Anda di halaman 1dari 21

Brain Plasticity

MK Neuropsikologi
Pengantar dan Sejarah
Perkembangan Brain Plasticity
• Penelitian neurosains:
• bidang kesehatan
• pemahaman psikologis tentang bagaimana cara otak berkembang
dan berfungsi.
• Hasil studi pencitraan neurologis:
• Identifikasi daerah otak yang terhubung ke fisik, psikologis, dan
proses pembelajaran

Maka dari itu, lingkup neurosains menjadi salah satu alternatif


pengobatan fisik dan psikologis seseorang (Spaulding, Mostert &
Beam, 2010).
Otak manusia
• Jaringan neuron (sel-sel yang menerima dan meneruskan sinyal-sinyal
elektrokimiawi) yang sangat amat rumit
• 100 miliar neuron yang tersusun secara kompleks
• 100 triliun hubungan dan jalur-jalur sinyal neural yang jumlahnya
hampir tidak terhingga

 Sangat sulit dipahami secara mendalam dan menyeluruh (Pinel,


2015).
Plastisitas otak
• Kemampuan berubah secara plastis yang disebut sebagai atau
neuroplastisitas.
• Plastisitas
aktivitas remodeling dan reorganisasi
yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan yang lebih
baik agar dapat beradaptasi terhadap situasi-situasi yang baru.

Neuroplastisitas berkaitan dengan perubahan fungsional, yaitu


fenomena seperti memori, adiksi, timbulnya suatu kebiasaan
tertentu, sensitisasi terhadap posisi tertentu, toleransi terhadap obat-
obat tertentu, bahkan pemulihan pasca cedera otak (Kolb, 2013).
Plastisitas otak
• Kapasitas otak normal yang sangat besar terjadi saat otak dalam masa
perkembangan.
• Otak akan mengalami perubahan plastisitas sebagai respon terhadap
berbagai rangsangan
• pengalaman sensorik dan motoric
• obat-obat psikoaktif
• hubungan interpersonal: orang tua dan anak
• stres, hormon gonadal, flora usus, diet, dan trauma (Muliani,
2019).
Kemampuan plastisitas otak
• Plastisitas otak terus berkembang hingga manusia dewasa  tua.
• Puncak plastisitas:
• 1000 hari pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan ini
dihitung sejak bayi berada di dalam kandungan.
• puncak plastisitas otak akan kembali terjadi pada usia enam tahun
kehidupan.
• memasuki usia 14 tahun, secara alami, otak akan meruntuhkan
neuron-neuron yang tidak pernah terstimulasi.

Jadi, pada rentang usia kanak-kanak itulah otak berada dalam


keadaan paling “lentur” dan paling mudah dilatih (Muliani, 2019).
Sejarah Neuroplastisitas
• William James
• Orang pertama yang berhasil memunculkan teori neuroplastisitas
• Buku; Principles of Psychology

Otak manusia dapat terus menerus mengalami perubahan fungsional


(Denmari, 2014).
Sejarah Neuroplastisitas
• Jerzy Konorski (1948)
• ahli saraf berkebangsaan Polandia
• orang pertama yang menggunakan istilah “neuroplastisitas”
• Teori  neuron yang diaktivasi oleh sirkuit saraf yang aktif, akan
berubah dan menggabungkan dirinya ke dalam sirkuit tersebut.

• Donald Hebb
• ahli psikologi berkebangsaan Kanada
• menekankan bahwa perubahan proses biokimia pada satu neuron
dapat memicu aktivasi sinaps-sinaps di sekitarnya.
• Hal ini merupakan prinsip dasar plastisitas sinaptik
Sejarah Neuroplastisitas
• Paul Bach-Yrita
• orang pertama yang mendemonstrasikan neuroplastisitas pada
kasus nyata.
• bahwa bagian otak yang sehat dapat mengambil alih fungsi bagian
otak yang mengalami cedera.
• Hal ini menjadi dasar dari terapinya untuk pasien-pasien yang
mengalami kerusakan vestibular
Definisi Neuroplastisitas
• Plastisitas
• kemampuan dari otak untuk beradaptasi dan memodifikasi organisasi
struktural dan fungsional terhadap kebutuhan, yang bisa berlangsung
terus sesuai kebutuhan dan atau stimulasi (Setiawan, 2007).
• Neuroplastisitas
• kemampuan otak untuk berubah, melakukan pemodelan ulang, dan
mereorganisasi tujuan yakni dengan mengembangkan kemampuan yang
lebih baik untuk beradaptasi sepanjang kehidupan suatu individu (Kolb,
2013).
Elastisitas vs Plastisitas
• Elastisitas vs Plastisitas
• perumpamaan bila suatu benda yang tadinya berbentuk bulat seperti
bola bila mendapat tekanan atau manipulasi dan bentuknya berubah
menjadi bulat lonjong.
• Tetapi ketika tekanan dihilangkan maka akan kembali menjadi bulat.
Maka sifat benda ini disebut elastis.
• Tetapi bila perubahan bersifat permanen maka keadaan benda ini
disebut plastis.
• Otak = plastis
• Istilah ini erat hubungannya dengan neuroplastisitas atau plastisitas
sinaps.

Sifat elastis artinya kemampuan suatu benda untuk dapat kembali pada
bentuk asalnya, sedangkan sifat plastisitas menunjukkan kemampuan
benda untuk berubah kedalam bentuk lain.
Elastisitas vs
Plastisitas
Jenis-jenis Brain plasticity
• Tiga jenis plastisitas:
• experience-independent
• experience-expectant
• experience-dependent,
Jenis-jenis Brain plasticity
• Plastisitas experience-independent
• sebagian besar merupakan suatu proses perkembangan
prenatal.
• Plastisitas experience-expectant
• sebagian besar terjadi selama tahap pertumbuhan.
• Plastisitas experience-dependent
• merupakan proses merubah susunan neuron yang sudah
ada.

Kuncinya adalah bahwa perubahan sinaps merupakan cerminan


dari modifikasi fenotipe dasar yang terbentuk pada masa
perkembangan.
Plastisitas Otak pada Anak
• Plastisitas otak berperan besar terhadap berbagai kapabilitas otak,
termasuk kemampuan untuk beradaptasi, memecahkan masalah,
penyimpanan memori dan proses belajar.
• Pada anak-anak dengan usia sampai 5 tahun, sering kali disebut
dengan usia golden age. Benar adanya bahwa pada usia tersebut otak
masih sangat fresh.
• Setiap neuron-neuronnya sangat cepat terbentuk, maka dari itu, anak-
anak dapat belajar lebih cepat dari orang dewasa.
• Anak-anak dapat lebih cepat mempelajari bahasa asing, penguasaan
musik, bahkan memulihkan dari cedera otak yang lebih cepat (Nass,
2002).
Catatan
• Dalam hal ini, plastisitas otak tidak hanya terjadi pada anak-anak. Kemampuan
otak ini akan terus ada hingga kita dewasa, bahkan tua.
• Anggapan bahwa saat memasuki usia tua kita akan sulit mempelajari hal baru
adalah tidak benar.
• Walaupun memang, pada usia-usia tertentu, otak akan mencapai puncak
plastisitasnya. Usia tersebut adalah di 1000 hari pertama kehidupan, yang
dihitung sejak bayi berada di dalam kandungan (Muliani, 2019).
Silakan dicari tahu lebih dalam tentang plastisitas otak pada
anak terkait autisme, tuna rungu dan disabilitas yang lain
Brain plasticity pada individu
Alzheimer dan Dementia
• Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak. Hal ini diketahui dengan
adanya penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah, dan keterampilan
kognitif lainnya yang bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatannya sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf
di bagian otak yang terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi
berfungsi normal.
• Pada penyakit Alzheimer, kerusakan saraf akhirnya mempengaruhi bagian otak
yang memungkinkan seseorang untuk melaksanakan fungsi tubuh dasar seperti
berjalan dan menelan. Pada akhirnya penderita dapat mengalami kematian
setelah beberapa tahun karena kemampuan motoriknya sudah tidak berfungsi.
• Menurut WHO (2016) demensia adalah gejala terjadinya penurunan
memori, berfikir, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
• Kehilangan kapasitas intelektual pada demensia tidak hanya pada
memori atau ingatan saja, tetapi juga pada kognitif dan kepribadian.
• Kondisi ini juga berdampak pada gaya hidup, kemampuan
bersosialisasi sampai ke aktivitas sehari-hari penderitanya.
• Demensia berbeda dengan pikun.
• Pikun adalah perubahan kemampuan berpikir dan mengingat yang biasa
dialami seiring pertambahan usia.
• Perubahan tersebut dapat memengaruhi daya ingat, namun tidak
signifikan dan tidak menyebabkan seseorang bergantung pada orang
lain.
• Lalu bagaimana atau apa yang terjadi pada kemampuan brain plasticity
pada individu dengan alzheimer dan dementia? Silakan simak
beberapa video berikut ini:
• https://www.youtube.com/watch?v=J8wW1t1JqUc
• https://www.youtube.com/watch?v=0GXv3mHs9AU
• https://www.youtube.com/watch?v=821fgKtygI4
• https://www.youtube.com/watch?v=QfYOpBw_OW0
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai