Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil

Perencanaan transportasi jalan untuk kota


sedang dengan metode empat tahap

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Prakata

Pedoman Perencanaan Transportasi Jalan untuk Kota Sedang dengan metode empat tahap
ini dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi, melalui Gugus
Kerja Bidang Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam
melakukan perhitungan dalam rangka perencanaan transportasi jalan untuk kota Sedang.
Dengan demikian, Perencanaan Transportasi Perkotaaan Untuk Kota Sedang telah melalui
proses yang sesuai dengan tata perundangan yang berlaku.

Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada pedoman dari Badan Standardisasi
Nasional No. 8 Tahun 2000.

Daftar Isi

Prakata.................................................................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................................... 2
Pendahuluan ........................................................................................................................ 3
1.

Ruang lingkup............................................................................................................... 5

2.

Acuan normatif ............................................................................................................. 5

3.

Istilah dan definisi ........................................................................................................ 5

4.

5.

6.

3.1

Bangkitan Perjalanan............................................................................................... 6

3.2

Data Sekunder......................................................................................................... 6

3.3

Jalan........................................................................................................................ 7

3.4

Kota.......................................................................... Error! Bookmark not defined.

3.5

Sistem Jaringan Jalan .............................................. Error! Bookmark not defined.

3.6

Tarikan Perjalanan................................................................................................... 9

3.7

Perkotaan ................................................................................................................ 8

3.8

Kawasan Perkotaan................................................................................................. 7

3.9

Sebaran Perjalanan ................................................................................................. 9

3.10

Pemilihan Moda ....................................................................................................... 8

3.11

Waktu Tempuh Perjalanan ...................................................................................... 9

Ketentuan Umum ........................................................................................................ 10


4.1

Kriteria Kota Sedang................................................. Error! Bookmark not defined.

4.2

Tujuan dan Kebutuhan Perencanaan Transportasi Kota........................................ 10

4.3

Pendekatan Analisis Perencanaan Lalu lintas .......... Error! Bookmark not defined.

Ketentuan Teknis........................................................................................................ 18
5.1

Pembagian Zona ...................................................... Error! Bookmark not defined.

5.2

Kebutuhan Data Analisis........................................................................................ 19

Tahap Perencanaan Transportasi..................................... Error! Bookmark not defined.


6.1

Bangkitan/Tarikan Perjalanan................................... Error! Bookmark not defined.

6.2

Distribusi Perjalanan Perjalanan ............................... Error! Bookmark not defined.

6.3

Pemilihan moda Transportasi ................................... Error! Bookmark not defined.

Prakata

Pedoman perencanaan transportasi jalan untuk kota sedang dengan metode empat tahap ini
dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Rekayasa Jalan dan Jembatan, melalui Gugus
Kerja Bidang Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Kementerian Pekerjaan Umum. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua
pihak yang terlibat dalam perencanaan transportasi jalan untuk kota sedang. Pedoman ini
telah melalui proses yang sesuai dengan tata perundangan yang berlaku.
Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada Pedoman Standarisasi Nasional (PSN) No.
8 Tahun 2007.

Pendahuluan

Perencanaan transportasi penting untuk dilakukan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan


perjalanan yang terus berkembang, khususnya dalam hal penyiapan prasarana jalan.
Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi
kebutuhan akan transportasi

(jumlah perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun

angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan
kebijaksanaan

investasi

perencanaan

transportasi.

Sedangkan

tujuan

utama

dari

perencanaan transportasi adalah agar transportasi efektif dan efisien. Adapun tujuan secara
spesifik dari perencanaan transportasi diantaranya :
a) Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa yang
akan datang;
b) Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada;
c) Melayani kebutuhan tranportasi seoptimum mungkin;
d) Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk permasalahan pada masa akan datang;
e) Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (daya guna dan hasil guna yang tinggi).
Adakalanya, keterbatasan data menjadi kendala dalam melakukan perencanaan transportasi
khususnya data primer. Untuk itu dibutuhkan suatu model perencanaan transportasi yang
sederhana, sehingga hanya dengan data sekunder, perencanaan transportasi dapat
dilakukan.
Dengan pedoman ini, perencanaan transportasi dapat dilakukan secara sederhana karena
menjadi salah satu alternatif dengan menggunakan data sekunder dan data primer
seminimal mungkin.

Pedoman Perencanaan Lalu Lintas Dengan Metode Empat Tahap

1.

Ruang lingkup

Pedoman ini menetapkan model perencanaan transportasi untuk kota sedang, khususnya
model empat tahap yang meliputi bangkitan dan tarikan perjalanan, sebaran perjalanan,
pemilihan moda, dan pemilihan rute dengan menggunakan data sekunder dan data primer
seminimal mungkin.

2.

Acuan normatif
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Permendagri No. 2 tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota
Permendagri No. 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

3.

Istilah dan definisi

3.1

Aksesibilitas

Suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain dan mudah dan sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem
jaringan transportasi

3.2

Angkutan Umum

Setiap kendaraan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

3.3

Arus Lalu lintas

Banyaknya kendaraan yang melintas pada satu titik pengamatan di suatu ruas jalan dalam
satu satuan waktu.

3.4

Bangkitan Perjalanan

Jumlah perjalanan yang berasal dari suatu tata guna lahan atau zona pada suatu waktu.

3.5

Batas Daerah Kajian

Garis kordon atau cordon line

3.6

Daerah Kajian

Suatu daerah geografis yang di dalamnya terletak semua zona asal dan zona tujuan yang
diperhitungkan dalam model kebutuhan akan transportasi.

3.7

Data

Keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian

3.8

Data Sekunder

Merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

3.9

Indeks Tingkat Pelayanan (ITP)

Suatu nilai yang digunakan untuk menyatakan kualitas kondisi lalu lintas jalan yang dapat
dilihat berdasarkan arus dan fasilitas.

3.10 Jalan
Prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

3.11 Kapasitas Jalan


Kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam
satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan
tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan mempertimbangan berbagai jenis
kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan
kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil
penumpang per jam atau (smp)/jam.

3.12 Kawasan Perkotaan


Wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

3.13 Kendaraan pribadi


kendaraan yang tidak diperuntukan kepada umum dengan sistem pembayaran.

3.14 Kota Sedang


Pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi
yang diatur dalam peraturan perundangan serta pemukiman yang telah memperlihatkan
watak dan ciri kehidupan perkotaan, dengan jumlah penduduk 100001 sampai dengan
500000 jiwa.

3.15 Matriks Asal Tujuan (MAT)


Matriks asal tujuan merupakan salah satu bentuk informasi pola perjalanan yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam melakukan perencanaan dan pemodelan transportasi
pada suatu wilayah studi.

3.16 Mobilitas
Perjalanan dalam berlalu lintas yang biasanya dikaitkan dengan kecepatan dan hambatan.

3.17 Moda
Jenis-jenis sarana yang tersedia untuk melakukan perjalanan.

3.18 Pemilihan Moda


Alokasi berbagai perjalanan dalam sistem transportasi yang ada, seperti angkutan umum,
mobil pribadi dan sebagainya.

3.19 Pemilihan rute


Tahap pemodelan transportasi, dimana setiap perjalanan diprediksi pilihan akses jalur
transportasinya.

3.20 Perkotaan
Suatu pemukiman bukan pedesaan yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan
dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa, menurut pengamatan tertentu.

3.21 Perjalanan
Perjalanan seseorang dari satu tempat ke tempat lain

3.22 Pusat Zona


Tempat dimana perjalanan dimulai dan tempat kemana perjalanan berakhir.

3.23 Sebaran Perjalanan


Pola perjalanan antarzona yang dipengaruhi oleh tingkat aksesibiltas sistem jaringan antar
zona dan tingkat bangkitan dan tarikan tiap zona.

3.24 Sistem Jaringan Jalan


Satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.

3.25 Tarikan Perjalanan


Jumlah perjalanan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona pada suatu waktu.

3.26 Transportasi
Proses perpindahan barang, jasa, dan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan moda transportasi darat, laut, dan udara yang bergerak menggunakan
prasarana aman, nyaman, cepat, murah, handal, dan sesuai lingkungan.

3.27 Volume Lalu lintas


Jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu
dalam satuan waktu tertentu.

3.28 Waktu Tempuh Perjalanan


Waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk melewati ruas jalan yang diamati, termasuk
waktu berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan perlambatan karena

hambatan.

3.29 Zona
Sebidang tanah yang memiliki satu kegiatan.

4.

Ketentuan Umum

4.1

Terminologi Umum

Pedoman perencanaan transportasi kota sedang dapat diartikan untuk menentukan dan
melaksanakan proses memodelkan transportasi kota sedang dengan menggunakan data
sekunder. Ditinjau dari karakteristik perjalanan barang, jasa atau orang dari satu wilayah ke
wilayah yang lainnya melalui suatu jaringan transportasi jalan. Berdasarkan pedoman
standar pelayanan perkotaan, 2010 diklasifikasikan bahwa yang dimaksud dengan kota
sedang adalah kota dengan jumlah penduduk 100.000 500.000 jiwa.
Misi yang diemban oleh sektor transportasi yakni terwujudnya Sistem Transportasi Nasional
(SISTRANAS) yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu,
tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien.
Terkait dengan misi dari sektor transportasi dan peranan kota sedang itu sendiri maka
dibutuhkan suatu model perencanaan transportasi kota sedang yang handal, efektif dan
efisien untuk kemudian dapat digunakan di seluruh kota kecil yang ada di Indonesia.

4.2

Kebutuhan Perencanaan Transportasi Kota

Perencanaan transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi


seperti jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem
transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan.
Perencanaan transportasi sangat diperlukan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan
perjalanan yang terus berkembang. Akan tetapi Perencanaan transportasi membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Dengan pedoman ini dapat meminimalisasi biaya survei primer
untuk perencanaan transportasi kota sedang.
Kebutuhan perencanaan transportasi ini dilakukan untuk :

10

1. Membantu dalam perencanaan penyiapan prasarana.


2. Memprediksi arus lalu lintas tiap ruas.
3. Memprediksi kebutuhan perjalan dan transportasi tiap wilayah
4. Manajemen Lalu Lintas mengatasi kemacetan

4.3

Konsep Perencanaan Transportasi

Konsep perencanaan transportasi yang digunakan pada penetapan model transportasi untuk
kota sedang ini adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap yang terdiri atas
beberapa submodel yang dilakukan secara terpisah namun harus berurutan. Adapun
submodel tersebut adalah :
1. Aksesibiltas;
2. Bangkitan dan tarikan perjalanan;
3. Sebaran perjalanan;
4. Pemilihan moda;
5. Pemilihan rute;
6. Arus lalu lintas dinamis.

4.3.1 Penetapan Zona


Membagi daerah kajian menjadi Zona Analisis Transportasi untuk mengelompokkan asal
tujuan perjalanan yang diperlukan oleh pelaku perjalanan mewakili relasi antara kegiatan,
perjalanan, dan transportasi dengan lokasi fisik di daerah kajian. Variasi dari ukuran Zona
analisis tergantung dari kepadatan, lingkup pengembangan atau sistem administrasi.
Pada daerah perkotaan Zona analisis memiliki luas 10 km2 dimana diusahakan dalam
zona tersebut memiliki keseragaman terdiri dari zona perumahan, zona perdagangan, zona
perkantoran dan zona industri dan sebagainya. Zona direncanakan mempunyai pembangkit
perjalanan yang relatif homogen.
Dalam melakukan penetapan detail sistem zona dan sistem jaringan transportasi dilakukan
kompromi antara tingkat akurasi, biaya, ketersediaan data, dan aplikabilitas model. Pada
kota sedang, penetapan zona berdasarkan pada :
1. Batas daerah kajian berupa batas wilayah administrasi kecamatan dan wilayah yang
berada di sekitarnya diasumsikan sebagai zona eksternal;

11

2. Agregasi zona di dalam wilayah adalah desa, yang selanjutnya disebut sebagai zona
internal;
3. Model jaringan diutamakan untuk jaringan jalan, titik simpul dan titik transfer multimoda,
diintegrasikan melalui simpul stasiun, pelabuhan dan bandara.

4.3.2 Bangkitan dan Tarikan Perjalanan


Bangkitan perjalanan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah perjalanan
yang berasal dari satu zona atau tata guna lahan dan jumlah perjalanan yang tertarik ke
suatu tata guna lahan atau zona. Perjalanan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan
yang menghasilkan perjalanan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas ini mencakup:
1) Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi atau zona i
2) Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi atau zona j
Pada Error! Reference source not found. secara diagram diperlihatkan bangkitan dan
tarikan perjalanan

Sumber : Wells, 1975

Gambar 1

Bangkitan dan Tarikan Perjalanan

Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan,
orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Bangkitan dan
tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan:

Jenis tata guna lahan dan

12

Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tata guna lahan tersebut

Jenis tata guna lahan yang berbeda (permukiman, pendidikan, dan komersial) mempunyai
ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda:

jumlah arus lalu lintas;

jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil);

lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan sore
hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di sepanjang hari).

Intensitas aktivitas tata guna lahan Bangkitan perjalanan bukan saja beragam dalam jenis
tata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan
sebidang tanah, semakin tinggi perjalanan arus lalu lintas yang dihasilkannya. Salah satu
ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.
Pada tahapan bangkitan dan tarikan perjalanan ini menggunakan data berbasis zona yaitu
jumlah penduduk.

Klasifikasi perjalanan dibagi menjadi tiga, diantaranya:


1. berdasarkan tujuan perjalanan
Lima kategori tujuan perjalanan yang digunakan dalam model bangkitan dan tarikan
perjalanan ini adalah :

perjalanan ke tempat kerja

perjalanan ke sekolah atau universitas (perjalanan dengan tujuan pendidikan)

perjalanan ke tempat belanja

perjalanan untuk kepentingan sosial dan rekreasi

dimana dua tujuan perjalanan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan
perjalanan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang
setiap hari, sedangkan tujuan perjalanan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin
dilakukan. Perjalanan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan karena
jumlahnya kecil, hanya sekitar 1520% dari total perjalanan yang terjadi.

13

2. Berdasarkan waktu
Perjalanan dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan pada jam tidak
sibuk

3. Berdasarkan jenis orang

tingkat pendapatan: biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia:


tinggi, menengah, dan rendah;

tingkat pemilikan kendaraan: biasanya terdapat empat tingkat: 0, 1, 2, atau lebih


dari dua (2+) kendaraan per rumah tangga;

ukuran dan struktur rumah tangga.

Faktor faktor yang mempengaruhi bangkitan dan tarikan perjalanan diantaranya adalah :
1. Bangkitan perjalanan untuk manusia
a. pendapatan
b. pemilikan kendaraan
c. struktur rumah tangga
d. ukuran rumah tangga
e. nilai lahan
f.

kepadatan daerah permukiman

g. aksesibilitas

2. Tarikan perjalanan untuk manusia


Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri,
komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat
digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini beberapa kajian mulai berusaha
memasukkan ukuran aksesibilitas.

3. Bangkitan dan tarikan perjalanan untuk barang


Perjalanan ini hanya merupakan bagian kecil dari seluruh perjalanan (20%) yang
biasanya terjadi di wilayah industri. Peubah penting yang mempengaruhi adalah
jumlah lapangan kerja, jumlah tempat pemasaran, luas atap industri tersebut, dan
total seluruh daerah yang ada.

14

Informasi tersebut di atas diperlukan sebagai acuan dalam menentukan data terkait untuk
melakukan prediksi jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan dengan menggunakan model
bangkitan dan tarikan pada pedoman ini.
4.3.3 Sebaran Perjalanan
Pada tahap sebaran perjalanan ini diperlukan MAT (Matriks asal tujuan) yang memberikan
informasi mengenai besarnya perjalanan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris
menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriks-nya
menyatakan besarnya arus dari zona asal ke zona tujuan. Dalam hal ini, notasi T id
menyatakan besarnya arus perjalanan (kendaraan, penumpang, atau barang) yang bergerak
dari zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.

Setiap sel matriks berisi informasi perjalanan antarzona. Sel dari setiap baris i berisi
informasi mengenai perjalanan yang berasal dari zona i tersebut ke setiap zona tujuan j. Sel
pada diagonal berisi informasi mengenai perjalanan intrazona (i = j).
Tij

= perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan j

Oi

= jumlah perjalanan yang berasal dari zona asal i

Dj

= jumlah perjalanan yang menuju ke zona tujuan j

{Tij} atau T = total matriks


Tabel 1 Bentuk Umum dari Matriks Asal Tujuan (MAT)
Zona

T11

T12

T13

T21

T22

T23

T31

T32

.
.
.

.
.
.

N
Dj

Oi

T1N

O1

..

T2N

O2

T33

..

T3N

O3

.
.
.

.
.
.

..

.
.
.

.
.
.

TN1

TN2

TN3

..

TNN

ON

D1

D2

D3

..

DN

Sumber : Tamin (2008)

15

..
..

4.3.4 Pemilihan Moda Transportasi


Pada tahap pemilihan moda ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pelaku perjalanan
(orang atau barang) yang menggunakan setiap moda transportasi dalam wilayah kajian.
Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan moda adalah :
1. Ciri pengguna jalan: kepemilikan kendaraan pribadi, pemilikan sim, pendapatan,
struktur rumah tangga
2. Ciri pergerakan: tujuan pergerakan, waktu melakukan pergerakan
3. Ciri kota atau zona
4. Ciri fasilitas moda transportasi:

Faktor kuantitatif: waktu, biaya

Faktor kualitatif: keamanan, kenyamanan

4.3.5 Pemilihan Rute


Dalam proses pemilihan rute, terdapat prosedur pemilihan rute, dimana pada prosedur ini
memiliki tujuan untuk memodelkan perilaku perjalanan dalam memilih rute yang menurut
mereka merupakan rute yang terbaik. Dengan kata lain, setiap perjalanan antara dua zona
untuk moda tertentu dibebankan pada moda tertentu yang terdiri dari ruas jaringan jalan
tertentu. Sehingga pemodelan pemilihan rute ini dapat diidentifikasi rute yang akan
digunakan oleh setiap pengendara sehingga akhirnya didapat jumlah perjalanan pada setiap
ruas jalan.
Yang diutamakan dalam proses pemilihan rute adalah asumsi pengguna jalan dalam memilih
rute, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengguna jalan dalam memilih
rutediantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan
dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan,
kelengkapan rambu dan marka jalan, serta kebiasaan.
Analisis pemilihan rute tersebut terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu:

Alasan pemakai jalan memilih suatu rute dibandingkan dengan rute lainnya;

Pengembangan model yang menggabungkan sistem transportasi dengan alasan


pemakai jalan memilih rute tertentu;

16

Kemungkinan pengendara berbeda persepsinya mengenai rute yang terbaik. beberapa


pengendara mungkin mengasumsikannya sebagai rute dengan jarak tempuh terpendek,
rute dengan waktu tempuh tersingkat, atau mungkin juga kombinasi keduanya;

Kemacetan dan ciri fisik ruas jalan membatasi jumlah arus lalu lintas di jalan tersebut.

Beberapa model pemilihan rute sudah dikembangkan dan Tabel 2 memperlihatkan klasifikasi
model sesuai dengan asumsi yang melatarbelakanginya. Rincian dan ciri setiap model
dijelaskan.
Tabel 2 Klasifikasi model pemilihan rute
Kriteria
Tidak
Efek batasan kapasitas
dipertimbangkan?

Ya

Efek stokastik dipertimbangkan ?


Tidak
Ya
Stokastik murni (dial,
All or nothing
burrel)
Keseimbangan
Keseimbangan wardrop
pengguna stokastik
(KPS)

Sumber : Ortuzar and Willumsen (1994)

Seperti pemilihan moda, pemilihan rute dipengaruhi oleh alternatif terpendek, tercepat, dan
termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup
(tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik.

17

5. Ketentuan Teknis
5.1

Struktur Umum Model Perencanaan Transportasi

Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat tahap ini disajikan pada

Gambar 5-1.

18

Gambar 5-1

5.2

Bagan Alir Pemodelan Transportasi Empat Tahap

Kebutuhan Data Analisis

Data yang diperlukan dalam melakukan perencanaan Lalu lintas adalah :


a) Data sistem wilayah studi yang terdiri dari data tiap zona terkecil yaitu kecamatan
dengan karakteristik populasi dan tata ruang zona yang sesuai dengan kebutuhan
model persamaan bangkitan/tarikan perjalanan.
b) Data hasil perhitungan waktu perjalanan antar zona untuk keperluan perhitungan
sebaran perjalanan.

19

c) Data jarak tempuh, waktu tempuh, dan Biaya Perjalanan berdasarkan hasil survei
yang dilakukan untuk perhitungan pemilihan moda transportasi yang digunakan pada
wilayah studi.
d) Data jaringan jalan (zona, data ruas, simpul, centroid connector) dan karakteristik
jaringan (Kapasitas ruas jalan, Kecepatan ruas jalan, Fungsi biaya perjalanan per
ruas/rute).
e) Data demografi daerah kajian (jumlah penduduk dan jumlah anggota keluarga)

Dalam menentukan ukuran sampel yang digunakan dalam survey primer (bila dibutuhkan),
digunakan teori Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) berdasarkan jumlah
populasi pada wilayah kajian seperti yang dijabarkan Tabel 3.
Tabel 3 Ukuran sampel survey primer
Populasi (N)

Sampel (n)

10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190

10
14
19
24
28
32
36
40
44
48
52
56
59
63
66
70
73
76
80
86
92
97
103
108
113
118
123
127

Populasi
(N)
220
230
240
250
260
270
280
290
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950

Sampel (n)
140
144
148
152
155
159
162
165
169
175
181
186
191
196
201
205
210
214
217
226
234
242
248
254
260
265
269
274

20

Populasi
(N)
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3500
4000
4500
5000
6000
7000
8000
9000
10000
15000
20000
30000
40000
50000

Sampel (n)
291
297
302
306
310
313
317
320
322
327
331
335
338
341
346
351
354
357
361
364
367
368
370
375
377
379
380
381

Populasi (N)

Sampel (n)

200
210

132
136

Populasi
(N)
1000
1100

Sampel (n)
278
285

Populasi
(N)
75000
100000

Sampel (n)
382
384

Sumber : Krejcie dan Morgan (1970)

5.3

Bangkitan/Tarikan Perjalanan

Bentuk model bangkitan perjalanan untuk kota Sedang adalah model linier, dimana data
sosio ekonomi (sebagai variabel bebas) dengan bangkitan (sebagai variabel tak bebas),
sehingga model bangkitan berupa model matematis berbentuk persamaan sebagai berikut:

O = 0,1P + 0,281 Ln(K) +0,463

Persamaan 5-1

Dengan :
O

= Total Perjalanan (kendaraan)

= Pengeluaran tinggi (Dummy dari pengeluaran) diisi dengan 0 atau 1, dengan


Rentang dummy pengeluaran tinggi adalah Rp.5.5juta keatas

0 jika pengeluaran dibawah Rp.5.5juta

1 jika pengeluaran diatas Rp.5.5juta

= Jumlah Anggota Keluarga (orang)

Sedangkan untuk bentuk model Tarikan perjalanan untuk kota Sedang adalah model ln,
dimana data tataguna lahan dan fasilitas umum (sebagai variabel bebas) dengan tarikan
(sebagai variabel tak bebas), sehingga model tarikan berupa model matematis berbentuk
persamaan sebagai berikut:
D = 0.154 P 19.282 .. Persamaan 5-2
Dengan :
D

Total Perjalanan Tarikan (kendaraan)

Jumlah Pertokoan (bangunan)

Dari persamaan diatas didapatkan bangkitan/tarikan perjalanan antar zona. Yang

21

selanjutnya data tersebut untuk keperluan perhitungan sebaran perjalanan antar zona.

5.4

Sebaran Perjalanan

Pada tahap ini, jumlah perjalanan yang dibangkitkan dari suatu zona asal atau yang tertarik
ke suatu zona tujuan akan didistribusikan pada masing-masing zona asal dan zona tujuan
yang ada. Tahapan ini menghasilkan Matriks Asal Tujuan Perjalanan.

Model dasar dari model persamaan distribusi perjalanan adalah Model Gravity yang
menganalogikan bahwa fenomena sebaran perjalanan dengan hukum Gravitasi Newton
yang berasumsi distribusi perjalanan antara zona asal i dan zona tujuan d berbanding lurus
dengan jumlah bangkitan Oi dan tarikan Dd dan berbanding terbalik kuadratis terhadap waktu
tempuh perjalanan(Cid) atau diekspesikan dengan fungsi hambatan f(Cid) antara kedua zona
tersebut, atau dalam fungsi matematika untuk perkotaan motropolitan adalah sebagai
berikut:
Tij = Ai . Oi . Bj . Dj . exp(Cij*-0,1303).. Persamaan 5-3

Dengan :

Bj

1
untuk semua d dan
Ai Oi f id

.Persamaan 5-4

1
untuk semua I
Bd Dd fid

Persamaan 5-5

Aj

Dimana :
Tij

= Perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan d (kendaraan)

Oi

= jumlah perjalanan yang berasal dari zona asal I (kendaraan)

Dj

= jumlah perjalanan yang menuju ke zona tujuan d (kendaraan)

Cij

= Waktu tempuh perjalanan (jam)

Ai

= Faktor penyeimbang

Bj

= Faktor penyeimbang

22

5.5

Pemilihan Moda Transportasi

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap
moda. Moda sebagai pilihan dalam perhitungan ini hanya diperuntukan untuk angkutan
pribadi dan angkutan Umum.
Adapun model yang digunakan untuk perhitungan pemilihan moda pada kota Sedang adalah
sebagai berikut :
M = 0.456 - 0.314 d + 0,0023 b

Persamaan 5-6

Dimana :
d = Jarak tempuh (km)
b = Biaya Perjalanan (Rp)
Jika model persamaan M mendekati angka probabilitas 0 (nol), maka hasilnya cenderung
pada pemilihan moda Kendaraan Pribadi, sebaliknya jika hasil model persamaan M
mendekati angka probabilitas 1 (satu), maka hasilnya cenderung pada pemilihan moda
Angkutan umum.

5.6

Pemilihan Rute

model pemilihan rute yang digunakan adalah Stokastik murni (dial, burrel), dimana efek
batasan kapasitas tidak dipertimbangkan begitu pula dengan efek stokastik tidak
dipertimbangkan. Batasan analisis penentuan rute adalah volume dan waktu yang
menggunakan asumsi hukum davidson (persamaan 5-7).

( )
= [
] . Persamaan 5-7

Dengan :
TQ = Waktu tempuh pada kondisi volume = Q (jam);
To = Waktu tempuh pada kondisi Q=0 (jam);

23

Q = Arus (kend/jam);
C = Kapasitas (kend/jam);
a = Indeks tingkat pelayanan (ITP)
a = 0,4 0,6
hubungan antara demand function dengan supply fungsi pada masing masing rute sebagai
berikut :

+ + + + =

, Persamaan 5-8

Dengan :
TQ1, TQ2, TQ3,.., TQx = waktu tempuh pada kondisi volume Q untuk rute 1, 2, 3 hingga rute x
(x=banyaknya rute yang akan dipilih)

5.7

Peramalan Transportasi Jalan Kota Sedang

Dalam melakukan perencanaan transportasi, dibutuhkan peramalan (perkiraan) transportasi,


karena rencana disusun berdasarkan ramalan yang memungkinkan terjadi di masa yang
akan datang. Peramalan dilakukan dengan angka pertumbuhan penduduk kota sedang yaitu
1,58 % pada setiap variabel model perencanaan transportasi jalan di kota sedang
menggunakan persamaan 5-9.

... Persamaan 5-9


dimana:
F

= Prediksi data yang akan datang

= Data saat kini

= Tingkat pertumbuhan

= Jumlah tahun prediksi

24

6. Tahap Perencanaan Transportasi


6.1

Pengumpulan Data

6.2

Tahap Bangkitan/Tarikan Perjalanan

6.3

Tahap Sebaran Perjalanan

6.4

Tahap Pemilihan Moda Transportasi

6.5

Tahap Pemilihan Rute

25

Lampiran 1
Contoh Perhitungan Perencanaan Transportasi
Data yang dibutuhkan :

Anda mungkin juga menyukai