Anda di halaman 1dari 11

MEMBINA HUBUNGAN BAIK

PENDAHULUAN

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan masalah


besar yang perlu ditangani oleh berbagai pihak. Bidan sebagai ujung tombak
pelayanan terhadap masyarakat terutama ibu hamil memiliki andil yang sangat
besar daam mengatasi masalah tersebut. Seorang bidan tidak hanya harus
menguasai keterampilan teknis klinis, tetapi juga sangat diharapkan mampu
berkomunikasi dan melakukan konseling yang baik.
Sebuah penelitian di Jawa Barat menyimpulkan bahwa keterampilan teknis
semata tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang dapat memuaskan ibu.
Oleh karena itu, seorang bidan sangat diharapkan dapat memiliki kemampuan
berkomunikasi efektif dan dapat memberikan konseling yang berhasil. Sehingga,
hal ini akan dapat terjalin hubungan baik antara bidan dengan klien yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan kepada
klien yang lebih optimal.

URAIAN MATERI

PENTINGNYA MEMBINA HUBUNGAN BAIK


Keterampilan membina hubungan baik sangat penting dilakukan karena
merupakan

dasar

dari

proses

komunikasi

interpersonal

bidan

dalam

memberikan bantuan kepada klien, keluarga klien, Tokoh Masyarakat, dll.


Hubungan baik akan memudahkan klien memahami saran bidan sehingga
ingin mengikuti sarannya. Klien juga merasa lebih puas dan ingin kembali lagi
memeriksakan diri ke bidan.

Gambar 1
Pentingnya Membina Hubungan Baik

HAL-HAL

PENTING

YANG

PERLU

DIPERHATIKAN

AGAR

TERBINA HUBUNGAN BAIK


Sebagai bidan, sekurang-kurangnya terdapat 3 hal penting yang yang perlu
diperhatikan agar dapat terbina hubungan baik dengan klien adalah (Wiknojastro
dkk, 2006):
1. Kepribadian
Seorang

bidan

harus

memiliki

nilai

kepribadian

yang

baik

dalam

menghadapi klien. Misalnya dapat dilakukan dengan tanda perhatian non


verbal, ramah, hormat, bersahabat, tidak menghakimi, empati, pemikiran
yang luas dan terbuka, serta keinginan untuk belajar.
2. Pengetahuan
Seorang bidan selain memiliki kepribadian yang baik, juga harus memiliki
pengetahuan yang cukup dalam hal kebutuhan untuk melayani klien.
Misalnya tentang :
(1)

Fungsi, proses, dan isu seksual dan kesehatan reproduksi,

(2)

Metode kontrasepsi,

(3)

Proses kehamilan dan persalinan, dan

(4)

Aspek hukum terhadap praktik pelayanan kebidanan serta nilai/


norma sosial yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

3. Keterampilan
Yaitu keterampilan dalam membina hubungan baik dengan klien misalnya
menjalin kerjasama dan menyampaikan informasi yang tepat dan benar
serta keterampilan memberikan respon positif (pujian dan dukungan).

Dalam sebuah studi yang diselenggarakan oleh Population Council (1994)


menunjukan bahwa pelayanan berkualitas menurut persepsi klien adalah bila:

Klien diperlakukan dengan layak

Informasi yang disampaikan ssuai dengan kebutuhan, harapan, dan


menjawab pertanyaannya. dan

Pelayanan medis yang memadai dan aman.


SIKAP DAN PERILAKU DASAR YANG DIBUTUHKAN DALAM

MEMBINA HUBUNGAN BAIK


Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan dalam membina hubungan baik dikenal
dengan istilah SOLER yang merupakan akronim dari:
S = Face your clients Squarely (menghadap ke klien) dan Smile/ Nod at clients
(senyum/ mengangguk ke klien).
O = Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukan
sikap terbuka dan tidak menilai).
L = Lean towards client (tubuh condong ke klien).
E = Eye contact in a culturally acceptable manner (kontak mata/ tatap mata
sesuai cara yang diterima budaya setempat)

Gambar 2
Pentingnya kontak mata dengan klien

R = Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat).


Dalam budaya Indonesia, sikap dan perilaku dasar yang dapat diterapkan oleh
bidan terhadap klien yaitu dengan 5S yaitu:
1. Senyum
Bidan selalu tersenyum pada klien.

2. Salam
Konselor setiap bertemu dengan klien, alangkah baiknya mengucapkan
salam kepadanya.
3. Sapa
Konselor hendaknya menyapa klien dengan kata-kata yang halus dan baik.
4. Sopan
Konselor bersifat sopan kepada klien.
5. Santun
Konselor bersifat santun kepada klien.
PENERAPAN PUJIAN DAN DUKUNGAN
Apabila seorang bidan berhadapan dan melakukan suatu komunikasi, pujian dan
dukungan perlu dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan hubungan baik
dengan klien.
a. Pujian
Memberikan pujian maksudnya mengungkapkan persetujuan atau
kekaguman sehingga mendorong tingkah laku yang baik, penghargaan
terhadap usaha yang telah dilakukan klien dengan baik. Misalnya: memuji
klien, menunjukan bahwa bidan menghargai perhatian klien terhadap
kesejahteraan dirinya.
b. Dukungan
Memberi dukungan maksudnya memberi dorongan, kepercayaan, dan
harapan. Bidan mengungkapkan kata-kata agar klien meyadari
kemampuannya dalam mengatasi masalah dan membantu klien mengatasi
masalah.
Contoh dalam bentuk dukungan misalnya mengemukakan alternatif yang
bisa diharapkan, menekankan hal baik yang telah mereka lakukan, dan perlu
dilanjutkan, seperti mengatakan pada klien bahwa dengan datang ke
polindes berarti mereka telah menolong diri mereka sendiri.

Gambar 3
Bidan memberikan dukungan kepada klien

PERILAKU

RESPON

POSITIF

YANG

MENDUKUNG

TERCIPTANYA HUBUNGAN BAIK


Beberapa bentuk perilaku respon positif ataupun komunikasi yang baik yang
mendukung terciptanya hubungan baik diantaranya:
a. Bersalaman dengan ramah
b. Mempersilahkan duduk

Gambar 4
Mempersilahkan Klien duduk

c. Bersabar
d. Tidak menginterupsi/ memotong pembicaraan klien
e. Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti
f.

Menatap klien

g. Menggunakan pertanyaan terbuka


h. Mengulang pernyataan klien
i.

Menyimpulkan dan merespon klien

j.

Menjaga kerahasiaan klien

k. Memberi dukungan pada klien


l.

Menggunakan humor atau cara lain yang lebih santai

m. Tidak melakukan penilaian

n. Mendengarkan dengan penuh perhatian


o. Menanyakan alasan kedatangan klien
p. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.
q. Mohon maaf sebelum menanyakan masalah sensitif atau pribadi
Sedangkan beberapa bentuk perilaku respon ataupun komunikasi yang tidak
baik diantaranya konselor bertindak:
a. Menasehati
b. Berkhotbah
c. Menyalahkan
d. Interograsi terhadap klien
e. Banyak bertanya kenapa
f.

Mengarahkan

g. Beralih kelain topik


h. Membuang muka
i.

Menjaga jarak dengan klien

j.

Menguap di depan klien dengan cara ya ng tidak sopan

k. Bergerak terlalu banyak


l.

Tidak ada ekspresi wajah

LATIHAN APLIKASI KONSEP

Setelah materi selesai, mahasiswa yang diwakili oleh tiga orang melakukan
drama bermain peran sesuai dengan kasus di bawah ini. Satu orang menjadi
konselor, satu orang menjadi klien, dan satu orang lagi menjadi pengamat.
Peran konselor:
Menampilkan sikap dan perilaku yang harus ditampilkan dalam pmbinaan dan
pemantapan hubungan baik, dimulai sejak awal pertemuan dengan klien.

Peran Klien:

Klien bebas menyampaikan skenarionya namun masih sesuai dengan kasus yang
akan disampaikan.
Peran Pengamat:
Mengamati sikap dan perilaku konselor dan memberikan umpan balik tentang apa
yang perlu ditingkatkan dengan menggunakan lembar pengamatan. Umpan balik
dilakukan segera setalah percakapan selesai.
Kasus :
Seorang klien baru pertama kali datang pada seorang bidan. Dia hendak
memeriksakan kehamilan pertamanya. Saat ini umur kehamilannya

7 bulan.

Sebelumnya, dia belum pernah memeriksakan kehamilannya.


Bagaimana cara bidan menyambut klien sejak klien masuk dan menanyakan
keluhan ibu sebelum melakukan melakukan anamnesa awal pada klien tersebut
agar dapat terbina hubungan baik?

KESIMPULAN

1. Keterampilan membina hubungan baik sangat penting dilakukan karena


merupakan

dasar

dari

proses

komunikasi

interpersonal

bidan

dalam

memberikan bantuan kepada klien, keluarga klien, tokoh masyarakat, dll.

2. Terdapat 3 hal penting yang diperhatikan agar dapat terbina hubungan baik
dengan klien yaitu Kepribadian (misalnya tanda perhatian non verbal, dll),
pengetahuan

(misalnya

tentang

fungsi,

isu

seksual

dan

kesehatan

reproduksi, dll), dan keterampilan (misalnya menjalin kerjasama dan


menyampaikan

informasi

yang

tepat

dan

benar

serta

keterampilan

memberikan respon positif (pujian dan dukungan).


3. Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan dalam membina hubungan baik
dikenal dengan istilah SOLER yang merupakan akronim dari:
S = Face your clients Squarely and Smile/ Nod at clients.
O= Open and non-judgemental facial expression.
L = Lean towards client.
E = Eye contact in a culturally acceptable manner.

R = Relaxed and friendly manner.


Dalam budaya Indonesia, sikap dan perilaku dasar yang dapat diterapkan
oleh bidan terhadap klien yaitu dengan 5S yaitu: senyum, salam, sapa,
sopan, dan santun.
4. Penerapan pujian dan dukungan perlu dilakukan untuk menjaga dan
meningkatkan hubungan baik dengan klien.
5. Perilaku

respon

positif

yang

mendukung

terciptanya

hubungan

baik

diantaranya bersalaman dengan ramah, mempersilahkan duduk, bersabar,


tidak menginterupsi/ memotong pembicaraan klien, menggunakan kalimat
yang mudah dimengerti, menatap klien, menggunakan pertanyaan terbuka,
mengulang pernyataan klien, menyimpulkan dan merespon klien, menjaga
kerahasiaan klien, dll.
Sedangkan beberapa bentuk perilaku respon ataupun komunikasi yang tidak
baik diantaranya konselor bertindak menasehati, berkhotbah, menyalahkan,
interograsi terhadap klien, banyak bertanya kenapa, mengarahkan, beralih
kelain topik, membuang muka, menjaga jarak dengan klien, menguap di
depan klien dengan cara ya ng tidak sopan, bergerak terlalu banyak atau
tidak ada ekspresi wajah.
EVALUASI
1.

Keterampilan membina hubungan baik sangat penting dilakukan karena,


kecuali:
a. Merupakan dasar dari proses komunikasi interpersonal bidan dalam
memberikan bantuan kepada klien.
b. Merupakan dasar dari proses komunikasi intrapersonal bidan dengan
tenaga kesehatan.
c. Hubungan baik akan memudahkan klien memahami saran bidan
d. Klien menjadi ingin mengikuti saran bidan.
e. Klien juga merasa lebih puas dan ingin kembali lagi memeriksakan diri
ke bidan.

2.

Huruf L dalam SOLER memiliki arti:


a. Santai dan sikap bersahabat
b. Ekspresi muka menunjukan sikap terbuka dan tidak menilai

c. Kontak mata/ tatap mata sesuai cara yang diterima budaya setempat
d. Tubuh condong ke klien
e. Senyum/ mengangguk ke klien
3.

Yang termasuk pada keterampilan yang harus dimiliki bidan agar dapat
terbina hubungan baik dengan klien yaitu:
a. Ramah
b. Tidak menghakimi
c. Paham metode kontrasepsi,
d. Mampu memberikan pujian dan dukungan
e. Memahami proses kehamilan dan persalinan

4.

Tujuan pemberian pujian oleh bidan kepada klien diantaranya, kecuali:


a. Mengungkapkan persetujuan pada klien
b. Mengungkapkan kekaguman pada klien
c. Mendorong tingkah laku yang baik yang dilakukan klien,
d. Memberikan penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan klien
dengan baik.
e. Memberi dorongan, kepercayaan, dan harapan pada klien.

5.

Yang tidak termasuk perilaku respon positif yang mendukung terciptanya


hubungan baik yaitu:
a. Bersabar
b. Melakukan penilaian pada klien
c. Menjaga kerahasiaan klien
d. Mempersilahkan duduk kepada klien
e. Mendengarkan dengan penuh perhatian

LEMBAR PENGAMATAN
MEMBINA HUBUNGAN BAIK

Nama yang diamati : .


No.
1

Tingkah Laku Konselor yang Diamati


Menyambut dan mempersilahkan klien

2
3
4

duduk dengan ramah


Duduk menghadapi klien
Senyum/ mengangguk
Ekspresi
wajah

5
6
7

mendengarkan dengan penuh perhatian


Tubuh konselor condong ke klien
Adanya kontak mata dengan klien
Santai dan bersikap Bersahabat dengan

8
9

klien
Volume suara konselor sesuai
Intonasi
dan
kecepatan

Ya

Tidak

Catatan

menunjukan

berbicara

10
11

memadai
Memberi pujian/ dukungan
Menyampaikan
akan

12
13

kerahasiaan
Tidak memotong pembicaraan kien
Tidak
melakukan
penilaian
(misal:

14
15

menyalahkan klien)
Menanyakan alasan kedatangan klien
Menghargai apapun pertanyaan maupun

menjaga

pendapat klien

Keterangan :
Ya

: bila dilakukan oleh konselor

Tidak

: bila tidak dilakukan oleh konselor

Catatan

: berisikan uraian tentang pengamatan dan atau bila variabel


pengamatan tsb tidak berlaku

Referensi

1. Lia Uripni, Christina dkk. (2003). Buku Komunikasi Kebidanan.


Jakarta: EGC. Hal.55-63.
2. PP IBI. (2003). 9 Modul Kebidanan. Jakarta: PPTK. Hal.9-12.

10

3. Saraswati,

Ina.

(2002).

Komunikasi

Efektif,

Pelatihan

Keterampilan, KIP/ K, Buku Bantu Bidan Siaga. Jakarta: USAID.


Hal.31-34.
4. Saraswati,

Ina.

(2002).

Komunikasi

Efektif,

Modul

Pelatihan

Keterampilan, KIP/ K, Pegangan Fasilitator. Jakarta: USAID.hal.6780.


5. Wiknojastro,

Gulardi

dkk.

(2006).

Konseling

Kesehatan

Reproduksi, Modul Mahasiswi, Komunikasi dan Konseling. Jakarta:


YPKP + PPTK dan IBI. Hal.10-11.

11

Anda mungkin juga menyukai