Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN
ACARA VII
KEMAJUAN SELEKSI

Semester:
Genap 2016

Oleh:
Nama
NIM
Rombongan

:Rahmat Fitri Ramadhan


:A1L014138
:6

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pemuliaan tanaman merupakan ilmu yang bertujuan untuk
menghasilkan tanaman yang lebih baik. Ilmu pemuliaan tanaman disebut juga
ilmu seleksi karena dalam pelaksanaannya dilakukan pemilihan terhadap tanaman
yang diinginkan, baik secara individu maupun kelompok.

Kaerakter-karakter

yang umumnya merupakan target seleksi antara lain produksi, mutu hasil,
ketahanan terhadap hama dan penyakit yang toleransi terhadap lingkungan yang
marginal.
Seleksi merupakan suatu usaha dalam pemuliaan tanaman. Pada program
pemuliaan tanaman yang konvensional, seleksi didasarkan atas pemilihan tanaman
oleh pemulia tanaman untuk satu atau beberapa fenotip dari karakter yang menjadi
targt perbaikan baik secara individu atau populasi tanaman. Karakter-karakter
yang dalam seleksi ditentukan oleh genotip, tetapi ekspresi dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Oleh kerana itu, dalam mencari serta memilih sifat genetis
yang baik, harus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling
ekonomis.
Tersedianya keragaman genetik dalam suatu populasi agar dapat dipilih
genotip yang disukai merupakan salah satu syarat dari keberhasilan dalam
pemuliaan tanaman. Keragaman genetik dapat terjadi secara alami (persilangan
alami dan mutasi spontan) atau secara buatan. Seleksi dapat dilakukan pada
berbagai tingkatan yaitu antar individu, family atau bahkan sel. Dalam pemuliaan

tanaman, perbaikan suatu karakter tanaman yang diperbaiki bisa melalui dua
tahapan yaitu tahapan evaluasioner yang bertujuan untuk terbentuknya atau
bertambahnya keragaman genetic dan tahapan evaluasi.
Kegiatan seleksi tanaman bertujuan untuk mendapatkan sifat unggul daris
eluruh sifat yang ada pada suatu tanaman yang berarti merubah sifat genetik yaitu
mempertinggi frekuensi gen yang disukai dan sifatnya yang tidak disukai.
Penyeleksian tanaman juga digunakan untuk memperoleh varietas atau bibit yang
unggul.

II.

Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menduga kemajuan seleksi pada suatu
populasi dalam rangka usaha pemuliaan tanaman.

III.TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Pinaria (1995), sebelum menetapkan metode seleksi yang akan


digunakan dan kapan seleksi akan dimulai perlu diketahui berapa besar viabilitas
genetik, karena viabilitas genetic sanagt mempengaruhi keberhasilan suatu proses
seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain mlihat variabilitas genetik juga
perlu diketahui nilai heritabilitas karena heritabilitas merupakan parameter genetik
yang memilih system seleksi yang efektif.
Seleksi alam merupakan seleksi yang dipengaruhi oleh faktor alam dalam
mengarah seleksi tersebut yang umumnya bersifat acak, sedangkan seleksi buatan
merupakan seleksi buatan merupakan seleksi yang sengaja dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan atau meningkatkan proporsi karakter yang
diinginkan berada pada populasi tanaman yang dikembangkan. Seleksi pada suatu
tanaman merupakan penunjukan suatu respek fenotip suatu tanaman.

Dalam

pemuliaan tanaman seleksi yang diberlakukan bertujuan agar terjadi sutu


kestabilan sifat yang diinginkan (Mangoendidjojo, 2003).
Kemajuan seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter
keberhasilan dari seleksi yang dilakukan. Secara sederhana nilai kemajuan seleksi
merupakan selisih dari populasi awal dan populasi lanjut yang telah mengalami
seleksi. Ragam fenotip adalah komnen dalam perhitungan pendugaan kemajuan
seleksi yang berbanding terbalik dengan kemajuan seleksi sehingga makin besar
ragam fenotip semakin kecil kemajuan seleksi yang akan diperoleh.

Nilai

kemajuan seleksi ini sangat membantu ketika melakuakn seleksi untuk variabel.

Namun ketika dihadapkan untuk melihat dua atau lebih variabel nilai kemajuan
sulit digunakan karena nilai kemajuan antara satu variabel dengan variabel lain
berbeda.

Untuk memudahkannya digunakan sebuah niali yang disebut

heritabilitas. Heritabilitas suatu karakter merupakan besaran yang menunjukan


karakter tersebut dapat diwariskan ke keturunanny, yang merupakan porsi dari
total keragaman fenotip yang disebabkan oleh faktor genetik. Tingginya nilai
kemajuan seleksi merupakan suatu perwujudan dari besarnya niali keragaman
aditif pada suatu populasi.

Keragaman aditif merupakan komponen yang

diperlukan untuk seleksi yang berulang (Sutoro, 2006).


Menurut Soepomo (1968), ada 2 macam seleksi yaitu :
1. Seleksi Massa
Seleksi masa merupakan metode seleksi tertua.

Metode ini tetap

digunakan sampai saat ini dalam usaha meningkatkan sifat yang ada atau
untuk memperoleh varietas baru.

Pemilihan tetap dilakukan terhadap

individu tanaman pada sifat yang diinginkan untuk generasi berikutnya.


Seleksi ini dapat dilakukan satu generasi atau dilakukan pada generasi
berurutan, sehingga diperoleh suatu populasi yang sifatnya sesuai dengan
tingkat yang diinginkan.

Seleksi tanaman didasarkan atas fenotipnya.

Metode ini digunakan untuk memurnikan varietas dengan menghilangkan


tipe-tipe yang menyimpang.
2. Seleksi Galur Murni
Seleksi galur murni adalah menyeleksi tanaman yang tumbuh bercmapur
untuk memperoleh tanaman murni yang lebih baik, yaitu lebih baik
daripada rata-rata populasi campuran tadi.
Menurut Aryana (2011), proses terjadinya seleksi yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.

Ketahanan terhadap cuaca, suhu, kekeringan


Ketahanan terhadap sejenis hama
Kekokohan batang agar jangan mudah rebah
Memperpendek masa berbunga dan berbuah, agar hasilnya cepat dipetik.
Melamakan waktu berbunga agar lebih lama dinikmati keindahannya, atau

melamakan waktu matang buah agar lebih besar.


6. Meningkatkan mutu getahan seperti air susu, kina dan minyak.
7. Meningkatkan mutu dan jumlah kawinan
8. Membuang karakter-karakter buruk atau yang tidak ekonomis, sehingga
karakter-karakter yang baik saja yang menonjol.

IV.

METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat


Alat yang digunakan pada praktikum kali hanya timbangan analitik dan alat
tulis.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah kelompok biji kacang tanah

ukuran besar dengan keragaman kecil, kelompok biji kacang tanah ukuran kecil
dengan keragaman kecil, kelompok biji kacang tanah dengan keragaman besar.

B. Prosedur Kerja
1. Biji kacang tanah sebanyak 50 biji secara acak diambil pada masing-masing
kelompok dan ditimbang dan dicatat.
2. Biji yang sudah ditimbang lalu dikembalikan lagi pada tempatnya.
3. Biji yang besar pada setiap kelompok dipilih 30 dan diambil lalu ditimbang
serta dicatat hasilnya.
4. Diulang sebanyak 3 kali.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman kecil.
Tabel 1.1 Populasi 50 (Po)
Bobot
Jumlah
Po =

0.2
6

0.3
18

0.4
15

( 0.2 x 6 ) + ( 0.3 x 18 ) + ( 0 .4 x 15 ) + ( 0.5 x 10 ) +(0.6 x 1)


50
1.2+5.4 +6+5+ 0.6
50

18.2
50

= 0.364

0.5
10

0.6
1

Tabel 1.2. Populasi 30 (Pi)


Bobot
0.3
Jumlah

0.4

0.5

0.6

0.7

21

( 0.3 x 1 )+ ( 0.4 x 3 ) + ( 0.5 x 21 )+ ( 0.6 x 4 ) +( 0.7 x 1)


Pi =
30

0.3+ 1.2+ 10.5+ 2.4+0.7


30

15.1
30

= 0.503

S = Pi - Po
= 0,503 0.364
= 0,139
R=HxS
= 0,21 x 0.139
= 0.029

Grafik Kemajuan Seleksi


25
20
15
Jumlah biji

Po
Pi

10
5
0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Bobot (gram)

Kesim
pulan : berdasarkan Grafik tersebut dapat diketahui bahwa adanya
pergeseran grafik ke kanan, menandakan adanya kemajuan seleksi
sebesar 0.029.

2. Biji kacang tanah ukuran kecil dengan keragaman kecil


Tabel 2.1 Populasi 50 (Po)
Bobot
0.2
Jumlah
Po =

23

0.4

0.5

0.7

15

( 0.2 x 23 )+ ( 0.3 x 15 ) + ( 0 .4 x 7 ) + ( 0.5 x 4 ) +(0.7 x 1)


50

Tabel 2.2. Populasi 30 (Pi)


Bobot
0.3
Jumlah
6
Pi =

0.3

0.4
15

0.5
6

( 0.3 x 6 ) + ( 0.4 x 15 ) + ( 0.5 x 6 ) + ( 0.6 x 1 )+(0.7 x 2)


30

14.6
50

= 0.290

0.6
1

12.8
30

0.7
2
= 0.42

S = Pi - Po
= 0.420 0.290
= 0.130
R=HxS
= 0,21 x 0.130 = 0.0273

Grafik Kemajuan Seleksi


25
20

JUmlah BIji

15

Po

10

Pi

5
0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

Bobot (gram)

0.6

0.7

0.8

Kesimpulan : berdasarkan Grafik tersebut dapat diketahui bahwa adanya


pergeseran grafik ke kanan, menandakan adanya kemajuan seleksi
sebesar 0.0273
3. Biji kacang tanah dengan keragaman besar.
Tabel 3.1 Populasi 50 (Po)
Bobot
0.2
0.3
Jumlah
1
18
Po =

0.4
13

0.5
13

0.6
4

0.8
1

( 0.2 x 1 ) + ( 0.3 x 18 ) + ( 0 4 x 13 ) + ( 0.5 x 13 ) + ( 0.6 x 4 )+(0.8 x 1)


50

20.5
50

= 0.41 gram

Tabel 3.2. Populasi 30 (Pi)


Bobot

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Jumlah

15

Pi =

( 0.4 x 6 )+ ( 0.5 x 15 ) + ( 0 .6 x 5 ) + ( 0.7 x 3 )+(0.8 x 1)


30

S = Pi - Po
= 0,52 0.41
= 0,11
R=HxS
= 0,21 x 0.11
= 0.0231

15.6
30

= 0.52 gram

Grafik Kemajuan Seleksi


20
15
Po

Jumlah Biji 10

Pi

5
0
0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Bobot (gram)

Kesimp
ulan : berdasarkan Grafik tersebut dapat diketahui bahwa adanya
pergeseran grafik ke kanan, menandakan adanya kemajuan seleksi
sebesar 0.0231.

B. Pembahasan
Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan taanaman baik secara individu
maupun populasi berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki.
Tujuan dari seleksi adalah untuk memperbaiki proporsi karakter yang diinginkan
pada populasi tanaman.

Misalnya bila kita pilih tanaman yang bereproduksi

tinggi tersebut untuk dikembangkan pada generasi berikutnya, sehingga dari


generasi ke generasi akan diperoleh peningkatan proporsi tanaman yang

berproduksi tinggi. Begitu pula untuk karakter-karakter lain yang diinginkan,


misalnya tahan dan penyakit, kandungan protein tinggi, memiliki aroma dan rasa
enak, dan lain-lain (Nanda ,2000).
Pane dan Ismed (1986) mengatakan bahwa seleksi diferensial adalah satu
ukuran atau pengukuran untuk dapat mengetahui sampai mana baiknya penurunan
pilihan menghasilkan keturunan. Dilapangan, seleksi diferensial dapat dipengaruhi
oleh bermacam macam faktor. Seleksi diferensial dapat berkurang atau menjadi
terbatas, jika populasi ternak menjadi seragam dan terdapat terlalu sedikit ternak
yang berada di atas atau dibawah nilai rata-rata. Seleksi diferensial dapat dihitung
dari kedua penurunannya baik dari induk ataupun dari pejantan.
Heritabilitas adalah perbandingan sifat genetic dibanding sifat fenotipiknya.
Heritabilitas merupakan prporsi besaran ragam genetic terhadap besaran total
ragam genetic ditambah dengan ragam lingkungan. Heritabilitas dalam arti luas
berarti yaitu memperhatikan keragaman genetic total dalam kaitannya dengan
keragaman fenotip.

Dalam arti sempit heritabilitas merupakan yang menjadi

fokus perhatian adalah keragaman yang diakibatkan oleh peran gen aditif yang
merupakan bagian dari keragaman genetik total. Nilai heritabilitas tergantung
kepada unit referensi yang digunakan. Biasanya dalam pemuliaan tanaman unit
referensi yang digunakan dapa berupa individu tanaman, satu peletakan tunggal,
petak berulang dalam lingkungan tunggal (Basuki 1995).

Heritabilitas dapat

didefenisikan sebagai proporsi kergaman yang disebabkan oleh faktor genetik


terhadap keragaman fenotip dari suatu disebabkan oleh faktor genetic (V 2G) dan
factor lingkungan (V2e) (Suprapto, 1990). Heritabilitas menyatakan perbandingan

atau proporsi varian genetic terhadap varian total (Varian penotif) yang biasanya
dinyatakan dalam persen(%). Dituliskan dengan huruf H atau h2, sehingga : H atau
h2 (Splittstoesser, 1984).
Menurut Johnson and Rendel (1966), prinsip dasar dalam menduga nilai
heritabilitas ada beberapa cara utama, yaitu:
1. Etimilasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen
2.

(ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum.


Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuaensi
gennya akan berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yang diduga sebagai

3.

kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya.


Melalui perhitungan korelasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan
anaknya. Cara ini merupakan paling akurat, karena dianalisis berdasarkan
kekerabatannya secara genetik.
Metode pendugaan heritabilitas yang lain adalah melalui regresi. Dalam
pemuliaan tanaman, metode ini dikenal dengan regresi parent-off spring (regresi
PO). Pendugaan heritabilitasnya didasarkan pada hubungan kekerabatan, yaitu
saudara tiri (halfshib) dan saudara kandung (fullshib). Untuk tanaman menyerbuk
silang, bila progeny (keturunan) saudara tiri diregresikan dengan tetua tunggal,
maka berlaku h2 = 2b, di mana b = Cov (P,O)/Var (P). Sedangkan untuk tanaman
menyerbuk silang bila saudara sekandung diregresikan dengan mid parent atau
pada tanaman menyerbuk sendiri antara F1 dan F2, atau F2 dan F3, dan
seterusnya, maka berlaku h2 = b. Dengan P-O regression ini pendugaan dapat
berbias bila asumsi yang digunakan (tidak ada hubungan antara tetua P1 dan P2
atau peran gen tidak aditif, atau skala yang berbeda) tidak berlaku sehingga untuk
pengujian lebih lanjut terdapat koreksi yang disebabkan oleh hubungan tersebut.
Heritabilitas dapat diduga dengan menggunakan cara perhitungan, antara
lain dengan perhitungan varian keturunan, dan dengan perhitungan komponen

varian dari analisis varian (Mangundidjojo,2007). Pengertian heritabilitas sangat


penting dalam pemuliaan dan seleksi karakter kuantitatif. Efektif atau tidaknya
seleksi tanaman yang berdaya hasil tinggi dari sekelompok populasi, tergantung
dari:
1.

Seberapa jauh keragaman hasil yang disebabkan oleh faktor genetik yang

nantinya diwariskan kepada turunannya.


2. Seberapa jauh pula keragaman hasil yang disebabkan oleh lingkungan tumbuh
tanaman.
Nilai heritabilitas suatu karakter dipengaruhi berbagai faktor sehingga
nilainya tidak konstan. Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai heritabilitas antara
lain karakteristik populasi, sampel yang akan dievaluasi, metode estimasinya,
adanya pautan (linkage), pelaksanaan percobaan, generasi populasi yang diuji dan
lain- lain.
Menurut Whriter (1979) disitasi oleh Mursito (2003) memperlihatkan
kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. H < 0,20 = heritablitas rendah
2. 0,20 < H < 0,50 = heritabilitas sedang
3. H > 0,50 = heritabilitas tinggi
Kemajuan Seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter
keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan. Secara sederhana nilai kemajuan
seleksi merupakan selisih dari populasi awal dan populasi lanjut yang telah
mengalami seleksi (Idris et al., 2011). Ragam fenotipik merupakan komponen
dalam perhitungan pendugaan kemajuan seleksi yang berbanding terbalik dengan
kemajuan seleksi sehingga makin besar ragam fenotipik semakin kecil kemajuan
seleksi yang akan diperoleh. Nilai kemajuan seleksi ini sangat membantu ketika
melakukan seleksi untuk sebuah variabel. Namun ketika dihadapkan untuk
melihat dua atau lebih variabel nilai kemajuan sulit digunakan karena nilai
kemajuan antara satu variabel dan variabel lain bisa berbeda. Untuk
memudahkannya digunakan sebuah nilai yang disebut heritabilitas. Heritabilitas

suatu karakter merupakan besaran yang menunjukkan karakter tersebut dapat


diwariskan ke keturunannya, yang merupakan porsi dari total keragaman fenotipe
yang disebabkan oleh factor genetik. Oleh karena itu, keberhasilan seleksi dapat
dicerminkan oleh besaran heritabilitas. Tingginya nilai kemajuan seleksi
merupakan suatu perwujudan dari besarnya nilai keragaman aditif pada suatu
populasi. Keragaman aditif sendiri merupakan koponen yang diperlukan untuk
seleksi yang berulang (Sutoro, 2006).
Hubungan heritabilitas dengan seleksi adalah jika heritabilitasnya rendah
maka metode seleksi yang cocok diterapkan adalah metode pedigri, metode
penurunan satu biji (singlet seed descent), uji kekerabatan (sib test) atau uji
keturunan (progeny test), bila nilai heritabilitas tinggi maka metode seleksi masa
atau galur murni. Lebih lanjut Dahlan dan Slamet (1992) menyatakan bahwa
heritabilitas menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin
besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin cepat varietas unggul dilepas.
Sebaliknya semakin rendah nilai heritabilitas arti sempit makin kecil kemajuan
seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru diperoleh.
Praktikum kemajuan seleksi yang dilakukan adalah menggunakan biji
kacang tanah. Terdapat tiga macam keragaman sesuai dengan pengujian yang
biasanya digunakan. Ketiga macam keragaman seleksi tersebut adalah kelompok
biji kacang tanah ukuran besar dengan keragaman besar, kelompok biji kacang
tanah ukuran kecil dengan keragaman kecil dan keragaman biji kacang tanah
dengan keragaman besar. Masing-masing kelompok mendapatkan variabel yang
berbeda-beda. Terdapat biji P0 dan P1 pada setiap kelompok dengan ragam

seperti disebutkan di atas. Dilakukan pengukuran bobot per biji pada contoh tetua
dan anakan. Diambil biji sebanyak 50 pada kantong berisi tetua dengan cara
mengambil satu, kemudian ditimbang dan biji dikembalikan lagi ke dalam
kantong. Penimbangan pada biji anakan sedikit berbeda tekniknya, yaitu dengan
menyeleksi sebanyak 30 biji kacang tanah yang berada dalam kantong anakan
kemudian ditimbang satu persatu tanpa dikembalikan lagi.
Hasil praktikum dari kelompo 1, mendapatkan hasil dengan menggunakan
sampel kacang tanah dengan ukuran besar dan keragaman kecil diperoleh hasil
dimana P0 (populasi 50 biji) didapatkan biji kacang tanah dengan bobot rata-rata
0,364 g. Hasil P1 (populasi 30 biji) diperoleh rata-rata sebesar 0,503 g. Nilai S
yang diperoleh adalah 0,139 dan nilai R yang diperoleh adalah 0,029. berdasarkan
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa adanya pergeseran grafik ke kanan,
menandakan adanya kemajuan seleksi sebesar 0.029.
Hasil praktikum dari kelompo 2, mendapatkan hasil dengan menggunakan
sampel kacang tanah dengan ukuran kecil dan keragaman kecil diperoleh hasil
dimana P0 (populasi 50 biji) didapatkan biji kacang tanah dengan bobot rata-rata
0,29 g. Hasil P1 (populasi 30 biji) diperoleh rata-rata sebesar 0,42 g. Nilai S yang
diperoleh adalah 0,13 dan nilai R yang diperoleh adalah 0,0273. berdasarkan
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa adanya pergeseran grafik ke kanan,
menandakan adanya kemajuan seleksi sebesar 0.0273.
Hasil praktikum dari kelompo 3, mendapatkan hasil dengan menggunakan
sampel kacang tanah dengan keragaman besar diperoleh hasil dimana P0
(populasi 50 biji) didapatkan biji kacang tanah dengan bobot rata-rata 0,41 g.

Hasil P1 (populasi 30 biji) diperoleh rata-rata sebesar 0,52 g. Nilai S yang


diperoleh adalah 0,11 dan nilai R yang diperoleh adalah 0,0231. berdasarkan
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa adanya pergeseran grafik ke kanan,
menandakan adanya kemajuan seleksi sebesar 0.0231.
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh kemajuan yang kecil. Hal ini
dipengaruhi oleh nilai H yang kecil. Nilai H (Heritabilitas) ditetapkan sebesar 0,21
artinya 21 % nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai H yaitu 100 %. Hal ini
menunjukkan bahwa peluang sifat bobot pada kacang tanah untuk diwariskan
sangat kecil, yaitu hanya sebesar 21 %. Nilai H yang kecil ini akan berpengaruh
pada nilai kemajuan seleksi yang niainya akan kecil pula, karena kemajuan seleksi
merupakan hasil kali heritabilitas dengan seleksi diferensial (Sunarto, 1997).

V.

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kemajuan seleksi merupakan suatu nilai yang menjadi parameter


keberhasilan dari seleksi yang kita lakukan. Kriteria nilai heritabilitas kacang
tanah termasuk ke dalam nilai heritabilitas sedang yaitu 0,21. kelompok biji
kacang tanah ukuran besar keragaman kecil R= 0,029, untuk kelompok biji
kacang tanah ukuran kecil keragaman kecil R= 0,0273 dan untuk kelompok biji
kacang tanah keragaman besar R= 0,0231.
B. Saran

Praktikan harus mengikuti praktikum dengan baik dan teliti supaya


diperoleh hasil yang lebih akurat. Biji kacang tanah yang digunakan untuk
praktikum harus dipilih yang mempunyai keragaman sesuai dengan yang akan
diuji.

DAFTAR PUSTAKA

Aryana, Muliarta. 2011. Uji Keseragaman, Heritabilitas Dan Kemajuan Genetik


Galur Padi Beras Merah Hasil Seleksi Silang Balik Di Lingkungan
Gogo. Agroteksos. Vol : 12. No. 4. Hal: 56.
Basuki, N. 1995. Pendugaan Peran Gen. Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya, Malang.
Dahlan, M. dan S. Slamet. 1992. Pemuliaan Tanaman Jagung. Prosiding
Simposium Pemuliaan Tanaman I. Komda Jawa Timur.
Idris, Uyek Malik Yakop dan Nihla Farida. 2011. Kemajuan Seleksi Massa pada
Jagung Kultivar Lokal Kebo Setelah Satu Siklus Seleksi dalam
Pertanaman Tumpangsari dengan Kacang Tanah. Crop Agro Journal Vol. 4
(2) : 37-42.
Johnson, I. and J. Rendel. 1966. Genetics and Animal Breeding. W. H. Freeman
and Co, San Francisco.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar - Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta:
Kanisius

Mursito, D. 2003. Heritabilitas dan Sidik Lintas Karakter fenotipik Bebrapa Galur
Kedelai. Jurnal Agrosains.
Nanda, Jata S. 2000. Rice Breeding and Genetics. Science Publisher, Inc.
Plymouth.Pane dan Ismed. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit
Gramedia. Jakarta
Pinaria. 1995. Variabiltas genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomasa 53
genotip kedelai. Zuriat 6(2) 88-92
Splittstoesser, E.W., 1984. Vegetable Growing Hand Book Second Edition. Von
Nostrand Reinhold, New York
Soepomo, R. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. Soeroengan.
Jakarta.
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. Semarang. CV. IKIP Semarang Press. v+53
hal.
Sutoro.2006. Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan
Berbeda. 1. Ragam Aditif Dominan Bobot Biji Jagung.
Jurnal
AgroBiogen 2(2):60-67
Whirter K.S. 1979. Breeding of cross-pollinated crops. In A. Course manual in
plant breeding. Knight. R. (Ed). Ausralian Vide- Chancellors Committee.
Brisbane.

LAMPIRAN
ACARA VII. KEMAJUAN SELEKSI
Tanggal praktikum

: 26 mei 2016

Nama

: Rahmat Fitri Ramadhan

NIM

: A1L014138

Rombongan

:6

Asisten

: Riska Sari
Odi Gita Pradana

Anda mungkin juga menyukai