4.1.
Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Karakteristik Usia Pada Pasien Glaukoma Pre Operatif di Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung
Usia
Dewasa Dini 18-39
Madya 40-59
Lansia 60+
Jumlah
Frekuensi (f)
19
46
23
88
Prosentase (%)
21,60
52,27
26,13
100
Frekuensi (f)
60
28
88
Prosentase (%)
68,18
31,82
100
49
Pekerjaan
PNS
Wiraswasta
Pensiunan PNS
Tidak Bekerja
Jumlah
Frekuensi (f)
19
17
38
14
88
Prosentase (%)
21,60
19,32
43,18
15,90
100
Tabel 4.4 Karakteristik Pengalaman operasi Pada Pasien Glaukoma Pre Operatif
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Pendidikan Terakhir
Belum Pernah
Sudah Pernah
Jumlah
Frekuensi (f)
35
9
44
Prosentase (%)
79,5
20,5
100
4.2 Hasil
4.2.1 Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Glaukoma Pre Operatif Di
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
50
Frekuensi (f)
22
43
21
2
0
88
Prosentase (%)
25,00
48,86
23,86
2,28
0
100
takut akan terjadi hal lain, ketakutan akan kejadian itu merupakan
ancaman. Pada pengidap penyakit glaukoma, apabila obat non operasi sudah tidak
berguna lagi, tindakan operasi sangat dianjurkan karena untuk menyelamatkan
51
52
perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri.
Sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi
fungsi tubuh (Brunner, 1996). Tetapi manusia adalah makhluk yang unik, individu
dengan jenis kelamin sama, usia yang sama, belum tentu memiliki mental yang
sama dalam menyikapi suatu masalah, terbukti dengan hasil penelitian ini yang
hasilnya yaitu hampir setengah dari responden (48,86%) mengalami kecemasan
ringan.
Dari interpretasi hasil yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa setengah
dari responden (48,86%) dikategorikan dalam tingkat kecemasan ringan. Menurut
Stuart (1998), menyatakan bahwa kecemasan dipengaruhi oleh faktor predisposisi,
external dan internal, didalam faktor internal ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecemasan diantaranya yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan
pekerjaan.
Dalam teori perilaku dari faktor predisposisi menjelaskan bahwa
kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan (Stuart, 1998). Pasien belajar lebih
mengenali penyakit glaukoma dan belajar mengenai hal-hal setelah pelaksanaan
operasi, perihal tersebut dikatakan oleh beberapa perawat kepada peneliti bawha
banyaknya pasien yang bertanya mengenai penyakit glaukoma dan operasi. Faktor
tersebut membuat pasien berada pada tingkat kecemasan ringan.
Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu
dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
53
dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukan kecemasan pada kehidupan selanjutnya (Stuart, 1998). Dari teori
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang berada pada tingkatan
kecemasan ringan berasumsi untuk mengatasi rasa cemasnya, mereka belajar
mengenai penyakitnya yaitu glaukoma dan mencari tau hal-hal apa saja yang akan
terjadi setelah operasi, supaya rasa cemasnya berkurang.
Kajian biologis menunjukan bahwa kesehatan
umum
seseorang
spontan dan
perempuan daripada pria (Stuart, 1998). Kemudian teori dari Gallo (2001),
menyatakan bahwa perempuan memiliki risiko untuk depresi lebih tinggi daripada
pria, bahkan dimasa tua. Depresi erat kaitannya dengan cemas. Hasil wawancara
dan teori tersebut berkaitan dengan dengan karakteristik penelitian bahwa
sebagian besar dari responden (68,18%) dengan jumlah 60 orang yaitu pada
54
55
menurut hasil wawancara dengan semua pasien pre operatif yang bersedia
menjadi responden, hampir dari setengahnya yang menjadi responden mengatakan
bahwa
operasi
adalah
tindakan
yang
mereka
inginkan
untuk
segera
menghilangkan rasa sakit pada mata yang diderita juga rasa mual dan muntah,
karena apabila tidak dioperasi rasa sakitnya tidak akan hilang, tetapi rasa cemas
itu tetap saja muncul, terutama pada pasien yang baru pertama kali dioperasi mata.
Dari hasil wawancara-wawancara tersebut dapat disimpulkan mengapa
hampir dari setengah dari responden mengalami gejala kecemasan ringan karena
adanya tekad yang kuat dari diri sendiri untuk segera sembuh dari rasa sakit yang
diderita, dan dari penjelasan dokter yang dapat menenangkan pasien dengan
penjelasan tentang hal-hal yang akan terjadi setelah operasi. Kesimpulannya
adalah hasil dari penelitian ini sebagian besar berada pada kecemasan ringan
dengan hasil penelitian bahwa hampir setengahnya dari responden (48,86%) dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu oleh faktor predisposisi (teori
interpersonal, teori perilaku, kajian biologis),jenis kelamin laki-laki, dan usia
lanjut.
.
4.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian berjudul Gambaran Tingkat Kemasan Pada Pasien Glaukoma
Pre Operatif Di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung ini dilakukan dengan
mengikuti prosedur penelitian yang seharusnya, namun masih terdapat
keterbatasan dalam pelaksanaannya antara lain:
1. Subjektifitas responden, artinya peneliti tidak dapat mengontrol
reponden bila jawabannya tidak jujur dalam mengisi instrumen.
2. Tidak semua responden dapat melihat, jadi peneliti membacakan
angketnya secara langsung kepada responden.
56