PENDAHULUAN
masalah mata dan frekuensi lebih banyak itu terjadi pada wilayah yang beriklim
hangat, seperti Italia, Yunani, Israel, dan bagian Amerika Selatan, dibandingkan
dengan wilayah beriklim dingin, seperti Amerika Serikat, Swedia, Jerman, dan
Rusia (Allansmith, 1987). Menurut Vaugan (2000), konjungtivitis vernal ini hanya
akan timbul pada musim panas, dan penderita yang terkena konjungtivitis vernal
ini lebih banyak tinggal pada lingkungan panas dan kering. Selain itu, penyebab
lain dari konjungtivitis vernal ini adalah alergen yang terdapat pada lingkungan
seperti debu yang terdapat di rumah, tungau, debu dari binatang peliharaan, dan
juga makanan (Siregar, 2010), serta menurut Benezra (2006), angin, sinar
matahari akan turut menjadi penyebab konjungtivitis vernal.
Menurut Vaugan (2000), konjungtivitis vernal memiliki tanda gejala sama
halnya dengan penyakit lain, gejala yang ditimbulkan adalah rasa gatal pada mata,
mata berair, dan adanya perubahan bentuk dari konjungtiva, serta menurut
Grayson (1983), terdapat sensasi terbakar pada mata, gatal, dan silau terhadap
cahaya. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Baiardini; Sacchetti; Fassio;
Aronni; Lambiase; et al (2007), pada penelitiannya terhadap 30 pasien dengan
konjungtivitis vernal, didapatkan keluhan berupa mata gatal (93%), mata merah
(90%), rasa terbakar pada mata (90%), fotofobia (80%), dan mata berair (83%).
Konjungtivitis vernal ini dimulai pada usia prapubertas dengan rentang waktu
penyakit berlangsung selama 5-10 tahun (Kansal dan Dasgupta, 2001). Menurut
Allansmith (1987), 1000 kasus yang dilaporkan, 750 kasus merupakan pasien
diantara usia 3-25 tahun, dan 38 dari 39 kasusnya mengalami konjungtivitis vernal
sebelum usia 14 tahun, dengan penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan.
penglihatan pasien (Nelson & Olitsky, 2005). Perawatan yang diberikan pada
pasien dengan konjungtivitis vernal ini yaitu dengan cara menghindarkan pasien
dari semua kemungkinan penyebab alergen, memberikan obat topikal steroid
(kortikosteroid)
untuk
menghambat
proses
inflamasi,
kemerahan,
dan
pembengkakan yang terjadi di mata, terapi obat sistemik, dan terapi pendukung
seperti kompres dingin pada mata, menggunakan kacamata hitam, dan pemberian
tetes mata artifisial untuk mencuci mata serta melarutkan alergen yang ada di
mata (Siregar & Wisyastuti, 2004). Menurut Benezra (2006), perawatan
konjungtivitis ini memerlukan berbagai tindakan yang bersifat konservatif yang
didukung dengan penggunaan obat-obatan. Perawatan konservatif yang dapat
dilakukan adalah dengan cara lebih sering mencuci tangan dan mencuci wajah,
tekankan untuk hindari menggosok mata, penggunaan sunglasses (kacamata
hitam), penggunaan topi, penggunaan kacamata renang saat berenang, dan
mengurangi paparan dengan paparan sinar matahari, angin, air asin. Kompres
dingin, tidur yang cukup, dan modifikasi lingkungan seperti penggunaan AC (Air
Conditioning) akan sangat bermanfaat bagi pasien (Kansal dan Dasgupta, 2001).
Pasien dengan konjungtivitis vernal pun perlu melakukan follow up untuk melihat
kemajuan dan pengobatan yang efektif juga mengevaluasinya (American
Optometric Association, 2002).
Komplikasi yang potensial dialami oleh pasien dengan konjungtivitis vernal
ketika tidak dilakukan perawatan adalah ketidaknyamanan, penurunan tajam
penglihatan, dan luka pada kornea yang akan menimbulkan jaringan parut pada
kornea (U.S Library of Medicine National Institute of Health, 2012). Luka pada
Undang-Undang
Republik
Indonesia
No.23
(2002)
tentang
perlindungan anak pasal 45(1), Orang tua dan keluarga bertanggung jawab
menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Pada 19
Oktober 1959 PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) mendeklarasikan hak-hak anak
dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia, salah satu hak yang perlu didapatkan oleh
anak adalah hak untuk mendapatkan makanan yang adekuat dan perawatan
kesehatan. Dengan demikian, perawatan yang perlu didapatkan oleh anak adalah
sebuah kewajiban orang tua.
Menurut Benezra (2006), orang tua serta pasien perlu sadar dengan
panjangnya waktu penyakit dapat sembuh secara total. Menurut Siregar dan
Wisyastuti (2004), komplikasi yang mungkin muncul pada anak dengan
konjungtivitis vernal seharusnya dapat dicegah bila orang tua dapat mengenali
tanda gejala yang timbul sejak awal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
dapat memberikan perawatan dalam rangka memenuhi hak anak salah satunya
menerima perawatan kesehatan.
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung merupakan rumah sakit mata satusatunya milik pemerintah Republik Indonesia dibawah Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan memiliki poli
khusus anak, yaitu Poli Pediatrik dan Oftalmologi. Data yang didapat dari Rumah
Sakit Mata Cicendo di Poli Pediatrik Oftalmologi pada tahun 2012, konjungtivitis
bahwa
mereka
selalu
mendapatkan
informasi
mengenai
perkembangan dan perawatan yang perlu dilakukan pada anaknya, dan juga
mereka mengatakan mengerti tentang pendidikan kesehatan yang diberikan.
Sebelas anak yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa mereka
merasa tidak nyaman dengan gejala yang dialaminya. Sepuluh dari 11 orang tua
pasien mengatakan bahwa mereka sulit untuk meminta anak mereka
menggunakan topi atau kacamata pelindung sebagai alat pelindung mata agar
tidak terkena debu dan jarang melakukan kompres dingin pada mata saat gatal
dengan alasan anak merasa tidak nyaman saat di kompres dingin ataupun tidak
mau di kompres karena rasa gatal berkurang bila dikucek dengan tangan mereka
sendiri. Orang tua pun mengatakan pentingnya perawatan di rumah, hanya
terkadang mereka lupa dan merasa tidak mampu untuk memberikan perawatan di
rumah, karena alasan anak sulit untuk diatur. Sepuluh orang tua mengatakan
bahwa kontrol tidak dilakukan tepat pada waktunya dengan berbagai macam
alasan. Satu dari 11 pasien sudah mengalami komplikasi yaitu bintik-bintik putih
pada kornea yang merupakan akibat dari anak sering menggosok matanya saat
gatal, ketika diwawacarai orang tua mengatakan tidak secara teratur memberikan
obat tetes mata, melarang anaknya sering main keluar rumah, menggunakan
kacamata, dan juga jarang memberikan kompres dingin pada anak, dengan alasan
anak tidak mau dilakukan perawatan, langsung main keluar rumah tanpa
sepengetahuan orang tua, dan anak mengatakan merasa lebih nyaman menggosok
mata dari pada kompres dingin untuk menghilangkan gatal.
Sesuai dengan bidang garap keperawatan, dimana salah satunya adalah untuk
mengatasi ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien dan mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi, maka perawatan konjungtivitis vernal ini perlu dilakukan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
gambaran upaya orang tua dalam perawatan anak dengan konjungtivitis vernal di
Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar Rumah
Sakit untuk melakukan evaluasi, sejauh mana perawatan konjungtivitis vernal
pada anak yang dilakukan oleh orang tua di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
1.4.2.
lebih meningkatkan upaya orang tua dalam melakukan perawatan anak dengan
konjungtivitis vernal serta sebagai bahan evaluasi dari pendidikan kesehatan yang
telah dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit.
1.4.3.
selanjutnya dengan topik faktor apa saja yang mempengaruhi upaya orang tua
terhadap perawatan anak dengan konjungtivitis vernal.
1.5. Kerangka Pemikiran
Konjungtivitis vernal merupakan penyakit yang diakibatkan karena debu,
tungau, bulu binatang peliharaan, dan makanan (Siregar, 2010). Selain itu, pada
iklim hangat frekuensi terjadinya konjungtivis vernal akan lebih tinggi
(Allanshmith, 1987). Riwayat alergi seperti ekzema, astma, rinithis alergi
merupakan salah satu faktor penyebab konjungtivitis vernal (Grayson, 1983). Hal
lain yang dapat memicu terjadinya konjungtivitis vernal ini menurut Benezra
(2006), adalah angin dan sinar matahari. Menurut Kansal dan Dasgupta (2001),
konjungtivitis vernal ini akan berlangsung dalam 5-10 tahun, menurut Vaugan
(2013), dimulai sebelum masa pubertas dan lebih banyak terjadi pada laki-laki
dari pada perempuan.
Keluhan yang membuat pasien konjungtivitis vernal merasa tidak nyaman
adalah gatal merupakan hal umum yang akan dirasakan dan adanya keluaran air
mata (Vaugan, 2000). Selain itu sedikit fotofobia, dan adanya nyeri pada mata
merupakan manifestasi klinis yang juga dialami oleh pasien dengan konjungtivitis
vernal (Norton, 2005; Siregar 2010). Menurut Siregar dan Widyastuti (2004),
pengobatan konjungtivitis vernal adalah untuk mengontrol gejala yang
ditimbulkan dan mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi. Perawatan
menjadi sangat penting karena komplikasi yang akan ditimbulkan adalah berupa
luka pada kornea, ketidaknyamanan, dan penurunan tajam penglihatan (U.S
10
Vernal
dengan konjungtivitis vernalPenatalaksanaan
ini diperlukan untuk Konjungtivitis
dapat mencegah komplikasi.
- Perawatan Medis : Steroid, Antihistamin, Mast cell stabili
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Upaya Orang Tua dalam Perawatan Anak
- Perawatan
dengan Konjungtivitis
VernalNon-Medis/ Perawatan Pendukung
Kompres dingin pada mata anak
Penggunaan kaca mata hitam dan topi
Tidak menggosok mata yang sakit
Tetes mata artifisial
Kacamata renang saat berenang
Komplikasi bila tidak ditangani:
Lebih sering mencuci tangan dan wajah
Tidur
Gangguan
rasa
nyaman,
Ciptakan lingkungan sejuk
penurunan tajam penglihatan,
luka pada kornea
11
Upaya
Baik
orang tua
dalam
perawatan
Kurang
anak.
Anak dengan konjungtivitis vernal
K
: eterangan:
diteliti
: tidak diteliti
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
12
Konjungtivitis Vernal
2.2.1. Pengertian Konjungtivitis Vernal
Konjungtivitis vernal merupakan konjungtivitis kronik akibat alergi pada
13
musim dingin. Menurut Kansal dan Dasgupta (2001), konjungtivitis vernal adalah
alergi pada kedua mata yang dimulai pada masa prapubertas dan berlangsung
selama 5-10 tahun, dan biasanya di tempat beriklim hangat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konjungtivitis vernal adalah
sebuah peradangan akibat reaksi alergi yang kronik (berulang) pada kedua
konjungtiva, yang terjadi pada kondisi lingkungan yang panas dan kering dan
banyak menyerang anak sebelum masa pubertas serta berlangsung dalam durasi
waktu yang lama, yaitu 5-10 tahun.
2.2.2. Etilogi Konjungtivitis Vernal
Menurut Siregar (2010), penyebab konjungtivitis vernal ini adalah alergen
lingkungan, seperti debu, tungau, serpihan binatang peliharaan, dan makanan.
Menurut Istiqomah (2005), konjungtivitis vernal ini bersifat musiman, dan juga
sangat berhubungan dengan keadaan sensitif pada sebuk, bulu, makanan, gigitan
serangga, obat, dan juga paparan dari zat kimia seperti hairspray, asap rokok, dan
penyakit atopik seperti asma, demam kering, dan ekzema. Menurut Benezra
(2006), konjungtivitis vernal ini dapat disebabkan karena suhu dan iklim yang
hangat, kering, dan berangin, stress psikis pun dapat mempengaruhi terjadinya
konjungtivitis vernal sama halnya menurut Siregar (2010), musim panas, dengan
lingkungan yang kering dapat mempengaruhi terjadinya konjungtivitis vernal.
Selain itu adanya reaksi hipersensitivitias (Devan dan Ashraf, 2007; Ilyas, 2003),
usia anak dan dewasa muda kurang dari 20 tahun (Siregar, 2010), respon alergi ini
lebih sering terlihat di usia 6 tahun sampai prapubertas (Grayson, 1983). Menurut
14
Norton (2005), konjungtivitis vernal ini tejadi di usia 7-20 tahun. Menurut Ilyas
(2003), penyakit ini biasa terjadi pada laki-laki kurang dari 10 tahun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konjungtivitis vernal mungkin akan terjadi
ketika paparan alergen seperti debu rumah, lingkungan panas dan berangin
mengenai anak laki-laki di rentang usia 6-20 tahun dan mempunyai hipersensitif
berlebih pada alergen.
2.2.3. Manifestasi Klinis Konjungtivitis Vernal
Menurut Vaugan (2000), gejala yang ditimbulkan seperti gatal merupakan hal
umum yang akan dirasakan, adanya lakrimasi pada mata, dan perubahan struktur
pada kelopak mata dan juga konjungtiva. Menurut Istiqomah (2005), gejala yang
ditimbulkan oleh konjungtivitis vernal ini biasanya terjadi edema ringan sampai
berat, adanya sensasi terbakar pada mata, pengeluaran air mata, dan gatal hebat
ikut menyertainya. Selain itu, menurut Norton (2005) dan Siregar (2010),
manifestasi yang sangat membuat tidak nyaman adalah mata gatal, sedikit
fotofobia, dan adanya nyeri pada mata. Sama halnya menurut Grayson (1983),
gelaja yang ditimbulkan ketika terkena konjungtivitis vernal ini adalah adanya
mata gatal, peka terhadap cahanya, adanya sensari terbakar pada mata, dan ada
sensasi benda asing di mata. Menurut Nelson (2000), keluhan yang dirasakan oleh
pasien dengan konjungtivitis vernal ini adalah gatal hebat, mata nrocos (mata
berair), dan terdapat papil besar, datar, mirip latai kerikil (cobblestone) di
konjungtiva palpebra adalah gejala yang khas. Tampilan keluaran eksudat
berserabut dan sering ada pseudomembran konjungtiva seperti susu, tonjolan lesi
kecil mungkin ditemukan pada konjungtiva bulbi dekat limbus.
15
(2005)
membagi
konjungtivitis
menjadi
jenis,
yaitu:
16
17
American
Optometric
Association
(2002),
pasien
dengan
18
dibandingkan
pengobatan
yang
ketorolac.
berhubungan
Immunosupresan
dengan
imunitas.
untuk
Antihistamin
mengobati
sistemik
bermanfaat untuk respon alergi seperti edema, dermatitis, rhinitis, dan sisnusitis.
Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah meningkatnya kekeringan pada
permukaan mata. Pengobatan akan efektif bila diberikan pendidikan kesehatan
karena akan mengurangi kecemasan pada pasien, dan meningkatkan kepatuhan
pasien terhadap pengobatan. Follow up dibutuhkan untuk melihat perkembangan,
19
melihat apakah pengobatan yang diberikan efektif atau tidak, dan juga
mengevaluasinya. Frekuensi follow up bervariasi berdasarkan kondisi yang
dialami oleh pasien.
Menurut Siregar dan Widyastuti (2004), tetes mata artifisial dapat mencuci
mata dan menyapu debu di mata. Menurut Siregar (2010), pengobatan
konjungtivitis vernal
20
Peran Perawat
Menurut Maulana (2009), masalah kesehatan yag terdapat di negara
berkembang, menyangkut pada 2 aspek, yaitu aspek fisik, dan aspek non-fisik.
Dalam aspek fisik, terdapat aspek non-perilaku (aspek lingkungan) sedangkan
aspek non-fisik yaitu perilaku kesehatan. Kedua aspek tersebut perlu berjalan
bersamaan, dan memberikan porsi yang sama. Pemberian fasilitas fisik perlu
ditunjang juga dengan peningkatan pengetahuan yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan ini akan membantu seorang individu
dalam mengontrol kesehatanya.
Pendidikan kesehatan konjungtivitis vernal ini merupakan hal yang
dianjurkan oleh American Optometric Association (2002) dengan maksud untuk
mengurangi kecemasan karena durasi penyakit ini cukup lama, dan meningkatkan
kepatuhan terhadap pengobatan. Peran perawat salah satunya adalah sebagai care
educator (pemberi pendidikan kesehatan). Pendidikan kesehatan yang diberikan
menyangkut perawatan yang dapat diterapkan di rumah.
BAB III
METODE PENELITIAN
21
3.1.
Jenis Penelitian
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan diteliti yaitu upaya
orang tua dalam perawatan anak dengan konjungtivitis vernal.
22
3.3.
23
3.3.2.
Definisi Operasional
Variabel
orang tua
perawatan
Definisi Operasional
Alat Ukur
Kuesioner
dalam
anak
dengan
konjungtivitis vernal
1. Memberikan tetes mata.
2. Kompres dingin.
3. Memakaikan
kacamata
hitam (sunglasses).
matahari,
dan
angin,
dan
4. Memakaikan topi
tidak
mengucek mata.
6. Mengurangi
paparan
seperti
sinar
matahari,
sering
untuk
mencuci
untuk
lebih
sering
rumah.
7. Menganjurkan
anak
membersihkan
untuk
cuci
S
O
24
pada
waktunya,
kontrol
untuk
25
3.4.
Populasi dibagi dua bagian yaitu, populasi target dan populasi terjangkau.
Populasi target adalah subjek penelitian yang dapat memenuhi kriteria sampling
dan menjadi sasaran dari akhir penelitian, sedangkan populasi terjangkau
merupakan populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan dapat dijangkau oleh
peneliti. (Sastroasmoro & Ismail, 1995 dalam Nursalam, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak dengan diagnosis
penyakit konjungtivitis vernal di Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung yang berjumlah 1975.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010).
Dalam pengambilan besar sampel pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Purposive sampling merupakan pemilihan sampel dengan menetapkan
subjek berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang telah ditentukan oleh
peneliti, dengan demikian jumlah klien yang diperlukan dapat terpenuhi (Dharma,
2011).
3.4.2.1.
Kriteria Sampel
26
2)
3)
4)
Kriteria Ekslusi :
1) Orang tua yang tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
2) Orang tua yang tidak bersedia menjadi responden
3.4.2.2.
n= 1+ N
N
Keterangan:
n= Besar sampel
N= Besar populasi (Rata-rata kunjungan tahun 2013)
d= Tingkat signifikansi (menggunakan 10 %)
0,1
n= 1+165
165
n= 62,26 62 responden
27
Dari perhitungan rumus diatas didapatkan jumlah minimal sampel yang akan
diteliti adalah 62 responden.
3.5.
benar-benar mengukur apa yang dapat diukur. Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah kuesioner yang dibuat dapat mengukur apa yang hendak kita
ukur. Peneliti akan melakukan uji validitas konstruksi (Construct Validity)
menggunakan pendapat para ahli, dan melakukan uji validitas isi (Content
Validity) (Sugiyono, 2011).
3.6.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang dapat menunjukan sejauh mana suatu
kuesioner ukur tersebut dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengukuran tersebut konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap topik yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama akan menghasilkan hasil yang sama, karena
28
dalam penggunaan instrumen skor yang dipakai dalam bentuk rentang yaitu antara
nilai 1- 4 (Arikunto, 2010). Adapun rumus yang digunakan adalah:
b
k
r 11 =
1
( k 1 )
2t
)(
Keterangan :
r11= reliabilitas instrumen
k= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= varians total
yang diteliti,
29
Teknik Pengolahan
3.8.1. Editing / memeriksa
Hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden perlu dilakukan editing
Pernyataan (-) :
Selalu (skor = 1)
Sering (skor = 3)
Sering (skor = 2)
Jarang (skor = 2)
Jarang (skor = 3)
30
3.8.3. Transferring
Jawaban dari masing-masing responden yang sudah dalam bentuk kode
dimasukan kedalam program komputer (SPSS/ Microsoft Exel). Dalam proses ini
harus sangat teliti, untuk mencegah hasil bias.
3.8.4. Cleaning Data
Pentingnya pengecekan kembali hasil data yang masuk, untuk mencegah
kesalahan-kesalahan
dalam
pemberian
kode,
kemudian
dilakukan
Analisa Data
Metode analisa yang akan digunakan pada proses penelitian adalah Analisa
Skor
median
< median
f
n
x100%
Keterangan :
P= Persentase
f= Frekuensi
n= Jumlah responden
31
Cicendo
Melakukan studi kepustakaan
Menyusun proposal dan instrumen penelitian
Seminar proposal
Uji coba instrumen
Penyusunan laporan
Sidang atau pertanggungjawaban hasil penelitian
Pendokumentasian dan penggandaan hasil penelitian
Penyerahan dokumentasi hasil penelitian ke instansi terkait yang terlibat
selama proses penelitian.
32
meminta izin tempat untuk penelitian dari instansi terkait yaitu Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung.
1) Informed Concent, diberikan penjelasan mengenai penelitian yang
akan diberikan.
2) Privacy atau kerahasiaan, artinya informasi yag diberikan dijaga
kerahasiaannya dan tidak diketahui orang lain.
3) Justice dan Autonomy, setiap responden memiliki kesempatan dan
perlakuan yang sama untuk mengikuti penelitian dan berhak untuk
menolak ikut serta dalam penelitian.
4) Beneficence dan non-Maleficence, peneliti berusaha meminimalkan
resiko penelitian dan menghindarkan responden dari cidera dan tidak
melakukan hal yang merugikan responden.
3.12. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung pada Bulan April 2014-Mei 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Abah, ER., Oladigbolu, KK., Samaila, E., Gani A., Ikilama. (2011). Ocular
disorder in children in Zaria childrens school. Nigerian Journal of Clinical
Practice Okt-Dec 2011 Vol 14 Issue 4 page 473-476: Nigeria
Al-Akily, S.A. dan Bamashmus, M.A. (2011). Ocular complications of serve
vernal keratokonjungtivitis (VKC) in Yemen. King Saudi University Saudi
Journal of Ophthalmology (2011) 25 291-294. Elsevier: Yemen
Allansmith, M.R dalam buku Duane, T.D & Jaeger, E.A. (1987). Clinical
Ophthalmology Vol 4. Harper&Row: Philadelpia
American Optometric Association. (2002). Care of the patient with conjunctivitis
33
Pedoman
Grammar, L.C. & Greenberger, P.A. (2009). Pattersons Allergic Disease Seventh
Edition Lippincott Williams Wilkins. China
Grayson, M. Disease of The Cornea 2nd Edition Vernal Catarrh. The C.V Mosby
Company: USA
Hidayat, A.A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika:
Jakarta
Ilyas, S. (2004). Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV Sagung Seto
Ilyas, S. (2003). Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Informasi Spesialite Obat ISO Indonesia. (2012). Jakarta: PT. ISFI
Istiqomah, I. N. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC
Kamus Besar Bahasa Indonesia online. (2008). (diakses tanggal 20 Februari 2014
http://kbbi.web.id/upaya)
Kansal, K & Dasgupta, I. (2001). Kansals Clinical Ophtalmology with
Homoeophatic Therapeutics. Kuldepp Jain: New Delhi
Kanski, J.J. (2008). Clinical Ophthalmology a Systematic Approach International
Edition Ed.6.Elsevier
34
35
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT tuhan yang maha pemberi
pertolongan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal penelitian yang berjudul Upaya Orang Tua dalam Perawatan Anak
dengan Konjungtivitis Vernal di Poli Pediatrik dan Oftalmologi Rumah Sakit
Mata Cicendo Bandung dengan tepat pada waktunya.
Tidak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW, berserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Penyusunan
36
proposal penelitian ini ditujukan sebagai salah satu syarat mengikuti seminar
usulan penelitian pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Penulis sangat menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran, serta koreksi dari dosen pembimbing dan
dari dosen penguji yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
penelitian. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu
Helwiyah Ropi dan Ibu Taty Hernawaty yang telah memberikan masukan kepada
penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini, serta semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan proposal penelitian ini.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2.
Identifikasi Masalah..................................................................................7
37
1.3.
Tujuan Penelitian.......................................................................................8
1.4.
Kegunaan Penelitian..................................................................................8
1.4.1.
1.4.2.
1.4.3.
1.5.
Kerangka Pemikiran..................................................................................8
2.2.
Konjungtivitis Vernal...............................................................................13
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
2.2.7.
2.2.8.
2.3.
Peran Perawat..........................................................................................20