Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan Apoteker.
2.
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTF) adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, ahli Madya Farmasi, analis Farmasi, dan
Tenaga Menegah Farmasi/ Asisten Apoteker.
Berdasarkan fakta di lapangan prosentase Puskesmas perawatan sebagai basis pelayanan primer
yang sudah memiliki tenaga apoteker dan menjalankan pelayanan kefarmasian secara komprehensif baru
sekitar 25% apakah sisanya yang 75 % siap mengikuti lajunya tuntutan jaman atau wait and see? Salah
satu upaya penting dalam mewujudkan peran apoteker adalah pelayanan informasi obat untuk provider/
petugas kesehatan dan pasien dalam rangka meningkatkan Quality of lifepasein sehingga diharapkan
peningkatan kepuasan pasien terhadap layanan kefarmasian dan dapat dirasakan dampak positifnya oleh
masyarakat secara umum. Oleh karena itu perlu ditumbuhkan sikap responsif dan aspek kedisiplinan dan
kepastian waktu yang dibutuhkan untuk melayani secara komprehensif perlu dibuat suatu prosedur tetap
yang berkualitas, teruji dan dapat dipercaya.
Selain itu juga menjalankan peran fungsional Apoteker secara komprehensif. Peran itu merupakan
tugas pokok tentang farmasi klinis. Kegiatan ini terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat,
konseling, visite baik mandiri maupun bersama tim, pembuatan sarana informasi, penyuluhan dalam upaya
promosi kesehatan dan home pharmacy care. Tugas lain sebagai peran yang melekat adalah pencatatan dan
pelaporan, monitoring penggunaan obat rasional dan obat generik, adminsitrasi kesalahan penggunaan obat
(medication errors), monitoring efek samping obat, pharmacy record, monitoring, evaluasi dan tindak
lanjut (Kemkes, 2009).
Pelayanan kefarmasian ini tidak lepas dari tanggung jawab profesi kefarmasian (Pharmaceutical
care). Peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi administratif perbekalan
farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinis. Pelayanan farmasi klinis ini meliputi pelayanan
resep obat, informasi obat, konseling visite mandiri ataupun bersama tim medis, pembuatan sarana
informasi seperti brosur, leaflet, poster, newsletter, promosi kesehatan, home care. Jenis pelayanan
kefarmasian juga merupakan jasa profesional yang dapat diukur dengan melihat dan mempertimbangkan
tingkat kepuasan pasien.
Implementasi peran dan fungsi Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Pusksemas perlu
didukung dan diupayakan semaksimal mungkin dalam upaya pencapaian akreditasi Puskesmas yang
optimal. Hal ini tercermin mulai dari aspek kebijkan, manjerial maupun teknis yang sinergi dari hulu ke
hilir. Namun yang paling penting adalah komitmen kuat dari insan profesi untuk bekerja keras dan
berkarya tanpa pamrih untuk mewujudkan tanggung jawab profesi sebagai upaya dan peran nyata dalam
pembangunan kesehatan secara umum melalui kinerja yang prima dalam pelayanan kefarmasian di
Puskesmas.
Fungsi dan peranan tenaga kefarmasian
Secara umum Peran apoteker melipusti aspek :
1. Manajerial
Fungsi manajerial merupakan kemampuan untuk mengelola kegiatan pelayanan kefarmasian secara
menyelutuh sehingga dapat berjalan secara feisien dan efektif sesuai keweangan porofesi yang melekat.
Standar pelayanan kefarmasian diasarkan pada acuan/pedoman pelayanan kefarmasian menurut Dirjen
Bina Farmasi dan alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Nomor HK.00.DJ.II.924 tahun 2006. Prosedur
tahapan teknis yang harus dilaksanakan secara konsisten dan tepat agar pencapaian target kinerja dapat
dicapai secara optimal sesuai standar prosedur. Standar prosedur opersional adalah prosedur tertulis berupa
petunjuk operasional tentang pekerjaan kefarmasian yang mengacu kepada standar kefarmasian meliputi
fasilitas produksi, ditribusi atau penyaluran , dan pelayan kefarmasian.
Dalam aspek manajerial meliputi administrasi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan perencenaan
kebutuhan obat, permintaan obat ke Gudang Farmasi, peyimpanan dan pendistribusian ke sub unit dan
kegiatan luar gedung. Sedangkan adminsitrasi resep meliputi pencattan jumlah resep berdasarkan umlah
status pasien, penyimpanan bundel resep selama 3 tahun dan pemusnahan obat rusak, palsu dan kadaluarsa.
2. Fungsional
Peran fungsional Apoteker merupakan tugas pokok tentang farmasi klinis. Kegiatan ini terdiri dari
pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, visite baik mandiri maupun bersama tim,
pembuatan sarana informasi, penyuluhan dalam upaya promosi kesehatan dan home pharmacy care. Tugas
lain sebagai peran yang melekat adalah pencatatan dan pelaporan, monitoring penggunaan obat rasional
dan obat generik, adminsitrasi kesalahan penggunaan obat (medication errors), monitoring efek samping
obat, pharmacy record, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut (Kemkes, 2009)
Kompetensi Apoteker yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah :
1.
2.
3.
Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan
menggunakan bahasna verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.
4.
Selalu belajar sepanjang karier (long life education) baik pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date)
Sedangkan tugas pokok dan fungsi seorang apoteker di Puskesmas menurut Permenkes Nomor
1332/Menkes/Per/X/2002, meliputi :
1.
Pembuatan, pengolahan, mengubah bentuk, pencampuran, penympanan, dan penyerahan obat obat
atau bahan obat.
2.
3.
Pelayan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayan informasi obat dan
perbekalan farmasi lainnya yang diberikan dokter kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan
informasi mengenai khasiat, kemanana, bahaya atau mutu obat dan perbekalan farmasi.
2.
3.
Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety)
Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai serta
pelayanan farmasi klinis. Pelayanan farmasi klinis meliputi pengkajian resep, penyerahan dan pemberian
infromasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, ronde/visite pasien pada Puskesmas rawat
inap, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan obat.
Dalam rangka akreditasi, telusur pengelolaan dan penggunaan obat dilaksanakan berdasarkan telusur
berbasis individual. Hal ini merupakan eksplorasi terhadap proses pengelolaan dan penggunaan obat. fokus
diarahkan pada kemungkinan timbulnya resiko. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evaluasi terhadap
kesinambungan pengelolaan dan penggunaan obat mulai dari proses pengadaan sampai monitoring efek
samping obat pada pasien.
Upaya yang perlu dipersiapkan untuk mewujudkan pelayanan farmasi sesuai standar tsb? Segala upaya
seyogyanya dilakukan semaksimal mungkin dengan senantiasa mengedepankan tanggung jawab profesi
(pharmaceutical care) dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien dalam era ini. Harapan ke depan
adalah mari kita bahu membahu, membangun pelayanan kefarmasian yang lebih dapat dirasakan oleh
masyarakat secara umum, karena kualitas layanan adalah hak mutlak yang harus diperoleh oleh segenap
masyarakat Indonesia tidak pandang bulu.
Untuk mewujudkan sistem dan prosedur dapat berjalan maka perlu dituangkan suatu pedoman mutu,
ketentuan dan standar prosedur operasional (SPO) yang baku mengacu pada Pedoman dan instrumen
akreditasi Puskesmas sebagai Fasilitas Pelayaan Kesehatan Tingkat Primer. Menurut UU No. 29 tahun
2004, SPO merupakan suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan
proses kerja rutin tertentu.
Pedoman pelayanan farmasi meliputi pengorganisasian, standar SDM, fasilitas, tata laksana pelayanan
farmasi, logistik pelayanan farmasi, kendali mutu dan keselamatan pasien, keselamatan karyawan farmasi.
Sedangkan SPO pelayanan kefarmasian yang disusun meliputi peresepan obat, pelayanan rawat inap dan
rawat jalan, penyediaan dan penggunaan obat, pengendalian dan penilaian penyediaan dan penggunaan
obat, pelayanan obat untuk 7 hari 24 jam pada Puskesmas dengan rawat darurat, monitoring peresepan
sesuai formularium. Selain itu juga SPO efek samping obat, riwayat alergi, obat yang dibawa pasien rawat
inap, MESO, pelayanan obat psikotropik dan narkotik, pengedalian dna pengawasan penggunaan
psikotropik dan narkotik serta pelaporan kesalahan pemberian obat dan pelaporannya (Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cidera).
Semoga sukses dan terwujud pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia melalui terciptanya universal
coverage untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Amiiin.
Simpulan
Tenaga kefarmasian merupakan bagian integral dalam proses akreditasi sehingga harus memberikan
layanan kefarmasian yang berkualitas sesuai standar dan mengacu pada perkembangan terkini dalam upaya
mewujudkan tanggung jawab profesi secara komprehensif.
Menyiapkan diri sedini mungkin dengan komitmen, keingintahuan, kemauan dan kemampuan untuk
membangun pelayanan kefarmasian yang prima dalam upaya mewujudkan MDGs.
REFERENSI :
Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Peraturan pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
Permenkes No. 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.