Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum
Pembimbing
KEPANITERAN KLINIK
ILMU PENYAKIT OBSTETRI GINEKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RS MARDI RAHAYU KUDUS
PERIODE 07 September 2015 14 November 2015
LAPORAN KASUS
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Obstetri Ginekologi
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
________________________________________________________________________
Nama
NIM
: 11.2014.284
Dr pembimbing / penguji
: dr. FX Widiarso,Sp.OG
Tanda tangan :
A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. DFA
Umur : 30 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIIPIA0)
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Tuwang, Karanganyar
Nama suami
: Tn. F
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Alamat
: Tuwang, Karanganyar
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 24 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB
Keluhan utama
Mual dan muntah berlebihan sejak 3 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien berusia 30 tahun, hamil 9 minggu, datang dengan keluhan mual dan muntah
berlebihan sejak 3 hari SMRS. Mual dirasakan terutama sehabis makan, ulu hati terasa nyeri, lalu
muntah. Saat minum air putih pasien juga merasa mual lalu muntah. Muntah tersebut berisi
makanan atau minuman yang pasien baru konsumsi. Pasien mengeluh air liurnya menjadi lebih
2
banyak dan pangkal lidah terasa asam sedikit pahit. Pasien mengatakan muntah lebih dari 10x.
Pasien mengeluh merasa lemas, nafsu makan menurun dan sulit tidur. Keluhan mual muntah ini
sudah dirasakan sejak awal kehamilan namun tidak begitu hebat.
Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Pasien
mengaku mengalami mual dan muntah terus menerus pada kehamilan sebelumnya namun tidak
begitu hebat hingga dirawat di rumah sakit. Ini merupakan kehamilan kedua. Hamil pertama
pasien tahun 2010 melahirkan secara normal pervaginam dibantu oleh bidan. Pasien memiliki
riwayat menstruasi teratur. HPHT 17 Agustus 2015, HPL 24 April 2016
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan, pasien tidak memiliki riwayat KB.
Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Dismenorrhea
: (+)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
HPHT
: 17 Agustus 2015
HPL
: 24 April 2016
- Perkawinan 1 kali
- Menikah usia
: 24 tahun
- Lama menikah
: 6 tahun
- Riwayat KB
:-
Usia
Jenis
Penyulit
Penolong
Jenis
BB/TB
Umur
3
ke
1
2
kehamilan
39 minggu
Hamil ini
persalinan
Normal
Bidan
kelamin
Laki-laki
lahir
2500 gr
sekarang
5 tahun
Tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan alergi
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 95x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata
Telinga
Hidung
Mulut/gigi
Leher
Jantung
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Wajah
Payudara
Abdomen
Periksa Dalam
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 14.30
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
HbsAg
Waktu Perdarahan/BT
Waktu Pembekuan/CT
HIV Stik
Gol darah/Rhesus
Gula darah sewaktu
15.0 gram/dL
9.840/uL
43.10 %
335.000/uL
Negatif
1,30 menit
5,0 menit
Negatif
B/+
122 mg/dL
USG Kandungan
Hasil: Janin tunggal hidup intra uterine letak mobile sesuai dengan usia kehamilan.
Ringkasan/Resume
Pasien 30 tahun GIIPIA0, hamil 9 minggu, datang dengan keluhan mual dan muntah terusmenerus sejak 3 hari SMRS. Mual dirasakan apabila pasien sehabis makan, minum, ulu hati
terasa nyeri, lalu muntah. Muntah tersebut berisi makanan atau minuman yang pasien baru
5
konsumsi. Mulut terasa berliur banyak, disertai rasa asam sedikit pahit pada pangkal lidah.
Pasien mengaku muntah lebih dari 10x kali. Pasien merasa lemas, nafsu makan menurun, dan
sulit tidur. Keluhan mual muntah sudah dirasakan sejak minggu awal kehamilan namun tidak
terlalu hebat.
Ini merupakan kehamilan kedua. Hamil pertama pasien tahun 2010 melahirkan secara normal
pervaginam dibantu oleh bidan. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien memiliki
HPHT 17 Agustus 2015 dengan HPL 24 April 2016. Saat ini pasien hamil 9 minggu.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, mata cekung
(+/+), mukosa bibir kering, turgor kulit menurun dan nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan fisik ginekologi didapatkan Flx (-), Fl (-), V/U/V tak ada kelainan, portio
sesuai jempol tangan, kenyal, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur bebek, adnexa dan
cavum douglas tak ada kelainan.
Pemeriksaan laboratorium hematologi didapatkan dalam batas normal.
USG kehamilan didapatkan hasil janin tunggal intra uterine letak mobile sesuai dengan usia
kehamilan.
Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Dismenorrhea
: (+)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
HPHT
: 17 Agustus 2015
HPL
: 24 April 2016
- Perkawinan 1 kali
- Menikah usia
: 24 tahun
- Lama menikah
: 6 tahun
- Riwayat KB
:-
Pemeriksaan Luar
Wajah
Payudara
Abdomen
Diagnosis Kerja
GIIPI AO , usia 30 tahun, hamil 9 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I dan
dehidrasi sedang.
Pengelolaan
Inpepsa 3x1 C
Bedrest
Prognosa
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Follow Up
25 Oktober 2015, pukul 08.00 WIB
S : Kepala terasa pusing, masih mual, os sudah tidak muntah.
O : Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis
TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 88x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8C
Mata
: sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), mata cekung (-/-)
Jantung
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax
: SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
: Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
PPV
: (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik
A : GIIPI A0 , usia 30 tahun, hamil 9 minggu dengan hiperemesis gravidarum derajat 1 dan
dehidrasi sedang.
7
P :
Terapi dilanjutkan
Bed rest
Lanjutkan terapi
Mediamer B6 stop
P :
Pasien boleh pulang
Obat pulang:
Folaplus 1 x 1
Ondansetron 2 x 1
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan.
Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai morning sickness. Istilah ini sebenarnya
kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari. 1
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau
5% berat badan. 1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai
ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada
0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditatalaksana
dengan rawat inap. 1
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih
cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.
Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasusekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan. 1
9
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan multipel,
penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok. 1
B. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
menganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam
urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya. 2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan
mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis. 2
Tabel 1. Definisi-definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan 1
C. KLASIFIKASI
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan cairan empedu, dan
yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah
sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit
tetapi masih normal.2
10
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril,
nadi cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat
badan cepat menurun.2
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran
(delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. 2
Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. Ditemukan peninggian yang
11
bermakna dari kadar serum korionik gonadotropin total maupun -subunit bebasnya pada ibu
2.
3.
4.
5.
E. DIAGNOSIS
Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
F. GEJALA KLINIK
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea,
muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi
termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai
12
hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal juga
dapat dijumpai. 2,4
G. RISIKO
Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR) 2
H. MANAJEMEN
Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan
membatasi pengunjung.
Stop makanan per oral 24 48 jam.
Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit. 1
Obat 1
Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari I.M. atau
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya
diberikan selama beberapa hari. 2
13
Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. 2
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.2
adanya
teratogenitas
dengan
menggunakan
dopamin
antagonis
Tabel 2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah dalam Kehamilan1
14
Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya dokter dan
perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan.
Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24
jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.4,6
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4,6
Penghentian kehamilan.
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi,
15
ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ
vital. Gejala-gejala untuk mempertimbangkan abortus terapeutikus, ialah:5,6
a.
Ikterus
b.
c.
d.
e.
f.
dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan
hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan
atau minum sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai
untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak
tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau
aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. 1
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat
berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan. Perempuan
hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang
(<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,
kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.1
J. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.6
K. DIAGNOSIS BANDING
Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis
gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis dan penyakit
17
metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna adalah awitan mual dan
muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam delapan minggu setelah hari
pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada trimester kedua atau ketiga menurunkan
kemungkinan hiperemesis gravidarum. Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan
merupakan gejala khas hiperemesis gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan
untuk mendeteksi kehamilan ganda atau mola hidatidosa.1
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis
obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan infeksi
Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum
kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat
sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang dengan
makanan atau antacid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus
peptikum. 1
Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. ikterus,
warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin.
Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia,
gangguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. 1
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran klinis
gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke
atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Apendisitis akut pada
kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser
ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu, perlu
dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH pada pasien
hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi pasien hiperemesis
tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves, seperti proptosis dan
pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves,
pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu
usia gestasi, saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan K, Manengkei PSK, Ocviyanti D. Diagnosis dan tatalaksana hiperemesis
gravidarum. Vol.61. Jakarta: J Indon Med Assoc; 2011.h.459-65
19
2. Wibowo B, Soejono A. Hiperemesis gravidarum dalam ilmu kebidanan. Edisi ketiga cetakan
ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2005.h.275-280.
3. Mochtar R. Hiperemesis gravidarum dalam sinopsis obstetri. Edisi 2 cetakan pertama.
Jakarta: EGC; 1998.h.195-197
4. Hiperemesis Gravidarum, 26 Juli 2007. Di unduh dari : www.medicastore.com , tanggal 20
Desember 2014
5. Hartanto H. Penyakit saluran cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke21. Jakarta: EGC; 2005.h.1424-1425
6. Moeloek FA. Hiperemesis gravidarum. Dalam : Standar Pelayanan Medik: Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia;2006.h.21-22
20