Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perokok
2.1.1 Definisi
Perokok adalah orang yang sudah menghisap minimal 100 batang rokok seumur
hidupnya dan masih merokok hingga saat ini, baik tiap hari maupun kadangkadang (CDC, 2008). Perokok ringan adalah perokok yang mengonsumsi 1-10
batang rokok setiap harinya (Health Canada, 2015). Perokok pemula adalah orang
yang baru menghisap kurang dari 100 batang rokok.. Selain definisi tersebut,
perokok yang mengonsumsi 1-39 batang rokok per minggu juga dapat disebut
sebagai perokok ringan (Husten, 2009). Perokok sedang adalah perokok yang
mengonsumsi 11-20 batang rokok setiap hari, sedangkan perokok berat
mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok setiap hari (Health Canada, 2015).
2.1.2 Tipe-tipe Perokok
Menurut Mutadin (2002) tipe-tipe perokok yaitu:
a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31
batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu
sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit.
c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 21 batang dengan selang waktu
31-60 menit setelah bangun pagi.
d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang
waktu 60 menit dari bangun pagi.
Tipe perokok (Sitepoe dalam Perwitasari, 2006) yaitu :
a. Perokok ringan, merokok 1-10 batang sehari.
b. Perokok sedang, merokok 11-20 batang sehari.
c. Perokok berat, merokok lebih dari 24 batang sehari.
Tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory (Tomkins
dikutip
Mutadin 2002) adalah:

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Menurut Green tiga
sub tipe ini adalah:
Pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok

setelah minum kopi atau makan.


Stimulation to pick them up adalah perilaku merokok yang dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.


Pleasure of handling the cigarette adalah kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok
pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa
menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan

rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.


b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, misalnya bila ia
marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
c. Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction) adalah perilaku
dengan menambahkan dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek
dari rokok yang dihisapnya berkurang.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin atau tanpa
dipikirkan dan tanpa disadari. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan tipe perokok dapat dibedakan menjadi dua yaitu
berdasarkan intensitas merokok yang dilihat dari banyaknya jumlah rokok
yang dihisap dalam satu hari dan berdasarkan keadaan yang dialami
perokok.
2.1.3 Prevalensi Perokok
Secara global, sekitar 36% pria dan 8% wanita di atas usia 15 tahun merokok
(WHO, 2014). Pada tahun 2013, jumlah perokok di Indonesia adalah sekitar
36,3% dari jumlah penduduk, di mana 64,9% di antaranya laki-laki dan 2,1%
perempuan. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3
batang per hari. Perokok aktif setiap hari (daily smoker) terbanyak berada pada
kelompok umur 30-34 tahun (33,4%). Jenis pekerjaan petani/nelayan/buruh

memiliki proporsi daily smoker yang mempunyai terbesar (44,5%). Lebih dari
setengah (50,3%) perokok di Indonesia mulai merokok pada usia 15-19 tahun
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013).
2.2 Perilaku Merokok
2.3.1 Pengertian Perilaku Merokok
Kegiatan merokok sudah di kenal sejak zaman dulu. Pada awalnya kebanyakan
orang menghisap tembakau dengan menggunakan pipa. Masyarakat Timur
(Eastern Societies) menggunakan air untuk mengurangi asap tembakau sebelum
diinhalasi. Pada tahun 1840-an barulah dikenal rokok, tetapi belum memiliki
dampak dalam pemasaran tembakau. Mendekati tahun 1881 mulai terjadi
produksi rokok secara besar-besaran dengan bantuan mesin. Melalui reklame,
rokok menjadi terkenal dan pada tahun 1920 sudah tersebar ke seluruh dunia.
Maka merokok saat ini merupakan suatu kebiasaan yang dapat dilakukan di
manapun, kapanpun dan mampu memberikan kenikmatan bagi si perokok. Bila
telah kecanduan, sangatlah susah untuk menghentikan kebiasaan merokok
(Perwitasari,2006).
Pada hakekatnya merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah
gulungan tembakau yang dibungkus oleh daun nipah atau kertas (Poerwadarminta,
1983). Sedangkan menurut Aritonang (dalam Perwitasari, 2006) merokok adalah
perilaku yang komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif,
kondisi psikologis, dan keadaan fisiologis. Perilaku sendiri adalah setiap tindakan
manusia yang dapat dilihat (Kartono, 2003). Sedangkan pengertian perilaku dalam
arti luas adalah mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang.
Dalam pengertian sempit, perilaku dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang
dapat diamati secara umum atau objektif (Chaplin, 2002).
Perilaku merokok seseorang secara keseluruhan dapat dilihat dari jumlah rokok
yang dihisapnya. Seberapa banyak seseorang merokok dapat diketahui melalui
intensitasnya, dimana menurut Kartono (2003) intensitas adalah besar atau
kekuatan untuk suatu tingkah laku. Maka perilaku merokok seseorang dapat
dikatakan tinggi maupun rendah yang dapat diketahui dari intensitas merokoknya
yaitu banyaknya seseorang dalam merokok. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas


membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar
dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya, namun masih banyak
orang yang melakukannya termasuk wanita. Menurut Levy (dalam Nasution,
2007) setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya
disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Lewin (dalam Komasari dan Helmi,
2000) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya
perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
oleh faktor lingkungan.
Mutadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan seseorang merokok,
diantaranya:
a. Pengaruh orang tua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal
dari keluarga tidak bahagia, dimana orang tua tidak memperhatikan anakanaknya dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkungan
rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
individu yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent). Individu
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah
mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada wanita.
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka
semakin banyak teman-teman individu itu yang merokok, begitu pula
sebaliknya.
c. Faktor kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat

seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan


tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :
a. Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakn nikotin
dalam darah perokok cukup tinggi.
b. Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau
rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi
individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit
dihindari.
c. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian
individu

pada

perokok.

Seseorang

berperilaku

merokok

dengan

memperhatikan lingkungan sosialnya.


d. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada
usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis
kelamin zamansekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria
maupun wanita sekarang sudah merokok.
e. Faktor Sosial Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dna gengsi pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
f. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik
yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi
perilaku merokok.
Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi negara-negara
berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari dalam diri
individu dan juga dari lingkungan.
2.3. Dampak Merokok
2.3.1 Dampak merokok bagi kesehatan
Menurut studi prospektif yang dilakukan Rosenman timbulnya penyakit jantung
koroner lebih tinggi 50 % bagi individu yang merokok kira-kira 12 batang sehari
dan 200 % bagi individu yang merokok lebih dari 12 batang sehari (Sarafino
dalam Perwitasari, 2006). Asap rokok mengandung nikotin yang merupakan salah
satu bahan kimia berminyak yang tidak berwarna dan salah satu racun yang cukup
keras. Selain itu di dalam asap rokok terdapat karbon monoksida, amonia, dan
butan (Amstrong, 1992). Efek toleran yang disebabkan oleh nikotin sesungguhnya
relatif ringan, tetapi sifat adiktifnya dapat menyebabkan tubuh tergantung dan
termanifestas idalam bentuk pusing-pusing, mudah gugup, lesu, sakit kepala, dan
perasaan cemas (Theodorus dalam Perwitasari, 2006).
Berdasarkan Teori Dampak Merokok, nikotin dapat memacu jantung
menyebabkan relaksasi pada otot-otot skeleton. Secara subyektif, nikotin memiliki
kapasitas berlawanan untuk memproduksi rasa ketergantungan dan relaksasi
serentak (Taylor, 1995). Merokok memiliki efek sinergis pada faktor beresiko
kesehatan lainnya, yaitu memperluas dampak faktor resiko lainnya yang
berkenaan dengan kesehatan (Dembroski & Mac Dougal dalam Shelly, 1995).
Nikotin menghasilkan efek rangsang pada sistem jantung pada orang yang
memiliki kerusakan jantung maupun yang tidak memiliki kerusakan jantung.
Kematian mendadak pada perokok, dapat diakibatkan dari kurang baiknya aliran
darah karena pembuluh darah yang berkerut dan terhalangi pada detak jantung
yang dihasilkan oleh naiknya sirkulasi catecholamine (Benowitz dalam Shelly,
1995). Nikotin dapat juga menyebabkan kekejangan pembuluh arteri (vasopasm)
pada orang yang menderita penyakit atherosclerotic (Pomerlau dalam Shelly,
1995). Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung koroner karena ketika
seseorang merokok denyut jantungnya semakin cepat, sedangkan pemasokan zat

asam yang diperlukan oleh jantung kurang dari normal. Merokok dapat memicu
terjadinya trombosis koroner atau serangan jantung karena bekuan darah yang
menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok jantung, hal ini
disebabkan oleh nikotin yang mengganggu irama jantung yang teratur dan
membuat darah dalam tubuh menjadi lengket. Asap rokok ketika merokok dapat
menyebabkan bronkitis (Amstrong, 1992).
2.4 Peranan Lingkungan dalam Penghentian Perilaku Merokok
2.4.1 Peranan Keluarga
2.4.2 Peranan Sekolah
Peranan guru kepada siswa memberikan keteladanan, pengalaman, serta ilmu
pengetahuan. Keteladanan seorang guru penting dalam proses pembelajaran anak.
Guru merupakan orang tua kedua bagi para siswa di sekolah, guru diharapkan
mampu mengarahkan siswa untuk menghindari penggunaan rokok yang
membahayakan kesehatan. Pendapat ini diperkuat dengan Undang-undang
SISDIKNAS tahun 2003 yang menyebutkan salah satu tujuan pendidikan nasional
adalah mewujudkan generasi yang sehat, dimana dalam Undang Undang guru
wajib memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
(UURI No 14, 2005).
2.4.3 Peranan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 mengatur mengenai pengamanan bahan
yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, yang
mencakup rokok dan produk tembakau lainnya yang digunakan dengan dihisap
atau dikunyah. Penyelenggaraan pengamanan yang dimaksud meliputi produksi
dan impor, peredaran, perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil, dan
kawasan tanpa rokok.
Beberapa poin penting yang diatur dalam peraturan ini mencakup pengujian kadar
nikotin dan tar, pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan, pembatasan
iklan niaga produk tembakau, penyelenggaraan iklan layanan masyarakat oleh
pemerintah mengenai bahaya merokok, pengendalian promosi produk tembakau
berupa hadiah, potongan harga, dan sponsor kegiatan (baik sebagai sponsor murni

maupun

sebagai

bentuk

tanggung

jawab

perusahaan/corporate

social

responsibility); serta penyelenggaraan kawasan tanpa rokok.


Pembatasan mengenai iklan niaga produk tembakau yang diatur dalam peraturan
pemerintah ini di antaranya mengenai isi iklan niaga produk tembakau, jam siar
iklan niaga produk tembakau di media penyiaran (radio dan televisi), serta
batasan-batasan mengenai iklan di media cetak dan luar ruang. Dalam iklan niaga
produk tembakau, diatur bahwa wujud produk tembakau, model wanita hamil dan
anak-anak, tokoh kartun, serta pelanggaran norma-norma sosial tidak boleh
ditampilkan. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan adanya peringatan kesehatan
disertai gambar dengan proporsi 10% dari total durasi iklan (di media penyiaran)
atau 15% dari luas total iklan (di media cetak dan luar ruang). Selain itu, diatur
juga mengenai pembatasan jam siar iklan produk tembakau serta penempatan
iklan produk tembakau di media cetak dan luar ruang. Selain dalam PP no. 109
tahun 2012, regulasi mengenai pengendalian iklan niaga produk tembakau juga
ditetapkan dalam UU no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, di mana iklan produk
tembakau hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga 05.00 waktu setempat.
Pembatasan mengenai sponsor kegiatan produk tembakau, baik sebagai sponsor
murni maupun sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate
social responsibility; CSR) yang diatur dalam peraturan pemerintah ini di
antaranya tidak diperbolehkan adanya penggunaan nama merek dagang dan logo
produk tembakau (termasuk brand image produk tembakau), dan sponsor kegiatan
tidak bertujuan untuk mempromosikan produk tembakau. Selain itu, sponsor
kegiatan oleh produk tembakau juga dilarang untuk kegiatan lembaga dan/atau
perorangan yang diliput media.

Anda mungkin juga menyukai