltrat, abses atau fistula.
2. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
-

Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

B. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.
Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi.
Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25
ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada
obstruksi.
10

C. Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan
dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang
striktur adalah dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara
memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari
uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga penting
untuk perencanaan terapi atau operasi.

D.

Instrumentasi
Pada

pasien dengan

striktur

uretra

dilakukan

percobaan

dengan

memasukkan

kateter Foley
apabila

ada

ukuran 24 ch,
Gambar 6

: Hasil pemeriksaan urethrogram. Tampak adanya striktur

pada uretra bulbar sepanjang 4 cm

hambatan

dicoba dengan kateter dengan ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke bulibuli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya
penyempitan lumen uretra.
E. Uretroskopi
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan
adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong
jaringan fibrotik dengan memakai pisau sachse.

I. DIAGNOSIS

11

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti
striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta
derajat penyempitan dari lumen uretra.
J. DIAGNOSIS BANDING(1)
1. Benign Prostat Hipertrofi (BPH)
Pada pasien yang mengalami BPH biasanya memiliki gejala yang mirip
dengan striktur uretra yaitu : penderita harus mengejan saat berkemih, miksi yang
terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi yang menjadi lemah, dan perasaan
tidak puas sehabis berkemih. Selain itu pada pasien BPH bisa juga disertai gejala
iritasi seperti frekuensi miksi yang meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan dan
disuria. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan pembesaran prostat, pendataran
sulcus mediana dan pool atas sulit diraba.
2. Carcinoma prostat
Carcinoma Prostat pada tahap awal biasanya tidak ditemukan gejala yang
khas. Karena pada stadium permulaan karsinoma prostat biasanya tidak memberikan
gejala tau tanda klinis, kebanyakan penderita baru datangpada stadium lanjut dengan
keluhan obstruktsi atau tanda metastasis ke tulang atau organ lain. Pada pemeriksaan
colok dubur, biasanya ditemukan kelainan konsistensi yaitu prostat yang keras, nodul,
dan asimetri. Sedangkan diagnosa pasti untuk carcinoma prostat adalah dengan
pemeriksaan patologi anatomi
K. PENATALAKSANAAN(2,4)
Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun. Pasien yang
datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan
urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika. Pengobatan
striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta
derajat penyempitan lumen uretra.
Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:
1. Bougie (Dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya
glukosa dan protein dalam urin.
12

Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang
ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam,
mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis
mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak.
Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan
antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan
cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam
uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk
mengisolasi penis.
Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie
filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain
sampai bougie dapat melewati striktur tersebut (Gbr.7A-D). Kemudian lanjutkan dengan
dilatasi menggunakan bougie lurus (Gbr.7E).
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus
ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.
Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat
kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat
mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan dengan pembentukan jalan yang salah
(false passage). Perkecil kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic
dengan tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.

13

Gambar 7: Dilatasi uretra dengan Bougie.Dilatasi uretra pada pasien pria. Melakukan
dilatasi pada striktur tidak teratur dengan menggunakan bougie filiformis (A,B), begitu
bougie filiformis berjalan melewati striktur (C,D), dilatasi progresif dapat dimulai (E)

Gambar 8: Dilatasi uretra pada pasien pria (lanjutan). Bougie lurus dan bougie
bengkok (F); dilatasi strikur anterior dengan sebuah bougie lurus (G); dilatasi dengan
sebuah bougie bengkok (H-J).

2.

Uretrotomi interna
14

Teknik bedah dengan derajat invasive minim, dimana dilakukan tindakan insisi pada
jaringan radang untuk membuka striktur. Insisi menggunakan pisau otis atau sasche. Otis
dikerjakan jika belum terjadi striktur total, sedangkan pada striktur lebih berat pemotongan
dikerjakan secara visual menggunakan kamera fiberoptik dengan pisau sasche.
Tujuan uretrotomi interna adalah membuat jaringan epitel uretra yang tumbuh kembali
di tempat yang sbelumnya terdapat jaringan parut. Jika tejadi proses epitelisasi sebelum
kontraksi luka menyempitkan lumen, uretrotomi interna dikatakan berhasil. Namun jika
kontraksi luka lebih dulu terjadi dari epitelisasi jaringan, maka striktur akan muncul kembali.
Angka kesuksesan jangka pendek terapi ini cukup tinggi, namun dalam 5 tahun angka
kekambuhannya mencapai 80%.(7)
Selain timbulnya striktur baru, komplikasi uretrotomi interna adalah pendarahan yang
berkaitan dengan ereksi, sesaat setelah prosedur dikerjakan, sepsis, inkontinensia urine, dan
disfungsi ereksi.(8)
Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari
pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan
striktur uretra.
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra
anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm
serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien
dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali
selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup.
Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urin yang langsung dilihat oleh dokter,
atau dengan rekaman uroflometri, bila pancaran urinnya <10 ml/det dilakukan bouginasi.
Untuk mencegah timbulnya kekambuhan, sering kali pasien harus menjalani beberapa
tindakan, antara lain :
a. Dilatasi berkala dengan busi
b. Kateterisasi bersih mandiri berkala ( KBMB ) atau CIC ( clean intermitten
catetherization ) yaitu pasien dianjurkan untuk melakukan kateterisasi secara periodik
pada waktu tertentu dengan kateter yang bersih ( tidak perlu steril ) guna mencegah
timbulnya kekambuhan striktur.

15

3. Uretrotomi eksterna
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan
anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat
dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.
Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.

Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit


jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa
uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari.

Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak,
dilakukan pembuatan uretra baru.

4. Uretroplasti
Uretroplasty dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau
dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse. Operasi
uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di eksisi, uretra
diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu
dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh
darahnya.
Uretroplasti merupakan standar dalam penanganan striktur uretra, namun masih jarang
dikerjakan karena tidak banyak ahli medis yang menguasai teknik bedah ini. Sebuah studi
memperlihatkan bahwa uretroplasti dipertimbangkan sebagai teknik bedah dengan tingkat
invasif minimal dan lebih efisien daripada uretrotomi.(8)Uretroplasti adalah rekonstruksi uretra
terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis. Ada dua jenis uretroplasti yaitu uretroplasti
anastomosis dan substitusi. Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan eksisi bagian striktur
kemudian uretra diperbaiki dengan mencangkok jaringan atau flap dari jaringan sekitar.
Teknik ini sangat tepat untuk striktur uretra pars bulbosa dengan panjang
striktur 1-2 cm. Uretroplasti substitusi adalah mencangkok jaringan striktur yang dibedah
dengan jaringan mukosa bibir, mukosa kelamin, atau preputium. Ini dilakukan dengan graft,
yaitu pemindahan organ atau jaringan ke bagian tubuh lain, dimana sangat bergantung dari
suplai darah pasien untuk dapat bertahan.
Proses graft terdiri dari dua tahap, yaitu imbibisi dan inoskulasi. Imbibisi adalah tahap absorsi
nutrisi dari pembuluh darah paien dalam 48 jam pertama. Setelah itu diikuti tahap inoskulasi
16

dimana terjadi vaskularisasi graft oleh pembuluh darah dan limfe. Jenis jaringan yang bisa
digunakan adalah buccal mucosal graft, full thickness skin graft, bladder epithelial graft, dan
rectal mucosal graft. Dari semua graft diatas yang paling disukai adalah buccal mucosal graft
atau jaringan mukosa bibir, karena jaringan tersebut memiliki epitel tebal elastis, resisten
terhadp infeksi, dan banyak terdapat pembuluh darah lamina propria. Tempat asal dari graft
ini juga cepat sembuh dan jarang mengalami komplikasi.(8)
Angka kesuksesan sangat tinggi mencapai 87%. Namun infeksi saluran kemih,
fistula uretrokutan, dan chordee bisa terjadi sebagai komplikasi pasca operasi.
Karena rentannya kekambuhan dan komplikasi pasca operasi, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan para ahli medis agar operasi berjalan baik. Pertama saat pre-operasi kita
perkirakan panjang striktur dan derajat fibrosis yang terjadi. Gunakan pemeriksaan radiologi
seperti yang disebutkan di atas. Analisis urine dan kultur harus dikerjakan sebelum operasi,
karena urine harus steril saat kita melakukan intervensi, untuk mencegah infeksi. Riwayat
seksual pasien juga harus ditanyakan. Saat operasi, menjaga sfingter dan inervasinya dengan
cara memotong jaringan konektif antara sfingter dan uretra berguna dalam mencegah
kontinesia dan gangguan ereksi pasca operasi. Eksisi seluruh jaringan parut, mencegah
mobilisasi uretra yang berlebih, dan drainase urine sebelum operasi adalah hal-hal penting
yang harus diperhatikan untuk meningkatkan angka kesuksesan terapi.(9)
Antibiotik diberikan pada pasien yang dicurigai mengalami infeksi saluran kemih dan
jenisnya diberikan sesuai dengan hasil tes kepekaan. Jika hasil kepekaan steril, maka dapat
diberikan antibiotik profilaksis seperti ampicillin atau cephalosporin.

17

L. KOMPLIKASI
A. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah.
Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada fase
kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan
antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam
otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah
tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.
B. Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul residu.
Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana setelah
kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini tidak ada.
C. Refluks vesiko ureteral
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui
uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan
terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter
bahkan sampai ginjal.
D. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan
timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.Adanya kuman yang
berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut
maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.

E. Infiltrat urine, abses dan fistulasi


Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul
inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi keluar
dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat

18

urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari
striktur.

M. PENCEGAHAN(4,6)
-

Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakit menular


seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangan dan memakai
kondom

Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksi dan
gagal ginjal

N. PROGNOSIS
Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan
observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

O. STRIKTUR URETRA PADA WANITA


Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra pada
wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun dengan sindroma sistitis
berulang yaitu disuria, frekuensi dan urgensi.
Diagnosis striktur uretra dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dari pemeriksaan
bougie aboule adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan.
Pengobatan dari striktura uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis
uretrotomi.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Striktur Uretra, dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.
Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996. Hal; 1018-1019.
2. Cook J, Sankaran B, Wasunna A.E.O. Uretra Pria, dalam: Penatalaksanaan Bedah
Umum di Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995. Hal;165-166.
3. Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf
Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
Hal; 152-156.
4. Purnomo Basuki B. Striktura uretra, dalam: Dasar-dasar UROLOGI. Ed 2. CV. Sagung,
Jakarta, 2003. Hal; 153-156.
5. Mundy,Anthony. And Andrich, Daniela E. Urethral strictures. BJU international.
2010;107, 6 -26
6. Scott M. Gilbert, M.D., Department of Urology, Columbia-Presbyterian Medical
Center, New York. Urethral Stricture.
http://www.medlineplus.com/medicalencyclopedia.html
7. Shet Vasant. Stricture uretra. Department of Urology. Bellary. Available at
http://www.kua.in/stricture_urethra.pdf . Accessed on 3 january 2014
8.Barbagli Guido, Lazerri Masimo. Surgical treatment of anterior urethral stricture
disease: brief overview. International Braz J Urol. 2007; 33. P. 461-469
9. Kotb A. Fouad. Post-traumatic posterior urethral stricture: clinical consideration .
Turkish Journal of Urology. 2010; 36. P. 182-189.

20

Anda mungkin juga menyukai