A.
1. DESIGN PRODUK yang BAIK , adalah DESIGN PRODUK yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Cycle time yang seminimal mungkin , dari pemadatan yang singkat ( lebih pendek )
( mm^3 )
Berat produk
( gr )
W_p
( Kg / dm^3 )
Sh_m ( % )
( gr )
( gr )
Adalah tonase yang diperlukan untuk menjaga agar kondisi mold tetap tertutup rapat selama
proses produksi ( injection ataupun blowing ) , dan menahan tekanan material pada total area
yang diproyeksikan pada seluruh permukaan cavity dan core , pada saat injeksi , pemampatan
ataupun pembentukan .
mm^2
Kg / mm^2
Semakin tinggi tekanan yang diijinkan untuk bahan cetakan ( Jenis baja yang dipergunakan ) ,
akan semakin kuat menahan tekanan dari Clamping Force mesin . Beberapa tekanan jenis yang
diijinkan dari beberapa contoh jenis baja yang sering dipergunakan :
Cast Steel
38.75 Kg / mm^2
5.43 Kg / mm^2
Carbon Steel
8.44 Kg / mm^2
17.57 Kg / mm^2
Closed Condition
4.92 Kg / mm^2
Dengan pertimbangan hingga 10 s/d 20 % faktor untuk tekanan sepenuhnya , maka maksimum
tonase mesin yang akan dipergunakan , dapat ditentukan .
6. KARAKTERISTIK BAHAN PLASTIK yang diperlukan :
Poison ratio , viskositas melting material berdasarkan tabel rasio pr ( lb. sec. /
( lb/in^2 )
in^2 )
Injection Presure pada Cavity , tekanan aman yang diperlukan saat pembentukan
Temperature Atmosfir
Specific heat , panas jenis dari bahan mold S_heat ( BTU / m. hrs. Fahrenheit )
Mold Temperature Mt
Assab 718 , Stavax atau Thysen 2312/2316 mempunyai nilai thermal koduksi yang
T atm
( Fahrenheit )
( Fahrenheit )
B.
1. SPRUE , RUNNER DAN GATE : profile , dimensi dan pembagian flow-nya
Berdasarkan profilenya , SPRUE memiliki diameter awal yang lebih kecil dan diameter akhir
yang menuju RUNNER dibuat lebih besar , atau pada panjangnya mempunya sudut ketirusan
yang berkisar antara 0.5 s/d 8 derajat , tergantung dari kondisi awal diameter lobang
pemasukan material yang ditentukan berdasar bahan plastik dan design mold-nya . Ketirusan
dimaksudkan untuk mempermudah pelepasan produk bersamaan dengan sprue dan runner .
Sedangkan profile untuk RUNNER dan GATE , terdapat 3 kategori jenis profile yang sering
dipergunakan , yaitu :
Jenis yang Kurang ( POOR ) , berbentuk Half Round , biasanya dibuat pada salah satu
sisi saja , pada sisi cavity atau pada sisi core , atau sesuai dengan kondisi cavity produk yang
direncanakan .
Jenis yang Lebih Bagus ( BETTER ) , berbentuk Trapesium , biasanya dibuat pada
salah satu sisi saja , pada sisi cavity atau pada sisi core , atau sesuai dengan kondisi cavity
Sebagai contoh , dari suatu design , ketentuan profile runner adalah berbentuk Full Round ,
dan hasil kalkulasinya diperoleh ukuran diameter runner Dr = 3 mm . Tetapi , pada
kenyataannya pembuatan runner dengan bentuk lingkaran tidak memungkinkan pada
konstruksi mold yang sedang direncanakan tersebut . Tentunya harus menentukan pilihan
selanjutnya , Runner dengan profile Half Round atau dengan profileTrapesium . Dan dari
hasil Dr = 3 mm , maka nilai mutlak untuk Area dan Kelilingsudah dapat diketahui ,
maka konversi re-profile dapat ditentukan kemudian .
=7.0686mm^2
maka konversi re-profile ke Half Round , adalah : Area Dr ( Half Round ) =
Jadi Dr ( Half Round ) , berubah atau tidak sama dengan Dr ( Full Round ) , tetapi sesuai
dengan konversi kalkulasi dari Dr ( Full Round ) , yang semula Diameter 3mm , menjadi
Diameter 4.243 mm .
Dan jika itu masih tidak memungkinkan dan harus dirubah menjadi profile Trapesiummaka
konversinya , adalah :
dan tinggi profile dan lebar bawah dari Trapesium adalah masing-masing , 0.75
Mengapa konversi dan re-profile harus dilakukan ? dan mengapa tidak mengganti profile
begitu saja ? Hal ini berhubungan erat dengan prinsip tekanan dan flow pada suatu ruangan ,
di mana pada area yang sama besar , maka tekanan dankecepatan yang dilaluinya akan
sama pula . Jadi , secara prinsip jika hasil kalkulasi sudah menentukan diameter , dan hasil area
yang menentukan , maka dengan merubah memperbesar atau memperkecil area tersebut , akan
berpengaruh terhadap besar tekanan yang akan diterimanya , serta kecepatan dalam
melaluinya .
Sedangkan pada single cavity , titik injection point , di mana sprue ditempatkan atau sebagai
permulaan material diinjeksikan , ditentukan berdasarkan sumbu moment inertia dari produk ,
karena pada titik pusat yang tepat , flow material pada saat pembentukan , dapat menyebar rata
pada cavity . Dan jika hal tersebut tidak memungkinkan karena kondisi bentuk produk , kalkulasi
secara khusus dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung flow
dan sirkulasi sebagaimana diharapakan . Pada kondisi yang khusus , penggunaan Hot Runner ,
yang secara prinsip menghasilkan flow dan panas material mengalir yang lebih bagus pada tiap
cavity-nya , karena hantaran panas material yang tetap terjaga pada saat pembentukan produk .
Untuk penggunaan System Hot Runner , akan diulas pada bagian selanjutnya .
Flow material yang mengalir dalam proses pembentukan produk , pada cetakan multiple cavity
berawal dari Sprue , kemudian masuk dan terbagi-bagi dalam beberapa Segmen Runner ,
Segmen pertama adalah Primary Runner , kemudian Secondary Runner, lalu Tertiary
Runner hingga Gate , setelah itu memasuki Cavity pembentukan produk . Berikut ini adalah
contoh layout Runner yang kompleks , tetapi typical , lengkap dengan pembagian segmensegmennya .
Contoh kalkulasi untuk design 8 cavity Fliptop Cap , dengan skema Runner seperti tampak
pada gambar . Dengan jalur runner yang typical , ukuran yang diharapkan sebenarnya sudah
dapat diprediksikan ( berdasar tabel ) , sehingga flow aliran material plastik dan kalkulasi
yang akan dilakukan , serta dapat dibagi-bagi dalam beberapa tahapan segmen sebagai berikut :
Sprue .
Setelah Runner Sprue , flow material terbagi dalam dua arah segmen Primary
Runner yang typical ( arah yang membelah ke samping kiri dan kanan ditambah arah ke
masing-masing ke kedua cavity yang dperhitungkan setengahnya atau arah Runner ke-dua
cavity ) .
Kemudian segmen Secondary Runner , adalah runner yang mengarah ke kedua
cavity , yang diperhitungkan setengah bagian pada arah yang menuju salah satu
cavity . Secondary Runner , bentuk dan penampang runnernya lebih
1.124.65 mm^3
8.660.32 mm^3
458.64 mm^3
= 85.716.69 mm^3
82.29 gr
Sehingga , Sw = 82.29
0.8
102.86 gr ,
Perhatikan cross section di bawah ini dengan dimensi pada segmen-segmen runner dan main
dimensi produk , perhatikan pula bahwa dimensi Primary runner , Dr =
( 7 mm ) , Secondary runner ( 6 mm ) , dan Tertiory runner ( 5 mm = 3.75 / 0.75 ) , dari
Primary Runner , ke segmen-segmen di design mengecil , hingga lobang Gate dengan diameter
akhir Dr ( 1.36 mm )
Filling time yang diperlukan untuk total volume plastik dalam pembentukannya , dapat
diperhitungkan berdasar Platicising Capasity dengan spesifikasi material plastik dan
mesin yang dipergunakan , atau mendasarkan pada perkiraan yang dapat direvisi kemudian
sehingga , Ft =
dipergunakan sebagai nilai pre-kalkulasi ( lebih mendekati dari sekedar asumsi ) , yang dapat
menentukan hasil yang diharapkan , berdasarkan aliran pada segmen-segmenya , hasil ini dapat
dikoreksi berdasar nilai aksen (1) , kalkulasi progressif yang dilakukan , sebagaimana kami ulas
berikutnya .
Perhatikan ukuran , bentuk serta jarak-jarak sumbu gambar berikut di bawah ini , di mana titik
pusat antar produk direncanakan demikian , sehingga pada pembuatannya , pengadaan material
dan pengerjaannya , sudah mempertimbangkan kondisi-kondisi lubang-lubang Cavity , baut
serta rencana penempatan lobang cooling mold ( pendinginan ) pada bagian selanjutnya . Dan
langkah selanjutnya untuk proses kalkulasi , adalah flow material yang terjadi pada segmensegmen pembentukannya .
Volumetric Flow yang akan melalui Sprue , Vf_Sp = Vf = 0.9712 in^3 / second
Poison ratio ( pr ) berdasar tabel melting point material PP pada suhu 280
derajat Celcius dengan Sr_sp = 1.368.46 sec^-1 , adalah ( pr ) = 0.012420 lb.
sec./in.^2 ( Lihat Chart Melting point , Viscosity dan Shear Rate ) ( Poison Ratio
Chart Melting Point , Viscositas dan Shear Rate tersebut di atas , berfungsi untuk
menentukan viskositas ( poison ration ) , di mana nilai poison ratio ditentukan oleh hasil
kalkulasi dari Shear rate , dengan berdasar suhu melting point material yang terbagi dalam 3
kurva untuk masing-masing kondisi melting point , karena tingkatan pada tiap kolom memiliki
perbandingan yang sangat tinggi , tidak memungkinkan menentukan hasil perbandingan dengan
hanya melihat pada Chart saja , tetapi harus memperhitungkan dan membagi tahapan pada tiap
kolom dan lajurnya serta membagi-bagi dalam range , tiap-tiap tingkatanya seperti pada tabel
dibawah ini . Dengan demikian ,secara presisi , hingga 6 8 angka desimal , dapat tercapai , dan
hasil perhitunganya lebih presisi .
TABEL KALKULASI SHEAR RATE DAN POISON RATIO
Volume material total dikurangi Volume material pada Sprue , kemudian dibagi
dua ( typical design ) dan dibagi waktu pengisian , adalah volumetric Flowyang akan
melalui Primary runner .
psi
maka , Ft _Pr = 0.5285 : ( 2 x 0.48 ) = 0.55 second , perhatikan bahwa pada setiap
segmen , Filling time dapat terkalkulasi , dan mempunyai nilai yang lebih besar karena viskositas
yang dialami oleh aliran material .
Poison ratio : ( pr ) berdasar tabel melting point material PP pada suhu 280
derajat Celcius dengan Sr_pr = 305.33 sec^-1 , adalah ( pr ) = 0.014148 lb.
sec./in.^2 ( Lihat Chart Melting point , Viscosity dan Shear Rate ) dan hasil
second .
Poison ratio : ( pr ) berdasar tabel melting point material PP pada suhu 280
derajat Celcius dengan Sr_pr = 217 217.61 sec^-1 , adalah ( pr ) = 0.014341 lb.
sec./in.^2 ( Lihat Chart Melting point , Viscosity dan Shear Rate ) dan perhitungan
round ) = 20.889^ 1/2 = 4.57 mm , dan radius Tertiary runner , r_Tr = 4.57 : 2
Poison ratio : ( pr ) berdasar tabel melting point material PP pada suhu 280
derajat Celcius dengan Sr_pr = 164.35 sec^-1 , adalah ( pr ) = 0.014458 lb.
sec./in.^2 ( Lihat Chart Melting point , Viscosity dan Shear Rate ) dan kalkulasi dari
Injection pressure pada Gate ( P_Gt ) , adalah tekanan aliran material setelah keluar
dari Tertiary runner menuju Gate , tekanan ini berkurang karena terjadinya pressure
drop setelah melewati jalur Tertiary Runner ( Pd_Tr )
P_Gt = P_Tr. psi Pd_Tr psi
P_Gt = 8898.92 psi 186.83 psi = 8712.09 psi
Poison ratio : ( pr ) berdasar tabel melting point material PP pada suhu 280
derajat Celcius dengan Sr_pr = 14,994.16 sec^-1 , adalah ( pr ) = 0.007449 lb.
sec./in.^2 ( Lihat Chart Melting point , Viscosity dan Shear Rate) dan hasil kalkulasi
__________________________________________________________
______
DESIGN TRADITIONAL versus DESIGN dengan KOMPUTER
4. REKALKULASI BERBALIK ( REVERSE ) YANG MEDASARKAN KETENTUAN
PRESSURE DROP DAN NILAI AKSENNYA (1)
Dari hasil rangkaian kalkulasi sebelumnya , maka hasil Pd_Tot. yang di dapat ;
Pada kalkulasi sebelumnya , nilai Pressure Drop pada Gate , Pd_Gt , diperoleh berdasarkan
formulasi :
dan nilai Shear Stress pada Gate , Sr_Gt, diperoleh berdasarkan formulasi :
dan nilai Shear Rate pada Gate , Sr_Gt, diperoleh berdasarkan formulasi :
Maka , dengan memasukan nilai Shear Rate pada Gate ( Sr_Gt ) dan Shear Stresspada
Gate ( Ss_Gt ) dari nilai kalkulasi sebelumnya untuk mendapatkan nilai perubahan yang dapat
dicapai untuk radius lobang pemasukan Gate ke cavity ,r_Gt(1) , dari radius lobang yang
direncanakan sebelumnya , r_Gt , maka Pressure Drop pada
Gate setelah rekalkulasi Pd_Gt(1) , dapat diketahui , sebagai berikut :
Dan hal tersebut berlaku pula untuk segmen-segmen berikutnya , yaitu pada ; segmen
Sprue : Pd_Sp(1) , Segmen Primary Runner : Pd_Pr(1) , Segmen
Secondary :Pd_Sr(1) , Segmen Tertiary : Pd_Tr(1), dan secara garis besar dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Dengan mendasarkan pada ketentuan : bahwa Pressure Drop ( Pd ) pada tiap segmendapat
berubah , dengan jumlah jalur gate yang tetap ( perhatikan pada awal menentukan design
runner , center distance dan layout ) , kondisi panjang jalur runner yang tetap , dan
mendasarkan kondisi Shear rate ( Sr ) dan Shear stess ( Ss ) seperti semula, yang dapat
mengalami perubahan kemudian , setelah perubahan awal profile ( radius = r ) pada jalur
runner , yang dikalkulasikan dengan nilai poise ( pr )yang sudah tercapai , maka , nilai revisi
dari ketentuan radius semula , r _(1) , dapat di kalkulasikan .
Maka , nilai revisi untuk radius lobang pemasukan dari Gate ke Cavity , r_Gt(1), dapat
diperoleh dengan formulasi :
Pada hasil kalkulasi segmen Gate sebelumnya ( Pd_Gt ) , diketahui bahwa poison
ratio, pr = 0.007449 lb. sec/in.2 , Volumetric
Flow pada Runner Gate ; Vf_Gt = 0.09in.3/sec. , dan revisi Pressure Drop pada
jalur Gate yang sudah diperhitungkan , yaituPd_Gt(1) = 9.443,92 psi , terbagi dalam 8 jalur
runner ( Qty ) , dengan panjang L_Gt= 0.4819 in. . Dan kalkulasi Radius Gate revisi ini,
adalah radius diameter pemasukan ke Cavity, jadi lebih kecil dari radius awal , yang
berhubungan denganTertiary Runner , maka r_Gt(1) adalah :
= [ ( 0.007449 x 4 x 0.09 x 8 x 0.4819 ) : ( pi x 9.443,92 ) ] ^
= 0.0243 in. = 0.62 mm
Demikian pula untuk tahapan ini , dengan metode rekalkulasi tersebut ,
nilai r_Tr(1)pada Tertiary Runner , r_Sr(1) pada Secondary
Runner , r_Pr(1) padaPrimary Runner dan r_Sp(1) pada Sprue , dapat menerapkan cara
tersebut untuk mendapatkan nilai revisinya , sebagai ketentuan pada tahapan selanjutnya .
Tabel penerapan metode kalkulasi dengan Microsoft Excel dari Microsoft Office
Perhatikan Tabel hasil Kalkulasi tersebut di atas , pada kolom stage , adalah tahapan / stage
yang harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutannya , sedang pada kolom Revised
Calculation ( dimension in. , dengan warna hijau ) , adalah nilai rekalkulasi yang di hasilkan .
Sedangkan pada kolom konversi ( pada Segment Gate ) , adalah spesifikasi dan hasil kalkulasi
yang berurutan dari atas ke bawah ( warna orange ) sesuai dengan urutan proses kalkulasi
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian (1) , sebelumnya . Perhatikan pula bahwa Filling
time Total ( Ft_Tot. ) adalah penjumlahan dari hasil revisi Filling Time pada tiap segmennya
, yang hasilnya lebih besar dari Filling Time pre-kalkulasi . Perubahan nilai terjadi karena
beberapa faktor antara lain : adanya nilai viskositas , volume atau dimensi runner yang
terevisi .
Dengan memasukan data spesifikasi dan formula sebagaimana di jelaskan pada kedua bagian
pembahasan ini , hasil kalkulasi untuk nilai semuLa dan nilai aksen revisi dapat terkontrol
dengan baik dan prosesnya dapat berjalan dengan cepat . Selain itu , pada proses pengerjaan
modelling dengan design 3D , akan sangat membantu dalam penerapan ukuran-ukurannya serta
regenerate design yang telah dikerjakan , tanpa harus merubah secara detail , tetapi secara
parametric , dapat teregenerasi dengan cepat dan tepat .
Dari range table viskositas dan hasil kalkulasinya , selisih nilai
antara Sr_Gt(1) = 7.986,55 sec. 1 , dengan nilai Sr_Gt semula = 14.994,16 sec. 1 , pada
aktual kalkulsasi , berkisar pada 7.007,61 sec -1 , dan mempunyai nilai
poise sebesar7.007,61 x 6.033333E-08 = 0.00042279lb. sec./in.2 . Hasil tersebut tidak
mutlak untuk di rekalkulasi lagi mengingat toleransi injection pressure pada mesin , sudah
diperhitungkan , yang mempergunakan kapasitas sebesar 80 % dari spesifikasi maksimum ,
terkecuali nilai tersebut melampaui dari batasan yang dikehendaki .
Sebagai contoh adalah jika maksimum injection pressure dari suatu mesin injection
adalah 15.000 psi , maka Injection pressure yang dapat dipergunakan untuk menjaga
ketahanan mesin tersebut adalah sebesar 80% x 15.000 psi = 12.000 psi . Dengan
seleksi material PP , Injection Pressure pada Cavity yang diperlukan adalah
sebesar10.000 psi , dan jika hasil kalkulasi Pressure Drop tidak melampaui dari 12.000 psi ,
maka , pengerjaan mold dari kalkulasi tersebut masih dapat berfungsi dengan baik , dan dapat
dipergunakan dengan mesin injection pada tekanan yang diijinkan tersebut. Meskipun
demikian , dengan keakuratan kalkulasi yang memenuhi ketentuan ( untuk PP ,
dengan injection pressure 10.000 psi ) , maka hasil yang baik dapat tercapai , ketahanan
dan fungsional mesindapat terjaga dengan baik pula .
Dan jika tekanan yang diperhitungkan melampaui ketentuan , dan tetap dijalankan pada
mesin , maka system kerja mesin dipaksakan untuk mencapai tekanan tersebut , Sehingga
mesin bekerja melampaui ketentuan maksimum , yang berakibat konsumsi power
bertambah , beban mesin bertambah , maka ketahanan mesin dapat
berkurang dan biaya untuk pemakaian mesin dan perawatannyapunbertambah pula .
lobang pemasukan material ke dalam cavity , Dr2 = 1.0 mm = 0.0394 in . Panjang Gate
adalah , L_Gt = 12.24 mm = 0.4819 in . Maka Volume Awal adalah , V_Gt :
Karena tidak ada perubahan yang mendasar untuk panjang gate , L_Gt dan volume
gate , V_Gt , dapat disimpulkan , bahwa :
V_Gt = V_Gt(1) = 57.33 mm3 = 0.0035 in.3
Maka , untuk kondisi masing-masing Volume Gate , V_Gt dan Volume Cavity ,V_Cav. ,
yang tidak mengalami perubahan , formula tersebut masih berlaku , dalam pengertian , bahwa :
Dari hasil kalkulasinya , dengan Bj material plastik PP , Bj_m = 0.96 gr / dm3 , dengan
Pc dari Spesifikasi mesin = 15.28 gr / sec. , maka :
Vf = ( 1000 x 15.28 ) : 0.96
= 0.9712 in.3 / sec.
Dan nilai Ft yang diperoleh adalah sebesar : 5.39 second . Karena nilai V_plast.berubah
sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada hasil segmensegmen :V_Sp , V_Pr , V_Sr , V_Tr , ataupun V_Gt , maka nilai V_plast.(1) , adalah
merupakan nilai perubahan dengan adanya hasil rekalkulasi dari V_Sp(1) , V_Pr(1) ,V_Sr(1)
, V_Tr(1) serta V_Gt.(1) .
Dengan diketahui , Vf = Vf(1) = 0.9712 in.3/sec. , V_plast. = 5.2308 in.3 , V_plast.(1)
= 5.9428 in.3 , maka :
Ft = 5.2308 : 0.9712 = 5.39 sec.
, dan
Maka , dapat ditentukan nilai perubahan yang yang akan tercapai selanjutnya , untuk
:Ft_Sp(1), Ft_Pr(1) , Ft_Sr(1) , Ft_Tr(1) ataupun Ft_Gt(1) . Dan pergunaan basic formula
aksen (1) dengan formula aksen (1) , untuk kalkulasi revisi lanjutan pada tiap segmen .
( BERSAMBUNG )
__________________________________________________________
____________________
________________________________________________
DESIGN TRADITIONAL versus DESIGN dengan KOMPUTER
LANJUTAN 4.a Tahapan Rekalkulasi pada Segment Gate :
Tahapan / stage (8) : Revisi Injection Pressure pada segmen Gate : _P_Gt(1)
Injection pressure pada setiap segmen , akan berkurang tekanannya pada saat memasuki segmen
berikutnya . Dan Tekanan awal dari setiap segmen adalah : tekanan yang diperoleh dari tekanan
awal segmen sebelumnya dikurangi pressure drop segmen yang terjadi . Kondisi diameter runner
yang berubah , lebih besar atau lebih kecil , berpengaruh terhadap tekanan yang melalui
diameter tersebut sesuai dengan perubahan radius yang terjadi serta viskositas dari material
plastik yang dipergunakan , selain itu , waktu pengisian tiap segmen juga terpengaruh dengan
adanya faktor perubahan tersebut .
Sehingga Pressure Injection pada segmen Gate , yang sebelumnya ditentukan :
Di mana pada segmen sebelumnya , atau pada segmen Tertiary Runner , Injection
Pressure yang terjadi adalah , P_Tr = 8.898.92 psi , dan dari hasil kalkulasipressure drop
Tertiary runner , Pd_Tr = 186.83 psi . Maka , nilai InjectionPressure pada Gate yang
diperoleh , adalah : P_Gt =
8.898.92 186.83
= 8.712.09 psi
Perhatikan Tabel hasil kalkulasi pada Segmen Tertiary Runner berikut ini :
di mana , P_Gt(1) =
9.524.59
80.67
= 9.443.92
psi
Dalam kalkulasi awal dan reverse kalkulasi , stage (8) ini , secara khusus , hasil Pressure
Injection , tidak berpengaruh terhadap hasil kalkulasi ataupun dalam nilai-nilai formulaformula sebagaimana telah ditentukan dan dipergunakan . Tetapi , dengan mengetahui
hasil kalkulasi Pressure Injection , maka perbandingan untuk kesesuaian dengan spesifikasi
serta batasan-batasanya dapat diketahui terlebih dahulu sebelum proses pengerjaan selanjutnya .
Tahapan / stage 9 : Revisi Shear Rate pada segmen Gate : _Sr_Gt(1)
Dengan tetap mengacu pada formula semula :
Dan menerapkan nilai perubahan aksen (1) untuk formula pengganti , maka formulasi Sr_Gt(1) :
7.986.55
sec. 1
sec. -1
Tahapan / stage (10) dan 11 : Revisi Poison Ratio pada segmen Gate : _pr(1) dan
Ss_Gt(1)
Karena nilai perubahan mendasarkan pada poison ratio , pr , yang tetap ( semula ) , maka
nilai perubahan yang terjadi pada stage 10 , tidak perlu dikalkulasikan lagi , di mana pressure
drop total yang tercapai sudah memenuhi perbandingan yang dikehendaki , yaitu
pada 10.000 psi . Kemudian untuk pengecekan , pada hasil rekalkulasi untukPd_Gt ,
sebelumnya , formula yang dipergunakan adalah :
Maka , dalam mengkalkulasikan nilai perubahan untuk Ss_Gt(1) dengan panjang Gateyang
tetap , L_Gt , berdasarkan perubahan r_Gt(1) , serta Pd_Gt(1) , dan tanpa adanya perubahan
pada nilai poison ration ( pr ) , dapat diperoleh formulasi :
Sehingga revisi kalkulasi Shear Stress pada Gate , dapat dilakukan , sebagai berikut :
Ss_Gt(1) = ( 9.443.92 x 0.0243 ) : ( 8
= 59.49
x 0.4819 )
psi
di mana , nilai hasil Sr_Gt revisi yang dimasukan dalam formulasi adalah , Sr_Gt(1)
= 7.986.55 sec. 1 , maka nilai perubahan yang diperoleh untuk Ss_Gt(1) :
= 0.007449 x 7.986.55
= 59.49 psi .
RUNNER :
RUNNER :
RUNNER
Dengan kondisi kalkulasi flow runner yang sesuai , balance yang tercapai dengan spesifikasi yang
diharapkan , maka design yang secara dimensi telah dikalkulasi , diharapkan dapat memberikan
hasil yang sesuai dalam pengerjaannya . Untuk itu , keakuratan data dan spesifikasi yang tepat
sangat diperlukan dalam menetukan design yang tepat dan sesuai , sehingga proses pengerjaan
dapat berjalan dengan baik , dan hasilnyapun terjamin kualitasnya .
( BERSAMBUNG )
__________________________________________________________
____________________
________________________________________________
DESIGN TRADITIONAL versus DESIGN dengan KOMPUTER
C.
KALKULASI HANTARAN PANAS DAN DESIGN JALUR PENDINGINAN
MOLD ( COOLING )
Dalam menentukan jalur pendinginan pada mold , terdapat beberapa hal yang harus
diketahui , baik itu merupakan spesifikasi dari mesin Plastik ( Injection ) yang
dipergunakan , spesifikasi bahan plastik yang dipergunakan , spesifikasi dari
material mold yang dipergunakan , juga spesifikasi media pendinginan yang
dipergunakan serta kondisi sirkulasinya .
Kondisi sirkulasi adalah kondisi di mana keadaan suhu media pendinginan
awalyang masuk ke dalam cetakan pada waktu pendinginan berlangsung , selalu
konstan . Hal ini dapat terwujud dengan adanya sarana proses daur ulang media
pendinginan ( Chiller ) , di mana media pendinginan awal yang masuk ke
dalam mold pada suhu awal X derajat Fahrenheit ( Celcius ) , akan mengalami
perambatan panas melalui material mold , dari suhu mold yang semula Y derajat F (
C ) , yang diakibatkan oleh aliran material plastik pada cavity dengan suhu S
derajat F ( C ) , dan perambatan dari suhu S ke suhu Y , melalui media bahan
mold , kemudian dihantarkan ke aliran media pendinginan , sehingga aliran panas
dari bahan mold dihantarkan ke media pendinginan dan terbawa alirannya menuju
ke proses daur ulang media pendinginan akhir ini ( Chiller ) , sehingga suhu
media pendinginan tersebut kembali ke suhu awal , yang akan dialirkan kembali ke
proses pendinginan selanjutnya ( sesuai dengan Cycle time atauputaran waktu
produksi . Demikian pula dengan kondisi suhu mold yang tercapai , menjadi
konstan kepada suhu semula Y derajat F ( C ) .
Pada perhitungan sebelumnya , sudah didapatkan beberapa hasil dari kalkulasi yang
diperlukan untuk menentukan proses selanjutannya , antara lain yaitu :
Total filling time yang sudah direkalkulasi adalah sebesar , Ft(1) = 7.64
second = 2.124 x 10^-3 Hrs .
Total area penampang tekanan injection material di dalam mold , yang terbagi
dalam beberapa segmen pembentukan yang dijumlahkan : yaitu
pada Sprue ,Runner , Gate dan Cavity , sebesar ; A = 47.587.53 mm2
= 73.7608 in.2 =0.5116 ft.2
Diameter lobang cooling , besar atau kecinya diameter dapat dibuat sesuai
dengan kondisi dan penempatan yang memungkinkan . Dapat bervariasi , atau
kombinasi , dari diameter 5/32 in. ( 4 mm ) , 3/16 in. ( 5 mm ) , 5/16 in. ( 8 mm )
atau 13/32 in ( 10 mm ) .
Suhu pada mold diharapkan tetap konstan , agar menghasilkan produk yang baik ,
untuk material PP , adalah pada suhu , T3 = 104 derajat F ( 40 derajat C ) ( dapat
juga ditentukan berdasar karakteristik material yang sesuai dengan yang dispesifikasikan
oleh masing-masing suplier ) .
Dari pembebanan dan kalkulasi tersebut di atas , dapat diketahui bahwa jarak antara
dinding cavity ke dinding diameter lobang pendinginan , L , diperoleh
sebesar 0.3494 in. = 0.02934 ft = 8.95 mm , sedangkan untuk jarak antara
cooling , dapat dibuat antar titik pusatnya , sejauh 2 sampai 3 x diameter lobang
cooling , atau setelah hasil kalkulasi panjang lobang pendinginan yang diperlukan
diketahui , dapat menentukan jarak antara lobang cooling . Dengan bahan baja yang
berbeda dan kekerasan yang berbeda , maka dimensi yang dihasilkan akan berbeda pula .
Dengan demikian kecepatan aliran , Fluid Velocity ( Fv ) dari cooling water dapat
diperhitung sebagai berikut :
Dan heat transfer dari mold ke aliran pendinginan yang terjadi adalah
sebesar , H :
Dan waktu pendinginan yang diperlukan untuk melepaskan panas tersebut , pada
suhu mold T3 = 104 derajat F ( 40 derajat C ) , adalah , Ct :
( BERSAMBUNG )
__________________________________________________________
____________________
D.
1. KONSTRUKSI MOLD , CLAMPING AREA DAN DIMENSI MOLD
Konstruksi mold , untuk konvensional injection mold , dengan contoh design 8 Cavity Fliptop
Cap yang telah diulas pada bagian sebelumnya , dapat dibuat dengan type konstruksi mold : 2
plate mold , atau dengan konstruksi 3 plate mold .
Dengan design runner yang sudah diperhitungkan dengan spesifikasi mesin yang
berkapsitas 100 ton , maka design konstruksi mold yang akan diterapkan pada kalkulasi berikut
ini adalah menggunakan type : two plate mold . Untuk pengeluaran produk , menggunakan
dua susun Ejector plate . Di mana :
Ejector plate-1 : Saat mold open , sejauh satu setengah atau dua kali tinggi produk
,Ejector plate 1 , akan ditarik oleh puller bolt sejauh langkah yang direncanakan dan
berhenti , dan bersamaan itu , core insert-1 berfungsi mendorong mengeluarkan produk
yang sudah tercetak , keluar dari dalam core insert block . Bersamaan itu pula , ejector
runner pin melepas runner , dan Ejector Plate-2 terbawa sejauh dorongan Ejector
Plate-1 .
Ejector plate-2 : Saat ejection berlangsung , Ejector Plate-2 , maju sejauh langkah
yang direncanakan , dan Ejector pin berfungsi melepaskan produk daricore insert-1 ,
dan kembali ke posisi semula secara otomatis dengan spring atau mengikuti langkah
kembali ejector rod .
Dalam menentukan ukuran plate dan susunannya , terlebih dahulu harus menentukanjenis
bahan mold , atau material baja yang akan dipergunakan . Untuk standard mold base ,
dipergunakan jenis bahan yang termasuk kategori Midle Carbon Steel , Bersifat tahan
terhadap pembebanan yang tidak terlalu besar , ulet , dan proses pengerjaan dengan mesin
mudah , dan hantaran panas yang cukup memadai . Dengan memiliki spesifikasi teknik :
tegangan yang dijinkan , S_mb , berkisar 12.000 psi ( 8.44Kg / mm2 ) , berat
jenis 7.85 Kg/dm3 , dan modulus elastisitas , E , pada baja , sebesar ; 30 x 10^6 lbf / in.2
( 2.109 x 10^4 Kgf / mm2 ) , baja jenis ini banyak dipergunakan untuk bahan standard mold
base secara umum .
Dari spesifikasi mesin Injection dengan kapasitas 100 Ton , kapasitas Clamping
Force mesin , CF , adalah sebesar 100 Ton = 100.000 Kg = 220.458.55 lb .
DenganTekanan pada mold base yang dijinkan , S_mb , sebesar 12.000 psi = 8.44 Kg /
mm2 ( pada spesifikasi , tegangan ini diperbolehkan pada ketebalan produk baja yang berkisar
pada 22 mm atau pada kisaran 1 inch ) , maka dapat diperoleh Clamping Area , CA ,
sebesar ; 100.000 Kg : 8.44 Kg / mm2 = 11.852.27 mm2 = 18.3711 in.2 .
Dan Injection Pressure yang diperlukan untuk material PP , adalah P_inj. , sebesar
= 10.000 psi . Luas area molding yang diproyeksikan adalah meliputi , areaproyeksi jalur
runner dan cavity , yaitu A_pj , seluas = 17.766.39 mm2 = 27.5379 in.2 , Sehingga luasan
total plate yang harus digunakan adalah , PA = CA + A_Pj = 11.852.27 + 17.766.39
= 29.618.66 mm2 = 45.91 in.2 .
Kemudian perhatikanlah layout Sisi Core dengan dimensi seperti tampak pada gambar berikut
ini , ada beberapa posisi yang harus diperhitungkan sebagai area yang tidak menerima beban ,
beban gesek , atau penempatan baut , yang kondisinya dibuat lobang . Sehingga luasan area yang
mampu menerima beban Clamping Force , berkurang .
GP , adalah area l0bang Guide Pin , pada plate Sisi Core , Diameter Guide
Pinditentukan berdasarkan ukuran mold basenya . Pada type 2 plate mold , agar kondisi
balance tercapai , Guide Pin ditempatkan pada Sisi Core sebanyak 4 buah pada masingmasing sudut , dengan jarak dan ukuran yang sama . Ketentuan diameterGuide Pin ,
berdasar ukuran mold base standard , dibuat berdasar besar dan kecil ukuran mold base .
Untuk mold base berukuran besar , diameter Guide Pin akan lebih besar . Untuk
menentukan diameter Guide Pin berdasarkan kalkulasi , adalah dengan mengetahui total
beban yang akan diterima tiap Guide Pin , W_Gp , berdasarkan : beban tekanan dari
keseluruhan total area molding yang diproyeksikanW_Ap , di tambah dengan beban
material mold , W_mw , ( total material mold ) , di bagi jumlah Guide Pin , Qty_Gp ,
yang dipergunakan .
Spesifikasi bahan untuk Guide Pin yang dipergunakan adalah baja jenis High
Carbon Steel , mengandung sedikit Crome , mudah diperkeras dengan oil
hardening ( 58 60 HRc ) , mudah dalam proses pengerjaan mesin , high toughness
( mempunyai keuletan tinggi ) , wear resist , dengan tegangan yang dijinkan , S_Gp ,
maka :
d_Gp = 69.395.91 lb. : ( 20.000.00 psi x 2.56 in. ) = 1.3554 inch. = 34.4
mm . Jadi , Diameter Guide Pin dapat ditentukan dari hasil pembulatannya ,
Force pada mesin 100 Ton yang berkisar 2 Ton , atau 4.408.00 lb .
Return Pin dibuat balance 4 buah , ditempatkan pada 4 tempat yang seimbang .Beban
tiap Return Pin , W_Rp = ( 4.408.00 lb : 4 ) = 1.102.00 lb = 500Kg . Dibuat dari
baja High Carbon Steel , mengandung sedikit Crome , mudah diperkeras dengan oil
hardening ( 58 60 HRc ) , ulet dan mudah dikerjakan dengan mesin , dengan tekanan
yang dijinkan , S_Rp , mencapai 20.000.00 psi ( 9.07 Kg / mm2 ) . Dengan menentukan
panjang pembebanan , l_Rp , yang diperhitungkan pada design ini adalah sekitar : 1 x
tinggi produk , maka l_Rp = 1 x 39.2 = 39.2 mm = 1.5433 inch . Kondisi Return
Pin adalah sliding pada Sisi Core , modulus elastisitas baja , E = 30 x 10^6 lbf / in.2
( 2.109 x 10^4 Kgf /mm2 ) maka diameter Return Pin , d_Rp , dapat diperhitungkan ;
: 3.920.00 ]^1/2
saat mold open ataupun beban dorongan, saat mold ejection , dapat diperhitungkan
sebagai beban yang diterimanya oleh mold tersebut , W_Ap . Bahan baut adalah baja
type Midle Carbon Steel , yang proses pembentukanya dengan Forging ( dipanaskan
terlebih dahulu , baru kemudian dibentuk ) , dengan tekanan yang dijinkan , S_B , sampai
pada 9.000.00 psi (4.083 Kg/mm2 ) . Berdasarkan sketsa , pembeban baut W_B ,
dibebankan pada panjang baut , sepanjang l_B , yaitu : setengah tebal Cavity Plate , CP ,
ditambah tebal Support Plate , SP, ditambah tinggi Spacer Block , ditambah
tebal Bottom Plate , dikurangi tinggi kepala baut dengan space 1 2 mm , adalah
B1 , adalah area dari lobang baut pengikat pada Core Block Insert ,
Coi , kepocket area pada Core Plate ( CP ) , dengan posisi kepala baut berada di posisi
bawah . Lobang baut , B1, ditentukan sesuai dengan ukuran baut yang dipergunakan
ditambah 0.5 s/d 2 mm gap . Dengan pertimbangan beban yang diterima dan posisi
penempatan baut yang memungkinkan . Beban berat pada Sisi Core , W_Cr ( hanya insertnya saja ) kurang lebih 24 30 Kg = 52.91 66.14 lb, ditambahkan 60 %beban
keseluruhan , W_Ap , yang dibagi jumlah baut , Qty_B1 . Di mana beban
tekanan dan gesekan , dan pengaruh injection pressure pada closed condition,
serta beban tarikan pada saat mold open ataupun beban dorongan , saat mold
ejection tersebut , diperhitungkan sebagai beban total yang diterima oleh baut Coreblock
insert tersebut . Tekanan yang dijinkan pada S_B1 , adalah 9.000.00 psi
(4.083 Kg/mm2 ) . Berdasarkan sketsa , pembeban tiap baut W_B1 , dibebankan pada
panjang baut , l_B1 , yaitu : setengah tebal Core block insert ditambah tebal Core
Plate setelah pengurangan kedalaman pocket , dikurangi tinggi kepala baut +1 mm , adalah
sekitar 50 mm = 1.9685 inch . Formulasinya :
Dengan demikian , actual total area yang berlubang dan harus dikurangkan sudah diketahui , dan
kalkulasi untuk pembebanan dapat dilanjutkan dengan data yang sudah didapatkan .
3. KEKUATAN SPACER BLOCK
19.200.00
A_Sb = 18.669.86
530.14
Dan untuk menentukan kekuatannya dapat berfungsi dengan baik serta mampu
menahan beban dengan defleksi yang seminimal mungkin , maka dipergunakan formulasi
berikut ini :
adalah beban maksimum yang dapat ditopang oleh satu spacer block .
S_Sb = ( 100.000.00 Kg ) : ( 2 x 18.669.86 mm2 ) = 2.6782 Kg / mm2
= 3.809.11 psi , dengan beban yang ditopangkan oleh area yang lebih luas , maka beban
merata pada tiap mm2 lebih kecil dari yang batasan yang diijinkan , ( S_Sb
= 3.809.11 psi ) < ( S_mold = 12.000 psi ) , dan kalkulasi bisa dilanjutkan : Sehingga ,
W_Sb
Ton = 110.228.29 lb , adalah beban aman yang dapat ditopang oleh satu Spacer Block ,
dengan menggandakan jumlah Spacer block , berarti beban yang dapat ditopang dua kali
lebih besar beban semula . Sehingga ketentuan dapat dilanjutkan karena beban yang
seharusnya , lebih kecil dari beban maximum , 50.01 Ton < 157.56 Ton , atau mempunyai
ketahan yang hampir 3 x lebih besar sehingga konstruksi aman untuk dipergunakan .
Defleksi yang dapat terjadi , dan pengechekan pembebanan , dengan batasan defleksi
yang diijinkan , a = 0.0025 mm = 1 x 10^-4 inch , dengan tinggi spacer block , d ,
t_Sb = 160 mm = 6.2992 in. , dan panjang b , l_Sb = 400 mm = 15.748 in. , dapat
maka dipergunakan formulasi :
Dengan defleksi yang melebihi dari defleksi yang diijinkan ( 0.0037 mm > 0.0025
mm , maka pembebanan dengan W_max = 347.260.02 lb = 157.56 Ton , pada
konstruksi tersebut tidak diperkenankan karena akan mengalami defleksi yang lebih besar .
Memasukan nilai defleksi dengan ketentuan , a = 0.0025 mm = 1 x 10^-4 inch ,
untuk mendapatkan nilai W_max yang sesuai , dapat diperoleh :
Area pada parting line , Ap1 , adalah : 300 x 400 mm = 120.000.00 mm2
= 186.00 in.2 , dan area yang tidak menerima beban karena penempatan komponen
adalah , Ap2 = 66.326.11 mm2 = 102.81 in.2 , sehingga area pembebanan pada plate ,
adalah :
Ap = Ap1 Ap2
= 120.000.00 66.326.11
= 53.673.89 mm = 83.1947 in.
= 176.366.84 + 275.349.75 lb
= 495.838.17 lb = 224.97 Ton .
4.1. PEMBEBANAN PADA PERMUKAAN BLOCK INSERT
Dalam pengertian bahwa beban tersebut hanya akan ditanggung oleh luasan block
insert , A_insert , saja ( dibuat gap dengan permukaan block insert , 0.05 0.10
mm lebih tinggi dari permukaan core/cavity plate ) , hal ini dimaksudkan agar
benturan terhadap material baja block insert yang lebih tinggi batasan tekanan yang dijinkan
, dapat lebih tahan lama daripada batasan tekanan material baja mold base yang
dipergunakan . maka tekanan yang terjadi pada area A_insert , adalah :
S_insert =
W_Mb : A_insert
Maka , pembeban yang terjadi pada titik pusat area block insert , W_insert , dapat
diketahui dengan formulasi :
adalah :
Modulus section , Z = [ ( 11.024 ) x ( 5.512 ^2 ) ] : 6 = 55.82 in.3
W_insert = [ 5.516.69
8 x 55.82 ] : 8.0315 =
Dan hasilnya adalah beban yang mampu ditopang pada konstruksi plate tersebut ,
W_insert_1 , adalah sebesar = 19.40 Ton saja , kurang besar untuk pembebanan
yang seharusnya , W_insert = 306.714.20 lb = 139.16 Ton .Sehingga harus ada
perubahan .
Perlu diperhatikan , bahwa pembebanan yang bertumpu pada block insert , pada actualnya lebih
menguntungkan , karena secara spesifikasi , batasan tekanan yang dijinkan untuk material yang
dipergunakan untuk block insert hampir dua kali lebih besar dari batasan tekanan yang dijinkan
pada material standard untuk mold base . Sehingga ketahanan yang dapat diterima adalah
hmpir dua kali lipat juga . Tetapi untuk kondisi block insert yang terbagi-bagi seperti dalam
design ini , meskipun tumpuan pada block insert hanya mempergunakan batasan S_insert =
5.516.69 psi = 3.8788 Kg / mm2 , kurang lebih sebesar seperempat dari batasan yang
dijinkan untuk material block insert yang dipergunakan , yaitu sebesar 20.000.00 psi
atau 14 Kg / mm2 . Tetapi , dengan kondisi yang terbagi-bagi , maka akan sangat riskan , karena
pembebanan akan dipindahkan dan bertumpu pada urutan plate yang menyangganya berikutnya
, yaitu padacore dan support plate . Kondisi akan berbeda , jika material pada core plate
sejenis dengan block insert , sehingga block insert tidak perlu dibuat , tetapi dikerjakan
langsung pada core atau cavity plate .
line
merubah susunan ketebalan plate ,
atau menentukan support pillar yang akan ditambahkan , yang dapat menyangga
susunan plate tersebut pada kondisi defleksi pembebanan yang diijinkan .
Area pada mold base , Ap , adalah : 53.673.89 mm = 83.1947 in. , dan area
pada block insert , A_insert , adalah : = 57.986.89 mm = 89.88 in. , maka area
total , A_total yang dipergunakan :
A_total
Ap
A_insert
= 53.673.89 + 57.986.89
= 111.660.78 mm2 = 173.075 in.2
Maka tekanan yang terjadi pada permukaan block insert , S_plate , adalah sebesar :
S_plate =
W_Mb : A_total
Ton .
Adalah beban yang terjadi pada titik pusat area core plate .
219.7717 in.4
Memasukan pengechekan nilai defleksi a , untuk , W_plate = 227.557.78 lb =
103.25
Ton .
Dengan mengacu dari spesifikasi semula , Beban pada ketebalan total , d , yang
diperhitungkan adalah sebesar : d = ( 90 + 50 + x ) mm , di mana x adalahfaktor
tambahan untuk tebal plate . Dan b = 400 mm = 15.748 in , padajarak
bentangan antara spacer block , l = 204 mm = 8.0315 in. Maka :
Ton .
Penambahan Support Pillar , diperlukan jika kondisi penambahan tebal plate tidak
memungkinkan , jadi selain sebagai alternatif , dapat pula sebagai langkah perbaikan pada
kondisi mold yang sudah dibuat , tetapi mengalami defleksi yang melebihan batasan defleksi
yang ditentukan .
Untuk mengetahui , berapa besar diameter dan jumlah support pillar yang
diperlukan , harus diketahui terlebih dahulu beban yang akan ditopang oleh support
pillar tersebut . Dari kalkulasi sebelumnya , pada pembebanan untuk block insert ,
diketahui bahwa W_insert = 306.714.20 lb = 139.16 Ton . Dan bebanW_insert_1 ,
yang dapat ditopang pada ketentuan defleksi a = 0.00254 mm =0.0001 in. ,
adalah , W_insert_1 = 42.762.06 lb. = 19.40 Ton . Dan tekanan untuk material
jenis midle carbon steel yang diijinkan , sebesar , S_pl = 10.000 psi = 7.031 Kg /
mm2
Selisih yang dicari , W_search , adalah ;
pengerjaan selanjutnya . Faktor toleransi , standarisasi ukuran dan metode pengerjaan yang
diperlukan harus diperhatikan juga , agar proses pengerjaan dapat terlaksana dengan baik .
Dan dalam menerapkan gambar kerja , ketelitian dalam memberikan ukuran dan spesifikasi
yang diperlukan sangat membantu dalam proses pengerjaan machining-nya . Demikian pula
dengan standarisasi yang diperlukan . Untuk itu , sebelum gambar kerja dari suatu design yang
telah direncanakan , diserahkan untuk proses pengerjaan , hendaknya pemeriksaan dilakukan
lebih lanjut , dan mendapatkan persetujuan . Karena gambar kerja merupakan kertas kerja dari
suatu proses perencanaan yang dijadikan pegangan pada saat pengerjaan machining . Jadi ,
faktor kesalahan , baik ukuran , spesifikasi ataupun pembahanan tidak mungkin terjadi .
Tetapi , apabila proses pengerjaan salah karena kesalahan gambar kerja , maka hal tersebut
adalah kesalahan yang sangat fatal , karena harus mengulangi proses dari awal lagi , tentunya
selain kerugian waktu , kerugian material dan proses pengerjaan ulang , dapat mengakibatkan
biaya produksi yang sangat tinggi . Dan tentunya , dalam suatu bisnis yang dijalankan , menjual
barang dengan harga lebih mahal dari harga yang sebenarnya , karena biaya produksi yang
mahal akibat faktor kesalahan , tidak dapat ditolerir . Hal tersebut justru dapat merugikan usaha
itu sendiri . Dan dengan metode yang tepat , kualitas yang baik serta harga yang sesuai , maka
banyak pelanggan yang akan datang dengan sendirinya .
Tak ada gading yang tak retak , tak ada sesuatu yang sempurna . Semoga apa yang telah tersusun
ini , dapat bermanfaat dan dapat mudah untuk dipelajari dan diterapkan .