Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
TUGAS UJIAN
Disusun Oleh:
Andi Amalia Nefyanti
1410029033
Penguji:
dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG
pada
poros
hipothalamus-hipofisis-ovarium.
Adanya
siklus
tidak
berovulasi
menyebabkan
integritas
endometrium
tidak
mampu
dipertahankan.
Progestin
5.
Apa saja
yng
dinilai
pada pemeriksaan dalam obstetric dan ginekologi? (Winkjosastro, Ilmu Kandungan,
2009)
Obstetri
-
Vulva/vagina : apakah terdapat lesi herpes, varises vulva yang besar, kondiloma.
Palpasi serviks/porsio :
Konsistensi : lunak/kenyal/tebal/tipis
Pendataran serviks
Pembukaan : antara 0-10 cm
Ginekologi
Vagina : apakah introitus vagina sempit, dinding vagina, teraba polip dan tumor di vagina,
benda asing, fistula
Serviks : arah dan posisi serviks, bentuknya bulat/terbelah melintang, besar dan
konsistensinya, apakah kanalis servilkalis dapat dilalui oleh jari.
Palpasi Uterus
mioma uteri bentuk uterus bervariasi dari bulat, lonjong sampai tidak teratur.
Ukuran : uterus perempuan dewasa sebesar telur ayam
Konsistensi : kenyal
Permukaan : uterus biasanya rata. Permukaan yang tidak rata dan berbenjol-benjol
Palpasi adneksa
Adneksa kiri, kanan : pembesaran => besar, ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas,
sensitivitas. Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya dapat
diraba pada perempuan kurus dengan dinding perut lunak; besarnya seperti ujung jari
atau ujung ibu jari dan konsistensi kenyal. Jika parametrium dan tuba dapat diraba, itu
merupakan suatu kelainan.
Indikasi Profilaksis
Panggul sempit
Partus lama
Primigravida tua
Indikasi Sosial
Bayi mahal
Anak mahal adalah bayi yang akan dilahirkan merupakan anak pertama dengan usia ibu
diatas 35 tahun dan baru bisa hamil setelah menikah lebih dari 10 tahun.
11. Berapa macam perdarahan dalam obstetri ?
Perdarahan hamil muda`
Abortus
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Vasa Previa (Chalik, 2010)
Perdarahan Post Partum
primer ( primary vascular disease ), atau emboli paru berulang, sindroma marfan,
kelainan jiwa ber bat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri.
14. Sebutkan trias KET?
Trias klasik
Perdarahan pervaginam
Amenorhe
Nyeri abdomen bagian bawah (Hadijanto, 2010)
15. Sebutkan tanda dan gejala mola hidatidosa?
Amenorhea
Perdarahan pervaginam
Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Tidak ditemukan tanda pasti kehamilan
Mual dan muntah yang lebih hebat dari kehamilan biasa (Hadijanto, 2010)
16. Pemeriksaan penunjang pada mola hidatidosa yang dapat dilakukan di perifer?
Bagaimana cara melakukannya?
Uji sonde hanifa
Sonde dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 360 dengan deviasi sonde
kurang dari 10. Sonde dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam kanalis
servikalis kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar, setelah itu ditarik
sedikit. Bila tetap tidak ada tahanan berarti kemungkinan mola. (Sujiyatini, 2009)
17. Perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta? (Chalik, 2010)
No
Klinis
Perdarahan dengan nyeri
Perdarahan berulang
Warna merah
Anemia/renjatan
Timbulnya
Terjadinya
His
Palpasi
DJJ
Periksa dalam vagina
Penurunan
Plasenta Previa
Tidak
Ya
Merah segar
Sesuai darah yang keluar
Perlahan
Sewaktu kehamilan
Solusio Plasenta
Ya
Tidak
Merah tua/coklat
Tidak sesuai
Tiba-tiba
Sewaktu kehamilan, saat
inpartu
Ada
Abdomen tegang
Ada/tidak adaSP sedang
Jaringan plasenta
Tidak masuk PAP
berat
Ketuban tegang
Dapat masuk PAP
Presentasi
Kemungkinan hidup janin
Mungkin abnormal
Baik
18. Apa yang dimaksud perdarahan post partum dan dimulai sejak kapan?
Perdarahan pasca salin adalah perdarahan 500 cc atau lebih sesudah kelahiran
bayi.
Perdarahan pasca persalinan primer yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
periovarium, endometriosis.
Masalah ovarium : gangguan ovulasi akibat hiperprolaktinemia, hipotiroid,
23. Bagaimana cara menolong persalinan sungsang? Ada berapa fase dalam persalinan
sungsang?
a. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht
2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
b. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)
Prosedur pertolongan persalinan spontan
Tahapan :
1.
Tahap pertama
: fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan).
Tahap kedua
2.
: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala mulai masuk ke PAP, sehingga kemungkinan
tali pusat terjepit.Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera
dilonggarkan.
3.
Tahap ketiga
Teknik :
: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali
pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiperlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai
dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut,
badan lengan, dagu,mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
6. Keuntungan
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk
ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik,
sehingga mengurangi trauma pada janin.
7. Kerugian
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht.Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan
lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid
Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga
ibu sendiri.
2.
Tahap kedua
Klasik (Deventer)
Prinsip
Melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih dulu
karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan
depan yang berada di bawaah simpisis.
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah
dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
Keuntungan
Umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya
lengan janin relativ tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam
jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
b)
Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai
bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
c)
mengurangi infeksi.
Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan.Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi.Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada
d)
a)
Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa
kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang
lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala
janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller.Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung.Bila
suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar
dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
b)
Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin.Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
c)
d)
kearah bawah.Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
Wigand Martin-Winckel
Parague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum
dan muka janin menghadap simpisis.Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah
dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain
memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan
pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
e)
Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin.Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan
pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan
pelipatan paha belakang.Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas
dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir.
Inersia uteri : fundus berkontraksi lebih kuat dan lenih dahulu daripada bagian-bagian
lain.
His terlampau kuat
Incoordinate uterine action : tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
(Alamsyah, 2010)
Kelainan janin.
- Malpresentasi : semua presentasi janin selain vertex
- Malposisi : posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
referensi. (Alamsyah, 2010)
Kelainan jalan lahir
-
Panggul
sempit,
kelainan
seviks
atau
vagina,
tumor
jalan
lahir.
(Alamsyah,2010;WHO,2013)
26. Apa yang dimaksud dengan distosia bahu?
Suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan
tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan
the buttocks
The legs
Mc Roberts Maneuver
Woodscrew maneuver
Manuver Rubin
Dilakukan melalui pendekatan vaginal dengan cara melakukan penekanan pada aspek
posterior dari bahu anterior sehingga bahu anterior mengalami adduksi. (Siswihanto,
2010)
Manuver ini dilakukan dengan menggunakan dua jari tangan yang diletakkan
dibagian depan bahu posterior. Bahu posterior lalu dirotasi 180 sehingga dengan
Genggam tangan atau pergelangan tangan bayi dan kemudian keluarkan dengan arah
menuju muka dan membasuh muka. (Siswihanto, 2010)
Episiotomi
-
Tindakan terakhir
-
Hindari 4P : Panic, pulling (pada kepala), pushing (pada fundus), pivoting (memutar kepala
secara tajam dengan koksigis sebagai tumpuan). (Siswihanto, 2010)
28. Ada berapa jenis panggul?
Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy 1933) yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang
nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat
dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan. (Yafrudin, 2009)
32. Apa yang dimaksud dengan preeklampsia dan bagaimana penatalaksanaannya?
Preeklampsia Ringan
Definisi
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
(Angsar, 2010)
Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
-
diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau air buah. Diet diberikan cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan roboransia pranatal. Tidak diberikan
obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedative. Dilakukan pemeriksaan laboratorium Hb,
hemarokrit. fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal. (Angsar, 2010)
Rawat inap (dirawat di rumah sakit)
Pada keadaan tertentu ibu.hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat di rumah
sakit. Kriteria preeklampsia ringan dirawat di rumah sakit ialah (a) bila tidak ada perbaikan :
tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu ; (b) adanya satu atau lebih gejala dan tandatanda preeklampsia berat. (Angsar, 2010)
Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya
Menurut williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu sampai 37
minggu. Pada kehamilan preterm. (< 37 minggu), bila tekanan darah mencapai normotensive
selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm. Sementara itu, pada kehamilan aterm
(>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan
secara spontan; bila perlu memperpendek kala II. (Angsar, 2010)
Preeklampsia Berat
Definisi
Preeklampsia berat ialah,preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmhg dan
tekanan darah diastolk 110 nmHg disertai proteinuria lebih 5g/24 jam. (Angsar, 2010)
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preekrampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu arau lebih gejala sebagai
berikut :
-
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson).
Edema paru-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik.
Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
Sindrom HELLP.
tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda
tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa a) 5%
ringer dextrose atau cairan garam faal jumlah tetesan:<125cc/jam atau b) infuse dekstrose 5%
yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc. (Angsar, 2010)
Di pasang foley kateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria terjadi bila produksi
urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida untuk menetralisir
asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung
yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. (Angsar,
2010)
Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada
preeklampsia atau eklampsia.
Cara pemberian MgSO4
-
Loading dose : initial dose 4 gram MgSO 4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15
menit
Maintenance dose : Diberikan infuse 6 gram dalam larutan ringer/6 jam; atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram im tiap
4-6 jam
Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10%
= 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang yaitu diazepam atau fenitoin
(difenilhidantoin), thiopental sodium dan sodium amobarbital. Fenitoin sodium mempunyai
khasiat stabilisasi membran neuron, cepat masuk jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3
menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam dosis 15 mg/kg berat badan
dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari magnesium sulfat.
Pengalaman pemakaian fenitoin di beberapa senter di dunia masih sedikit. (Angsar, 2010)
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas tekanan darah,
untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off yang dipakai adalah
160/110 mmhg dan MAP 126 mmHg. (Angsar, 2010)
Antihipertensi lini pertama
-
Nifedipin. Dosis 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24
jam
pada kehamilan 32-34 minggu, 2x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.
Berdasar William obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejalagejala preeklampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi
menjadi:
1
tanda tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik. Diberi pengobatan yang sama
dengan pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secara aktif. Selama perawatan
konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri. Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila
setelah 24 jam tidak ada perbaikan keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan
medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila penderita kembali ke
gejala-gejala atau tanda tanda preeklampsia ringan. (Angsar, 2010)
Indikasi perawatan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini, yaitu:
Ibu
Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik dan laboratorik
memburuk
Janin
1
Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
1
pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum. (Angsar, 2010)
khususnya hipertensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat
melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat. (Angsar, 2010)
Pengobatan medikamentosa
Obat anti kejang
Obat antikejang yang menjadi pilihan pertama ialah magnesium sulfat. Bila dengan jenis
obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain, misalnya tiopental. Diazepam
dapat dipakai sebagai alternatif pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi,
pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian
diuretikum hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotonika
ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-benar atas
indikasi. (Angsar, 2010)
Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian magnesium sulfat
pada preeklampsia berat. Pengobaran suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organorgan penting, misainya tindakan-tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan
ventilasi paru-paru, mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis. Pada penderita
yang mengalami kejang dan koma, nursing care sangat penting misalnya meliputi cara-cara
perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi, mencegah aspirasi, mengatur infus penderita dan
monitoring produksi urin. (Angsar, 2010)
Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tuiuan pertama pertolongan ialah mencegah
penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut. Dirawat di kamar isolasi cukup
terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi sianosis segera dapat diketahui. Penderita
dibaringkan di tempat tidur yang lebar dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci
dengan kuat. Selanjutnya masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba
melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala direndahkan
dan daerah orofaring diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstremitas penderita yang
kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda keras di sekitarnya. Fiksasi badan pada
tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang,
segera beri oksigenasi. (Angsar, 2010)
Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri
terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena
hilangnya refleks muntah. Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya
jalan napas atas. Setiap penderita eklampsia yang jatuh dalam koma harus dianggap bahwa jalan
napas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain. Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada
penderita yang jatuh koma (tidak sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas
tetap terbuka. Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga
terbukanya jalan napas atas, ialah dengan manuver head tilt-neck lift, yaitu kepala direndahkan
dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head tily-chain lift, dengan kepala direndahkan
dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-thrust, yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan ke atas sarnbil
mengangkat kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan
oropharyngeal airway. (Angsar, 2010)
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa penderita koma akan kehilangan
refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung
ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda yang ada
dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lendir maupun sisa makanan, harus segera
diisap secara intermiten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai Glasgow Coma Scale. Pada perawatan
korna perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. Pada koma yang lama,
bila nutrisi tidak mungkin dapat diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT). (Angsar, 2010)
Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri, tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai
stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada perawatan pascapersalinan,
Didahului tanda dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah
indirek
Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
Trombositopenia : trombosit < 150.000/ml
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen, tanpa memandang
ada tidaknya tanda dan gejala preeklampsia, harus dipertimbangkan sindroma HELLP. (Angsar,
2010)
Klasifikasi sindroma HELLP menurut klasifikasi Mississippi
Berdasar kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi dengan nama
"Klasifikasi Mississippi".
- Klas 1: Kadar trombosit : 50.000/ml, LDH 600 IU/I, AST dan/atau ALT 40IU/l
- Klas 2: Kadar trombosit > 50.000 100.000/ml, LDH 600 IU/l, AST dan/atau ALT
40IU/l
- Klas 3: Kadar trombosit > 100.000 150.000/ml, LDH 600 IU/l, AST dan/atau ALT
40 IU/l . (Angsar, 2010)
35. Apa saja penyebab KPD?
Belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor yg mempermudah terjadinya KPD :
1. Infeksi, contoh : korioamnionitis.
2. Trauma, contoh : amniosentesis, pemeriksaan panggul atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentasi janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterina, contoh : kehamilan ganda dan hydramnion. (Soewarto,
2010)
36. Bagaimana penanganan KPD?
Konservatif
Rawat dirumah sakit, berikan antibiotic (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan
<32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak
lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamila 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tandatanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Pada usia kehamilan 32-37
minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
(Soewarto, 2010)
Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25g -50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil,
Indikasi Ibu :
Ibu dengan DM
Ibu dengan Hipertensi. (Winkjosastro, 2009)
Daftar Pustaka
Aflah, N. (2009). Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesare Atas Indikasi Panggul
Sempit. Medan: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Alamsyah, M. (2010). Persalinan lama. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p. 562). Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Angsar, M. D. (2010). Hipertensi dalam Kehamilan. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p.
530). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Chalik, T. (2010). Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. In S. Prawirohardjo, Ilmu
Kebidanan (p. 492). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hadijanto, B. (2010). Perdarahan Pada Kehamilan Muda. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan
(p. 459). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hadijono, R. S. (2010). Asuhan Nifas Normal. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p. 356).
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hestiantoro, A. (2007). Panduan Tatalaksana Perdarahan Uterus Disfungsional. Bandung:
HIFERI-POGI.
Hestiantoro, A., & Wiweko, B. (2007). Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus
Disfungsional. Jakarta: HIFERI-POGI.
Karkata, M. K. (2010). Perdarahan Pasca Persalinan. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p.
522). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Palisuri, S. d., & Budi, d. A. (1999). Perdarahan Uterus Disfungsional. In S. d. Djuanna,
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri dan Ginekologi (pp. 264-269). Ujung Pandang:
FK UNHAS / RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.
Rachimhadhi, T. (2010). Anatomi Jalan Lahir. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p. 188).
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, A. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Siswihanto, R. (2010). Distosia Bahu. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p. 599). Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Soewarto, S. (2010). Ketuban Pecah Dini. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (p. 677). Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sujiyatini. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta: Mitra Cendikia.
Sumapraja, S. (2009). Infertilitas. In H. Winkjosastro, Ilmu Kandungan (p. 497). Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
WHO. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Winkjosastro, H. (2009). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Winkjosastro, H. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yafrudin, H. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.