Latar belakang
Penginderaan jauh pada dasarnya merupakan rekaman pola pantulan
energi elektromagnetik pantulan dan emisi yang ditampilkan sebagai citra
menyerupai gambar yang sifatnya sangat bervariasi. Untuk dapat informasi
penting dari data tersebut, diperlukan latihan menilai kenampakan penting diluar
yang tidak penting. Tingkat awal interprestasi dilakukan sebagai deteksi. Deteksi
dibantu oleh karakteristik spasial, spectral, radiometric dan temporal data.
Resolusi spasial ialah kemampuan system perekam dalam membedakan objek
yang terletak berdekatan. Resolusi spectral merupakan perekaman gambaran yang
sama pada interval spectral yang berbeda. Resolusi radiometric untuk
menghasilkan kontras yang lebih baik sehingga dapat dicapai jumlah tingkat
keabuan antara batas hitam dan putih yang mudah dibedakan. Akhirnya resolusi
temporal menjelaskan kegunaan citra yang direkam pada interval waktu tertentu
(musim) untuk mendeteksi perubahaan yang telah terjadi (Purwadhi, 2001).
Secara umum penginderaan jauh saat ini diterima tidak hanya terbatas
sebagai alat pengumpul data mentah, tetapi pemprosesan data mentah secara
manual dan terotomatis dan analisis citra serta penyajian hasil informasi yang
diperoleh. Penginderaan jauh biasanya dibatasi hanya pada penginderaan yang
menggunakan
spektrum
elektromagnetik.
Penginderaan
jauh
tersebut
menggunakan energi yang berfungsi sama dengan sifat cahaya, dan tidak hanya
meliputi spectrum tampak, tetapi juga meliputi spectrum ultraviolet, inframerah
dekat,
inframerah
tengah,
inframerah
jauh
dan
gelombang
radio
(Waljiyanto, 2000).
Penginderaan jauh di dalam lingkup luas berarti setiap metodologi yang
digunakan untuk mempelajari karakteristik objek dari jarak jauh. Teknologi
penginderaan jauh telah berkembang dengan paling cepat sejak manusia semakin
sadar akan keseimbangan yang layak antara perkembangan sumber daya dan
pemeliharaan lingkungan. Sekarang, penginderaan jauh merupakan cara yang
praktis untuk memantau secara berulang dan cermat atau sumber daya bumi
secara menyeluruh (Wolf, 1993).
berada diatasnya,
yang
menjadi
kerangka
bagi
pengaturan
dan
Tujuan
Tujuan dari praktikum yang berjudul Layer Stacking dan Warna Komposit
yaitu Untuk Menggabungkan band citra dan membedakan fungsi warna komposit
pada citra satelit landsat 8
TINJAUAN PUSTAKA
Interpretasi citra pada dasarnya terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu
penyadapan data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu.
Penyadapan data dari citra berupa pengenalan objek yang tergambar pada citra
serta penyajiannya ke tabel, grafik, dan peta tematik. Urutan pekerjaannya dimulai
dari menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda,
diikuti oleh delineasi atau penarikan garis batas bagi objek yang memiliki rona
atau warna sama. Objek yang telah dikenali jenisnya kemudian diklasifikasikan
sesuai dengan tujuan interpretasi dan digambarkan pada peta (Wolf, 1993).
Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat pula
secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut dengan interpretasi
fotografik, sekalipun citra yang di gunakan bukan citra foto, melainkan citra non
foto yang telah tercetak (hard copy). Sebutan interpretasi fotografik sering di
berikan pada Interpretasi visual citra non foto, karena banyak produk tercetak citra
non foto di masa lalu (bahkan sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film
ataupun citra tercetak di atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal
ini dapat dilakukan karena proses pencetakan oleh komputer pengolahan citra non
foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil cetakanya
menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (lebih kurang hingga ukuran karto)
(Purwadhi, 2001).
Rona merupakan tingkatan dari hitam keputih atau sebaliknya. warna
adalah wujud yang tampak pada mata dengan menunjukan spektrum sempit.lebih
sempit dari spektrum tampak dan tingkat kegelapan yang beragam warna
biru,hijau,kuning mera,jingga dan lainnya.sebagai contoh, obyek tampak
biru,hijau,atau merah bila ia hanya memantulkan spektrum dengan panjang
gelombang (0.4-0.5), (0.5-0.6) atau (0.6-0.7), sebaliknya bila obyek menyerap
sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan warna.sebagai akibatnya
maka obyek akan tampak dengan warna kuning. Berbeda dengan rona yang hanya
menyajikan tingkat kegelapan didalam ujud hitam putih, warna menunjukan
tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan didalam warna
biru, hijau, merah, kuning, jingga dan warna lainnya. Meskipun tidak menjelaskan
cara penggukurannya, Estes et al.(1983) mengutarakan bahwa mata manusia dapat
membedakan 200 rona dan 20.000 warna. Rona dan warna disebut unsur dasar.hal
ini mencerminkan betapa pentingnya rona dan warna didalam mengenali obyek.
Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah
warna atau rona yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk
memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk,
tekstur, pola, ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna
disebut unsur dasar (Waljiyanto, 2000).
Citra adalah gambaran kenampakan permukaan bumi hasil penginderaan pada
spectrum elektromagnetik tertentu yang ditayangkan pada layar atau disimpan
pada media rekam atau cetak. Citra satelit adalah penginderaan jauh, yaitu ilmu
atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada
pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Macam-macam citra satelit yaitu
citra landsat,modis,SRTM, dan banyak lagi diantaranya. Citra Landsat TM
merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang dihasilkan dari
sistem penginderaan jauh pasif. Landsat memiliki 7 saluran dimana tiap saluran
menggunakan panjang gelombang tertentu (Howard, 2001).
Prinsip pengenalan objek pada citra secara visual bergantung pada
karakteristik atau atribut yang tergambar pada citra. Karakteristik objek pada citra
digunakan sebagai unsur pengenalan objek yang disebut unsur-unsur interpretasi.
Unsur-unsur interpretasi meliputi sebagai berikut:
1. Rona dan Warna. Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek
pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
2. Bentuk. Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan
konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas,
sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.
3. Ukuran. Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas,
tinggi lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu
dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat
skalanya.
4. Tekstur. Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang
mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek
yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan
dengan: kasar, halus, dan sedang.
5. Pola. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.
6. Bayangan. Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada
di daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci
pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya
bayangan menjadi lebih jelas.
7. Situs. Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
8. Asosiasi. Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya.
9. Konvergensi Bukti, ialah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kea rah satu kesimpulan
tertentu
(Hardiyanti, 2007).
Kenampakan fisiografi yang tergambar pada foto udara tidak selalu tepat
menyajikan kenyataan di lapangan. Kekasaran relief yang tampak pada foto juga
dipengaruhi oleh tingkat perbesaran vertikal (vertical exaggeration). Perbesaran
vertikal terkait erat dengan rasio antara basis udara (B) dan tinggi terbang (H),
atau sering dinyatakan dengan base-height ratio. Semakin besar base-height ratio,
semakin besar pula perbesaran vertikalnya, dan kenampakan relief yang tidak
terlalu kasar akan menjadi semakin kasar, lereng-lereng menjadi semakin curam,
dan lembah-lembah menjadi semakin dalam. Hal ini sangat membantu dalam
observasi relief mikro suatu wilayah, namun dapat pula menyesatkan bila hasilnya
dijadikan basis pemodelan untuk kajian lingkungan, misalnya pendugaan
besarnya erosi atau kehilangan tanah (Whitten dkk, 2004).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Penginderaan Jarak Jauh yang berjudul Layer Stacking dan
Warna Komposit ini dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Oktober 2016, pukul
2.
3.
Buka input file dengan klik gambar berkas lalu cari file citra yang
didownload
4. Pada kotak dialog input file, untuk file of type diubah menjadi TIFF. Pilih B1
lalu OK dan Add. Kemudian buka kembali input file pilih B2 lalu OK dan
Add. Begitu seterusnya sampai B7.
5.
Kemudian klik output file dengan mengklik tanda berkas. Simpan dengan
nama kel12_stacking dan jadikan satu folder dengan citra yang didownload
lalu ok
6.
Setelah selesai loading, klik Viewer lalu pilih gambar berkas lalu klik file
yang baru disimpan, klik ok
7.
Klik Raster, pilih Band combinations. Pada kotak dialog, untuk Red pilih
layer 6, Green pilih layer 5 dan Blue pilih layer 4 lalu klik Ok
objek yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu
mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
7. Situs.
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon kopi di
tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat lapangan olahraga,
pemukiman akan memanjang di sekitar jalan utama . Misalnya permukiman pada
umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang
tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan
sebagainya.
8. Asosiasi.
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang
lainnya. Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu
dengan objek yang lain. Sehingga asosiasi ini dapat dikenali 2 objek atau lebih
secara langsung. Contoh stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api
yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
9. Konvergensi Bukti
Konvergensi Bukti ialah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kea rah satu kesimpulan
tertentu. Contohnya tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra,
menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsurinterpretasi lain, seperti situsnya
di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
Saran
Sebaiknya saat melakukan interpretasi citra harus memahami unsur-unsur
dari interpretasi sehingga tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyanti, S. 2007. Pengantar interpretasi citra pengindraan jauh. Semarang.
Universitas negeri malang.
Howard, J. 2001. Erdas : Whats New In Erdas Imagine V 8,5. ERDAS :
gheographic imaging made simpl.
Libraries & Academic Information Resources. 2006. Spatial Analysis For Several
Important Diseases Health Service In South Sulawesi.
Lo, Z. 1996. Analisis Komposit Pada Band Citra Digital. Charsles Darwin
University Press. Australia
Purwadhi, S. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo. Jakarta.
Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh; Jilid 1. Gajah Mada University