Alishia Putri Maitsaa 135100100111041 Pengemasan Kelas A
LCA (Life cycle assessment)
LCA merupakan metode yang telah diakui secara ISO untuk mengevaluasi pengaruh potensi lingkungan dari bahan, produk, dan jasa dari semua siklusnya, seperti ekstraksi bahan, proses, konversi, pembuatan, distribusi, penggunaan, dan manajemen limbah. Sumber daya dan energi yang digunakan, emisi ke udara dan air, dan limbah padat yang dihasilkan akan diukur pada setiap tahapan dari siklus untuk mengumpulkan data daftar inventaris. Data ini selanjutnya akan ditugaskan untuk dampak lingkungan melalui tahap LCA selanjutnya yang disebut penilaian dampak. Tahap terakhir dari LCA adalah interpretasi yang menggunakan analisa sensitivitas, misalnya, bisa mengerjakan tes kalitas dan validitas dari data inventaris dan nilai dari beban dampak lingkungan. Keluaran dari LCA adalah rentang kategori dari dampak lingkungan yang menyatakan rata-rata untuk mengidentifikasi dampak lilngkukngan utama yang menjadi seluruh siklus dari sistem pengemasan produk. Hal ini juga dapat membantu menentukan prioritas lingkungan mana yang harus patuhi mengenai pemilihan bahan, konversi, transportasi, manajemen penggunaan dan limbah. Pada contohnya, proses pengemasan dapat berperan hingga 36% untuk penggunaan energi dan 24% untuk global warming, walaupun dalam proses pembuatan makannya berdampak lebih banyak pada lingkungan. Hal ini menunjukkan proses dari sebuah siklus harus meminimalisir dampak pada lingkungan. Additives for environmentally compatible active food packaging Kemasan aktif adalah bagian integral dari keamanan pangan yang tidak hanya menyediakan penghalang inert untuk pengaruh luar, tetapi juga beberapa fungsi yang diinginkan seperti kualitas tinggi, keamanan mikrobiologis, dan umur simpan yang lebih panjang. Lapisan dan bahan perekat yang ada pada kemasan aktif harus memenuhi persyaratan fungsional tertentu, seperti sifat penghalang kelembaban, penghalang zat terlarut atau gas, kelarutan lipid/air, warna dan penampilan, karakteristik mekanik dan rheologi, non-toksisitas, dll. Makanan kemasan film atau temuan coating dapat dibuat dari protein (gluten gandum, kolagen, zein jagung, kedelai, kasein, protein whey), dari polisakarida (selulosa, kitosan, alginat, pati, pektin, dekstrin) dan lipid (lilin, acylglycerols, asam lemak), sebagian besar yang dapat dimakan dan terbuat dari sumber daya alam terbarukan (Cagri et al., 2004) Dalam beberapa tahun terakhir, kemasan aktif kompatibel lingkungan, seperti kemasan antimikroba, telah menarik banyak perhatian dari industri makanan karena dapat secara efektif mengontrol kontaminasi mikroba dari berbagai padat dan semi-padat, produk
makanan bebas pengawet dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
permukaan makanan yang biasanya datang ke dalam kontak langsung dengan bahan kemasan. Penggunaan kemasan film berdasarkan polimer yang mengandung antimikroba dan antioksidan terbukti lebih efisien dengan menjaga konsentrasi dari komponen aktif pada permukaan makanan sehingga tingkat migrasi ke dalam matriks makanan rendah. Beberapa bahan yang dapat digunakan adalah pengawet kimia, protein/peptida, dan antimikroba dari tumbuhan. Pengawet kimia dapat dimasukkan ke dalam bahan kemasan untuk menambah aktivitas antimikroba. Agen antimikroba yang umum digunakan untuk mengawetkan makanan adalah asam organik berupa asam lemah yang menunjukkan aktivitas penyangga tertentu, dan garam. Beberapa jenis peptida dan protein juga dapat digunakan untuk menunda oksidasi lipid contohnya adalah hidrolisat whey, kedelai, kuning telur, daging babi dan ikan. Contoh lain berupa bakteriosin dan nisin. Bakteriosin adalah protein antibakteri yang diproduksi oleh bakteri tertentu yang menghambat pertumbuhan bakteri lain, sedangkan nisin adalah peptida antimikroba alami dengan residu asam amino yang 34 efektif menghambat spektrum yang luas dari bakteri patogen Gram-positif. Polisakarida merupakan bahan yang paling sering digunakan karena berasal dari selulosa, pati, alginat dan campurannya. Contohnya adalah kitosan yang menunjukkan aktivitas antimikroba dan antijamur terhadap berbagai kelompok mikroorganisme, jamur berfilamen dan ragi.Untuk senyawa alami antimikroba / antioksidan dari sumber tanaman contohnya adalah bumbu dan rempah (rosemary, oregano, thyme, kayu manis, cengkeh, gurih, dll) dan dari serealia seperti jagung, gandum, rye, oat, barley, dll yang menunjukan bioaktivitas. Senyawa alami ini dapat diekstraksi menggunakan pelarut, cairan superkritis, atau didapat melalui uap distilasi. Sebelum dibuat kemasan aktif, bahan-bahan tersebut harus melalui beberapa uji seperti uji Antioksidan (Tes Total uji fenol,tes beta karoten-asam linoleat asam, uji trolox) dan uji antimikroba (tes zona inhibisi assay dan tes dilusi mikro). Antimikroba / antioksidan dapat dimasukkan ke dalam polimer dengan cara dilelehan atau menggunakan pelarut. Beberapa faktor harus dipertimbangkan ketika merancang sebuah sistem kemasan antimikroba adalah konsentrasi antimikroba / antioksidan dalam polimer, juga efek ketebalan film pada sifat fisik dan mekanik dari polimer setelah dikonversi ke produk. Nanomaterial sedang dikembangkan dengan peningkatan sifat fisik untuk memastikan perlindungan yang lebih baik dari makanan. Desain khusus dari skala nano dan struktur internal mikro pada edible film dan coating dapat membuat perlindungan yang kuat. Antimikroba/antioksidan baru dari sumber alami dengan spektrum aktifitas yang luas dan toksisitas rendah, juga bahan polimer biodegradable baru dengan kegiatan antimikroba/antioksidan akan menjadi target untuk pekerjaan di masa depan dalam bidang ini.