Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tubuh memiliki suhu yang konstan, tubuh akan mengandung energi
panas simpanan yang pada dasarnya konstan selama kita hidup. Namun,
saat aktifitas metabolik terhenti pada kematian, panas simpanan akan
menurun dengan kecepatan tertentu sampai tubuh sama dinginnya
dengan suhu lingkungan. Suhu tubuh normal sering disebut 37 oC. suhu
rektum biasanya lebih tinggi 0,5oC daripada suhu oral. Panas tubuh
ditingkatkan dengan 2 cara yaitu dihasilkan oleh tubuh dan diambil dari
lingkungan.
Dengan mempelajari suhu tubuh maka kita dapat memahami
proses perubahan panas pada oleh tubuh melalui kulit sebagai salah satu
organ yang mengatur panas tubuh dengan cara vaso-dilatasi ataupun
vaso-kontriksi serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya
perubahan panas tubuh.
Dalam dunia farmasi, percobaan suhu tubuh sangat penting untuk
dipelajari karena dengan begitu, kita dapat mengetahui bagaimana
sediaan yang berfungsi menurunkan ataupun menaikkan panas bekerja
sehingga sebagai seorang farmasis tepat dalam pemberiaan obat kepada
pasien.

I.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan


I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui suhu tubuh pada bagian tubuh tertentu, yaitu
ketiak dan mulut serta mengetahui perubahan suhu tubuh hewan coba
setelah diberi pepton lalu diberi sediaan parasetamol dan antalgin.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengenal mekanisme pengaturan suhu tubuh dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
I.3 Prinsip Percobaan
-

Pada manusia
Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer
yang dilakukan oleh pria dan wanita, dimana pada pria diukur suhu
tubuhnya dibagian bawah ketiak dan pada wanita diukur suhu
tubuhnya dibagian bawah mulut dan dilakukan pembacaan suhu

pada menit ke-5


Pada hewan coba
Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer
rektal, dimana suhu tubuh mencit (Mus musculus) diukur suhu
tubuhnya terlebih dahulu, kemudian diberikan pepton, kemudian
diukur kembali suhu tubuh mencit (Mus musculus).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Suhu tubuh relatih konstan. Hal ini diperlukan untuk sel-sel tubuh agar
dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37 o C.
Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang
diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ
tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap
normal dengan mekanisme tertentu (1 : 155).
Dalam hal suhu, tubuh dianggap sebagai (2 : 236) :
a. Lapisan perifer (kulit, jaringan subkutan, otot) dan ekstremitas,
b. Inti bagian dalam (isi dada, abdomen, tengkorak)
Suhu lapisan perifer dapat bervariasi, tetapi suhu inti bagian dalam
harus

dipertahankan

keseimbangan

ini

lingkungannya

(dari

tetap

walaupun
kutub

konstan.
terdapat
sampai

Manusia
variasi

tropis)

mempertahankan
luas

dengan

pada

suhu

menstabilkan

peningkatan panas dan kehilangan panas (2 : 236).


salah satu cara dihasilkannya panas yaitu dengan cara konduksi.
Konduksi panas adalah perpindahan atau pergerakan panas antara dua
benda yang saling bersentuhan. Dalam hal ini, panas akan berpindah dari
benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Laju
aliran panas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (3 : 211) :

Luas permukaan benda yang saling bersentuhan


Perbedaan suhu awal antara suhu awal antara kedua benda

Konduktivitas panas dari kedua benda tersebut

Konduktivitras panas ialah tingkat kemudahan untuk mengalirkan


panas yang dimiliki suatu benda. Setiap benda memiliki konduktivitas
yang berbeda. Logam mempunyai konduktivitas panas yang tinggi,
sedangkan hewan memiliki konduktivitas panas yang rendah. Berarti
hewan merupakan penahan panas (insulator) (3 : 211).
Suhu tubuh konstan penting untuk aktivitas enzimatik normal. Enzim
berfungsi dalam rentang suhu tubuh normal yang pendek yaitu dari 36,1 o
sampai 37,8oC (97o sampai 100o Fahrenheit) (4 : 311).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain (4 : 311) :
a. Irama diurnal
b. Jenis kelamin
c. Usia individu
Determinan suhu tubuh adalah keseimbangan antara produksi panas
dan pengeluaran panas. Keseimbangan ini pertahankan oleh mekanisme
homeostatik (4 : 311).
1. Produksi panas berlangsung melalui reaksi katabolisme makanan
dan aktivitas otot. Dalam kondisi basal, hati memproduksi 20%
panas tubuh : otak, 15%; jantung, 12%; dan otot, sisanya.
2. Pengeluaran panas ke udara atau ke objek yang berdekatan
terjadi melalui proses-proses fisik seperti radiasi, konduksi,
konveksi dan evaporasi. 80% panas dikeluarkan melalui kulit.
Sisanya

melalui

membrane

pernapasa dan saluran urinaria.

mukosa

saluran

pencernaan,

Fungsi kulit sebagai organ pengatur panas. Suhu tubuh seorang


adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal itu
dipertahankan karena penyesuaian antara pans yang hilang dan panas
yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat ini segera
menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah
yang mengalur melalui medulla oblongata (5 : 242).
Persarafan vaso-motorik mengendalikan arteriol kutan dengan dua
cara, yaitu vaso-dilatasi dan vaso-kontriksi. Pada vaso-dilatasi arteriol
memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan panas cepat terpancar
dan hilang dan juga hilang karena kelenjar keringat bertambah aktif dank
arena pembuluh darah dalam kulit mengerut, kulit menjadi pucat dan
dingin, keringat hamper dihentikan dan hilangnya panas dibatasi. Dengan
pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau dikurangi sesuai dengan
kebutuhan tubuh (5 : 243).
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit (9) :
1. Radiasi (9)
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk
gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan
dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh
manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit
(60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
2. Konduksi (9)

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit


dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses
kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan
dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar
langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan
dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan
panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi (9)
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan
panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada
kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung
sekitar 450 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan
kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan
karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus
melalui kulit dan system pernafasan.

4. Usia (9)
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme
hormonal sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh.
Cara menggunakan termometer digital pada hewan coba yaitu (10:2) :
1. Tekan tombol on/off pada thermometer
2. Perlahan-lahan masukkan termometer ke dalam rektum kira-kira 10 cm
sejajar tulang belakang
3. Tahan dalam rektum kira-kira 1-2 menit atau tunggu hingga angka tidak
berubah dan timbul bunyi indikator
4. Ambil termometer, baca, catat suhu, tekan tombol on/off untuk
mematikan, bersihkan dan sterilkan termometer kemudian masukkan
kembali ke dalam wadahnya
Menurut Tamsuri Anas (2007), suhu tubuh dibagi menjadi (11) :

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C


Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C

II.2 Uraian Hewan Coba


II.2.1 Karakteristik Hewan Coba (6 : 321)
Sebelum menggunakan hewan coba terlebih dahulu kita
harus mengenal karakteristik dari hewan coba yang digunakan,
adapun karakteristik dari mencit, sebagai berikut:
Masa pubertas

: 4 5 hari (poliestrus)

Masa beranak

: 7 18 bulan

Masa hamil

: 19 21 hari

Jumlah sekali lahir

: 10 12 ekor

Masa hidup

: 1,5 3,0 tahun

Masa tumbuh

: 50 hari

Masa menyusui

: 21 hari

Frekuensi kelahiran

: 6 10 kali kelahiran

Suhu tubuh

: 36,5 -38,0 0 C

Laju respirasi

: 94 - 163 /menit

Tekanan darah

: 113-147/81-106 mm Hg

Volume darah

: 76 80 mg/kg

Luas permukaan tubuh

: 20 g : 36 cm

II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba (7)


Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu jenis rodensia
atau hewan pengerat dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan

: Animalia

Divisi

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Bangsa

: Rodentia

Suku

: Muridae

Marga

: Mus

Jenis

: Mus musculus

II.3 Uraian Bahan


a Aquadest (8 : 96)
Nama resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama lain

: Air suling

RM/BM

: H2O / 18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Pelarut.

b Pepton 721
Nama resmi
Nama lain
Pemerian

: PEPTON
: Pepton
: Serbuk; kuning kemerahan hingga coklat; bau
khas tidak busuk.

Kelarutan

Larut

dalam

air;

memberikan

larutan

berwarna coklat kekuningan yang bereaksi


agak asam; praktis tidak larut dalam etanol
(95%) dan dalam eter P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat
: sebagai penginduksi demam pada mencit
c Parasetamol (8 : 37)
Nama resmi
: ACETAMINOPHENUM
Nama lain
: Asetaminofen, Parasetamol
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
Kelarutan

rasa pahit.
: Larut dalam 70 bagian air; dalan 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol p; larut dalam larutan

Penyimpanan
Khasiat
d Antalgin (8 : 369)
Nama resmi
Nama lain
Pemerian
Penyimpanan
Khasiat
e
Na. CMC (8 : 401)
Nama resmi
Nama lain
Pemerian

alkali hidroksida.
: Dalam wadah tertutup baik.
: Antipiretikum; Analgetikum
: METHAMPYRONUM
: Metampiron, Antalgin
: Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan
: Dalam wadah tertutup baik.
: Antipiretikum, Analgetikum.
: NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
: Natrium karboksimetil selulosa
: Serbuk atau butiran; putih atau putih gading;
tidak

Kelarutan

berbau

atau

hampirtidak

berbau;

higroskopik.
: Mudah mendispersi dalam air, membentuk
suspense koloidal; tidak larut dalam etanol

(95%); dalam eter dan dalam pelarut organic


Penyimpanan
Khasiat

lain.
: Dalam wadah tertutup rapat
: sebagai emulgator

f Aqua pro injeksi (8 : 97)


Nama resmi
: AQUA PRO INJECTIONE
Nama lain
: Aqua pro injeksi, aqua untuk injeksi
Pemerian
: Keasaman-kebasaan; ammonium;

besi;

tembaga; timbal; kalsium; klorida; nitrat;


sulfat; Zat teroksidasi memenuhi syarat yang
Penyimpanan
Khasiat

tertera pada aquadestillata


: Dalam wadah tertutup kedap.
: Untuk pembuatan injeksi

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan suhu
tubuh ini antara lain, gelas kimia, lap kasar, kannula, spoit, dan
termometer.
III.1.2 Bahan yang digunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu aquadest, air
dingin, antalgin, hewan coba mencit (Mus musculus), kloroform,
Na.CMC, pepton, parasetamol.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pada Manusia
A. Laki-Laki
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Duduk dengan tegak dan rileks
3. Mulut ditutup, bernafas hanya melalui hidung
4. Keringkan ketiak dan tempatkan tempatkan termometer
B.
1
2
3

dibawah ketiak, lengan membujur pada sisi bagian


Perempuan
Disiapkan alat dan bahan
Duduk dengan ntegak dan rileksd
Tempatkan termometer yang telah dibersihkan dengan

alkohol dibawah lidah, kemudian mulut ditutup


4 Setelah menit ke-5 lakukan pembacaan termometer
5 Kemudian bernafas selama 2 menit melalui mulut terbuka,
lalu lakukan lagi pembacaan setelah menit ke-5
6 Berkumur dengan air es selama 1 menit

7 Setelah itu tempatkan kembali termometer dibawah lidah,


dan lakukan pembacaan suhu setelah menit ke-5
III.2.2 Pada hewan coba
1
2

Disiapkan alat dan bahan


Diukur terlebih dahulu suhu tubuh normal mencit (Mus

3
4

musculus)
Diberi sedian pepton secara intra peritonial
Diukur kembali suhu mencit

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel hasil pengamatan
Suhu rektal

Suhu rektal

sebelum di beri

sesudah di beri

pepton

pepton

37,50C
37,00C
35,30C
370C
370C

37,00C
36,30C
35,40C
36,40C
36,40C

No
Mencit

BB Mencit

1.
2.
3.
4.
5.

II
II
III
IV
V

29 g
25 g
22 g
28 g
23 g

N
o

NAMA
PROBANDU
S

UMU
R

JENIS
KELAMIN

PERLAKUA
N MELALUI

SUH
U
AWAL

SUHU
SETELAH
PERLAKUAN

Denny

18 thn

Laki-laki

Ketiak

37oC

37oC

Yayuk

19 thn

Perempua
n

Bawah lidah

37oC

37,5oC

BAB V
PEMBAHASAN
Percobaan dilakukan dengan mengukur suhu oral probandus Suhu
oral istirahat rata-rata adalah 37C, dengan rentang normal antara
36,5C 37,4C. Dari hasil dapat dilihat bahwa prbandus memiliki suhu
oral istirahat yang normal.
Pada kondisi probandus. bernapas melalui mulut didapatkan hasil
suhu oral probandus menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena
terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi,
yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekeliling
yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan dengan tubuh melalui
mulut menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan
dibanding udara dingin. Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas
dan digantikan dengan udara yang lebih dingin. Proses ini terjadi
berulang-ulang selama 2 menit. Hal inilah yang menyebabkan suhu
oral menjadi lebih rendah ketika diukur setelahnya.
Pada kondisi probandus berkumur dengan air es didapatkan hasil
suhu oral probandus juga menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan
terjadi pertukaran panas tubuh secara konduksi, yaitu perpindahan
panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda
suhunya karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur
dengan air es, tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan

secara langsung ke air es yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu


oral, yang lebih rendah, yang diukur merupakan suhu kesetimbangan.
Faktor kesalahan yang terjadi selama praktikum yaitu pepton yang
sudah kedaluarsa sehingga tidak dapat menaikkan panas pada mencit
dan percobaan pun tidak dapat dilanjutkan, kesalahan dalam
mengamati waktu yang ditentukan untuk mengukur suhu tubuh mencit
dan kesalahan dalam metode pemberian sediaan, dimana sediaan
diberi secara intra peritonial dan mungkin seharusnya diberi secara
peroral.

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Suhu tubuh pada ketiak dan mulut berbeda-beda. Hal ini
dikarenakan faktor dari luar, seperti pada mulut adanya udara yang
keluar masuk, sehingga suhu tidak stabil jika dibandingkan dengan
suhu di ketiak.
2. Tidak ada hasil yang didapat dari percobaan suhu pada hewan coba
mencit, hal ini dikarenakan tidak ada yang dapat diamati.
VI.2 Saran
Pada praktikum ini kekurangan alat seperti thermometer tidak
ada. Jadi, diharapkan kelengkapan alat praktikum lebih tersedia agar
tidak menghalangi jalannya praktikum.
Diharapkan pula bimbingan dari asisten dalam pelaksanaan
praktikum maupun dalam proses pembuatan laporan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Asmadi. Teknik prosedural keperawatan Konsep dan


Aplikasi Kebutuhan dasar klien . Salemba Medika : Jakarta. 2008.
P 155

2.

Gibson, John. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk


Perawat. EGC : Jakarta. 2003. P 236

3.

Isnaeni, wiwi.
Yogyakarta. 2006. P 211

4.

Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.


EGC : Jakarta. 2004. P 311

5.

Pearce, C., Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk


Paramedis. PT Gramedia : Jakarta. 2009. P 242, 243

6.

S.Malole.M.B.M,.Penggunaan
Hewan Hewan
Percobaan di Laboratorium. Jakarta : Institut Pertanian Bogor.
1989. P 321

7.

Amori.G. klasifikasi mencit,


http://wapedia.mobi/
id/klasifikasimencit. Diakses. 23/05/2010

8.

Dirjen POM.
Dep.Kes. RI. Jakarta. 1979.

9.

Anonim.
Available
from
:
http://nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh/ . Diakses 23/05/2012

10.

Triakoso,
Nusdianto.
Petunjuk
Praktikum
Pemeriksaan Fisik. Universitas Airlangga : Surabaya. 2009.

11.

Poppy, Maria. Suhu Tubuh. Available from


http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2011/01/suhu-tubuh.html
Diakses tanggal 23/05/2012

Fisiologi

Hewan.

Kanisius

Available from :

Farmakope Indonesia Edisi III.

:
.

Anda mungkin juga menyukai