PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia kini telah menduduki rangking keempat jumlah penyandang diabetes
terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) jumlah penyandang diabetes di Indonesia pada tahun 2003
sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan
pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7
persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural. Sejalan dengan data yang dimiliki
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diprediksi bahwa kenaikan jumlah
penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Sejalan pula dengan data Badan Federasi Diabetes
Internasional (IDF) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikan jumlah penyandang
diabetes melitus di Indonesia dari 7 juta tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030.
Berdasarkan riset kesehatan dasar Jawa Barat tahun 2013, angka kejadian diabetes
melitus pada tahun 2013 meningkat setidaknya 50 % dari jumlah yang terdaftar pada
tahun 2007. Dengan kata lain angka kejadian diabetes melitus setiap tahunnya
mengalami peningkatan dan memiliki peluang untuk terus menerus meningkat
(PDPERSI. 2012. Data Statistik Diabetes Melitus. Diakses pada tanggal 6 Januari 2014.
www.pdpersi.co.id; Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2013).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat. Di dalam penyakit diabetes melitus semata-mata
1
tidak hanya kelainan metabolisme karbohidrat saja, tetapi terdapat pula kelainan
protein, dan lemak yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel
terhadap insulin disertai dengan berkembangnya komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Menurut Sujono dan Sukarmin (2008), tingkat prevalensi dari diabetes melitus
dan penyakit pankreas masih tinggi. Diduga terdapat sekitar 5 juta kasus diabetes dan
penderita penyakit pankreas di Indonesia dan setiap tahunnya didiagnosa sekitar
200.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian keempat di Indonesia
dan penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik. Tujuh puluh lima persen
penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Komplikasi yang
paling utama adalah serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan ganggren (Sujono &
Sukarmin, 2008).
Secara umum diabetes melitus disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor yang tidak
bisa dimodifikasi dan faktor yang bisa dimodifikasi. Faktor yang tidak bisa
dimodifikasi yaitu faktor genetik atau faktor keturunan. Berdasarkan teori yang ada,
seseorang akan berisiko 6 x lebih besar menderita suatu penyakit apabila terdapat
riwayat keluarga yang sebelumnya menderita satu jenis penyakit yang sama. Hal ini
pun berlaku sama untuk penyakit diabetes melitus. Seseorang akan berisiko 6 x lebih
besar untuk menderita penyakit diabetes melitus apabila tedapat riwayat keluarga
yang menderita penyakit diabetes melitus pula (misalnya salah satu orangtua). Teori
tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Ani Handayani
yang membahas tentang faktor faktor risiko diabetes melitus tipe 2 dimana
didapatkan hasil risiko untuk terjadi DM tipe 2 pada subjek yang memiliki riwayat
keluarga DM tipe 2 sebesar 5,9 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang
tidak mengetahui ada atau tidaknya riwayat keluarga untuk kejadian DM tipe 2
(Riyadi, 2008; Sukarmin, 2008; Handayani 2003).
Faktor lain yang memengaruhi angka kejadian suatu penyakit khususnya
penyakit diabetes melitus adalah faktor yang bisa dimodifikasi yaitu faktor perilaku
atau faktor gaya hidup dari seorang individu. Menurut Sarafino (1994, dalam Erni,
2012) menyebutkan bahwa gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya adalah faktor presepsi dan kognitif. Persepsi atau anggapan individu
mengenai keadaannya ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan individu
tersebut. Menurut Potter & Perry (2009) anggapan kesehatan meupakan pikiran,
pendapat, dan sikap seseorang tentang kesehatan serta penyakit.
Anggapan mengenai kesehatan tersebut dipengaruhi oleh informasi, mitos, dan
kenyataan. Anggapan kesehatan memiliki pengaruh terhadap tingkah laku kesehatan
seseorang apakah orang tersebut akan bertingkah laku kesehatan positif (perilaku
mencegah penyakit) ataukah bertingkah laku kesehatan negatif (perilaku mendekati
penyakit) berdasarkan anggapan kesehatan yang mereka yakini.
Terdapat banyak model kesehatan yang diterapkan dalam praktik dunia
keperawatan guna memahami sikap dan nilai klien mengenai kesehatan dan penyakit
serta untuk menyediakan layanan kesehatan yang efektif salah satunya adalah teori
Health Belief Model. Menurut jurnal yang ditulis oleh Larry Lizewski mengenai The
Health Belief Model pada tahun 2010 menjelaskan bahwa terdapat 4 variabel yang
saling berhubungan yang disajikan dalam 2 tingkatan yaitu kerentanan dan seberapa
besar dampak yang dirasakan serta manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan.
guna mencegah terjadinya penyakit diabetes melitus pada diri mereka masingmasing.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi adalah
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi
individu berdasarkan teori Health Belief Model terhadap perilaku atau upaya
pencegahan penyakit diabetes melitus pada individu yang memiliki riwayat keturunan
diabetes.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis
Kegunaan penelitian ini secara keilmuan adalah adanya penjabaran aplikasi
sebuah teori khususnya pada penelitian ini adalah teori Health Belief Model terhadap
perilaku kesehatan seseorang.
1.4.2
Kegunaan Praktis
Kegunaan penelitian ini secara praktis adalah dapat ditentukan upaya preventif
mana yang paling efektif untuk dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat.
1.5
Kerangka Pemikiran
Perilaku kesehatan seorang individu baik itu tingkah laku kesehatan positif
maupun tingkah laku kesehatan negatif dipengaruhi oleh anggapan kesehatan yang
mereka yakini. Anggapan kesehatan sendiri adalah merupakan pikiran, pendapat, dan
sikap seseorang tentang kesehatan serta penyakit. Ketika seorang individu sudah
memiliki tingkah laku kesehatan yang positif maka hal tersebut akan berdampak pada
perilaku mempertahankan, mencapai, atau memperoleh kembali kesehatan dan
mencegah penyakit. Begitupun sebaliknya apabila seorang individu memiliki tingkah
laku kesehatan yang negatif, maka hal tersebut akan berdampak pada perilaku yang
cenderung menjauhi perilaku mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.
Salah satu teori anggapan kesehatan yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan
suatu penyakit adalah teori Health Belief Model. Pada teori atau model kesehatan
yang satu ini, terdapat 4 variabel utama yang memengaruhi perilaku seseorang guna
mencapai taraf kesehatan yang disajikan dalam 3 komponen antara lain persepsi
tersebut akan atau tidak akan ikut serta dalam tingkah laku yang sehat (Potter &
Perry, 2009).
Model anggapan kesehatan tersebut membantu perawat memahami faktor yang
memengaruhi persepsi klien, anggapan, dan tingkah lakunya dalam tujuan untuk
merencanakan pelayanan yang akan membantu klien mempertahankan dan
mengembalikan kesehatannya serta mencegah penyakit. Pada penyakit diabetes
melitus sendiri beberapa yang termasuk dalam tingkah laku kesehatan positif seperti
pola makan yang sehat (4 sehat 5 sempurna), olahraga teratur minimal 3-4 kali dalam
seminggu masing-masing selama 30 menit, kurangi merokok, dan kurangi konsumsi
alkohol. Sedangkan tingkah laku kesehatan negatif merupakan segala bentuk kegiatan
yang berbahaya bagi kesehatan misalnya pada penyakit diabetes melitus tidak
melakukan olahraga teratur minimal 3-4 kali seminggu dan menjauhi pola makan
sehat seperti mengonsumsi makanan-makanan cepat saji dan tinggi lemak (Potter &
Perry, 2009; Utomo 2011).
Variabel demografik :
Usia
Gender
Etnis/ budaya
Keyakinan Individu
sosiopsikologis :
Memodifikasi
Kepribadian
Kelas sosial
Tekanan dan
kelompok
pilihan
Persepsi individu
dengan riwayat
diabetes melitus
tentang kerentanan
terhadap penyakit
diabetes melitus
Tindakan
10
Persepsi individu
dengan riwayat
diabetes melitus
tentang keseriusan
terhadap penyakit
diabetes melitus
Persepsi individu
dengan riwayat
turunan diabetes
melitus tentang
penyakit diabetes
melitus
Persepsi individu
dengan riwayat
diabetes melitus
tentang keuntungan
tindakan preventif
penyakit diabetes
melitus
Persepsi individu
dengan riwayat
diabetes melitus
tentang hambatan
dalam tindakan
preventif penyakit
diabetes melitus
Keterangan :
Melakukan
perilaku
pencegahan
penyakit diabetes
melitus
Petunjuk untuk
melakukan tindakan
pencegahan :
petugas kesehatan,
media televisi,
leaflet, dan poster
: Berkontribusi
: Diteliti
: Tidak Diteliti
(dimodifikasi dari Teori Health Belief Model (Potter & Perry, 2009; Glanz, et al,
2002))
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah
atribut
yang
dimiliki
seseorang
seperti
kepercayaan,
harapan,motivasi, nilai, persepsi, dan elemen kognitif lainnya, yang berpengaruh pada
karakteristik kepribadian seseorang, pola perilaku, dan kebiasaan yang berhubungan
12
lainnya
mengenai
klasifikasi
kelompok
perilaku
kesehatan
dikemukakan oleh seorang ahli bernama Skinner dimana Skinner membagi klasifikasi
perilaku kesehatan menjadi 3 kelompok antara lain :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Merupakan perilaku dimana seseorang berusaha untuk memelihara atau menjaga
kesehatannya agar tidak sakit dan bagaimana berusaha untuk mencari
13
14
15
16
17
melitus khsusnya diabetes melitus tipe 2, maka diperlukan pengetahuan yang baik
Terdapat beberapa hal yang termasuk ke dalam faktor risiko dari diabetes
melitus khusunya diabetes melitus tipe 2, antara lain :
a. Genetik
Kejadian diabetes melitus tipe 2 yang dikaitkan dengan kelainan genetik adalah
akibat adanya kehilangan/ defek pada salah satu gen yang terbentuk. Hal ini
diperparah oleh adanya interaksi gen dengan faktor lingkungan yang kurang
baik yang menjadikan kegagalan pembentukan gen yang sempurna semakin
parah.
18
19
dimana kita berusaha mencegah agar tidak terjadi diabetes melitus pada individu yang
berisiko tersebut. Inti tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah perubahan
gaya hidup menuju gaya hidup sehat. Dengan diterapkannya gaya hidup sehat, maka
terjadi penurunan berat badan dan distribusi lemak dalam tubuh akan berjalan dengan
20
baik sehingga dapat mencegah atau menunda munculnya manifestasi dari diabetes
melitus.
Beberapa tindakan pencegahan utama yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pengaturan diet/ pola makan
Pengaturan diet guna mencegah diabetes melitus adalah dengan pengaturan
asupan jumlah kalori setiap harinya. Jumlah kalori dapat ditentukan melalui
perhitungan kebutuhan energi per harinya. Menghitung kebutuhan energi dapat
ditentukan melewati beberapa langkah sebagai berikut :
a. Tentukan berat badan ideal pasien dengan rumus (tinggi badan 100) 10%
Kg
b. Lalu tentukan kebutuhan kalori individu. Untuk wanita dapat dihitung
dengan rumus BB ideal x 25 dan untuk laki-laki dapat dihitung dengan
rumus BB ideal x 30.
c. Kalau sudah ditemukan kebutuhan energinya, maka kita dapat menerapkan
makanan yang dapat dikonsumsi guna mencegah diabetes melitus dengan
berpatokan pada jumlah bahan makanan harian dari tiap makanan dibawah
ini :
21
Tabel 1.1
Panduan Diet untuk Pasien Diabetes Melitus
Golongan
bahan
makanan
Nasi
Ikan
Daging
Tempe/
1100
1300
1500
Standar Diet
1700
1900
2100
2300
2500
kkal
kkal
kkal
kkal
kkal
kkal
kkal
kkal
2
2
1
2
3
2
1
2
4
2
1
2
5
2
1
2
5
2
1
3
6
2
1
3
7
2
1
3
7
2
1
3
2
4
4
2
4
4
2
4
6
2
4
7
2
4
1
7
2
4
1
7
penukar
Sayuran
2
2
Buah
4
4
Susu
Minyak
3
4
Ukuran yang digunakan :
Nasi
: gelas
Ikan
: potong
Tempe
: potong
Sayuran
: mangkuk
Buah
: potong
Minyak
: sendok makan
d. Asupan makanan lain yang mesti diperhatikan adalah makanan yang kaya
serat seperti sayur dan buah.
(Riyadi & Sukarmin, 2008)
2. Peningkatan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik memiliki banyak keuntungan untuk mencegah
diabetes melitus. Beberapa keuntungan tersebut antara lain meningkatkan kesehatan
sistem kardiovaskuler, menurunkan tekanan darah, meningkatkan sensitivitas insulin,
22
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
3.2
Jenis Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap
variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk
25
diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain yang dilakukan oleh
peneliti (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
adalah persepsi individu mengenai penyakit diabetes melitus.
3.2.2
3.3
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi adalah
keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2009). Populasi dalam penelitian ini
adalah individu yang memiliki riwayat turunan diabetes melitus tipe 2 yang tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Pasir Kaliki Kota Bandung. Jumlah kunjungan pasien
diabetes melitus dalam data pihak Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2013 sekitar
1315 orang. Dengan demikian populasi dari penelitian ini adalah 1315 orang dengan
riwayat diabetes melitus.
26
3.3.2
Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
Keterangan :
Z : deviat baku alfa
Z : deviat baku beta
r : korelasi minimal yang dianggap bermakna
(Sofiyudin, 2013)
Maka dari itu didapatkan perhitungan jumlah sampel sebagai berikut :
n=
n=
1,960+1,645
+3
0,5 ln [ (1+ 0,4)/(10,4) ]
[
[ ]
3,605
+3
0,5 ln (2,333)
2
n=
2,927
+3
0,423
2
n= [ 8,522 ] +3
n= 72, 62+3
n= 75,624
Maka berdasarkan perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel minimal 76
individu dengan riwayat diabetes melitus tipe 2.
27
3.3.3
Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Teknik sampling
dalam penelitian ini adalah random sampling dimana penetapan sampel
dilakukan dengan cara memilih sampel diantara populasi secara acak.
Masukin cara random sampling
3.4
3.4.1
28
29
Variabel
Persepsi
berdasarkan
teori
Health
Belief
Model
Persepsi Kerentanan dan
Keseriusan
Definisi
Persepsi
Alat Ukur
Kuesioner
terhadap
Hasil Ukur
dan
dengan alternatif
rendah
diabetes
jawaban
melitus
penyakit
untuk
yang
diabetes
dipilih
4=sangat
setuju,
3=setuju,
harus
2=tidak
ditanggung
apabila
1=sangat
melitus.
setuju
Persepsi
individu
mengenai
pencegahan
setuju,
tidak
Skala Ukur
terkena
Persepsi Manfaat
individu
Cara Ukur
negatif/
30
terhadap
peningkatan
kesehatannya.
Tindakan
kurangi
menjaga
rajin
pola
berolahraga,
merokok,
dan
dukungan
dari
31
Perilaku
melaksanakan
Positif
diabetes
melitus
negatif
dilakukan
oleh
dengan
riwayat
yang dengan
alternatif
individu jawaban
turunan dipilih
yang
4=sering,
fisik,
perilaku
merokok,
dan
konsumsi
alkohol.
dan Interval
32
33
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari 32 pernyataan dengan acuan pembuatan
instrumen adalah diabetes helath belief inventory, health risk behavior inventory, dan
instrumen penelitian mengenai persepsi lansia terhadap upaya pencegahan komplikasi
hipertensi (kajian teori HBM). Pernyataan nomor 1-3 merupakan pernyataan untuk
mengetahui persepsi individu terhadap kerentanan terkena penyakit diabetes melitus.
Pernyataan nomor 4-8 adalah pernyataan untuk mengetahui persepsi keparahan
apabila menderita penyakit diabetes melitus. Pernyataan nomor 9-15 adalah
pernyataan untuk mengetahui persepsi manfaat yang akan diperoleh apabila
melakukan perilaku pencegahan penyakit diabetes melitus. Pernyataan nomor 16-24
adalah pernyataan untuk mengetahui hambatan yang dirasakan dalam melakukan
perilaku pencegahan penyakit diabetes melitus dan pernyataan nomor 25-33 adalah
pernyataan untuk mengetahui bagaimana perilaku pencegahan penyakit diabetes
melitus pada individu dengan riwayat turunan diabetes melitus tipe 2.
3.6
34
[ ][
Keterangan :
35
= reliabilitas instrument
k
= banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
Sb2
= jumlah varian butir
2
S total
= varian total
Instrumen dikatakan reliabel apabila hasil uji reliabilitas instrumen
memiliki nilai lebih besar dari 0,7.
3.7
36
3.8
37
Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Analisa data numerik (persepsi dan perilaku pencegahan penyakit pada
individu dengan riwayat turunan DM tipe 2) digunakan nilai median (Notoatmodjo,
2010). Median dari skor kuesioner setiap variabelnya ditentukan dari pengurangan
skor tetinggi dengan skor terendah kuesioner, yang kemudian hasil pengurangannya
dibagi 2 sehingga didapatlah median dari skor kuesioner setiap variabelnya. Setelah
didapatkan median dari setiap variabelnya, skor kuesioner setiap responden
dicocokkan dengan median yang sudah dihitung, dan dapat diketahui hasilnya apakah
persepsi dan perilau pencegahan penyakit dari seiap respondennya positif atau
negatif.
3.9.2
Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan untuk
membuktikan hipotesa penelitian yaitu ada hubungan antara persepsi dengan
perilaku pencegahan penyakit pada individu dengan riwayat turunan DM tipe
2 di Kota Bandung. Sebelum dilakukan analisa data lebih lanjut, pada data
38
numerik dilakukan uji normalitas. Bila sampel yang digunakan lebih dari 50
maka menggunakan parameter Kolmogorov-smirnov dengan kriteria distribusi
data dikatakan normal jika nilai kemaknaan p value > 0.05. Tapi jika sampel
yang digunakan kurang dari 50 menggunakan parameter Shapiro-Wilk dengan
kriteria distribusi data dikatakan normal jika nilai kemaknaan p value > 0.05.
Jika hasil uji normalitas yang dilakukan didapatkan data numerik terdistribusi
normal maka analisa yang akan digunakan yaitu uji korelasi pearson dengan
membandingkan mean antar variabel. Tapi, jika data numerik yang di
dapatkan tidak terdistribusi normal maka uji korelasi yang digunakan yaitu uji
korelasi spearman.
Berikut interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi,
nilai p dan arah korelasi :
No
1
Parameter
Kekuatan
Nilai
0,0 sd < 0,2
Interpretasi
Sangat lemah
korelasi (r)
Lemah
Sedang
0,6 sd <0,8
Kuat
39
Nilai p
0,8 sd 1
P < 0,05
Sangat kuat
Terdapat
korelasi
yang
Arah korelasi
+ (positif)
yang di uji.
Searah, semakin besar nilai
satu variabel semakin besar
pula nilai variabel lainnya
- (negatif)
nilai
satu
variabel,
(Dahlan, 2010)
40
penelitian
ini,
maka
responden
dipersilahkan
untuk
41
4.12
DAFTAR PUSTAKA
42
DAFTAR ISI
BAB
HALAMAN
KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISIii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1
Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2
Identifikasi Masalah.......................................................................................................6
1.3
Tujuan Penelitian............................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................................6
1.4
Kegunaan Penelitian......................................................................................................7
1.4.1 Kegunaan Teoritis............................................................................................7
1.4.2 Kegunaan Praktis.............................................................................................7
1.5
Kerangka Pemikiran.......................................................................................................7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................11
2.1
Konsep Perilaku............................................................................................................11
2.1.1 Pengertian Perilaku............................................................................................11
2.2
Pengertian Persepsi......................................................................................................15
2.3
2.4
Diabetes Melitus...........................................................................................................17
2.4.1 Pengertian Diabetes Melitus.......................................................................17
2.4.2 Etiologi dan Faktor Risiko..........................................................................17
2.4.3 Pencegahan Diabetes Melitus.....................................................................20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................24
3.1
3.2
Jenis Variabel.................................................................................................................24
3.2.1 Variabel Independen (Bebas)........................................................................24
3.2.2 Variabel Dependen (Terikat).........................................................................25
3.3
3.4
3.5
Instrumen Penelitian....................................................................................................33
3.6
3.7
3.8
3.9
Analisis Data..................................................................................................................37
Prosedur Penelitian.......................................................................................................40
3.11
Etika Penelitian..............................................................................................................41
3.12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42