Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penglihatan merupakan indra penting karena dapat menangkap informasi
yang kita inginkan sebanyak 80%. Mata akan berperan dalam perkembangan
tubuh dari mulai lahir hingga setelah lahir, karena 40% otak akan secara khusus
mencerna segala sesuatu yang dilihat dan dialami untuk selanjutnya
divisualisasikan dan dipahami oleh seseorang (RNIB Suppoting Blind and
Partially Shighted People, 2012). Mata merupakan organ penglihatan yang
didalamnya banyak pihak yang berperan, salah satunya adalah konjungtiva yang
berfungsi untuk membasahi mata (Ilyas, 2003) dan melindungi bola mata
(Darling, 1996).
Salah satu penyakit yang dapat mengenai konjungtiva adalah konjungtivitis
vernal yang merupakan peradangan yang terjadi pada kedua konjungtiva bersifat
musiman dan berulang (Allansmith, 1987). Menurut Ilyas (2004), kejadian
konjungtivitis vernal ini akibat dari alergi kronik yang bersifat bilateral, berulang,
juga atopik yang dapat menimbulkan mukus. Konjungtivitis vernal ini merupakan
reaksi hipersensitivitas tipe I dengan respon imun seluler yang juga ikut
mempengaruhinya (Siregar, 2010).
Menurut Devan dan Ashraf (2007), konjungtivitis vernal/spring catarrh yaitu
terjadi dalam beberapa tahun pada musim panas dan menghilang di musim dingin.
Distribusi konjungtivitis vernal di dunia adalah 0,1%-0,5% dari pasien dengan
1

masalah mata dan frekuensi lebih banyak itu terjadi pada wilayah yang beriklim
hangat, seperti Italia, Yunani, Israel, dan bagian Amerika Selatan, dibandingkan
dengan wilayah beriklim dingin, seperti Amerika Serikat, Swedia, Jerman, dan
Rusia (Allansmith, 1987). Menurut Vaugan (2000), konjungtivitis vernal ini hanya
akan timbul pada musim panas, dan penderita yang terkena konjungtivitis vernal
ini lebih banyak tinggal pada lingkungan panas dan kering. Selain itu, penyebab
lain dari konjungtivitis vernal ini adalah alergen yang terdapat pada lingkungan
seperti debu yang terdapat di rumah, tungau, debu dari binatang peliharaan, dan
juga makanan (Siregar, 2010), serta menurut Benezra (2006), angin, sinar
matahari akan turut menjadi penyebab konjungtivitis vernal.
Menurut Vaugan (2000), konjungtivitis vernal memiliki tanda gejala sama
halnya dengan penyakit lain, gejala yang ditimbulkan adalah rasa gatal pada mata,
mata berair, dan adanya perubahan bentuk dari konjungtiva, serta menurut
Grayson (1983), terdapat sensasi terbakar pada mata, gatal, dan silau terhadap
cahaya. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Baiardini; Sacchetti; Fassio;
Aronni; Lambiase; et al (2007), pada penelitiannya terhadap 30 pasien dengan
konjungtivitis vernal, didapatkan keluhan berupa mata gatal (93%), mata merah
(90%), rasa terbakar pada mata (90%), fotofobia (80%), dan mata berair (83%).
Konjungtivitis vernal ini dimulai pada usia prapubertas dengan rentang waktu
penyakit berlangsung selama 5-10 tahun (Kansal dan Dasgupta, 2001). Menurut
Allansmith (1987), 1000 kasus yang dilaporkan, 750 kasus merupakan pasien
diantara usia 3-25 tahun, dan 38 dari 39 kasusnya mengalami konjungtivitis vernal
sebelum usia 14 tahun, dengan penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan.

Berkaitan dengan hal tersebut, penelitiannya terhadap anak-anak sekolah Ziera di


Nigeria menyatakan dari 327 anak, 24 anak mengalami konjungtivitis vernal,
dengan rentang usia 6-10 tahun (19 anak) dan 11-15 tahun (5 anak) (Abah;
Oladigbolu; Samaila; Gani; Ikilama, 2011). Penelitian konjungtivitis vernal pun
dilakukan di Yaman terhadap 431 responden, didapatkan hasil bahwa penyakit
konjungtivitis vernal ini mempunyai angka yang tinggi menyerang anak usia
dibawah 10 tahun (49,2%), dengan mayoritas pasien laki-laki (75,9%) dan
perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 3,1:1 (Al-Akily & Bamashmus,
2011).
Penelitian lain dilakukan oleh Ayanniyi; Mahmoud; Olantuji (2010),
berkaitan dengan penyebab dan angka kesakitan okular yang dilakukan terhadap
1393 anak sekolah dasar di Ilorin Nigeria, dengan komposisi laki-laki sebanyak
689 (49,4%) dan perempuan sebanyak 764 (50,6%) pada rentang usia 4-15 tahun,
menyatakan bahwa 93 dari 1393 anak (6,7%) menderita konjungtivitis vernal (60
laki-laki dan 33 perempuan). Data distribusi angka kesakitan mata di Kolkata
menunjukan hasil dari 11 penyakit yang ada, konjungtivitis vernal menduduki
peringkat kedua (17,23%) setelah kelainan refraksi (23,67%). Total pasien dengan
konjungtivitis vernal adalah 123 dari 714 pasien, dengan pasien laki-laki (78,63%)
dan pasien perempuan (45,36%) (Biswas; Saha; Das; Bandyopadhyay; Ray; et al,
2012).
Menurut Ilyas (2003), penyakit konjungtivitis vernal ini dapat sembuh tanpa
harus diobati. Oleh karena itu, tujuan perawatan yang diberikan adalah dengan
maksud untuk mengurangi gejala dan menjaga agar tidak terjadi komplikasi pada

penglihatan pasien (Nelson & Olitsky, 2005). Perawatan yang diberikan pada
pasien dengan konjungtivitis vernal ini yaitu dengan cara menghindarkan pasien
dari semua kemungkinan penyebab alergen, memberikan obat topikal steroid
(kortikosteroid)

untuk

menghambat

proses

inflamasi,

kemerahan,

dan

pembengkakan yang terjadi di mata, terapi obat sistemik, dan terapi pendukung
seperti kompres dingin pada mata, menggunakan kacamata hitam, dan pemberian
tetes mata artifisial untuk mencuci mata serta melarutkan alergen yang ada di
mata (Siregar & Wisyastuti, 2004). Menurut Benezra (2006), perawatan
konjungtivitis ini memerlukan berbagai tindakan yang bersifat konservatif yang
didukung dengan penggunaan obat-obatan. Perawatan konservatif yang dapat
dilakukan adalah dengan cara lebih sering mencuci tangan dan mencuci wajah,
tekankan untuk hindari menggosok mata, penggunaan sunglasses (kacamata
hitam), penggunaan topi, penggunaan kacamata renang saat berenang, dan
mengurangi paparan dengan paparan sinar matahari, angin, air asin. Kompres
dingin, tidur yang cukup, dan modifikasi lingkungan seperti penggunaan AC (Air
Conditioning) akan sangat bermanfaat bagi pasien (Kansal dan Dasgupta, 2001).
Pasien dengan konjungtivitis vernal pun perlu melakukan follow up untuk melihat
kemajuan dan pengobatan yang efektif juga mengevaluasinya (American
Optometric Association, 2002).
Komplikasi yang potensial dialami oleh pasien dengan konjungtivitis vernal
ketika tidak dilakukan perawatan adalah ketidaknyamanan, penurunan tajam
penglihatan, dan luka pada kornea yang akan menimbulkan jaringan parut pada
kornea (U.S Library of Medicine National Institute of Health, 2012). Luka pada

kornea/cornea ulcer dapat menyebabkan kebutaan (Witcher et al., 2001).


Penggunaan obat kortikosteroid dalam jangka panjang menurut Vaugan (2013),
dapat mengakibatan komplikasi seperti glaukoma dan katarak.
Dalam

Undang-Undang

Republik

Indonesia

No.23

(2002)

tentang

perlindungan anak pasal 45(1), Orang tua dan keluarga bertanggung jawab
menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Pada 19
Oktober 1959 PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) mendeklarasikan hak-hak anak
dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia, salah satu hak yang perlu didapatkan oleh
anak adalah hak untuk mendapatkan makanan yang adekuat dan perawatan
kesehatan. Dengan demikian, perawatan yang perlu didapatkan oleh anak adalah
sebuah kewajiban orang tua.
Menurut Benezra (2006), orang tua serta pasien perlu sadar dengan
panjangnya waktu penyakit dapat sembuh secara total. Menurut Siregar dan
Wisyastuti (2004), komplikasi yang mungkin muncul pada anak dengan
konjungtivitis vernal seharusnya dapat dicegah bila orang tua dapat mengenali
tanda gejala yang timbul sejak awal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
dapat memberikan perawatan dalam rangka memenuhi hak anak salah satunya
menerima perawatan kesehatan.
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung merupakan rumah sakit mata satusatunya milik pemerintah Republik Indonesia dibawah Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan memiliki poli
khusus anak, yaitu Poli Pediatrik dan Oftalmologi. Data yang didapat dari Rumah
Sakit Mata Cicendo di Poli Pediatrik Oftalmologi pada tahun 2012, konjungtivitis

menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak setelah kelainan refraksi dan


akomodasi. Terdapat 3659 ( 34,05% ) kejadian anak mengalami kejadian
konjungtivitis, dari angka tersebut 2451 kejadian merupakan konjungtivitis vernal.
Pada tahun 2013 angka kejadian konjungtivitis tetap menduduki peringkat ke dua
di Rumah Sakit Mata Cicendo yaitu 3099 (27,87%) angka kejadian konjungtivitis,
dan 1975 kejadian merupakan konjungtivitis vernal dengan mayoritas penderita
berjenis kelamin laki-laki dengan rentang usia 5-14 tahun yaitu 1121. Data pada
bulan Januari 2014 terdapat 56 kedatangan pasien baru maupun kontrol dengan
konjungtivitis vernal. Angka komplikasi konjungtivitis vernal yang mengalami
luka parut pada kornea 223.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada awal
Februari 2014 pada 4 orang perawat di Poli Pediatrik dan Oftalmologi mereka
mengatakan bahwa, mereka selalu memberikan pendidikan kesehatan mengenai
perawatan konjungtivitis vernal. Wawancara yang dilakukan pada 11 orang tua
pasien, mereka mengatakan bahwa perawat dan dokter poli selalu memberikan
pendidikan kesehatan setiap kali pasien datang. Sebelas orang tua pasien
mengatakan

bahwa

mereka

selalu

mendapatkan

informasi

mengenai

perkembangan dan perawatan yang perlu dilakukan pada anaknya, dan juga
mereka mengatakan mengerti tentang pendidikan kesehatan yang diberikan.
Sebelas anak yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa mereka
merasa tidak nyaman dengan gejala yang dialaminya. Sepuluh dari 11 orang tua
pasien mengatakan bahwa mereka sulit untuk meminta anak mereka
menggunakan topi atau kacamata pelindung sebagai alat pelindung mata agar

tidak terkena debu dan jarang melakukan kompres dingin pada mata saat gatal
dengan alasan anak merasa tidak nyaman saat di kompres dingin ataupun tidak
mau di kompres karena rasa gatal berkurang bila dikucek dengan tangan mereka
sendiri. Orang tua pun mengatakan pentingnya perawatan di rumah, hanya
terkadang mereka lupa dan merasa tidak mampu untuk memberikan perawatan di
rumah, karena alasan anak sulit untuk diatur. Sepuluh orang tua mengatakan
bahwa kontrol tidak dilakukan tepat pada waktunya dengan berbagai macam
alasan. Satu dari 11 pasien sudah mengalami komplikasi yaitu bintik-bintik putih
pada kornea yang merupakan akibat dari anak sering menggosok matanya saat
gatal, ketika diwawacarai orang tua mengatakan tidak secara teratur memberikan
obat tetes mata, melarang anaknya sering main keluar rumah, menggunakan
kacamata, dan juga jarang memberikan kompres dingin pada anak, dengan alasan
anak tidak mau dilakukan perawatan, langsung main keluar rumah tanpa
sepengetahuan orang tua, dan anak mengatakan merasa lebih nyaman menggosok
mata dari pada kompres dingin untuk menghilangkan gatal.
Sesuai dengan bidang garap keperawatan, dimana salah satunya adalah untuk
mengatasi ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien dan mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi, maka perawatan konjungtivitis vernal ini perlu dilakukan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
gambaran upaya orang tua dalam perawatan anak dengan konjungtivitis vernal di
Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi masalah
Bagaimana upaya orang tua dalam perawatan konjungtivitis vernal di Poli
Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung?.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya orang tua dalam
perawatan anak dengan konjungtivitis vernal di Poli Pediatrik dan Oftalmologi
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1.

Bagi Instansi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar Rumah
Sakit untuk melakukan evaluasi, sejauh mana perawatan konjungtivitis vernal
pada anak yang dilakukan oleh orang tua di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
1.4.2.

Bagi Profesi Keperawatan


Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi perawat untuk

lebih meningkatkan upaya orang tua dalam melakukan perawatan anak dengan
konjungtivitis vernal serta sebagai bahan evaluasi dari pendidikan kesehatan yang
telah dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit.

1.4.3.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar, sumber, dan bahan penelitian

selanjutnya dengan topik faktor apa saja yang mempengaruhi upaya orang tua
terhadap perawatan anak dengan konjungtivitis vernal.
1.5. Kerangka Pemikiran
Konjungtivitis vernal merupakan penyakit yang diakibatkan karena debu,
tungau, bulu binatang peliharaan, dan makanan (Siregar, 2010). Selain itu, pada
iklim hangat frekuensi terjadinya konjungtivis vernal akan lebih tinggi
(Allanshmith, 1987). Riwayat alergi seperti ekzema, astma, rinithis alergi
merupakan salah satu faktor penyebab konjungtivitis vernal (Grayson, 1983). Hal
lain yang dapat memicu terjadinya konjungtivitis vernal ini menurut Benezra
(2006), adalah angin dan sinar matahari. Menurut Kansal dan Dasgupta (2001),
konjungtivitis vernal ini akan berlangsung dalam 5-10 tahun, menurut Vaugan
(2013), dimulai sebelum masa pubertas dan lebih banyak terjadi pada laki-laki
dari pada perempuan.
Keluhan yang membuat pasien konjungtivitis vernal merasa tidak nyaman
adalah gatal merupakan hal umum yang akan dirasakan dan adanya keluaran air
mata (Vaugan, 2000). Selain itu sedikit fotofobia, dan adanya nyeri pada mata
merupakan manifestasi klinis yang juga dialami oleh pasien dengan konjungtivitis
vernal (Norton, 2005; Siregar 2010). Menurut Siregar dan Widyastuti (2004),
pengobatan konjungtivitis vernal adalah untuk mengontrol gejala yang
ditimbulkan dan mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi. Perawatan
menjadi sangat penting karena komplikasi yang akan ditimbulkan adalah berupa
luka pada kornea, ketidaknyamanan, dan penurunan tajam penglihatan (U.S

10

Library of Medicine National Institute of Health, 2012). Pengobatan yang


diberikan adalah antihistamin, tetes mata natrium kromolin yang dikombinasikan
dengan vasokonstriktor juga antihistamin (Siregar, 2010). Menurut Kanski (2008),
Mast cell stabilizer agent dapat digunakan untuk mengontrol gejala.
Apabila gejala tidak terkontrol, maka penggunaan steroid pun menjadi jangka
panjang, yang dapat mengakibatkan katarak dan glaukoma (Vaugan, 2013).
Menurut Benezra (2006), perawatan konjungtivitis vernal adalah dengan cara
lebih sering mencuci tangan dan mencuci wajah , tekankan untuk hindari
menggosok mata, penggunaan sunglasses (kacamata hitam), penggunaan topi,
menggunakan kacamata renang saat berenang, mengurangi paparan dengan
paparan sinar matahari, angin, dan air asin. Follow up sesuai dengan tingkat
keparahan yang dialami oleh pasien akan diperlukan untuk dapat melihat
perkembangan pasien (American Optometric Association, 2002). Semakin
meningkatnya penyakit berbasis kronis ataupun perawatan pencegahan yang
diperlukan oleh anak, orang tua memiliki peran dalam memberikan perawatan
kesehatan profesional dan dukungan pada anak, karena anak tidak mampu
merawat diri mereka sendiri (Carsey Institute, 2012). Menurut Siregar dan
Widyastuti (2004), upaya orang tua untuk melakukan perawatan pada anak

Vernal
dengan konjungtivitis vernalPenatalaksanaan
ini diperlukan untuk Konjungtivitis
dapat mencegah komplikasi.
- Perawatan Medis : Steroid, Antihistamin, Mast cell stabili
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Upaya Orang Tua dalam Perawatan Anak
- Perawatan
dengan Konjungtivitis
VernalNon-Medis/ Perawatan Pendukung
Kompres dingin pada mata anak
Penggunaan kaca mata hitam dan topi
Tidak menggosok mata yang sakit
Tetes mata artifisial
Kacamata renang saat berenang
Komplikasi bila tidak ditangani:
Lebih sering mencuci tangan dan wajah
Tidur
Gangguan
rasa
nyaman,
Ciptakan lingkungan sejuk
penurunan tajam penglihatan,
luka pada kornea

11

Upaya
Baik
orang tua
dalam
perawatan
Kurang
anak.
Anak dengan konjungtivitis vernal

K
: eterangan:
diteliti
: tidak diteliti

(Dikembangkan dari : Benezra, 2006; Kansal & Dasgupta,


2001; American Optometric Association, BAB
2002) II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva

Gambar 2.1 Anatomi Konjungtiva


Development (dev.biologists.org)

12

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis dan transparan yang


membungkus permukaan belakang kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan
bagian depan sklera (konjungtiva bulbaris) (Vaugan, 2000). Konjungtiva
merupakan selaput lendir pada area mata yang sangat tipis dan transparan yang
menutupi bagian putih mata (sklera) melekat kuat pada tarsus dengan demikian
konjungtiva ini berfungsi untuk melicinkan saat mata berkedip. Konjungtiva pun
menghasilkan bagian air mata yang disebut musin (Ilyas, 2004). Musin dihasilkan
oleh sel globet yang berfungsi untuk membasahi bola mata (Ilyas, 2003).
Fungsi dari konjungtiva ini menurut Darling (1996), bertanggung jawab
memberikan pelumas pada bola mata dan melindungi sklera. Konjungtiva
palpebra sangat vaskuler karena banyak pembuluh darah dan lebih tebal dari pada
konjungtiva bulbalis. Pembuluh darah akan mengalami dilatasi ketika konjungtiva
mengalami peradangan atau konjungtivitis.
2.2.

Konjungtivitis Vernal
2.2.1. Pengertian Konjungtivitis Vernal
Konjungtivitis vernal merupakan konjungtivitis kronik akibat alergi pada

kedua konjungtiva, bersifat rekuren, atopi, dan biasanya disertai dengan


pengeluaran mukus (Ilyas, 2004). Konjungtivitis vernal adalah inflamasi bilateral
yang bersifat musiman dan berulang (Allansmith, 1987). Menurut Devan dan
Ashraf (2007), konjungtivitis vernal ini adalah penyakit konjungtiva kronis yang
terjadi dalam beberapa tahun, berulang pada musim panas, dan menghilang saat

13

musim dingin. Menurut Kansal dan Dasgupta (2001), konjungtivitis vernal adalah
alergi pada kedua mata yang dimulai pada masa prapubertas dan berlangsung
selama 5-10 tahun, dan biasanya di tempat beriklim hangat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konjungtivitis vernal adalah
sebuah peradangan akibat reaksi alergi yang kronik (berulang) pada kedua
konjungtiva, yang terjadi pada kondisi lingkungan yang panas dan kering dan
banyak menyerang anak sebelum masa pubertas serta berlangsung dalam durasi
waktu yang lama, yaitu 5-10 tahun.
2.2.2. Etilogi Konjungtivitis Vernal
Menurut Siregar (2010), penyebab konjungtivitis vernal ini adalah alergen
lingkungan, seperti debu, tungau, serpihan binatang peliharaan, dan makanan.
Menurut Istiqomah (2005), konjungtivitis vernal ini bersifat musiman, dan juga
sangat berhubungan dengan keadaan sensitif pada sebuk, bulu, makanan, gigitan
serangga, obat, dan juga paparan dari zat kimia seperti hairspray, asap rokok, dan
penyakit atopik seperti asma, demam kering, dan ekzema. Menurut Benezra
(2006), konjungtivitis vernal ini dapat disebabkan karena suhu dan iklim yang
hangat, kering, dan berangin, stress psikis pun dapat mempengaruhi terjadinya
konjungtivitis vernal sama halnya menurut Siregar (2010), musim panas, dengan
lingkungan yang kering dapat mempengaruhi terjadinya konjungtivitis vernal.
Selain itu adanya reaksi hipersensitivitias (Devan dan Ashraf, 2007; Ilyas, 2003),
usia anak dan dewasa muda kurang dari 20 tahun (Siregar, 2010), respon alergi ini
lebih sering terlihat di usia 6 tahun sampai prapubertas (Grayson, 1983). Menurut

14

Norton (2005), konjungtivitis vernal ini tejadi di usia 7-20 tahun. Menurut Ilyas
(2003), penyakit ini biasa terjadi pada laki-laki kurang dari 10 tahun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konjungtivitis vernal mungkin akan terjadi
ketika paparan alergen seperti debu rumah, lingkungan panas dan berangin
mengenai anak laki-laki di rentang usia 6-20 tahun dan mempunyai hipersensitif
berlebih pada alergen.
2.2.3. Manifestasi Klinis Konjungtivitis Vernal
Menurut Vaugan (2000), gejala yang ditimbulkan seperti gatal merupakan hal
umum yang akan dirasakan, adanya lakrimasi pada mata, dan perubahan struktur
pada kelopak mata dan juga konjungtiva. Menurut Istiqomah (2005), gejala yang
ditimbulkan oleh konjungtivitis vernal ini biasanya terjadi edema ringan sampai
berat, adanya sensasi terbakar pada mata, pengeluaran air mata, dan gatal hebat
ikut menyertainya. Selain itu, menurut Norton (2005) dan Siregar (2010),
manifestasi yang sangat membuat tidak nyaman adalah mata gatal, sedikit
fotofobia, dan adanya nyeri pada mata. Sama halnya menurut Grayson (1983),
gelaja yang ditimbulkan ketika terkena konjungtivitis vernal ini adalah adanya
mata gatal, peka terhadap cahanya, adanya sensari terbakar pada mata, dan ada
sensasi benda asing di mata. Menurut Nelson (2000), keluhan yang dirasakan oleh
pasien dengan konjungtivitis vernal ini adalah gatal hebat, mata nrocos (mata
berair), dan terdapat papil besar, datar, mirip latai kerikil (cobblestone) di
konjungtiva palpebra adalah gejala yang khas. Tampilan keluaran eksudat
berserabut dan sering ada pseudomembran konjungtiva seperti susu, tonjolan lesi
kecil mungkin ditemukan pada konjungtiva bulbi dekat limbus.

15

2.2.4. Klasifikasi Konjungtivitis Vernal


Istiqomah

(2005)

membagi

konjungtivitis

menjadi

jenis,

yaitu:

konjungtivitis alergi atau vernal, konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus.


Menurut Siregar (2010); Ilyas (2003); Devan dan Ashraf (2007), ada 2
konjungtivitis vernal, yaitu bentuk palpebra, dan bentuk limbal. Bentuk palpebra
mengenani konjungtiva tarsalis palpebra superior dengan gambaran mata mucin
dengan banyaknya papil yang disebut giant papillae (cobblestone) yang diliputi
sekret yang mukoid, kelainan konjungtivitis palperbra ini lebih berat dari tipe
limbus, karena secara klinik papil besar ini sebagai tonjolan bersegi banyak
dengan permukaan yang rata dengan kapiler ditengahnya. Bentuk limbus
menunjukan adanya hipertropi papil gelatin yang sering nampak sebagai bintikbintik putih yang berisi sel eosinofil yang disebut sebagai tranta dot yang
merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil dibagian epitel limbus kornea,
terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.
2.2.5. Prognosis Konjungtivitis Vernal
Menurut Norton (2005), ketika konjungtivitis vernal sudah terkontrol dan
berlangsung dalam satu sampai dua musim, maka tidak akan ada luka pada
kornea. Menurut Nelson (2000), konjungtivitis vernal ini akan berlangsung dalam
beberapa tahun. Prognosis menurut PubMed Health A.D.A.M Medical
Encyclopedia (2012), kondisi konjungtivitis vernal ini akan terus berlangsung
secara terus menerus, dan akan lebih buruk pada musim panas, dengan demikian
pengobatan akan sangat membantu.

16

2.2.6. Komplikasi Konjungtivitis Vernal


Komplikasi yang terjadi menurut Devan dan Ashraf (2007); Kansal dan
Daguspta (2001), adalah luka (ulkus) pada kornea yang memungkinkan adanya
jaringan parut dan keratitis epitel. Komplikasi yang mungkin terjadi pada
konjungtivitis vernal menurut U.S. National Library of Medice National Istitute of
Health (2012), adalah pasien akan merasakan ketidaknyamanan, penurunan tajam
penglihatan, dan luka pada kornea.
2.2.7. Pemeriksaan Diagnostik Konjungtivitis Vernal
Terdapat banyak eosinofil pada eksudat yang dikeluarkan mata. Tes kulit
terhadap alergen yang sering berperngaruh pada penyakit ini, seperti debu rumah,
tungau, bulu binatang, dan makanan (Siregar, 2010). Dapat ditemukan cell mast
tanpa eosinofil (Kansal dan Dasgupta, 2001).
2.2.8. Penatalaksanaan Konjungtivitis Vernal
Menurut Nelson (2005), perawatan yang diberikan mempunyai tujuan untuk
mengurangi gejala yang ditimbulkan dan mencegah komplikasi pada penglihatan.
Menurut Grammar dan Greenberger (2009), penatalaksanaan konjungtivitis vernal
serupa dengan konjungtivitis alergi, dengan demikian perawatan yang diberikan
pada konjungtivitis alergi dapat diberikan juga pada konjungtivitis vernal. Serta
menghindarkan bahan yang mungkin dapat menimbulkan reaksi alergi (Ilyas,
2004). Jadi, penerapan perawatan pada konjungtivitis alergi dapat digunakan
untuk perawatan konjungtivitis vernal, yang dimaksudkan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien dan mencegah terjadinya komplikasi
pada mata.

17

Menurut Vaugan (2000), penyakit konjungtivitis vernal ini dapat sembuh


dengan sendirinya dan penatalaksanaan yang diberikan pada penyakit ini hanya
untuk mengontrol gejala dan memberikan hasil dalam jangka pendek, maka akan
berbahaya jika pengobatan diberikan dalam jangka panjang. Steroid dapat
mengurangi rasa gatal, serta efek pada penyakit kornea sangat sedikit, hanya saja
mempunya efek samping, yaitu bila digunakan dalam jangka panjang akan
mengakibatkan glaukoma, katarak, dan komplikasi lainnya. Cromolyn topikal dan
agen profilaksis untuk kasus yang sedang sampai berat. Menurut Kansal dan
Dasgupta (2001), vasokonstriktor dan kompres dingin dilakukan menggunakan air
dingin selama 20 menit 4 kali sehari ada manfaatnya, tidur (kebutuhan tidur anak
8-12jam/hari), dan bila memungkinkan ruangan di modifikasi degan AC (Air
Conditioning) untuk kenyamanan pasien, paling baik adalah pindah ke tempat
yang dingin dan lembab. Jika pasien melakukan hal tersebut akan sangat
menolong pasien dari gejala yang ditimbulkan bahkan sembuh total.
Menurut Benezra (2006), perawatan konjungtivitis vernal ini memerlukan
tindakan yang bersifat konservatif yang didukung dengan penggunaan obatobatan. Perawatan konservatif sederhana yang dapat dilakukan di rumah adalah
dengan cara lebih sering mencuci tangan dan mencuci wajah, tekankan untuk
hindari menggosok mata, penggunaan sunglasses (kacamata hitam), penggunaan
topi, penggunaan kacamata renang saat berenang, mengurangi paparan dengan
paparan sinar matahari, angin, dan air asin.
Menurut

American

Optometric

Association

(2002),

pasien

dengan

konjungtivitis vernal dengan cara memberikan tetes mata lubrikan/pelicin tanpa

18

pengawet (Menurut ISO (2010), Cendolyteers bermanfaat sebagai lubrikan/pelicin


dan pengganti air mata.), kompres dingin, steroid topikal dapat menghambat
proses inflamasi (seperti, edema, dilatasi kapiler, dan polipferasi fibroblast).
Hanya penggunaan steroid ini harus dibatasi, karena berhubungan dengan
komplikasi yang akan terjadi (katarak, glaukoma/ peningkatan Tekanan Intra
Ocular). Vasokonstriksi topikal/antihistamin dapat memberikan efek konstriksi
dan penurunan premebilitas kapiler, serta menghilangkan gatal pada mata dengan
cara menghambat H1 histamin reseptor. Anthistamin topikal untuk mengikat
histamin, mengurangi gatal, dan menghambat vasodilatasi. Non-Steroid antiInflamatory Drugs (NSAIDS), obat ini akan menghambat aktivitas cyclooxygenase, salah satu enzim yang bertanggung jawab untuk konversi asam
arakidonat menjadi prostaglandin, contoh obat ini adalah ketorolac, dan
bermanfaat untuk mengurangi gejala. Cell Mast Stabilizer topikal untuk
menghambat degranulasi mast cell, menekan pelepasan mediator kimia, termasuk
histamine, neutrofil, dan eosinofil (sodium cromolyn efektif dalam mengobati
konjungtivitis vernal). Agent with multiple mechanisms of action yaitu
Olopatidine hydrochloride 0,1% lebih efektif untuk mengurangi gatal dan
kemerahan

dibandingkan

pengobatan

yang

ketorolac.

berhubungan

Immunosupresan

dengan

imunitas.

untuk

Antihistamin

mengobati
sistemik

bermanfaat untuk respon alergi seperti edema, dermatitis, rhinitis, dan sisnusitis.
Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah meningkatnya kekeringan pada
permukaan mata. Pengobatan akan efektif bila diberikan pendidikan kesehatan
karena akan mengurangi kecemasan pada pasien, dan meningkatkan kepatuhan
pasien terhadap pengobatan. Follow up dibutuhkan untuk melihat perkembangan,

19

melihat apakah pengobatan yang diberikan efektif atau tidak, dan juga
mengevaluasinya. Frekuensi follow up bervariasi berdasarkan kondisi yang
dialami oleh pasien.
Menurut Siregar dan Widyastuti (2004), tetes mata artifisial dapat mencuci
mata dan menyapu debu di mata. Menurut Siregar (2010), pengobatan
konjungtivitis vernal

ini dapat diberi tetes mata natrium kromolin yang

dikombinasikan dengan vasokontrikstor dan antihistamin. Pada konjungtivitis


vernal berat dapat ditambah dengan kortikostorid sistemik. Immunoterapi dengan
alergen spesifik dapat dicoba (Siregar, 2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Willyasti, et al (2006) tetes mata natrium kromolin 4% yang dikombinasikan
dengan klorfeniramin 0,2% ini efektif dalam meringankan rasa gatal pada minggu
pertama dibandingkan dengan kalium pemirolast.
Menurut ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia (2011), obat yang
diindikasikan untuk konjungtivitis vernal adalah Convers dengan kandungan
natrium kromoglikat 20 mg, dosis 4-6x (1-2 tetes)/ hari pada mata yang sakit.
Alegysal dengan kandungan Kalium Pemirolast 0,1% yang diindikasikan untuk
konjungtivitis vernal dan konjungtivitis alergi, dosis yang diberikan 2x (1
tetes)/hari pagi dan sore, hanya Alegysal in memiliki efek samping yaitu iritasi
mata, blapharitis, kotoran pada mata, dan infeksi konjungtiva, gatal pada kelopak
mata, hentikan obat bila terjadi efek samping.
Setelah mengetahui penatalaksanaan yang diberikan, dapat disimpulkan
bahwa perawatan dirumah yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan
cara memberikan kompres dingin pada mata, menggunakan tetes mata artifisial

20

dan lubrikan, menggunakan kacamata hitam, menggunakan topi, hindarkan


menggosok mata, menggunakan kacamata renang saat berenang, tidur yang
cukup, menghindarkan paparan alergen seperti debu rumah, lebih sering mencuci
tangan dan mencuci muka, dan follow up pengobatan.
2.3.

Peran Perawat
Menurut Maulana (2009), masalah kesehatan yag terdapat di negara

berkembang, menyangkut pada 2 aspek, yaitu aspek fisik, dan aspek non-fisik.
Dalam aspek fisik, terdapat aspek non-perilaku (aspek lingkungan) sedangkan
aspek non-fisik yaitu perilaku kesehatan. Kedua aspek tersebut perlu berjalan
bersamaan, dan memberikan porsi yang sama. Pemberian fasilitas fisik perlu
ditunjang juga dengan peningkatan pengetahuan yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan ini akan membantu seorang individu
dalam mengontrol kesehatanya.
Pendidikan kesehatan konjungtivitis vernal ini merupakan hal yang
dianjurkan oleh American Optometric Association (2002) dengan maksud untuk
mengurangi kecemasan karena durasi penyakit ini cukup lama, dan meningkatkan
kepatuhan terhadap pengobatan. Peran perawat salah satunya adalah sebagai care
educator (pemberi pendidikan kesehatan). Pendidikan kesehatan yang diberikan
menyangkut perawatan yang dapat diterapkan di rumah.

BAB III
METODE PENELITIAN

21

3.1.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian


deskriptif karena bertujuan untuk memaparkan kejadian yang terjadi saat ini
(Nursalam, 2013). Bersifat kuantitatif karena metode ini adalah metode yang
ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, objektif,
rasional, terukur, dan sistematis (Sugiyono, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran upaya orang tua dalam perawatan anak dengan
konjungtivitis vernal.
3.2.

Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai benda


terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, & Haryanto,
2001 dalam Nursalam, 2013). Variabel merupakan konsep dari berbagai level
abstrak yang merupakan suatu fasilitas untuk melakukan pengukuran atau
manipulasi terhadap suatu penelitian. Karakteristik dari variabel adalah derajat,
jumlah, dan perbedaan (Nursalam, 2013). Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dengan demikian dapat diperolehnya informasi, dan dapat ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2011).

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan diteliti yaitu upaya
orang tua dalam perawatan anak dengan konjungtivitis vernal.

22

3.3.

Definisi Konseptual dan Operasional

3.3.1. Definisi Konseptual


Upaya merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
sesuatu, memecahkan masalah, dan mencari jalan keluar (KBBI, 2008). Menurut
PBB dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia (1959), perawatan kesehatan
merupakan hak seorang anak. Undang-Undang Republik Indonesia No.23 (2002)
tentang perlindungan anak pasal 45(1), menyatakan bahwa orang tua merupakan
orang yang bertanggung jawab dalam memberikan perawatan pada anak, dan
memberikan makanan yang adekuat. Anak dengan konjungtivitis vernal
memerlukan perawatan, agar ketidaknyamanan yang dialami oleh anak dapat
diatasi, dan komplikasi pun tidak terjadi. Perawatan yang dapat diberikan adalah
memberikan kompres dingin pada mata 20menit 4x sehari, tidur yang cukup
(tidur yang efektif pada anak = 8-12 jam/hari) (Kansal dan Dasgupta, 2001),
menggunakan kacamata hitam, menggunakan topi, menggunakan kacamata
renang saat berenang, hindarkan menggosok mata, menghindarkan paparan
alergen seperti debu rumah, sinar matahari, dan angin, lebih sering mencuci
tangan dan mencuci muka (Benezra, 2006), menggunakan tetes mata artifisial dan
lubrikan, dan follow up pengobatan untuk melihat kemajuan dan pengobatan
yang efektif juga mengevaluasinya (American Optometric Association, 2002).

23

3.3.2.

Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Upaya

Variabel
orang tua

perawatan

Definisi Operasional

Alat Ukur
Kuesioner

dalam

anak

dengan

konjungtivitis vernal
1. Memberikan tetes mata.

1. Meneteskan obat tetes mata pada


anak sesuai dosis yang dianjurkan

2. Kompres dingin.
3. Memakaikan

dan tepat pada waktunya.


2. Meletakan kain atau kapas dingin

kacamata

hitam (sunglasses).

pada mata anak yang gatal


3. Memakaikan kacamata hitam pada
anak akan melindungi mata dari debu,
sinar

matahari,

dan

angin,

dan

digunakan saat keluar rumah.


4. Memakaikan topi pada anak saat

4. Memakaikan topi

keluar rumah untuk menghindari


5. Menaganjurkan

tidak

mengucek mata.
6. Mengurangi
paparan
seperti

sinar

matahari,

angin, dan debu rumah.


7. Menganjurkan
lebih

sering

untuk
mencuci

tangan dan muka


8. Memakaikan kacamata
renang saat berenang.
9. Menganjurkan
untuk
tidur cukup (anak 8-12
jam).
10. Melakukan Follow up /
kontrol tepat waktu.

debu, angin, dan sinar matahari.


5. Menganjurkan anak untuk tidak
menggosok mata saat gatal.
6. Menganjurkan
anak

untuk

mengurangi bermain keluar rumah,


dan

lebih

sering

rumah.
7. Menganjurkan

anak

membersihkan
untuk

cuci

tangan dan mencuci muka setelah


bermain.
8. Memakaikan anak kacamata renang
saat berenang.
9. Menganjurkan anak untuk tidak tidur
diatas jam 10 malam.
10. Orang tua mengajak anaknya untuk
datang ke pelayanan kesehatan tepat

S
O

24

pada

waktunya,

kontrol

untuk

mengetahui perkembangan penyakit.

25

3.4.

Populasi dan Sampel Penelitian


3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dibagi dua bagian yaitu, populasi target dan populasi terjangkau.
Populasi target adalah subjek penelitian yang dapat memenuhi kriteria sampling
dan menjadi sasaran dari akhir penelitian, sedangkan populasi terjangkau
merupakan populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan dapat dijangkau oleh
peneliti. (Sastroasmoro & Ismail, 1995 dalam Nursalam, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak dengan diagnosis
penyakit konjungtivitis vernal di Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung yang berjumlah 1975.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010).
Dalam pengambilan besar sampel pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan sampel dengan menetapkan
subjek berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang telah ditentukan oleh
peneliti, dengan demikian jumlah klien yang diperlukan dapat terpenuhi (Dharma,
2011).
3.4.2.1.

Kriteria Sampel

Kriteria sampel akan membantu peneliti dalam mengurangi bias hasil


penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
Kriteria Inklusi:
1) Orang tua yang memiliki anak dengan konjungtivitis vernal

26

2)

Orang tua yang pernah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai

3)
4)

perawatan konjungtivitis vernal


Orang tua yang mampu berkomunikasi dengan baik
Orang tua yang bersedia menjadi responden

Kriteria Ekslusi :
1) Orang tua yang tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
2) Orang tua yang tidak bersedia menjadi responden

3.4.2.2.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampling merupakan cara-cara menyelekasi populasi agar dapat mewakili


populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengambil
sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai (Sastroasmoro &
Ismail, 1995 & Nursalam, 2008 dalam Nursalam, 2013). Rumus yang digunakan
untuk pengambilan sampel adalah rata-rata populasi dalam 1 tahun terakhir
kemudian dihitung menggunakan rumus Slovin.
d

n= 1+ N
N

Keterangan:
n= Besar sampel
N= Besar populasi (Rata-rata kunjungan tahun 2013)
d= Tingkat signifikansi (menggunakan 10 %)

0,1

n= 1+165
165

n= 62,26 62 responden

27

Dari perhitungan rumus diatas didapatkan jumlah minimal sampel yang akan
diteliti adalah 62 responden.
3.5.

Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan adalah buatan peneliti sendiri yang merupakan

kuesioner tertutup, terdiri dari 10 kisi-kisi yang dibuat menjadi 32 bulir


pernyataan dan dikembangkan dari teori dan konsep tentang perawatan
konjungtivitis vernal. Oleh karena itu peneliti perlu melakukan uji validitas dan
uji reliabilitas.
3.6.

Uji Coba Instrumen


3.6.1. Uji Validitas
Uji validitas ini merupakan suatu indeks yang dapat menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang dapat diukur. Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kuesioner yang dibuat dapat mengukur apa yang hendak kita
ukur. Peneliti akan melakukan uji validitas konstruksi (Construct Validity)
menggunakan pendapat para ahli, dan melakukan uji validitas isi (Content
Validity) (Sugiyono, 2011).
3.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang dapat menunjukan sejauh mana suatu
kuesioner ukur tersebut dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengukuran tersebut konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap topik yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama akan menghasilkan hasil yang sama, karena

28

dalam penggunaan instrumen skor yang dipakai dalam bentuk rentang yaitu antara
nilai 1- 4 (Arikunto, 2010). Adapun rumus yang digunakan adalah:
b
k
r 11 =
1
( k 1 )
2t

)(

Keterangan :
r11= reliabilitas instrumen
k= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Dasar pengambilan keputusan :


Jika r positif serta r 0,70, maka faktor/variabel tersebut reliabel.
Jika r positif serta r < 0,70, maka faktor/variabel tersebut tidak reliabel.
3.7.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan intrumen berupa kuesioner untuk

menggambarkan upaya orang tua dalam perawatan konjungtivitis vernal. Dalam


kuesioner ini menggunakan pernyataan tertutup. Responden

yang diteliti,

diseleksi berdasarkan kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti. Proses


pengumpulan data diawali dengan informed concent untuk menjelaskan mengenai
penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah diberikan informed concent, peneliti
meminta persetujuan kepada orang tua untuk menjadi responden, dengan
memberikan lembar persetujuan sebagai responden, dan apabila responden
menyatakan setuju, kemudian meminta responden untuk menandatangani lembar
responden. Responden yang bersedia mengisi kuesioner diberikan penjelasan

29

mengenai tata cara pengisian kuesioner. Pengisian pernyataan, didampingi oleh


peneliti dan boleh mengajukan pertanyaan jika ada hal-hal yang tidak dipahami.
Setelah selesai mengisi lembar kuesioner, peneliti mengecek apakah ada
penyataan yang kosong/ tidak diisi oleh responden, dan meminta responden untuk
mengisi kembali penyataan yang kosong tersebut.
3.8.

Teknik Pengolahan
3.8.1. Editing / memeriksa
Hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden perlu dilakukan editing

terlebih dahulu. Editing dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan isian


kuesioner. Kuesioner tersebut dilihat kelengkapannya mulai dari identitas, tanda
tangan, dan pengisian pernyataan.
3.8.2. Coding ( Pengkodean)
Mengklasifikasikan jawaban berupa kalimat kedalam bentuk angka.
Pemberian kode ini bermanfaat dalam pemasukan data.
Tabel 3.2 Pengkodean/Coding
Pernyataan (+)
Selalu (skor = 4)

Pernyataan (-) :
Selalu (skor = 1)

Sering (skor = 3)

Sering (skor = 2)

Jarang (skor = 2)

Jarang (skor = 3)

Tidak Pernah (skor = 1)

Tidak Pernah (skor = 4)

30

3.8.3. Transferring
Jawaban dari masing-masing responden yang sudah dalam bentuk kode
dimasukan kedalam program komputer (SPSS/ Microsoft Exel). Dalam proses ini
harus sangat teliti, untuk mencegah hasil bias.
3.8.4. Cleaning Data
Pentingnya pengecekan kembali hasil data yang masuk, untuk mencegah
kesalahan-kesalahan

dalam

pemberian

kode,

kemudian

dilakukan

pembetulan/cleaning (Notoatmodjo, 2012)


3.9.

Analisa Data
Metode analisa yang akan digunakan pada proses penelitian adalah Analisa

Univariat. Tujuan analisa univariat untuk melihat tampilan distribusi variabel


upaya orang tua dalam perawatan anak dengan konjungtivitis vernal (baik,
kurang).
Tabel 3.3 Batas Katagori Upaya Orang Tua dalam Perawatan Anak
dengan Konjungtivitis Vernal di Rumah Sakit Cicendo Bandung
Katagori
Baik
Kurang

Skor
median
< median

Setelah itu penyajian informasi akan disajikan dalam bentuk distribusi


frekuensi dari hasil analisa univariat yang merupakan informasi utama dan
tampilan data katagorik. Perhitungan data presentase menggunakan rumus:
P

f
n

x100%

Keterangan :
P= Persentase
f= Frekuensi
n= Jumlah responden

31

3.10. Tahapan Penelitian


3.10.1. Tahap Persiapan
1) Menentukan ruang lingkup masalah penelitian
2) Melakukan proses perizinan ke Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
3) Melakukan studi pendahuluan ke Poli Pediatrik dan Oftalmologi RS Mata
4)
5)
6)
7)

Cicendo
Melakukan studi kepustakaan
Menyusun proposal dan instrumen penelitian
Seminar proposal
Uji coba instrumen

3.10.2. Tahap Pelaksanaan


1) Permohonan izin penelitian ke Poli Pediatrik dan Oftalmologi RS Mata
Cicendo Bandung
2) Meminta persetujuan dari responden
3) Membagikan kuesioner kepada responden
4) Mengumpulkan kuesioner yang sudah diisi oleh responden dan mengecek
kelengkapannya
5) Melakukan pengolahan dan analisa data.
3.10.3. Tahap Akhir
1)
2)
3)
4)

Penyusunan laporan
Sidang atau pertanggungjawaban hasil penelitian
Pendokumentasian dan penggandaan hasil penelitian
Penyerahan dokumentasi hasil penelitian ke instansi terkait yang terlibat
selama proses penelitian.

3.11. Etika Penelitian


Pada penelitian ini, karena subjek dalam penelitian ini manusia, maka peneliti
memahami prinsip etika penelitian. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti

32

meminta izin tempat untuk penelitian dari instansi terkait yaitu Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung.
1) Informed Concent, diberikan penjelasan mengenai penelitian yang
akan diberikan.
2) Privacy atau kerahasiaan, artinya informasi yag diberikan dijaga
kerahasiaannya dan tidak diketahui orang lain.
3) Justice dan Autonomy, setiap responden memiliki kesempatan dan
perlakuan yang sama untuk mengikuti penelitian dan berhak untuk
menolak ikut serta dalam penelitian.
4) Beneficence dan non-Maleficence, peneliti berusaha meminimalkan
resiko penelitian dan menghindarkan responden dari cidera dan tidak
melakukan hal yang merugikan responden.
3.12. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung pada Bulan April 2014-Mei 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Abah, ER., Oladigbolu, KK., Samaila, E., Gani A., Ikilama. (2011). Ocular
disorder in children in Zaria childrens school. Nigerian Journal of Clinical
Practice Okt-Dec 2011 Vol 14 Issue 4 page 473-476: Nigeria
Al-Akily, S.A. dan Bamashmus, M.A. (2011). Ocular complications of serve
vernal keratokonjungtivitis (VKC) in Yemen. King Saudi University Saudi
Journal of Ophthalmology (2011) 25 291-294. Elsevier: Yemen
Allansmith, M.R dalam buku Duane, T.D & Jaeger, E.A. (1987). Clinical
Ophthalmology Vol 4. Harper&Row: Philadelpia
American Optometric Association. (2002). Care of the patient with conjunctivitis

33

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Penerbit Widya Medika
Ayanniyi, A.A., Mahmoud AO., Olantuji, FO. (2010). Cauases and prevalence of
acular morbidity among primary school children in Ilorin, Nigeria. Nigerian
Journal Of Clinical Practice Sept 2010 Vol 13 (3) 248-253: Nigeria
Baiardini, I., Sacchetti, M., Fassio, O., Aronni, S., Lambiase, A., et al. (2007). 43
Development and first validation of the quality of life in children with
keratokonjunctivitis (QUICK) questionnaire. Abstracts of the XX World
TM
Allergy Congress
2007 December 2-6: Bangkok Thailand
Benezra, D. (2006). Blepharitis and Conjunctivitis Guideline for Diagnosis and
Treatment. Editorial Glosa: Barcelona Spain
Biswas, J., Saha, I., Das, D., Bandyopadhyay, S., Ray, B., Biswas, G. (2012).
Ocular Morbidity among children at a Tertiary Eye Care Hospital in Kolkata
West Bengal. India Journal of Public Health Vol 56 Issues 4 OctoberDecember 2012.
Darling, V. (1996). Perawatan Mata . Yayasan Essentia Medica dan Andi
Yogyakarta: Yogyakarta
Devan, V.V dan Ashraf, H. (2007). Homoeopathic MCQ Companion ed.1: Vitals
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil. Jakarta: Trans Info Media

Pedoman

Grammar, L.C. & Greenberger, P.A. (2009). Pattersons Allergic Disease Seventh
Edition Lippincott Williams Wilkins. China
Grayson, M. Disease of The Cornea 2nd Edition Vernal Catarrh. The C.V Mosby
Company: USA
Hidayat, A.A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta
Ilyas, S. (2004). Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV Sagung Seto
Ilyas, S. (2003). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Informasi Spesialite Obat ISO Indonesia. (2012). Jakarta: PT. ISFI
Istiqomah, I. N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC
Kamus Besar Bahasa Indonesia online. (2008). (diakses tanggal 20 Februari 2014
http://kbbi.web.id/upaya)
Kansal, K & Dasgupta, I. (2001). Kansals Clinical Ophtalmology with
Homoeophatic Therapeutics. Kuldepp Jain: New Delhi
Kanski, J.J. (2008). Clinical Ophthalmology a Systematic Approach International
Edition Ed.6.Elsevier

34

Lumbantobing, S.M. (2004). Gangguan Tidur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI


Maulana, H. (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Moore, A. (2000). Pediatric Ophthalmology. BMJ
Nelson, L.B & Olitsky, S.E. (2005). Harleys Pediatric Ophthalmology Fifth
Edition Lippincot Williams Wilkins: US America
Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak ed 15 vol 3. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta:
Salemba Medika
PubMed Health A.D.A.M Encyclopedia. (2012). Vernal Conjunctivitis.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002365/ (diakses tanggal
12 Februari 2014)
RNIB Supporting Blind and Partially Sighted People. (2012). Early Support for
Children,
Young
People
and
Families.
http://www.ncb.org.uk/media/875236/earlysupportvisimppart1final.pdf
(diakses tanggal 3 April 2014)
Siregar, S.P dalam buku Akib, A.A.P., Munasir, Z., dan Kurniati, N. (2010). Buku
Ajar Alergi-Imunologi Anak Ed.2 Cetakan ketiga. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit Alfabeta
U.S. National Library Of Medicine National Institutes of Health Medline Plus
(2012).
Vernal
Conjunctivitis
:
Vernal
Conjunctivitis.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001390.htm
(diakses
tanggal 7 Februari 2014)
Vaugan dan Asbury. (2000). Oftalmologi Umum Ed.14. Jakarta: Widya Medika
Vaughan dan Asburys. (2013). General Ophthalmology 17th Edition International
Edition. Mc Graw Hill
Widyastusti, S.B dan Siregar, S.P. (2004). Konjungtivitis Vernalis Sari Pediatri Vol
5 No.4 Maret 2004 160-164. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
Willyasti, K et al. (2006). Perbandingan Efektivitas Terapi Antara Kombinasi
Natrium Kromoglikat 4%- Klorfeniramin 0,2% dan Kalium Pemirolast 0,1%
pada Penderita Konjungtivitis Vernalis. Ophthalmologica Indonesia Journal
of the Indonesian Ophthalmologists Association Vol.33 No.3 SeptemberDesember 2006

35

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT tuhan yang maha pemberi
pertolongan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal penelitian yang berjudul Upaya Orang Tua dalam Perawatan Anak
dengan Konjungtivitis Vernal di Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung dengan tepat pada waktunya.
Tidak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW, berserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Penyusunan

36

proposal penelitian ini ditujukan sebagai salah satu syarat mengikuti seminar
usulan penelitian pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Penulis sangat menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran, serta koreksi dari dosen pembimbing dan
dari dosen penguji yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
penelitian. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu
Helwiyah Ropi dan Ibu Taty Hernawaty yang telah memberikan masukan kepada
penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini, serta semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan proposal penelitian ini.

Bandung, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2.

Identifikasi Masalah..................................................................................7

37

1.3.

Tujuan Penelitian.......................................................................................8

1.4.

Kegunaan Penelitian..................................................................................8

1.4.1.

Bagi Instansi Rumah Sakit.................................................................8

1.4.2.

Bagi Profesi Keperawatan..................................................................8

1.4.3.

Bagi Peneliti Selanjutnya...................................................................8

1.5.

Kerangka Pemikiran..................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12


2.1.

Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva........................................................12

2.2.

Konjungtivitis Vernal...............................................................................13

2.2.1.

Pengertian Konjungtivitis Vernal.....................................................13

2.2.2.

Etilogi Konjungtivitis Vernal...........................................................14

2.2.3.

Manifestasi Klinis Konjungtivitis Vernal.........................................14

2.2.4.

Klasifikasi Konjungtivitis Vernal.....................................................15

2.2.5.

Prognosis Konjungtivitis Vernal......................................................16

2.2.6.

Komplikasi Konjungtivitis Vernal....................................................16

2.2.7.

Pemeriksaan Diagnostik Konjungtivitis Vernal...............................16

2.2.8.

Penatalaksanaan Konjungtivitis Vernal............................................17

2.3.

Peran Perawat..........................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................22

Anda mungkin juga menyukai