Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat peradangan pada
epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis yang fungsinya sebagai
pengangkut, tempat penyimpanan, dan pematangan sel sperma yang berasal dari testis).
Kondisi ini mungkin dapat sangat menyakitkan, dan skrotum bisa menjadi merah, hangat,
dan bengkak. Ini mungkin akut (tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis.

2. Epidemiologi
Epididimitis diderita 1 dari 144 klien laki-laki (0,69 %) pada usia 18-50 tahun atau
sekitar 600.000 kasus pada laki-laki usia 18-35 tahun di Amerika Serikat. Epididimitis
diderita terutama oleh laki-laki usia 16-30 tahun dan usia 51-70 tahun. Dilaporkan barubaru ini terdapat kasus meningkatnya penyakit ini di Amerika Serikat yang dihubungkan
dengan meningkatnya laporan kasus Chlamydia dan Gonorrhoeae.
3. Etiologi
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia klien, sehingga
penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :
Infeksi bakteri non spesifik

Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella) menjadi


penyebab umum terjadinya epididimitis pada anak-anak, dewasa dengan usia
lebih dari 35 tahun dan homoseksual. Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium,
Mycoplasma, dan Mima polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan
penderita tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenza dan N

meningitides sangat jarang terjadi.


Penyakit Menular Seksual (PMS)
Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang dari 35
tahun dengan aktivitas seksual aktif. Infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, Treponema pallidum, Trichomonas dan Gardnerella vaginalis juga

sering terjadi pada populasi ini.


Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada epididimitis
yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria. Mumps merupakan
virus yang sering menyebabkan epididimitis selain Coxsackie virus A dan

Varicella.
TB (Tuberculosis)
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberculosis sering terjadi di daerah
endemis TB dan menjadi penyebab utama terjadinya TB urogenitalis.
Penyebab infeksi lain (seperti Brucellosis, Coccidioidomycosis, Blastomycosis,
Cytomegalovirus, Candidiasis, CMV pada HIV) dapat menjadi penyebab
terjadinya epididimitis namun biasanya hanya terjadi pada individu dengan sistem

imun tubuh yang rendah atau menurun.


Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks.
Vaskulitis (seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak) sering
menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi sistemik.
Penggunaan Amiodarone dosis tinggi
Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung dengan dosis
awal 600 mg/hari-800 mg/hari selama 1-3 minggu secara bertahap dan dosis
pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari
200 mg/hari) akan menimbulkan antibodi miodarone HCL yang kemudian akan
menyerang epididimis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian yang sering
terkena adalah bagian cranial dari epididmis dan kasus ini terjadi pada 3-11 %
klien yang menggunakan obat Amiodarone.

Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri dapat mnyebar ke skrotum
menyebabkan

timbulnya

epididimitis

dengan

rasa

nyeri

yang

hebat,

pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala yang juga
sering menyertai adalah nyeri di selangkangan, daerah antara penis dan anus serta
punggung bagian bawah, demam dan menggigil. Pada pemeriksaan colok dubur

didapatkan prostat yang membengkak dan terasa nyeri jika disentuh


Tindakan pembedahan seperti prostatektomi
Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya infeksi
preoperasi pada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13 % kasus yang dilakukan

prostatektomi suprapubik.
Kateterisasi dan instrumentasi
Terjadi epididimitis akibat

tindakan

kateterisasi

maupun

pemasangan

instrumentasi dipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar hingga ke

epididimis.
Blood borne infection
Epididimitis terjadi melalui infeksi yang penyebarannya melalui darah dari focus
primer yang jauh, seperti kulit, gigi, telinga, dan tenggorokan.

4. Patofisiologi
Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis yang biasanya turun dari prostat atau
saluran urine yang terinfeksi. Kondisi ini dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari
Gonorrhoeae. Pada pria dibawah 35 tahun penyebab utama epididimitis adalah
Chlamydia trachomatis. Infeksi mulai menjalar dari bagian atas melalui urethra dan
duktus ejakulatorius kemudian berjalan sepanjang vas deferens ke epididimis. Rasa nyeri
dirasakan pada unilateral dan rasa sakit pada kanalis inguinalis sepanjang jalur vas
deferens kemudian mengalami nyeri dan pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan
paha. Epididimis menjadi bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat, menggigil,
demam dan urine dapat mengandung nanah (pyuria) dan bakteri (bakteriuria).
5. Klasifikasi
Epididimitis dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronis, tergantung pada lamanya
gejala.
Epididimitis akut

Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya dalam
beberapa hari (kurang dari enam minggu). Epididimitis akut biasanya lebih berat

daripada epididimitis kronis.


Epididimitis kronis
Epididimitis yang telah terjadi selama lebih dari enam minggu, ditandai oleh
peradangan bahkan ketika tidak adanya suatu infeksi. Pengujian diperlukan untuk
membedakan antara epididimitis kronis dengan berbagai gangguan lain yang
dapat menyebabkan nyeri skrotum konstan, termasuk di dalamnya kanker testis,
urat skrotum membesar (varikokel), dan kista dalam epididimis. Selain itu, sarafsaraf di daerah skrotum yang terhubung ke perut kadang-kadang menyebabkan
sakit mirip hernia. Kondisi ini dapat berkembang bahkan tanpa adanya penyebab
yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan perawatan
yang mungkin agak lama. Hal ini dikarenakan terdapat hipersensitivitas struktur
tertentu, termasuk saraf dan otot, yang dapat menyebabkan atau berkontribusi
pada epididimitis kronis.

6. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber
infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh urethra
dan nyeri atau itching pada urethra (akibat urethritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi
yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang
disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat,
urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut
Prostatitis), demam dan nyeri pada region flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut
Pielonefritis). Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai
timbul pada bagian belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke
seluruh testis, skrotum dan kadang ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan
yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan
mual dan muntah. Selain itu bisa juga disertai dengan pembengkakan dan kemerahan
testicular dan/atau scrotal dan urethral discharge. Gejala lain yang mungkin ditemukan
antara lain benjolan di testis, pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena,
pembengkakan selangkangan pada sisi yang terkena, nyeri testis ketika buang air besar,

keluar nanah dari urethra, nyeri ketika berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual atau
ejakulasi, darah di dalam semen, dan nyeri selangkangan.
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dimana ditemukan leukosit meningkat dengan

shift to the left (10.000-30.000/ l).


Sperma analisa dimana terdapat leukosit > 1 juta/ml
Kultur semen sebagai konfirmasi untuk mendapatkan kuman penyebab dari

epididimitis.
Kultur urine dan pewarnaan gram untuk kuman penyebab infeksi.
Analisa urine untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak.
Tes penyaringan untuk Chlamydia dan Gonorrhoeae.
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita.

B. Pemeriksaan radiologis
1. Colour Doppler Ultrasonography
Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan
ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut

skrotum lainnya.
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi klien (seperti

ukuran bayi berbeda dengan dewasa).


Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah pada
arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis cenderung

meningkat.
Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mngetahui adanya abses skrotum sebagai

komplikasi dari epididimitis.


Epididimitis kronis daapt diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang
disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echo
yang heterogen pada ultrasonografi.

2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan

technetium-99 tracer

dan

dilakukan

untuk

mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai

ultrasonografi.
Pada epididimitis akut akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras.

Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100 % dalam menentukan daerah iskemia

akibat infeksi.
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu.
Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam
melakukan interpretasi.

3. Vesicourethrogram (VCUG), Cystourethroscopy, dan USG abdomen


Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali congenital pada klien
anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.
8. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi ditemukan skrotum bisa menjadi merah dan bengkak. Ini mungkin akut
(tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis, dan terdapat pembesaran

skrotum dan isinya, dan terdapat nanah pada urine.


Pada palpasi ditemukan testis pada posisi normal vertikal, ukuran kedua testis sama
besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis. Setelah beberapa hari,
epididimis dan testis tidak dapat teraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi
testis. Akan teraba pembesaran atau penebalan dari epididimis secara keseluruhan, di
kauda atau di kaput yang mengindikasikan kuman penyebab infeksi. Ditemukan juga
rasa nyeri yang terlokalisir di epididimis dengan suhu yang sedikit meningkat karena
aliran darah meningkat di daerah tersebut. Kulit skrotum teraba panas, kenyal, merah,
dan bengkak karena adanya edema dan infiltrate. Funikulus spermatikus juga turut

meradang menjadi bengkak dan nyeri.


Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal
Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke
atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun

pemeriksaan ini kurang spesifik.


Pembesaran kelenjar getah bening di regio inguinalis.
Pada pemeriksaan colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronis yaitu

adanya pengeluaran secret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.


Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan.
Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus
urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dan lain-lain.

9. Kriteria diagnosis

Epididimitis akan sulit untuk membedakan dari torsio testis (kondisi ketika saluran
spermatika ke kedua testis memotong suplai darah). Keduanya dapat terjadi pada waktu
yang sama. Epididimitis biasanya memiliki bentuk serangan bertahap. Pada pemeriksaan
fisik, testis biasanya ditemukan berada dalam posisi normal vertikal, ukuran yang sama
dengan pasangannya, dan tidak naik tinggi. Temuan khas adalah kemerahan, hangat, dan
pembengkakan skrotum, dengan kelembutan belakang testis, jauh dari tengah (ini adalah
posisi normal dari epididimis relatif terhadap testis). Refleks kremaster, apabila
sebelumnya normal, akan tetap terlihat normal. Ini adalah tanda yang berguna untuk
mebedakannya dari torsio testis.
Analisis urine kemungkinan normal atau tidak normal. Sebelum munculnya teknik-teknik
canggih pencitraan medis, eksplorasi bedah adalah standar perawatan. Saat ini USG
Doppler adalah tes yang lebih disukai. Hal ini dapat menunjukkan peningkatan aliran
darah (juga dibandingkan dengan sisi normal), sebagai lawan dari torsio testis. Pengujian
tambahan mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari. Pada
anak-anak, sebuah kelainan saluran kemih sering ditemukan. Pada pria aktif secara
seksual, tes untuk penyakit menular seksual dapat dilakukan. Ini mungkin termasuk
mikroskop dan pembiakan dari sampel urine, Gram strain dan pembiakan dari cairan atau
swab dari saluran kemih, tes amplifikasi asam nuklir (untuk memperkuat dan mendeteksi
DNA atau asam nukleat mikroba lainnya) atau tes untuk sifilis dan HIV.
10. Diagnosis banding
Diagnosis banding epididimitis meliputi :
1) Orchitis
2) Hernia inguinalis inkarserata
3) Torsio testis
4) Seminoma testis
5) Trauma testis
11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah,
yaitu :
a. Penatalaksanaan medis
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering
digunakan adalah :
Fluoroquinolones, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti
resisten terhadap kuman Gonorrhoeae.

Cefalosporin (Ceftriaxon).
Levofloxacin atau Ofloxacin untuk mengatasi infeksi Chlamydia, pada kasus
yang disebabkan oleh organisme enterik (seperti E. coli) dan digunakan pada

klien yang alergi penisilin.


Doxycycline, Azithromycin, dan Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi

infeksi bakteri non gonokokal lainnya.


Pada anak-anak, Fluoroquinolones dan Doxycycline sebaiknya dihindari.
Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih sering menjadi penyebab
epididimitis pada anak. Kotrimoksasol atau penisilin yang cocok (misalnya
Sefaleksin) dapat digunakan. Jika ada penyakit menular seksual, pasangannya
juga harus dirawat.

Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti :


Pengurangan aktivitas.
Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua

sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.


Kompres es/kompres dingin pada skrotum untuk mengurangi rasa sakit.
Pemberian analgesik dan NSAID.
Mencegah penggunaan instumentasi pada urethra.

b. Penatalaksanaan bedah
Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi :
Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan
orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis
tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat melakukan

orchiectomy.
Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasil mengurangi nyeri yang disebabkan oleh

epididimitis kronis pada 50 % kasus.


Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada klien dengan epididimitis akut supurativa.

12. Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah :
1) Abses dan pyocele pada scrotum
2) Infark pada testis
3) Epididimitis kronis dan orchalgia

4) Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus
epididimis
5) Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
6) Fistula kutaneus
7) Penyebaran infeksi ke organ lain atau sistem tubuh
13. Pencegahan
Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik profilaktik (sebagai
tindakan pencegahan) kepada orang-orang yang memiliki risiko menderita epididimitis.
Epididimitis akibat penyakit menular seksual bisa dicegah dengan cara tidak melakukan
hubungan seksual diluar nikah. Apabila epididimitis yang diderita disebabkan oleh STD
(Sexual Transmitted Disease), pasangan atau partner klien juga perlu mendapatkan
perawatan. Lakukan hubunagn seksual yang aman, seperti seks monogamy (dengan 1
orang saja), dan penggunaan kondom akan membantu untuk melindungi dari STD yang
dapat menyebabkan epididimitis. Apabila klien menderita ISK kambuhan atau faktor
risiko lain yang bisa menyebabkan epididimitis, bisa disikusikan dengan dokter untuk
menentukan cara lain untuk mencegah kekambuhan dari epididimitis tersebut.
14. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat
serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner seksualnya.
Kekambuhan epididimitis pada seorang klien adalah hal yang biasa terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner and Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC
Anonymous. 2008. Epididimitis and Orchitis.
American
http://www.urologyhealth.com (diakses tanggal : 19 Februari 2013)

Urology

Association.

Taufik. 2009. Epididymitis. http://pisangkipas.wordpress.com/ (diaksss tanggal : 19 Februari


2013)

Saladdin, Arianto. 2009. Penyakit-penyakit Intraskrotal-Penyakit yang berhubungan dengan


skrotum (kantung buah zakar).http://www.reocities.com/ResearchTriangle/invention/5332/zakarnl.html (diakses tanggal : 19 Februari 2013)
Saktya.
2011.
Asuhan
Keperawatan
Epididimitis.
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/18/asuhan-keperawatan-epididimitis/
(diakses
Tanggal : 19 Februari 2013)

Anda mungkin juga menyukai