I.
Definisi Neuroplasticity
Neuroplasticity adalah kemampuan otak untuk mengorganisasi dirinya sendiri dengan
pembentukan hubungan syaraf baru dalam seluruh pertumbuhan. Neuroplasticity
mengizinkan neuron (sel saraf) dalam otak untuk mengganti selama luka dan sakit dan untuk
melengkapi aktivitas mereka dalam menanggapi situasi baru atau yang mengubah lingkungan
mereka.
Otak menyusun kembali dengan menempatkan mekanisme seperti "axonal sprouting"
yang mana axon yang tidak rusak membentukujung saraf baru untuk menghubungkan
kembali neuron dimana koneksi antar syaraf terluka atau terpotong. Axon yang tidak rusak
dapat juga menumbuhkan ujung saraf dan menghubungkan dengan sel saraf lainnya yang
tidak rusak, dan membentuk jalur syaraf baru untuk melengkapi fungsi yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, jika salah satu dari hemispher sebagian otak rusak, keseluruhan dari
setengahnya mungkin mengambil alih beberapa fungsi. Otak mengganti kerusakan dengan
cara menyusun kembali dan membentuk jaringan baru antara keseluruhan neuron. Untuk
menghubungkan kembali, neuron memerlukan rangsangan melalui aktivitas.
II.
III.
sekumpulan neuron yang besar untuk diaktifkan sekaligus untuk proses informasi neural;
lebih banyak neuron yang diaktifkan, lebih baik kita belajar.
IV.
Fakta Neuroplasticity
proses
terjadiselamarentangwaktuseumurhidupseseorang.
dipanggilselama
Sejakpertengahan
proses
ini,
1970-an,
di
antaranya
yang
Beberapajenissel-selotak
neuron,
glia,
yang
dansel-selpembuluhdarah.
teorineuroplastisitastelahmemperolehpenerimaanluas
di
Usiamerupakanfaktor
yang
pastidalammenentukanjenisplastisitas
yang
lebihumumpadasuatutitiktertentuselamahidupsubyek.
4. Pembangunan, Memory, Belajar
Neuroplastisitas akan terjadi dalam otak dalam salah satu dari dua skenario berikut:
Selama perkembangan otak normal dan sisa hidup kita (Neuroplascity menurun dengan
bertambahnya usia). Jenis neuroplastisitas melibatkan plastisitas perkembangan serta memori
dan plastisitas pembelajaran; atau
Sebagai langkah adaptif untuk kompensasi yang diperlukan sebagai akibat dari fungsi yang
hilang / rusak atau untuk membuat sebagian besar fungsi seseorang yang tersisa setelah
pemain
kunci
dalam
bagaimana
plastisitas
dipengaruhi.
Genetikaadalahfaktordalambagaimanaotakakanberadaptasidenganpengalaman,
tetapilingkunganseseorangdantindakansendirijugaakanmemilikiefekpadaplastisitas.
V.
VI.
didekikasikan untuk mengirim dan menerima sinyal dari beberapa bagian khusus pada tubuh.
Sel otak dapat juga mengenali adanya jalur synaptic; bentuk plasticity ini, diketahui sebagai
sebagai pengganti kepalsuan, membolehkan jalur siap dibangun yang bersebelahan dengan
daerah yang rusak untuk menanggapi perubahan dalam tubuh yang disebabkan oleh
hilangnya fungsi dalam beberapa daerah lainnya. Sebelum proses neuroplastic lainnya,
homologous region adoption, membolehkan satu seluruh daerah otak untuk mengendalikan
fungsi dari daerah otak yang jauh lainnya (satu tidak dengan segera bersebelahan dengan
daerah pengganti, seperti dalam perluasan peta fungsi) yang telah dirusak. Dan, akhirnya,
neuroplasticity dapat terjadi dalam bentuk cross model reassignment, yang
membolehkan satu jenis input panca indera untuk secara keseluruhan mengganti
kerusakan lainnya. Cross-model reassignment membolehkan otak bagi individual yang
buta, dalam belajar membaca Braille, dan akhirnya proses input penglihatan pada
tulisan, tergantikan dengan indra peraba melalui Braille (memperbaharui indera
peraba dan juga memindahkan tanggung jawab penglihatan dalam daerah otak yang
dihubungkan dengan membaca ). Satu atau beberapa respon neuroplastic ini
memungkinkan kita untuk sembuh, terkadang dengan kelengkapan yang ajaib, dari kepala
yang terluka, penyakit otak, atau cacat cognitif.
Neuroplasticity
Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk
adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak
untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan
kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf
dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem
saraf.
Untuk memberikan gambaran tentang plastisitas, maka penulis memberikan ilustrasi dengan
membandingkan antara sifat plastisitas dan elastisitas.
Suatu benda dengan bentuk awal segi empat jika diberi intervensi atau dimanipulasi untuk
membentuk segi tiga, maka pada saat proses dilakukan benda berbentuk segi tiga akan tetapi pada
akhirnya benda tersebut akan kembali pada bentuk awalnya, hal ini disebut sebagai kemampuan
elestisitas.
Jika bentuk awal suatu benda berbentuk segi empat kemudian diberikan intervensi untuk membentuk
segi tiga, maka pada saat proses dilakukan benda akan membentuk segi tiga dan juga menjadi
bentuk akhir dari benda tersebut, hal ini disebut sebagai kemampuan plastisitas.
Dengan demikian jelas bahwa sifat elastisitas berbeda dengan sifat plastisitas. Sifat elastik artinya
kemampuan suatu benda untuk dapat kembali pada bentuk asalnya, sedangkan sifat plastisitas
menunjukkan kemampuan benda untuk berubah kedalam bentuk yang lain.
Nilai positif dari adanya sifat plastisitas adalah pada pasien stroke menjadi potensi untuk dapat
dikembangkan dan dibentuk sehingga dapat menghasilkan gerak yang fungsional dan normal.
Nilai negatif dari adanya sufat plastisitas adalah jika metode yang diberikan tidak tepat, maka akan
terbentuk pola yang tidak tepat pula.