Anda di halaman 1dari 66

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENDAHULUAN
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian pekerjaan yang besar
dan melibatkan berbagai macam sumber daya dan metode. Pelaksanaan
proyek konstruksi akan menimbulkan berbagai macam resiko selama
pengerjaanya, sehingga diperlukan suatu manajemen resiko untuk
mengurangi dan mentransfer resiko yang akan terjadi. Pada bab ini akan
dipaparkan tentang manajemen resiko serta mengidentifikasi resiko yang
terjadi dalam proyek konstruksi, sehingga dapat diperoleh pengalihan
resiko yang tepat sesuai dengan klasifikasi resiko yang terjadi.
Berbagai hal tentang resiko penting diketahui untuk meminimasi
kerugian yang mungkin timbul dalam proyek. Sehingga perlu digambarkan
tentang resiko secara luas, mulai dari defenisi resiko, klasifikasi resiko,
sampai dengan manajemen resiko. Dengan mengetahui mengenai proyek
konstruksi, pihak-pihak yang terlibat, serta hal- hal yang berkaitan dengan
resiko yang dapat terjadi dalam proyek konstruksi, maka dapat ditentukan
pengalihan resiko ke dalam suatu lembaga tertentu.
Pembahasan mengenai jaminan (bond) akan dilakukan secara garis
besar sebagai bahan perbandingan terhadap adanya pengadaan kontrak
dalam asuransi (insurance) sebagai salah satu penanganan resiko yang
terjadi dalam proyek konstruksi.Sehingga pada akhirnya pembahasan
utama dalam kajian pustaka ini adalah mengenai asuransi proyek
konstruksi serta ganti rugi yang diberikan.Dan secara lebih mendalam
akan dibahas mengenai salah satu jenis asuransi yaitu contractor all risk
(CAR), yang kemudian akan diperoleh pembahasan tentang pengalihan
resiko melalui jenis asuransi ini.
II -1

2.2 PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI


2.2.1 Pengertian Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan / konstruksi) dalam
batasan waktu, biaya dan mutu tertentu.
Project are becoming progressively larger and more complex in term of physical
size and cost. In the modern world, the execution of a project requires
themanagement of scarce resources : manpower, materials, money, method and
machines must be managed troughout the life of the project from conception to
completion (Ahuja, 1994).

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan


dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya
bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian
(skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik,
bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas
sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan /
mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun waktu tertentu
yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
II -2

Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya


suatu gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan
dengan penelitian terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut
(studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design),
desain rinci (detail design), pengadaan (procurement) sumber daya,
pembangunan

di

lokasi

yang

telah

disediakan

(konstruksi)

dan

pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai


dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.
2.2.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proyek
Pembahasan mengenai proyek konstruksi tidak dapat terpisahkan
dengan pihak-pihak yang terlibat didalamnya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dari rangkaian tahapan proses konstruksi,
tentunya akan melibatkan berbagai unsur yang bekerja secara bersamasama dengan tujuan yang sama sehingga proyek dapat berjalan sesuai
dengan perencanaan. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi antara lain :
1. Pemilik proyek (Owner)
Merupakan pihak yang terlibat dalam penyusunan suatu proyek
konstruksi, terutama dalam menentukan lokasi proyek, menetapkan
desain, dan menyediakan modal. Sebagian pemilik proyek ikut mengawasi
berlangsungnya proses konstruksi dan mengoperasikan bangunan yang
telah selesai.
2. Konsultan (consultant)
Merupakan pihak yang ditentukan oleh pemilik proyek untuk
membantu didalam merencanakan atau mendesain bangunan, melakukan
studi kelayakan, mengawasi berlangsungnya proses konstruksi, atau
bahkan mengatur pelaksanaan proyek konstruksi.
II -3

3. Kontraktor (contractor)
Merupakan pihak yang ditetapkan oleh pemilik proyek untuk
mengatur pelaksanaan kegiatan konstruksi dang mengolah sumber daya
berupa bahan, peralatan, tenaga kerja, metode dan modal, sehingga
menghasilkan produk akhir berupa konstruksi.
4. Subkontraktor (subcontractor)
Merupakan pihak yang dalam pelaksanaannya membantu kontraktor
untuk menyelesaikan sebagian pekerjaanya dan supplier untuk memasok
material yang dibutuhkan oleh proyek konstruksi.
5. Tenaga Kerja (employee)
Merupakan pihak yang berada dibawah tanggung jawab kontraktor
atau subkontraktor untuk melaksanakan kegiatan konstruksi dilapangan
dengan keahlian atau keterampilan tertentu, baik secara individu maupun
kelompok yang dikoordinasikan oleh mandor.
6. Supplier
Merupakan pihak yang terkait dalam pengadaan material konstruksi.
7. Pemerintah (goverment)
Merupakan pihak sebagai pembuat kebijakan didalam mengatur
perangkat peraturan yang terkait dengan pelaksanaan konstruksi.
8. Bank
Merupakan institusi yang dapat menyediakan sumber keuangan atau
sumber pinjaman yang membantu pendanaan proyek.
9. Security (keamanan)
Merupakan suatu pihak yang dapat memberikan jaminan selama
proses proyek konstruksi.
II -4

2.2.3 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi


Jenis-jenis proyek konstruksi dapat diklasifikasikan secara garis
besar menurut fungsi dan sumber dana dari proyek konstruksi, yaitu :
a) Berdasarkan fungsinya :
Konstruksi perumahan
Konstruksi komersial, seperti bank, perkantoran, sekolah dll
Konstruksi konstutisional, seperti rumah sakit, dll
Konstruksi berat dan jalan raya.
b) Berdasarkan sumber dana :
Dana Pemerintah, dimana proses pelelangan umumnya kompetitif,
harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Dana Swasta, dimana proses pelelangan umumnya dapat


dinegosiasikan dan ditentukan oleh aturan yang diadakan sendiri
oleh pemilik dengan bantuan konsultan perencana dan manajer
konstruksi.
Untuk bidang pekerjaan sipil, penggolongan bidang pekerjaan untuk

usaha pemborongan berdasarkan Petunjuk Teknis Keppres No.16 / 1994


adalah :

II -5

1. Proyek drainase
2. Proyek jaringan pengairan
3. Proyek jembatan
4. Proyek jalan
5. Proyel landasan
6. Proyek pengeboran air darat
7. Proyek jalan kereta api
8. Proyek jembatan kereta api
9. Proyek bangunan gedung
10. Proyek reklamasi dan pengerukan
11. Proyek dermaga
12. Proyek penahanan tanah
13. Proyek bangunan bawah air
14. Proyek pertamanan
15. Proyek perumahan, permukiman
16. Proyek pencetakan sawah
17. Proyek pembukaan areal
18. Proyek perpipaan
19. Proyek interior
20. Proyek mekanikal & elektrikal
21. Proyek bendungan

II -6

2.2.4 Parameter Keberhasilan Pelaksanaan Proyek Konstruksi


Pada proyek konstruksi, terdapat empat parameter penting yang
menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi dari
segi teknis, yaitu biaya yang harus dialokasikan, waktu penyelesaian yang
harus ditepati, kualitas, dan keamanan (safety) yang harus dipenuhi.
Keempat parameter ini terkait satu sama lain dan dialokasikan
sebagai sasaran yang ingin dicapai didalam pelaksanaan proyek
konstruksi. Oleh karena itu, pada saat perencanaan proyek perlu diadakan
usaha penanganan resiko untuk mengantisipasi dan meminimumkan
resiko-resiko. Usaha tersebut akan berperan dalam merencanakan cara
penanggulangan atau pencegahan kendala serta mengurangi akibatakibat dari semua kejadian yang menghambat selama proses konstruksi.
Semuanya itu berfungsi untuk memenuhi parameter-parameter yang
menjadi ukuran keberhasilan pekerjaan proyek konstruksi.
Adapun empat parameter keberhasilan proyek adalah :
1. Biaya
Proyek konstruksi harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi rencana anggaran biaya proyek. Dalam pelaksanaan konstruksi,
dituntut suatu manajemen biaya untuk pengeluaran dana yang efisien
yaitu diharapkan bahwa biaya untuk menyelesaikan proyek diatur dengan
pengendalian yang baik agar tidak terjadi pembengkakan biaya diluar
anggaran yang telah direncanakan. Untuk proyek yang melibatkan dana
dalam jumlah besar dan jadwal pelaksanaan yang relatif lama, perlu
dilakukan estimasi biaya pelaksanaan proyek secara detail dengan
mengetahui komponen-komponen pembentuknya serta periode-periode
pekerjaan proyek.

II - 7

2. Waktu
Proyek konstruksi harus dikerjakan sesuai dengan jangka waktu
sampai dengan tanggal akhir yang telah ditentukan. Penyelesaian proyek
dalam jangka waktu tertentu telah disesuaikan dengan perencanaan biaya
yang dialokasikan. Oleh karena itu, tidak terpenuhi batas waktu
pelaksanaan

akan

menimbulkan

kendala-kendala

baru

misalnya

penambahan biaya proyek yang tidak direncanakan.


3. Kualitas
Produk berupa konstruksi sebagai hasil kegiatan proyek konstruksi
harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang diisyaratkan. Sebagai
contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut berupa gedung bertingkat,
maka kriteria yang harus dipenuhi adalah gedung tersebut harus mampu
beroperasi dengan memuaskan dalam jangka waktu yang telah ditentukan
dan sesuai dengan desain yang telah direncanakan.
4. Safety
Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi harus
memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi agar tidak membahayakan
keselamatan pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam pelaksanaan proyek. Perencanaan juga mempengaruhi faktor
keamanan konstruksi yang dirancang sehingga tidak membahayakan saat
penggunaannya.
Keempat parameter keberhasilan proyek konstruksi bersifat tarik
menarik, artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah
disepakati

dalam

kontrak,

maka

umumnya

harus diikuti

dengan

peningkatan kualitas, yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan biaya


sehingga melebihi anggaran yang telah ditetapkan. Sebaliknya, jika ingin
menekan biaya, maka umumnya perlu dilakukan penyesuaian kualitas,

II - 8

jadwal dan safety. Hal ini harus ditangani secara menyeluruh oleh pihakpihak yang terlibat di dalam proyek konstruksi.
2.2.5 Sumber Resiko Proyek Konstruksi
Resiko yang terdapat dalam proyek konstruksi berhubungan dengan halhal sebagai berikut :
1. Desain proyek
Defective atau faulty design, incomplete design, design built ability
dapat menimbulkan dampak merugikan dalam proyek konstruksi.
2. Dokumen kontrak
Pernyataan,

persyaratan,

gambar,

spesifikasi,

daftar

volume

pekerjaan,addendum yang terdapat dalam dokumen kontrak dapat


menjadi sumber resiko pada proyek konstruksi. Hal tersebut dapat terjadi
jika pihak-pihak yang terikat dalam kontrak memiliki pengertian atau
penafsiran yang berbeda terhadap isi dokumen kontrak.
3. Kondisi alam
Keadaan cuaca yang tidak normal dan diluar perkiraan pada saat
perencanaan proyek, bencana alam dan sejenisnya dapat menghambat
pelaksanaan pekerjaan dan mengakibatkan kerugian/ kerusakan.
4. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Tingkat

kesulitan

pekerjaan,

kekurangan

tenaga

kerja

yang

berpengalaman, kelangkaan material dapat menimbulkan kesulitan bagi


pihak kontraktor.
5. Kondisi perekonomian
Kondisi

yang

tidak

stabil

dapat

menyulitkan

kelangsungan

pelaksanaan pekerjaan, misalnya jika terjadi fluktuasi nilai mata uang,

II - 9

deregulasi perbankan, devaluasi yang akan merugikan proyek secara


tidak langsung. Strategi dan pendanaan biaya proyek dapat terganggu
saat kondisi perekonomian tidak stabil.
6. Situasi politik
Jika situasi tidak baik, political dan war risk dapat merugikan proyek
konstruksi secara langsung maupun tidak langsung. Pengadaan sumber
daya

dapat

terhambat

serta

terganggunya

kelancaran

pekerjaan

merupakan contoh resiko yang dapat timbul dari situasi ini.


2.3 ASURANSI KONSTRUKSI
Asuransi Contractor All Risk atau biasa disebut juga dengan
Construction All Risk umumnya menggunakan Polis CAR Munich Re
Wording (Inggris Version).
Kegunaan CAR Insurance:
Untuk melindungi proyek yang sedang dikerjakan dan memberikan
jaminan

keuangan

kepada

tertanggung.agar

usaha

mereka

tidak

tertanggung walaupun terjadi kerusakan pada proyek tersebut.


Luas Jaminan:
Asuransi ini menawarkan jaminan yang bersifat comprehensive terhadap
kerugian-kerugian / kerusakan

yang

dapat terjadi dalam rangka

pelaksanaan pembangunan suatu proyek bangunan kerusakan atau


kerugian yang dijamin adalah bersifat tiba-tiba,tak terduga dan terjadi di
lokasi pembangunan (site)

II - 10

Lingkup luas jaminan asuransi Contractor All Risk :


Pada garis besarnya resiko-resiko yang dijamin adalah :
Bahaya yang lazimnya dikenal dengan Force Major seperti ; gempa
bumi,letusan gunung berapi, banjir, angin ribut, badai, tanah longsor,
dan lain-lain.
Kebakaran.
Peledakan.
Pencurian termasuk pencurian dengan kekerasan (Burglary).
Penggunaan bahan yang keliru dan pekerjaan yang buruk.
Niat jahat seseorang.
Kegagalan manusia, seperti : kekurangan pembicaraan pada
pekerja, kelalaian pekerjaan serta kecerobohan para pekerja.
Resiko lainnya yang bersifat tak terduga dan datangnya secara tibatiba, yang secara tegas tidak dikecualikan dalam polis.
Kepentingan yang dapat diasuransikan :
Pekerjaan proyek yang sesuai dengan kontrak kerja antara pemilikan
bangunan dengan kontrak utama, yang terdiri dari :
Pekerjaan utama
Pekerjaan persiapan
Bahan-bahan yang di supply oleh pemilik
Alat-alat besar dan mesin-mesin yang dipergunakan untuk
membantu pelaksanaan pekerjaan.
Biaya pembersihan reruntuhan
Tanggung jawab pihak ketiga (dalam Section II)

II - 11

2.4 RESIKO
2.4.1 Pengertian Resiko
Resiko dapat didefinisikan sebagai sesuatu atau peluang yang
kemungkinan terjadi dan berdampak pada pencapaian sasaran. Resiko
merupakan kemungkinan terjadinya sesuatu dan tidak dapat diduga/tidak
diinginkan

di

masa

depan.

Jadi

merupakan

ketidakpastian

atau

kemungkinan terjadinya sesuatu, yang jika terjadi akan menimbulkan


keuntungan/kerugian. Ketidakpastian mengakibatkan adanya resiko bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Resiko yang merugikan adalah faktor
penyebab terjadinya kondisi yang tidak diharapkan (unexpected condition)
yang dapat menimbulkan kerugian, kerusakan, atau kehilangan (Salim,
1993). Lebih-lebih dalam dunia bisnis, ketidakpastian beserta resikonya
merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, bahkan harus
diperhatikan secara cermat, bila orang menginginkan kesuksesan (Adira
Insurance, 2003). Sehubungan kenyataan tersebut, semua orang
(khususnya pengusaha) selalu harus berusaha untuk menanggulanginya,
artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang
ditimbulkan dapat dihilangkan. Menurut Adira Insurance (2003) bahwa
resiko mempunyai karakteristik:
Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
Merupakan ketidakpastian yang bila terjadi akan menimbulkan
kerugian.
Resiko dan ketidakpastian memiliki pengertian yang berbeda, tetapi
mempunyai dampak yang sama terhadap kerugian atau kerusakan.
Resiko itu terkait dengan situasi dimana ada kemungkinan kejadian
tersebut dapat terjadi dan mempunyai dampak tertentu. Sedangkan
ketidakpastian dihubungkan dengan situasi yang bersifat unik sehingga
II - 12

probabilitas kejadiannya tidak dapat dihitung. Menurut Rowe ( An


Anatomy of risk, 1977), ketidakpastian diakibatkan ketiadaan informasi
karena probabilitas terjadinya tidak dapat ditentukan. Sedangkan resiko
dapat ditentukan probabilitasnya karena terdapat data dan informasi yang
memadai. Dengan kata lain, jika probabilitasnya dapat dihitung, maka hal
tersebut merupakan resiko. Sebaliknya, jika tidak dapat dihitung, maka hal
tersebut merupakan ketidakpastian.
Pendapat lain dalam definisi resiko ini adalah sebagai berikut :
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi
selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H).
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
(Soekarto)
2.4.2 Klasifikasi Resiko
Untuk mengetahui berbagai jenis resiko yang mungkin terjadi, maka
perlu dilakukan klasifikasi, sehingga diperoleh batasan yang jelas
terhadap lingkup resiko. Menurut Adira Insurance (2003), resiko dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
1. Resiko Murni (pure risk)
adalah resiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan
terjadinya tanpa disengaja.
Contoh : resiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian
2. Resiko Spekulatif (speculatif risk)
adalah resiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan,
agar terjadinya ketidakpastian memberikan keuntungan kepadanya.
Contoh : resiko produksi, resiko moneter (kurs valuta asing).

II - 13

3. Resiko Fundamental (fundamental risk)


adalah resiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada
seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau beberapa orang
saja, tetapi banyak orang.
Contoh : resiko terjadinya kebakaran, bencana alam, resiko perang, polusi
udara.
4. Resiko Khusus (particular risk)
adalah resiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan
umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat
jatuh, tabrakan mobil dan sebagainya.
5. Resiko Dinamis (dynamic risk)
adalah resiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan
(dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti
resiko keusangan, resiko penerbangan luar angkasa.
6. Resiko Statis (static risk)
adalah resiko yang keberadaannya tidak tergantung dari perubahanperubahan yang terjadi di masyarakat, seperti resiko hari tua, risiko
kematian.
2.4.3 Manajemen Resiko
2.4.3.1 Pengertian Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah prosedur atau sistem yang ditujukan
untuk mengelola secara

efektif suatu potential opportunities dan

efeknya. Besarnya resiko dapat dihitung dari hasil perkalian antara


dampak/

akibat

yang

terjadi

dan

tingkat kemungkinan terjadinya.

II - 14

Manajemen resiko merupakan cara penanganan resiko yang tepat dan


efisien untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh resiko.
Risk management is a discipline for living with the possibility that future
events may cause adverse effects (Flanagan, 1993). Proses kegiatan
manajemen

resiko

merupakan

tugas gabungan dari departemen

underwriting dan juga loss control service.


a. Risk Identification
Dalam tahap ini, yang dilakukan adalah mengenali, menemukan dan
mengidentifikasi resiko apa yang mungkin dihadapi. Resiko dapat
diketahui/ diidentifikasi melalui dampak kerugian yang ditimbulkannya.
Berdasarkan dampak tersebut dapat dinilai resiko apa saja yang
berpotensi besar dalam menimbulkan kerugian.
Identifikasi resiko dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

Persepsi terhadap suatu resiko, merupakan kemampuan


untuk menyadari bahwa ada suatu tingkat resiko atau
exposure.

Identifikasi

dari

penyebab

atau

bahaya-bahaya

yang

ada dikaitkan dengan kemungkinan akibatnya.


Identifikasi resiko biasanya dilakukan dengan menggunakan
metoderisk identification untuk melihat secara menyeluruh resiko yang
dihadapi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam identifikasi resiko adalah :

Pemeriksaan fisik

Penggunaan organizational harts

Penggunaan checklist
Dalam penelitian ini, identifikasi resiko yang dilakukan adalah

dengan menggunakan check list.

Penyusunan check list dilakukan

II - 15

berdasarkan data yang didapat melalui studi pustaka, yang selanjutnya


akan dikaitkan dengan kriteria resiko hasil identifikasi masalah
berupa

klasifikasi

resiko

yang

dijamin

dan

dikecualikan

yaitu
dalam

pertanggungan asuransi.
Source Event and Effect of Risk

Controllable

Uncontrollable

Dependen

Total dependence

Independent

Partial dependence

Gambar 2.2 Identifikasi Resiko (Flanagan, 1993)

Sumber resiko dapat berupa :

Kenaikan tingkat inflasi di atas perkiraan

Kondisi tanah buruk yang tidak dapat diketahui sebelumnya

Cuaca yang tidak diharapkan

Keterlambatan pengiriman material yang penting, misalnya setelah


terjadi kebakaran pada took supplier.

Kesalahan rencana detail, seperti kesalahan ukuran balok beton


pada gambar arsitek

Masalah keuangan dari kontraktor utama

Tidak adanya koordinasi, sebagai contoh antara gambar kontraktor


mekanik dan gambar system penggantung plafond

Dampak serius dari resiko, meliputi :

Kegagalan untuk berada dalam batasan perkiraan biaya


II - 16

Kegagalan untuk memenuhi tanggal/waktu penyelesaian yang


disyaratkan

Kegagalan untuk memenuhi syarat kualitas

Kegagalan proyek untuk memenuhi kebutuhan operasional yang


diinginkan

Kerugian harta benda sebagai akibat dari kebakaran atau banjir

Cedera pekerjaan karena kelemahan system keselamatan kerja

b. Risk Classification
Berdasarkan

langkah-langkah

identifikasi

resiko,

maka

dapat

ditentukan klasifikasi resiko yang dihadapi misalnya resiko langsung,


resiko tidak langsung, resiko yang berkaitan dengan hukum, politik,
finansial, dan lain-lain.
Dampak resiko, dilihat dari siapa yang menerima dampak tersebut :
Perusahan
Lingkungan
Pasar/Industri
Proyek/individu

II - 17

Gambar 2.3 Tingkat Dampak Resiko (Flanagan. 1993)


c. Risk Analysis
Setelah dilakukan identifikasi perlu diperkirakan dampak kerugian
yang mungkin terjadi dan kemungkinan total loss dari suatu kejadian
untuk selanjutnya dievaluasi. Inti dari analisis resiko adalah usaha
untuk mendapatkan pilihan yang mungkin, kemudian dianalisis untuk
menghasilkan setiap keputusan.
Tujuan analisis resiko pada dasarnya adalah untuk :
1. Melakukan penyusunan terhadap dampak resiko sesuai
dengan prioritas atau tingkatan
2. Memberikan informasi dalam memutuskan cara yang
paling tepat untuk menanggulangi dampak resiko.
Hal

yang

perlu

diperhatikan

adalah

masalah kemungkinan

timbulnya resiko. Penaksiran terhadap dampak kerugian yang mungkin


terjadi hanya dapat diterapkan kepada resiko-resiko yang memiliki data
kejadian/kemungkinan

berdasarkan

statistik,

penaksiran

dilakukan

berdasarkan possibility terjadinya resiko.


Dalam tahap ini, ada dua faktor yang sangat penting, yang
menentukan diterima atau ditolaknya suatu permohonan asuransi, yaitu
dampak kerugian (severity) serta tingkat keseringan kejadian (frequency).
Tabel 2.1 Diterima Atau Ditolaknya Permohonan Asuransi
Klasifikasi
1
2

Frequency Severity
Jarang
Jarang

Rendah
Tinggi

Keputusan Perusahaan
Konstruksi
Menerima
Mempertimbangkan
II - 18

Sering
Sering

3
4

Rendah
Tinggi

Mempertimbangkan
Menolak

Gambar 2.4 Tahap Analisis Resiko

Peringkat resiko dan faktor resiko menetapkan suatu dasar untuk


menentukan resiko mana yang dapat dibuang (risk minor) atau
diidentifikasi sebagai resiko utama/besar (risks major) dan resiko
sedang (risks moderate).

Resiko kecil (Minor risks) dapat diterima atau diabaikan

Resiko sedang (Moderate risks) mungkin terjadi dan


mempunyai dampak yang besar, pengukuran manajemen
harus diperjelas untuk semua resiko sedang.

Resiko utama (Major risks) adalah resiko yang mempunyai


kemungkinan tinggi terjadi dan berdampak besar, resiko ini
akan membutuhkan perhatian pendekatan manajemen dan
persiapan suatu jadwal tindakan resiko formal.

II - 19

Gambar 2.5 Peringkat Resiko


d. Risk Attitude
Setiap keputusan yang diambil dalam menghadapi resiko akan
tergantung kepada orang atau organisasi yang mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan penanganan resiko
analisis

resiko

bergantung

kepada

berdasarkan

hasil

sikap pengambil keputusan

terhadap resiko.
Pada dasarnya terdapat 3 tipe sikap dari seseorang atau suatu
organisasi terhadap resiko, yaitu :
1. Orang/organisasi yang menyukai resiko (risk taker/risk lover)
2. Orang /organisasi yang cenderung menghindari resiko (risk averse)
3. Orang/organisasi yang netral terhadap resiko
e. Risk Response
Pada tingkatan ini, merupakan keputusan yang telah ditentukan
berdasarkan identifikasi resiko yang kemudian diklasifikasikan dan
dianalisis serta memperhitungkan

pengaruh

dari luar. Tahap ini

merupakan langkah penentuan untuk penanganan risiko yang akan


digunakan.
2.4.3.2 Penanganan Resiko
Sejumlah strategi untuk mengatur pengelompokkan resiko harus
ditentukan

pada tingkatan perwakilan, seperti halnya pada tingkatan

keputusan kebijakan harus dibuat mengenai segala hal perwakilan yang


dipersiapkan

untuk

menerima

atau

membiarkan

resiko.

Dalam

II - 20

penanganan suatu resiko terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan


antara lain :

Menghindari resiko

Minimasi resiko

Penahanan resiko

Pengalihan resiko

1. Secara fisik ( physical control of risk)


a. Menghindari resiko (risk avoidance)
Resiko dihindari jika dampak kerugiannya dianggap terlalu
besar. Sebagai contoh, resiko pada pelaksanaan
dapat

konstruksi

dihindari kontraktor misalnya dengan tidak melaksanakan

pekerjaan

yang

tingkat

kesulitannya tinggi. Dengan demikian

kontraktor tidak perlu menghadapi resiko kegagalan.


Beberapa

alat

atau

teknik

yang

dapat

digunakan

untuk

menghindari resiko meliputi misalnya :

Pengadaan/Pelelangan

Perencanaan Biaya Tak Terduga (Contingency Planning)

Alternatif Strategi

b. Minimasi resiko (minimize risk)


Minimasi resiko dikenal juga sebagai loss prevention dan
digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa
yang merugikan serta potensi dari kerugian yang terjadi.

2. Secara financial (financial control of risk)


a. Penahanan resiko (risk retention)
Resiko dipikul sendiri dengan cara penerapan deductible,
II - 21

dimana deductible menetapkan suatu

batas financial minimum

yang disediakan untuk menanggulangi dampak resiko. Dengan


demikian, resiko harus dipikul sendiri selama

nilai

tidak

berarti menerima

terlampaui/tercapai.

semua

tanggung

Menerima

resiko

finansial

pada

jawab

deductible

resiko

tersebut

biasanya untuk resiko yang kecil dan berulang.


Contoh

Untuk

memperkecil

biaya

premi

asuransi,

tidak

semua

resiko ditanggung oleh pihak asuransi, tetapi sebagian

resiko yang kecil dan sering terjadi dipikul sendiri, faktor-faktor


yang berkaitan antara lain adalah :
Biaya premi asuransi
Kerugian maksimum yang memungkinkan
Besarnya kerugian yang mungkin terjadi
Besarnya

biaya

yang

harus

dibayarkan

untuk

mengganti kerugian, jika tidak diasuransikan.

b. Pengalihan resiko (risk transfer)


Dampak resiko ditanggulangi dengan cara mengalihkannya
kepada pihak lain melalui
asuransi

(insurance).

pengadaan

jaminan

(bonds)

dan

Pengalihan resiko ini akan mengeluarkan

sejumlah biaya untuk pembayaran jaminan dan premi asuransi.


Ketika seseorang mentransfer atau mengalihkan resiko ke pihak
lain, orang itu mengalihkan

tanggung jawab finansialnya untuk

risiko kepada pihak lain dengan membayar jasa tersebut. Ketika


perusahaan asuransi setuju untuk memberikan pertanggungan
asuransi terhadap seseorang, maka perusahaan asuransi tersebut
mengeluarkan polis asuransi.

II - 22

2.5 JAMINAN (BOND)


2.5.1Pengertian dan Fungsi Jaminan
Menurut Pasal 1 butir 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
(SKBI) No.11/ 110/ Kep/ Dir/

UPPB tanggal 28 Maret 1979 tentang

pemberian jaminan oleh bank dan pemberian jaminan oleh

lembaga

keuangan bukan bank, menyebutkan bahwa, jaminan adalah warkat


yang diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima
jaminan apabila jaminan pihak yang dijamin cedera janji (wanprestasi).
Jaminan merupakan salah satu bagian penting dalam proses
penawaran jasa konstruksi. Pada umumnya penawar (peserta lelang)
harus

menyerahkan

jaminan sebagai

syarat

dari penyerahan

penawaran proyek. Untuk memberikan perlindungan secara financial


dan legal (hukum) kepada pemilik, maka jaminan yang diberikan oleh
kontraktor harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan penjamin tertentu
atas nama pemilik. Oleh karena itu pada proses ini melibatkan 3 pihak
yaitu : Owner (pemilik proyek), perusahaan tertentu yang ditunjuk
untuk

mengeluarkan

kontraktor

sebagai

jaminan
pihak

yang

(seperti bank atau asuransi) dan


membayar

untuk

memberikan

perlindungan kepada owner/pemilik.


Pengadaan jaminan dimaksudkan untuk melindungi owner dan
dilakukan
perusahaan

oleh kontraktor dan subkontraktor


yang

dapat memberikan

melalui

jaminan,

institusi

institusi

atau

pemberi

jaminan disebut the surety atau bonding company dan biasanya


berupa bank. The bonding company that issue the bond requires
the contractor to show financial stability and previous experience
II - 23

in performing the type of work that is required to built the project (Peurifoy,
2002).
2.5.2Jenis-Jenis Jaminan
Terdapat empat jenis jaminan yang umumnya digunakan untuk
melindungi owner, antara lain :
1.

Jaminan Tender (Bid Bond)


Merupakan surat yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
keuangan lain untuk menjamin apabila peserta tender menarik
diri sebelum batas waktu berlakunya penawaran. Biasanya
jaminan tender ini sebesar 1 % - 3 % dari harga penawaran.

2.

Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond)


Merupakan surat yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
keuangan lain, untuk menjamin
mampu

menyelesaikan

pekerjaan

apabila kontraktor tidak


atau

tidak

memenuhi

kewajibannya selama masa pelaksanaan. Besarnya jaminan


pelaksanaan pada umumnya adalah 5 % - 10 % dari nilai
kontrak.
3. Jaminan Uang Muka (Payment Bond)
Merupakan jaminan atas uang muka yang dibayarkan kepada
kontraktor. Nilai jaminan uang muka ini sama dengan nilai uang
muka yang dibayarkan.
4. Jaminan Masa Pemeliharaan (Maintenance Bond)
Merupakan jaminan atas pemeliharaan, setelah serah terima
pertama

proyek.

Besarnya

jaminan

pemeliharaan

pada

umumnya 5 % dari nilai kontrak.


Jaminan tender, pelaksanaan, dan uang muka umumnya diberikan
dalam bentuk Bank Guarantee, sedangkan jaminan pemeliharaan

II - 24

dilakukan dengan cara owner atau pemberi tugas menahan 5 % dari


total nilai kontrak (retensi) sebagai nilai jaminan dan akan diserahkan
di akhir masa pemeliharaan.
Jika hal-hal yang dijaminkan melalui jaminan gagal dipenuhi
oleh kontraktor, maka institusi penjamin akan membayarkan jaminan
kepada owner. Jaminan tersebut dimaksudkan untuk mengganti kerugian
owner akibat kegagalan kontraktor.
2.6

ASURANSI (INSURANCE)

2.6.1Pengertian Asuransi
Asuransi merupakan transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua
pihak, tertanggung dan penanggung. Pihak penanggung menjamin pihak
tertanggung, akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian
yang akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula
belum tentu akan terjadi atau yang semula belum

dapat

ditentukan

saat / kapan terjadinya. Sebagai kontraprestasinya, tertanggung di


wajibkan

membayar

sejumlah

uang

kepada

penanggung,

yang

besarnya sekian persen dari nilai pertanggungan, yang biasa disebut


"premi".
Owner dan

kontraktor

dapat

merupakan

pihak

yang

diasuransikan (the insured), sedangkan pihak penjamin (insurer) berupa


perusahaan asuransi. Hubungan antara the insured party dan insurer
dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini.

The Insured Party

Insurer

Gambar 2.6 Hubungan the Insured Party dan Insurer pada Pengadaan Asuransi

II - 25

Asuransi merupakan
resiko

dengan

salah

satu

cara pembiayaan

sarana

untuk

pengalihan

resiko (risk financing), dimana

kontraktor / pemilik (owner) sebagai transferor / insured bermaksud


untuk menghilangkan
kerugian

yang

atau mengurangi

diakibatkan

oleh

tanggung jawab

timbulnya

suatu

terhadap

resiko

dengan

memindahka tanggung jawab kepada perusahaan asuransi sebagai


insurer. Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa
berkaitan

erat

dengan masalah

secara

keseluruhan,

jumlah

premi

yang

karena
dibayar

resiko

pihak

dan

manajemen

asuransi dalam

sebagai

asuransi
resiko

menentukan

konsekuensi

penjaminan

perlindungan terhadap kerugian yang timbul akibat suatu resiko,


terlebih dahulu melakukan proses manajemen resiko.
Beberapa pendapat tentang pengertian asuransi yang berkaitan
dengan adanya resiko adalah :

Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack :

Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko


keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam
jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu
dapat diperkirakan.Kemudian kerugian yang dapat diramalkan
itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung

Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green:

Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan


mengurangi
suatu

resiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam

pengelolaan

sejumlah

objek

yang

cukup

besar

jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh


dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.

II - 26

Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan


Richard M. Heins

Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial


yang dilakukan oleh seorang

penanggung. Asuransi adalah

suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang

atau

badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian


financial.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka definisi asuransi dapat
mencakup semua sudut pandang, bahwa asuransi adalah suatu alat
untuk mengurangi resiko yang melekat pada perekonomian, dengan
cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena resiko yang
sama atau

hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar

probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang


diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak
dalam gabungan itu.
Berdasarkan definisi asuransi, maka diperoleh 4 unsur utama yang
terkandung didalamnya, antara lain :
1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar
uang

premi kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara

berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar
sejumlah

uang (santunan)

kepada

pihak

tertanggung,

sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu


yang mengandung unsur tak tertentu.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidakdiketahui
sebelumnya).
4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian
karena peristiwa yang tak tertentu.

II - 27

2.6.2 Fungsi Asuransi


Disamping

sebagai

bentuk

pengendalian

finansial),

asuransi

juga memiliki

resiko

berbagai

(secara

manfaat yang

diklasifikasikan ke dalam : fungsi utama, fungsi sekunder dan fungsi


tambahan.

Fungsi utama asuransi adalah sebagai pengalihan resiko,


pengumpulan dana dan premi yang seimbang.
1. Pengalihan resiko
Dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang
atau perusahaan dapat memindahkan
atas

hidup

dan

harta

ketidakpastian

bendanya

(resiko)

ke

perusahaan asuransi
2. Pengumpulan dana
Premi

yang

diterima

kemudian

dihimpun

oleh

perusahaan asuransi sebagai dana untuk membayar


resiko yang terjadi

Fungsi

sekunder

pertumbuhan

asuransi

adalah

untuk

merangsang

usaha, mencegah kerugian,pengendalian

kerugian, memiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan.

Sedangkan fungsi tambahan asuransi adalah sebagai


investasi dana dan invisible earnings.

2.6.3 Prinsip Dasar Asuransi


Pada umumnya dalam dunia asuransi ada 5 macam prinsip dasar
II - 28

yang harus dipenuhi dalam

berasuransi,

yaitu

insurable

interest,

utmost good faith, proximate cause, indemnity, dan subrogation.

Insurable interest

Bahwa jika
memiliki

pihak-pihak

kepentingan finansial

tertentu

serta

kerugian pada
untuk

yang

jika

terjadi

ini

atas

jawab

sesuatu

kerusakan

dan

property

akan menimbulkan

pihak tersebut maka pihak-pihak ini berhak

mengasuransikan

asuransi

bertanggung

dipengaruhi

propertinya.Kepentingan
oleh

tiga

hal,

yaitu

untuk
karena

kepemilikan,karena ikatan kontrak dan karena adanya ikatan


hukum.

Utmost good faith

Suatu tindakan (niat baik) untuk mengungkapkan secara


akurat

dan

lengkap, semua fakta

material (material fact)

mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik

diminta

maupun tidak. Artinya adalah penanggung harus dengan jujur


menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
syarat/kondisi

dari asuransi dan tertanggung juga harus

memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau


kepentingan yang dipertanggungkan.

Proximate cause

Adalah suatu penyebab aktif atau penyebab utama, efisien


yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu
akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara
aktif dari sumber yang baru dan independen.

II - 29

Indemnity

Suatu

mekanisme

kompensasi

dimana

finansial

dalam

penanggung

menyediakan

upayanya

menempatkan

tertanggung dalam posisi keuangan yang dimiliki sesaat

sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan


dipertegas dalam pasal 278).

Subrogation

Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung


setelah klaim dibayar.Hal ini terjadi jika kerusakan pada property
yang ditanggungkan disebabkan oleh kelalaian pihak ketiga.
Oleh karena

pihak

asuransi

akan

mengganti

rugi untuk

kerusakan tersebut dan tertanggung tetap menuntut pihak ketiga


untuk bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi yang
kemudian dialihkan kepada pihak penanggung.

2.6.4 Resiko yang dapat Diasuransikan

Resiko bersifat homogen atau ada dalam jumlah yang


cukup banyak. Dengan demikian lukisan asli Monalisa akan
sulit diasuransikan karena jumlah hanya satu sehingga sulit
mengambil tolak ukur nilainya. Sedangkan kerusakan harta
benda secara umum, tingkat ganti rugi dapat diukur dari biaya
perbaikannya.

Bentuk resikonya

harus

murni

dan

khusus,

dengan

demikian usaha mencari keuntungan dari asuransi dapat


dicegah. Kejadian yang bersifat fundamental jarang yang
langsung masuk ke jaminan dasar, kecuali melalui perluasan
II - 30

jaminan atau jaminan secara khusus.

Resiko yang tidak terduga atau terjadi tiba-tiba, dengan


demikian bangunan yang akan dirobohkan dalam waktu
dekat (misalnya karena ada perluasan kota) tidak dapat
diasuransikan.

Resiko yang tidak bertentangan dengan hukum, resiko


denda

tilang

merupakan

resiko

yang

tidak

bisa

diasuransikan.

Objek resiko harus bisa dinilai atau diukur dengan uang.


Contoh: udara di ruangan atau air sumur tidak dapat
diasuransikan.

Resiko yang disertai dengan insurable interest (kepentingan


Yang di pertanggungkan).

Resiko yang ditransfer harus disertai dengan premi yang


wajar.

2.6.5 Jenis-Jenis Asuransi


Menurut Adira Insurance (2003), secara garis besar, asuransi terdiri
dari tiga kategori, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri

dari

asuransi

untuk

harta

benda

(properti,

kendaraan), kepentingan keuangan (pecuniary), tanggung


jawab hukum (liability) dan asuransi diri (kecelakaan atau
kesehatan).

II - 31

2. Asuransi Jiwa
Pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kerja sama antara
orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi
resiko yang diakibatkan oleh resiko kematian (yang pasti
terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko hari tua
(yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya,
tetapi tidak pasti berapa

lama)

dan

resiko

kecelakaan

(yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil


Kerjasama dikoordinir oleh perusahaan

terjadi).

asuransi, yang

bekerja atas dasar hukum bilangan besar (the law of large


numbers), yang menyebarkan resiko kepada orang-orang
yang mau bekerjasama. Yang termasuk dalam program
asuransi jiwa seperti : asuransi untuk pendidikan, pensiun,
investasi, tahapan, kesehatan.
3. Asuransi Sosial
Asuransi sosial

adalah

program

asuransi

wajib

yang

diselenggarakan pemerintah berdasarkan Undang-Undang.


Maksud dan tujuan asuransi sosial adalah menyediakan
jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan komersial.
2.6.6 Lembaga Asuransi
Adanya lembaga asuransi dalam masyarakat, khususnya
masyarakat perdagangan dan perniagaan
adalah

seiring

dengan

perkembangan

pada

umumnya

dan

kebutuhan

masyarakat. Dalam kegiatan

masyarakat, lembaga asuransi

mempunyai kedudukan yang

cukup

penting

yaitu

sebagai

lembaga keuangan disamping bank yang lazim disebut lembaga


keuangan non bank.

II - 32

Dalam
kedudukan

kegiatan

pembangunan

proyek

konstruksi,

lembaga asuransi merupakan lembaga pengalihan

resiko yang dimaksudkan untuk melindungi pihak-pihak yang


terlibat dalam proyek konstruksi. Asuransi berpengaruh dalam
aktivitas proyek

konstruksi karena dapat menjamin stabilitas

pelaksanaan proyek dan dapat menaggulangi kemungkinan


kerugian yang timbul.
2.6.7 Asuransi Berdasarkan Peraturan dan Undang-Undang
1. Menurut pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD) Republik Indonesia,

asuransi atau pertanggungan

adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung


mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan,

yang

mungkin

akan dideritanya karena suatu

peristiwa yang tak tertentu


2. Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1,
Pasal 1 : "Asuransi atau Pertanggungan adalah

perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung


mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang

timbul dari

suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan


suatu

pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau

hidupnya seseorang yang dipertanggungkan."


II - 33

3. Perijinan usaha perusahaan asuransi kerugian diatur dalam


Keppres no. 55 tahun1971

4. Syarat perjanjian asuransi yang sah ditetapkan


dalam :
a) Pasal
terjadi

1320

KUH

karena

Perdata

terdapat

kesepakatan,

suatu hal/sebab tertentu yang halal ; tidak

boleh ada kekhilafan, paksaan, penipuan, dan lain-lain.


b) Pasal 250 KUH Dagang : terdapat suatu kepentingan
(insurable
c) Pasal

interest)

268

KUH

diasuransikan

Dagang

kepentingan

yang

dapat

adalah kepentingan yang dapat dinilai

dengan uang, dapat diancam bahaya dan tidak dikecualikan


oleh undang-undang.
d) Pasal 251 KUH Dagang :
1. Terdapat azas ubemima fides (the principal of utmost
good faith), yaitu azas

itikad

baik

atau

maksud

sejujurnya dari pihak penanggung dan tertanggung.


2. Terdapat azas indemnity atau keseimbangan, yaitu azas
yang mengatur mengenai besarnya ganti rugi yang
diterima harus sebanding/ seimbang dengan kerugian
sebenarnya
dihindari

yang

adanya

diderita. Dengan azas ini dapat


kemungkinan

orang

menarik

keuntungan dari suatu perjanjian asuransi atau adanya


unsur kesengajaan untuk

mendapatkan keuntungan

dirinya sendiri.
2.6.8 Sistem Polis Dalam Asuransi

II - 34

Secara umum polis asuransi adalah bukti tertulis untuk


perjanjian asuransi. Surat perjanjian
itikad

baik

dari

kedua

tersebut dibuat dengan

pihak

yang

mengadakan

perjanjian.Didalam surat perjanjian itu disebutkan dengan tegas


dan jelas mengenai hal-hal yang diperjanjikan oleh kedua belah
pihak, hak atas masing-masing pihak, sanksi atas pelanggaran
perjanjian

dansebagainya.Selain

mewajibkan

penanggung

untuk

itu

pembuatan

menandatangani

persetujuan
polis

dan

menyerahkannya kepada tertanggung dalam jangka waktu tertentu


(KUHD Pasal 257).
Perusahaan asuransi di Indonesia
mengunakan

polis-polis

yang sudah maju


berasal

dari hukum

pada

umumnya

yang bersumber dari negara-negara

perasuransiannya, yang pada umumnya


Negara

Inggris.Polis

dikeluarkan

oleh

perusahaan asuransi dan biasanya digunakan polis yang sudah


berlaku standar, baik standar dalam negeri maupun luar negeri.
Jika

tidak

digunakan polis

standar,

perusahaan asuransi

biasanya menggunakan polis bursa.Di Indonesia penggunaan


polis standar yang bersifat internasional sudah tidak asing
lagi.Hal ini merupakan konsekuensi / dampak dari hubungan
perdagangan internasional
Fungsi polis yang utama adalah sebagai bukti adanya
perjanjian asuransi pada saat pengajuan klaim ganti rugi, serta
untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak yang terlibat
dalam perjanjian asuransi. Fungsi polis terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Fungsi polis secara umum
a) Perjanjian pertanggungan
b) Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung

II - 35

untuk

mengganti kerugian yang mungkin dialami

tertanggung akibat

peristiwa yang tidak terduga

sebelumnya.
c)

Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada


penanggung sebagai balasan jasa atas jaminan penanggung.

2. Fungsi polis bagi tertanggung


a) Sebagai bukti tertulis atas jaminan penanggung untuk
mengganti kerugian yang mungkin dideritanya.
b) Sebagai bukti (kwitansi) pembayaran premi kepada
penanggung.
c) Sebagai bukti otentik untuk menuntut penanggung bila
lalai

atau tidak memenuhi jaminannya.

3. Fungsi polis bagi penanggung


a) Sebagai bukti (tanda terima) premi asuransi dari tertanggung.
b) Sebagai bukti tertulis atas jaminan yang diberikan kepada
tertanggung untuk membayar ganti rugi yang mungkin
diderita oleh tertanggung.
c) Sebagai bukti otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi
(klaim) bila yang menyebabkan kerugian tidak memenuhi
syarat-syarat polis.
Hal-hal mendasar yang harus dinyatakan di dalam polis asuransi
antara lain:
Hari ditutupnya pertanggungan
Nama orang yang menutup pertanggungan
Suatu uraian yang cukup jelas tentang barang dan harga yang
dipertanggungkan
Resiko yang ditanggung oleh penanggung
Waktu berlakunya masa pertanggungan
II - 36

Premi asuransi
Syarat tambahan atau khusus adalah syarat-syarat yang
dilekatkan pada polis, biasanya terbagi atas 2 jenis :

Syarat bersifat larangan, yaitu syarat dimana dinyatakan


bahwa pihak tertanggung dilarang melakukan suatu perbuatan
tertentu.

Syarat

lain,

yaitu

syarat

yang

dianggap

penting

oleh

tertanggung dan / atau penanggung untuk ditambahkan /


diterapkan.

2.6.9 Jenis Pertanggungan (Polis) Engineering


Asuransi Konstruksi (Contractor All Risks / CAR)
Asuransi CAR memberikan jaminan atas kerusakan atau
kerugian

objek

yang

dipertanggungkan

pada

saat

pelaksanaan pembangunan konstruksi dan selama masa


pemeliharaan.

Selain

itu,

jaminan

juga

diberikan

atas

tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga selama aktifitas


pembangunan konstruksi tersebut. Contoh: pembangunan
jalan, jembatan, gedung, dll.
Asuransi Pemasangan (Erection All Risks Insurance / EAR)
Asuransi EAR memberikan jaminan atas kerusakan atau
kerugian objek yang dipertanggungkan
pemasangan

konstruksi dan

pada

saat

selama masa pemeliharaan.

Selain itu, jaminan juga diberikan atas tanggung jawab


hukum terhadap pihak ketiga selama aktifitas pemasangan
konstruksi

tersebut.

Contoh:

pemasangan

mesin

pabrik,

pemasangan antena, dll.


Asuransi

Peralatan

Elektronika

(Electronic

Equipment
II - 37

Insurance / E.E.I )
Asuransi EEI memberikan jaminan atas kerusakan atau
kerugian atas peralatan elektronik

akibat

bahaya

yang

datangnya dari luar, misalnya short circuit, kebakaran, dll.


Contoh: asuransi peralatan studio televisi, CCTV, peralatan
telekomunikasi, dll.
Asuransi

Kerusakan

Mesin

(Machinery

Breakdown

Insurance / M.B)
Asuransi MB

memberikan jaminan atas kerusakan atau

kerugian atas mesin- mesin yang rusak atau

berhenti

beroperasi yang diakibatkan oleh kerusakan mesin

itu

sendiri dan bukan berasal dari bahaya yang datangnya


dari luar. Contoh: asuransi mesin-mesin pabrik, refrigerator, dll.
Loss of Profit following Machinery Breakdown (M.L.O.P)
Insurance
Asuransi

MLOP

memberikan

jaminan

atas

kehilangan

keuntungan kotor (Gross Profit) yang timbul dari rusaknya


mesin-mesin, refrigerator dan mesin-mesin lain yang dijamin
dibawah polis asuransi MB.
Boiler & Pressure Vessel Insurance
Asuransi ini menjamin kerugian akibat meledaknya boiler
(ketel uap) atau pressure vessel (bejana tekan). Jaminan
yang diberikan antara lain kerusakan pada objek yang
dipertanggungkan,

kerusakan

pada

harta

benda milik

tertanggung, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga


baik berupa cedera badan atau kerusakan properti.
Deterioration of Stock (D.O.S) Insurance

II - 38

Asuransi

D.O.S

memberikan

pembusukan barang-barang di

jaminan

kerugian

atas

dalam ruangan pendingin

akibat kerusakan mesin pendingin. Untuk bisa mendapatkan


jaminan klaim asuransi ini, maka mesin pendingin tersebut
harus diasuransikan dibawah polis Machinery Breakdown.
Civil Engineering Completed Risk (C.E.C.R) Insurance
Asuransi ini memberikan jaminan untuk pekerjaan sipil yang
selesai dibangun seperti

jembatan, bendungan, pelabuhan,

dan bangunan sipil lainnya. Jaminan yang diberikan polis ini


antara lain kerusakan akibat kebakaran, gempa bumi, banjir,
tanah longsor, badai, dll.
Asuransi Peralatan Berat (Contractor's Plant and Machinery /
CPM)
Asuransi CPM ini memberikan jaminan atas kerusakan atau
kerugian pada alat- alat berat yang
disebabkan oleh bahaya

tabrakan,

digunakan

yang

terguling, pencurian,

bencana alam, dll.


Contoh: asuransi untuk traktor, excavator, buldozer, dll.
2.7 CLAIM ( TUNTUTAN )
2.7.1 Definisi dan contoh claim
Claim ( tuntutan ) adalah permintaan kompensasi biaya dan
atau waktu yang diajukan oleh satu pihak terhadap yang lainnya,
karena adanya perbedaan atau perubahan antara apa yang
dijanjikan atau disetujui dalam kontrak dengan apa yang terjadi di
lapangan. Jika tindakan masing-masing pihak

tersebut diatur

dalam kontrak, maka tidak akan timbul masalah. Tetapi jika

II - 39

tidak

terakomodasi

dalam kontrak,

maka tindakan salah satu

pihak untuk mencapai tujuan dan kepentingannya dalam proyek


dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Pihak-pihak yang
potensial
melakukan claim tersebut pada umumnya adalah pemilik proyek dan
kontraktor.
Contoh claim dari kontraktor antara lain:

Kompensasi untuk pekerjaan lebih atau diluar


perjanjian.

Kompensasi untuk changed or unknown site conditions.

Kompensasi

untuk

late

or

defective

information

and

documentation.

Kompensasi untuk changes in regulatory requirements.

Kompensasi untuk ripple effect of collateral works.

Kompensasi

untuk

ambiguous

contract

or

contract

interpretation
Contoh claim dari owner antara lain :

Kompensasi untuk defective works.

Kompensasi untuk delay yang disebabkan oleh kontraktor.

Kompensasi untuk claim defense (counter claim atas claim


dari kontraktor).

Kompensasi

untuk

termination atau

breach of

contract

(biasanya terjadi bila kontraktor tidak bisa melaksanakan


pekerjaan atau meninggalkan pekerjaan).
2.7.2 Jenis claim

II - 40

1. Tuntutan akibat keterlambatan (delay claim)


Terjadi karena adanya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
oleh

kontraktor,keterlambatan dalam penyediaan material,

peralatan,

pengambilan

pembayaran

oleh

keputusan

pemilik

ataupun

keterlambatan

proyek(owner).Faktor

penyebab

keterlambatan ini antara lain pertambahan biaya proyek,


kekurangan material, sistem pengiriman atau transportasi yang
baru, teknologi baru yang melibatkan gambar dan spesifikasi.
2. Tuntutan akibat ruang lingkup pekerjaan (scope of works claim)
Terjadi karena permasalahan teknis, kesalahan atau kelalaian
perencana pada tahap perencanaan proyek sehingga kontraktor
harus melakukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki
kesalahan atau kelalaian tersebut pada tahap pelaksanaan
proyek.
3. Tuntutan akibat percepatan ( accelaration claim)
Terjadi

karena

adanya

lingkup

pekerjaan,

keterlambatan

bila kontraktor

atau

harus

perubahan

melaksanakan

pekerjaan dengan sumber daya yang berbeda (bertambah)


dari rencana, dalam rangka meningkatkan produktivitas.
4. Tuntutan akibat perubahan kondisi lapangan (differing site
condition claim)
Terjadi

karena

kondisi

lapangan

yang

berbeda

dengan

dokumen kontrak. Terjadi perbedaan antara asumsi keadaan


tanah

pada

tahap

perencanaan

proyek

dengan keadaan

tanah sebenarnya pada tahap pelaksanaan proyek.

2.7.3 Prosedur pengajuan claim oleh kontraktor

II - 41

Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Notifikasi Kerugian dan Kerusakan
Pada saat terjadi kerugian atau kerusakan, pihak tertanggung
harus memberi tahu peristiwa tersebut kepada penanggung.
Tindakan

yang

harus

dilakukan

pihak tertanggung adalah

sebagai berikut :

1. Segera memberitahukan ke kantor perusahaan asuransi


melalui

telepon dan kemudian

disusul dengan surat,

telex, fax, atau telegram yang menjelaskan penyebab


kerugian atau

kerusakan dan bagian yang mengalami

kerusakan agar dapat disurvey selambat-lambatnya dalam 14


hari.
2. Mengambil

tindakan

untuk

dapat

meminimasi

kerugian.
3. Menjaga

barang/bagian

yang

mengalami

kerusakan

(scrap) tersebut dan ditempatkan sedemikian rupa untuk


mempermudah survey yang dilakukan pihak penanggung.
4. Menyampaikan

segala

informasi

dan

dokumen

yang

dibutuhkan oleh pihak penanggung.Dokumen-dokumen yang


harus diserahkan adalah sebagai berikut :
I. Dokumen pendukung klaim

untuk

kerugian atau

kerusakan barang/properti :
a. Berita

acara

yang

ditandatangani

oleh

pejabat

yang berwenang di lokasi kejadian.


b. Bill of Quantity
c. Laporan Pendahuluan Klaim
d. Particular
kerusakan
dari

pihak

Loss

of

Damage

sebagian),yaitu
tertanggung

(kehilangan

penjelasan
atau

jenis

atau

terperinci
dan jumlah

II - 42

kerusakan

serta

besar

biaya

perbaikan

atau

penggantian.
e. Bukti

pembayaran

atau

kwitansi

pekerjaan

pembersihan puing-puing (clearance of debris).


f. Tindakan Surat Tuntutan terhadap pihak ketiga apabila
kerusakan atau kerugian merupakan tanggung jawab
pihak ketiga.
g. Subrogation Form
II. Dokumen Pendukung Klaim untuk pencurian atau
perampokan :
a. Berita Acara yang ditanda tangani oleh pejabat yang
berwenang di lokasi kejadian.
b. Surat

keterangan

bukti

melapor

dari

kepolisian

setempat.
c. Laporan pendahuluan klaim
d. Subrogation Form.
III. Dokumen Pendukung Klaim untuk tanggung jawab
terhadap

pihak ketiga (Third Party Liability)

a. Berita Acara yang ditanda tangani oleh pejabat yang


berwenang di lokasi kejadian.
b. Bukti bahwa pihak ketiga datang karena undangan atau
seijin dari pihak tertanggung.
c. Laporan pendahuluan klaim.
d. Surat tuntutan dari pihak ketiga
e. Bukti pembayaran dari pihak tertanggung dan bukti
penerimaan dari pihak ketiga serta rincian atas jumlah
pembayaran.
5. Segera melapor ke polisi setempat apabila terjadi kerugian

II - 43

atau

kerusakan yang disebabkan oleh pencurian atau

perampokan.
6. Mengirimkan Surat Tuntutan Pendahuluan terhadap pihak
ketiga yang diduga sebagai pihak yang bertanggung jawab
atas kerugian atau kerusakan yang terjadi.
7. Scrap disimpan di tempat yang aman.
8. Dalam setiap kejadian, penanggung harus diberikan waktu
yang cukup untuk dapat melakukan survey atau inspeksi
terhadap

barang atau bagian yang mengalami kerusakan

sebelum dilakukan tindakan perbaikan atau penggantian.


9. Dalam hal kerugian atau kerusakan kecil, tertanggung dapat
melakukan perbaikan atau penggantian setelah membuat
foto dan laporan kerugian.
10. Membuat berita acara kerugian.
11. Mengisi Formulir Kerugian.
12. Mengisi Subrogation Form.

Klaim biaya ganti rugi


Pihak tertanggung

hanya

dapat

mengklaim

ganti

rugi

terhadap kerugian atau kerusakan adalah berdasarkan :


1. Material Damage yang mempunyai nilai sebesar :
a. Kontrak pekerjaan proyek (contract work) sebesar harga
kontrak dan/atau meterial yang disupply oleh principal.
b. Harga mesin dan/atau peralatan proyek konstruksi
yang digunakan
c. Biaya pekerjaan pembersihan keruntuhan
2. Third Party Liability yang mempunyai batas ganti rugi
untuk cedera dan property damage yang terjadi pada pihak
ketiga.

II - 44

Survey Klaim
Setelah menerima pemberitahuan dari pihak tertanggung,
penanggung segera melakukan survey untuk menyelidiki klaim
yang diajukan. Laporan survey klaim memuat keterangan
mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Nama Tertanggung
2. Nomor polis asuransi CAR
3. Harga pertanggungan
4. Objek pertanggungan
5. Tanggal survey
6. Lokasi survey
7. Namaorang yang ditemui/wawancara
8. Objek klaim
9. Hasil survey :
a. Deskripsi objek klaim
b. Kronologis kejadian
c. Pemeriksaan kerusakan
d. Estimasi besarnya kerugian
e. Analisis penyebab kerugian/kerusakan

Penyelesaian Klaim
Berdasarkan pada notifikasi kerugian dan kerusakan yang
terjadi pada pelaksanaan
pendukung

klaim

yang

proyek

serta

dibutuhkan,

seluruh
maka

dokumen
pihak

penjamin/perusahaan asuransi akan meneliti secara langsung


terhadap kerugian yang terjadi (survey klaim), baik melalui data
pada lembar notifikasi, maupun melihat atau meninjau secara
langsung ke lokasi proyek.

II - 45

Setelah

menyelesaikan

proses

terjadinya

kerusakan yang terjadi, pihak perusahaan

kerugian
asuransi

dan
akan

mengeluarkan biaya klaim asuransi dalam suatu harga tertentu.


Harga tersebut
antara

mengacu kepada Terms and Condition. Jika

pihak tertanggung

atau

pihak

ketiga

tidak

tercapai

kesepakatan atas harga yang dikeluarkan oleh pihak asuransi,


maka negosiasi dapat

dilakukan sampai tercapai kesepakatan.

Tetapi jika belum juga tercapai kesepakatan, maka akan digunakan


pihak

ketiga,

yang

disebut

arbitrator,

penyelesaian klaim. Arbitrator ini

sebagai

penengah

terdiri dari pihak-pihak

yang

berwenang, mengerti, dan berpengalaman dalam menangani


masalah kerugian dan kerusakan pada proyek konstruksi.
Berdasarkan condition of contract FIDIC, prosedur pengajuan claim
adalah:

Pasal 53.1

Jika kontraktor berkeinginan mengajukan tuntutan, kontraktor


harus mengajukan pemberitahuan

keinginannya itu kepada

konsultan pengawas (engineer) dalam waktu 28 hari setelah


timbulnya peristiwa yang menimbulkan tuntutan itu pertama
kali.

Pasal 53.2

Berdasarkan kejadian yang terjadi seperti pada pasal

53.1,

kontraktor harus menyimpan catatan sementara yang mungkin


dapat mendukung tuntutan yang diajukannya itu. Tanpa perlu
persetujuan dari owner, konsultan pengawas dapat menerima
pemberitahuan

tersebut

catatan sementara dan


menyimpannya

sehingga

berdasarkan pasal 53.1 memeriksa


menginstruksikan
dapat

diajukan

kontraktor
sebagai

agar
bahan

II - 46

tuntutan sesuai dengan pasal 53.1.Kontraktor juga harus


mengijinkan konsultan pengawas memeriksa semua catatan
yang sesuai dengan pasal 53.3 dan menyediakan fotocopynya
jika diminta.

Pasal 53.3

Dalam waktu 28 hari atau waktu yang ditentukan oleh


konsultan pengawas, kontraktor harus mengirimkan perincian
jumlah tuntutan yang diajukannya dan dasar

pengajuan

tuntutan tersebut. Jika suatu kejadian menyebabkan tuntutan


yang menimbulkan tuntutan lain,

perhitungan yang diajukan

bersifat sementara dan merupakan akumulasi dari sejumlah


tuntutan

sebelumnya.

Perhitungan

sementara

ini

harus

dikirimkan kepada pemilik dalam waktu yang ditentukan oleh


konsultan

pengawas.

Dalam

kasus

ini,

kontraktor

harus

mengirimkan perhitungan akhir dalam waktu 28 hari setelah


berakhirnya akumulasi tuntutan tersebut.
Kontraktor, jika diminta oleh konsultan pengawas, harus
memiliki

fotocopi

dari

semua

perincian

tuntutan

yang

diajukannya.

Pasal 53.4

Jika kontraktor gagal memenuhi ketentuan-ketentuan pasal ini


tentang tuntutan yang akan dibuatnya, hak kontraktor atas
pembayaran tuntutan tersebut tidak melebihi jumlah yang
sudah ditetapkan oleh konsultan pengawas atau pun arbritor
yang sudah disetujui sesuai dengan pasal 63.7. Kejadian yang
disebutkan di depan berlaku dengan catatan sementara bukti
(tanpa perduli catatan tersebut disampaikan kepada konsultan
pengawas atau seperti disyaratkan pasal 53.2 dan pasal 53.3 ).

II - 47

Pasal 53.5

Setelah konsultan pengawas berkonsultasi dengan kontraktor


dan pemilik proyek, dan kontraktor memberikan bukti-bukti yang
cukup untuk menentukan besarnya jumlah tuntutan, kontraktor
berhak memasukkan jumlah tuntutan yang diminta pada setiap
pembayaran sementara yang telah disetujui oleh konsultan
pengawas sesuai dengan pasal 60. Jika fakta-fakta itu tidak
cukup untuk mendukung seluruh tuntutan, kontraktor berhak atas
pembayaran tuntutan yang didukung oleh fakta-fakta

dan

disetujui oleh konsultan pengawas. Konsultan pengawas akan


memberitahukan

kontraktor setiap

ketentuan

yang

dibuat

dibawah sub-pasal ini dengan salinannya kepada pemilik proyek.


2.7.4 Data yang diperlukan untuk pengajuan klaim :
1. Schedule
a.Master and Revised Schedule
b.Progress schedule realization
c.Korespondensi segala macam

surat

menyurat

yang

berhubungan dengan masalah di atas, termasuk nomor


agenda dan tanda terima surat / expedisi.
2. Memo
Memo yang tertulis oleh engineer / staff untuk kasus di
atas, lengkap dengan tanggal memo.
3. Minutes of Meeting
Minutes of meeting yang ditanda tangani oleh kedua belah
pihak. Minutes of meeting
meeting

selesai

ini

(mingguan,

biasanya

ditulis

setelah

bulanan, special meeting).

Semua meeting hendaknya dibuat minute-nya, dan apabila

II - 48

owner atau konsultan tidak


membuat

secara

tertulis,

membuat,

maka kontraktor

kemudian

menandatangani

bersama.
4. Foto
Foto akan

menjadi

data

yang

baik,

apabila

disertai

keterangan tanggal foto diambil dan nama orang yang


mengambil foto.
5. Daily Record
Daily record ini dibuat setiap hari oleh pelaksana lapangan
dan ditandatangani oleh inspector lapangan. Daily record ini
memuat : jenis pekerjaan, jam kerja dan jumlah peralatan,
jumlah

orang

dan

jam

kerja,

cuaca,

material

yang

datang/digunakan, alat-alat yang rusak, serta kejadiankejadian khusus. Daily record ini sangat penting, karena
dapat menjadi bukti yang sangat kuat.
6. Pay Record and Pay Request
Data ini digunakan untuk menyajikan dokumen pengajuan
pembayaran yang sudah dan belum dibayar.
7. Inspection Report
Untuk memulai suatu pekerjaan, biasanya ada request form
kepada engineer/staff untuk memeriksanya terlebih dahulu.
Komentar- komentar/perintah-perintah dari engineer/staff
dapat digunakan untuk data pendukung.
8. Data pendukung yang lain, misalnya :
- Peraturan-peraturan baru
- Data gelombang, curah hujan
- Indeks harga BPS
2.8

ASURANSI CONTRACTOR ALL RISK (CAR)

II - 49

Dalam
18/1999,

Undang-Undang

khususnya

Jasa

Konstruksi

yang menyangkut

(UUJK)

No.

materi Kegagalan

Bangunan di pasal 26 ayat 1 dan 2 mengamanatkan, yang


intinya,

bahwa

disebabkan

bila

terjadi

kegagalan

bangunan

yang

kesalahan pelaksana, perencana atau pengawas

konstruksi, dan terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain,


maka mereka wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang
profesi dan dikenakan ganti rugi. Suatu ilustrasi keadaan dalam
masa pembangunan dimana suatu lantai cor beton baru selesai
dicor dan menunggu proses pengeringan, rusak akibat

diinjak-

injak dan dipenuhi oleh telapak kaki tindakan orang yang


tidak bertanggung jawab meskipun akses menuju areal tersebut
sudah diblokir. Contoh lainnya yaitu kebakaran yang terjadi akibat
korsleting listrik yang mengakibatkan musnahnya peralatan kerja
dan stock bahan baku. Bahan baku ataupun peralatan elektrikal
yang mestinya dapat dipasang sesuai schedule tertunda dan
harus dibeli kembali.
Bila owner sebagai penyedia jasa konstruksi mempunyai
cadangan keuangan yang cukup besar,

mungkin owner dapat

menutupi

apabila kerugian yang

kerugian

tersebut,

tetapi

ditimbulkan cukup besar, bagaimana owner dapat menutupi dan


tetap menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai selesai dengan
budget yang tetap ekonomis, serta menyikapi bahwa terjadi over
budget akibat kerugian, kerugian yang besar yang tidak terduga
seperti bencana alam. Dengan kondisi tersebut, maka perusahaan
penyedia jasa konstruksi yaitu pelaksana, perencana dan pengawas
harus berhati-hati di dalam pelaksanaan pekerjaannya agar tidak
menimbulkan kegagalan bangunan. Sebab bila terjadi kegagalan
bangunan
yang

tersebut,

nilainya

tentu

maka

mereka

harus

mengganti kerugian

tidak

sedikit.

Untuk

meng-cover

resiko

tersebut, di dalam UUJK sudah diatur mengenai masalah jaminan

II - 50

pertanggungan atau asuransi konstruksi.


Dengan latar belakang tersebut, sudah seharusnya pihak
penyedia jasa konstruksi dapat memanfaatkan asuransi konstruksi.
Pihak penyedia jasa juga akan mendapatkan proyek-proyek
internasional yang memang mensyaratkan asuransi tersebut.
Asuransi akan menjamin kerugian finansial akibat kerusakan fisik
dari pekerjaan sipil yang sedang
Salah

satu

produk

asuransi

dipasang
yang

atau

dikerjakan.

meng-cover kegagalan

bangunan yaitu asuransi Contractor All Risk (CAR).


2.8.1 Perkembangan Asuransi CAR
Asuransi CAR adalah suatu produk baru, diperkenalkan pertama
dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1929 untuk penutupan
jembatan Lambeth yang melintasi Sungai Thames London. Polis
spesial diterbitkan di Jerman pada tahun 1934 dan mulai
menyebar perlahan-lahan sejalan

dengan pemulihan ekonomi

pasca perang dunia kedua dimana proyek konstruksi mengalami


kemajuan pesat.
Asuransi CAR adalah bentuk asuransi yang menjamin kerugian
yang dipicu oleh kesalahan / kegagalan selama masa pelaksanaan
suatu pekerjaan, sebagai akibat hal- hal yang tak terduga yang
terjadi di proyek antara lain kebakaran, petir, ledakan, bencana
alam, kehilangan peralatan atau mesin pendukung pekerjaan,
perbuatan jahat dari pihak diluar tertanggung

atau

yang

bekerja dengan tertanggung atau perwakilannya, bangunan runtuh


(kecuali kesalahan pembuatan atau salah desain) dan kerugian
keuangan akibat tuntutan pihak ketiga. Produk asuransi ini
dipandang sebagai asuransi yang pokok di bidang engineering
dan

cukup

banyak

disediakan oleh perusahaan asuransi di

Indonesia.

II - 51

Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi konstruksi,


asuransi CAR juga mengalami perkembangan dengan pesat.
Dewasa ini asuransi CAR mempunyai penutupan yang sangat
lengkap berupa proteksi terhadap Material damage dan Third
Party Liability selama masa pembangunan konstruksi. Asuransi
CAR juga dapat menjamin pekerjaan mekanikal dan elektrikal
yang

ada

dalam

besarnya nilai kontrak

suatu pembangunan

dengan

catatan

terhadap mekanikal dan elektrikal tidak

lebih besar dari nilai kontrak pekerjaan sipil.


2.8.2 Prinsip Dasar Asuransi CAR
Konsep dasar dari asuransi CAR adalah memberikan jaminan
yang menyeluruh terhadap kerusakan / kegagalan yang terjadi
selama waktu pelaksanaan proyek rancangan bangunan,baik untuk
pembangunan gedung maupun

proyek-proyek

infrastruktur.

Tertanggung atau pemegang polis dalam hal ini bisa pihak


pemilik bangunan atau kontraktor atau

penyandang

dana

atau

pihak-pihak lain yang berkepentingan yang harus mencantumkan


nama sebagai bagian utama dan terpenting atas proyek tersebut.
Tanggung jawab asuransi CAR meliputi control works, yaitu
semua pekerjaan

yang dilaksanakan oleh kontraktor sesuai

dengan kontraknya, termasuk temporary works, dan bahan-bahan


material yang diperlukan untuk pembangunan proyek, construction
plant and equipment, construction machinery, cost for clearance
of debris, third party

liability

baik

untuk

property

damage

maupun bodily, serta surrounding property (Proyeksi, 2005).


2.8.3 Fungsi Asuransi CAR
Asuransi CAR berfungsi untuk memberikan perlindungan secara

II - 52

menyeluruh atas proyek konstruksi terhadap resiko kerugian dan


kerusakan.Asuransi CAR memberikan pertanggungan ganti rugi
keuangan jika terjadi kerusakan pada fisik atau material proyek
yang

diasuransikan.

Pertanggungan

ganti

rugi

juga

dapat

diberikan terhadap dampak kerusakan yang terjadi dan menimpa


pihak ketiga (pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam
pelaksanaan

proyek

konstruksi),

yaitu berupa tanggung jawab

hukum untuk ganti rugi terhadap kerusakan material/ property dan


cidera yang dideritanya.
2.8.4 Pihak Yang Terlibat Dalam Asuransi CAR
Secara garis besar terdapat dua pihak yang terlibat dalam
penutupan polis asuransi CAR yaitu :
1. Penanggung, adalah perusahaan asuransi yang biasa disebut
sebagai insurer
2. Tertanggung, adalah pihak yang diasuransikan dan biasanya
disebut sebagai The Insured Party
Pihak yang dapat menjadi tertanggung antara lain :
Pemilik proyek (owner), atau principal, employer,
bouwheer
Kontraktor utama
Sub kontraktor
Kedua pihak yang terlibat ini diikat dalam suatu kontrak perjanjian
yang berbentuk polis asuransi.
2.8.5 Bentuk Penutupan Asuransi CAR
Dalam penutupan asuransi CAR, tanggung jawab dibagi atas dua
bagian yaitu yang dinamakan bagian pertama Material Damage dan

II - 53

bagian kedua Third Party Liability.


1. Material Damage
Pada Material Damage, nilai pertanggungannya dinyatakan dengan
total nilai penuh kontrak proyek tersebut sampai pada akhir
pekerjaan termasuk material yang disuplai dari pemilik bangunan
atau principil, termasuk juga nilai peralatan proyek, konstruksi mesin
dan

juga

nilai

pembersihan

puing.

Nilai

proyek

harus

disesuaikan dengan kenaikan akibat inflasi atau sebab lainnya


dan ini merupakan tanggung jawab pemegang polis dalam hal
ini adalah tertanggung. Ini mencegah nilai pertanggungan di bawah
harga yaitu pada akhirnya nilai jaminan tidak dapat lagi menutupi
nilai pembangunan kembali karena diakibatkan oleh inflasi atau
sebab lainnya.

2. Third Party Liability


Dalam

Third

Party

Liability

atau

tanggung

jawab

hukum

pihak ketiga yang melindungi tertanggung dari tuntutan finansial


dari pihak ketiga akibat kecelakaan luka badan dan kerusakan
properti pihak ketiga. Perlu ditekankan bahwa pihak ketiga adalah
semua pihak-pihak yang tidak ada sangkut-pautnya dengan
pembangunan proyek tersebut.
Untuk dapat menentukan berapa besar premi yang harus dibayar
untuk menjamin seluruh masa pembangunan diperlukan data-data
yang cukup seperti :
Nama pemilik bangunan,
Kontraktor dan atau tertanggung,
Nilai proyek,

II - 54

Lamanya

pembangunan

termasuk

jangka

waktu

pemeliharaan,
Schedule bar chart dari pembangunan,
Soil test (jika menggunakan tiang pancang),
Layout proyek,
Gambar lengkap proyek,
Dan lain sebagainya.

Data ini bergantung kepada jenis proyek yang akan dijamin.Proyek


pembangunan bendungan akan berbeda

data

yang

dibutuhkan

dibanding dengan proyek pembangunan apartemen. Premi yang


ditetapkan akan bergantung kepada jenis proyek, lokasi proyek,
kondisi lingkungan proyek,

jangka

waktu

penyelesaian proyek,

jenis pekerjaan yang akan dilakukan, besarnya nilai proyek,


kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. Premi dibayarkan
satu kali untuk mencakup seluruh masa pembangunan proyek
tersebut. Jika proyek tersebut masa pembangunannya dibutuhkan
3 tahun maka premi yang dibayarkan oleh tertanggung

hanya

satu kali untuk masa 3 tahun tersebut. Dalam hal ini kontraktor
penyedia jasa konstruksi ataupun pemilik bangunan ataupun pihak
yang terkait dapat meminta penjelasan yang lebih dalam mengenai
penutupan

polis

ini langsung

melalui

perusahaan

asuransi

kerugian atau jasa pialang asuransi seperti broker asuransi ataupun


agen asuransi.

2.8.6 Jenis Resiko Dan Proyek Yang Ditanggung Asuransi CAR


Contractor All
mendapat

Risk

tidak

berarti

bahwa

semua

resiko

pertanggungan, karena terdapat resiko-resiko yang


II - 55

dikecualikan. Pekerjaan proyek yang sesuai dengan kontrak kerja


antara pemilik bangunan dengan kontraktor utama, terdiri dari:

Pekerjaan utama.

Pekerjaan sementara.

Pekerjaan persiapan.

Bahan-bahan yang disuplai.

Biaya pembersihan reruntuhan.

Tanggung jawab pihak ketiga.

Alat-alat besar dan mesin-mesin yang membantu


pelaksanaan pekerjaan

Dan lain-lain

Yang dapat dipertanggungkan dalam Asuransi CAR, yaitu semua


jenis pekerjaan teknik sipil, misalnya :
Pekerjaan Bendungan
Pekerjaan Jambatan
Pekerjaan Dermaga
Pembangunan Gedung Bertingkat
Pembangunan Terowongan

Bentuk pertanggungan dalam asuransi CAR terdiri

atas

tiga

bagian yaitu, pertanggungan pokok, pertanggungan tambahan dan


resiko yang tidak di jamin.
1. Resiko-resiko yang merupakan pertanggungan pokok CAR
Pertanggungan pokok asuransi CAR merupakan suatu paket
resiko asuransi CAR yang berisi cakupan resiko standar dengan
tarif premi dasar yang telah ditentukan oleh pihak asuransi. Tarif

II - 56

premi yang dikenakan pada jaminan pokok adalah tarif premi


dasar, artinya perusahaan asuransi tidak akan mengurangi
tarif premi, apabila pihak tertanggung hanya mengasuransikan
beberapa resiko pertanggungan pokok resiko. Resiko-resiko
yang termasuk dalam pertanggungan pokok CAR :
1. Disambar petir
2. Tsunami
3. Angin ribut
4. Landslide
5. Keruntuhan struktur (collapse)
6. Kecelakaan kerja terhadap fisik proyek
7. Akibat dari defective material / workmanship
8. Kebakaran
9. Ledakan
10. Kejatuhan pesawat terbang
11. Pencurian dan perampokan
2. Resiko-resiko yang merupakan pertanggungan tambahan CAR.
Pertanggungan tambahan asuransi CAR merupakan suatu
kelompok resiko dalam asuransi CAR yang terdiri dari resikoresiko yang dapat ditambahkan pada paket resiko pokok CAR,
dengan membayar tarif premi tambahan. Penambahan cakupan
resiko pada paket resiko pokok CAR dilakukan per jenis resiko
(peril), peril-peril yang dapat diterapkan pada kelompok ini
terbatas pada peril-peril yang tercantum pada polis asuransi
CAR. Selain itu resiko-resiko pertanggungan tambahan juga
diperoleh dari resiko-resiko pertanggungan pokok CAR yang
dikecualikan

dengan

penerapan

endorsement.

Walaupun

penambahan resiko tambahan dilakukan per peril, premi total


yang diterapkan pada suatu polis asuransi tetap menggunakan
II - 57

sistem all risks, artinya jumlah premi total yang dibayar


oleh

tertanggung ditetapkan

berdasarkan

kaitan

antara

resiko-resiko tambahan dengan resiko pokoknya.


3. Resiko-resiko yang tidak dijamin CAR
Selain resiko-resiko

pokok

dan

tambahan

yang

dijamin

dalam asuransi CAR, terdapat pula resiko-resiko yang tidak


dijamin dalam asuransi CAR khususnya Munich Re Standard.
Sebagai contoh jenis resiko yang tidak dijamin antara lain :
Perang dan sejenisnya
Reaksi nuklir, radiasi nuklir atau pengaruh radioaktif
Kesengajaan/kelalaian yang disengaja
Kesalahan perencanaan
Penghematan pekerjaan baik secara keseluruhan maupun
sebagian
Sangsi-sangsi pembangunan
2.8.7 Pengadaan Asuransi CAR
Proses

penerbitan

polis

asuransi

CAR

yang

umumnya

dilakukan

oleh

pihak tertanggung dan penanggung melewati

beberapa

tahap

yang

menggambarkan

asuransi CAR. Dalam proses


dengan

penerbitan

proses
polis

pengadaan

(biasa

disebut

penutupan polis), terdapat berbagai identifikasi yang

dilakukan oleh pihak asuransi sebelum terbitnya polis asuransi.


Disamping itu diadakan pula negosiasi antara pihak tetanggung
dengan pihak asuransi (penjamin) sampai tercatat kesepakatan
atas harga premi asuransi dan perluasan-perluasan

yang akan

dijamin di dalam polis asuransi. Harga premi yang dimaksud


adalah meliputi premi wajib dan premi tambahan yang akan
digunakan.Polis yang umumnya digunakan di Indonesia adalah

II - 58

mengacu kepada standar yang berasal dari Jerman yang disebut


dengan Munich Re Standard. Pada asuransi CAR Munich Re
Standard penulisan polis dilakukan dengan pendekatan secara allrisks. Polis asuransi CAR menurut Munich Re Standard terdiri dari
bagian-bagian sebagai berikut :
1. Klausa Perjanjian Asuransi (Insuring Clause)
Klausa perjanjian asuransi ini mengatur mengenai kewajibankewajiban pihak- pihak yang terlibat dalam asuransi CAR.
Secara garis besar ada dua pihak yang terlibat
asuransi

CAR,

yaitu

asuransi

sedangkan

Penanggung
pihak

adalah

tertanggung

didalam

perusahaan
(pihak

yang

diasuransikan), yaitu pemilik proyek, kontraktor utama dan sub


kontraktor.
2. Pengecualian-pengecualian Umum (General Exclusion)
Pengecualian umum memuat hal-hal yang secara umum
dikecualikan dari luas jaminan asuransi CAR. Sesuai dengan
pendekatan all-risks yang digunakan dalam penulisan polis
maka resiko-resiko yang dijamin tidak dicantumkan didalam
polis, yang dicantumkan didalam polis

adalah resiko-resiko

yang dikecualikan/ tidak dijamin dalam asuransi.


Resiko-resiko yang termasuk dalam pengecualian umum berupa
kerugian-kerugian yang timbal baik langsung maupun tidak
langsung sebagai akibat dari :

Perang (baik dengan deklarasi atau tidak), huru-hara,


revolusi, pemberontakan, kerusuhan massa,

pemogokan,

aksi militer, pengambil alihan secara tidak resmi, pengambil


alihan atau penghancuran yang merupakan perintah dari
pemerintah atau pihak yang berwenang.

Reaksi dan radiasi nuklir atau kontaminasi bahan radioaktif


II - 59

Tindakan yang menyebabkan kerusakan atau kerugian


oleh tertanggung atau wakilnya yang dilakukan dengan
sengaja

Penghentian sebagian atau seluruh pekerjaan.

3. Jangka Waktu Pertanggungan (Periode of Cover)


Jangka waktu pertanggungan dimulai sesuai dengan tanggal
yang tercantum pada polis dan secara langsung pada saat
permulaan pekerjaan atau pembongkaran/ penurunan barang
dilapangan sesuai yang tertulis pada polis. Jangka waktu
pertanggungan berakhir jika :

Pekerjaan proyek yang diasuransikan telah diserah terimakan

Sudah melewati batas waktu pertanggungan seperti yang


tercantum pada schedule

4. Persyaratan-persyaratan Umum (General Condition)


a. Persyaratan mengenai
keterangan-keterangan
tertanggung

pernyataan-pernyataan
tertulis

terhadap

kenyataan yang

serta

penyelesaian

dan

dokumen-dokumen
klaim. Apabila

dihadapi di lokasi tidak sesuai dengan

pernyataan yang tercantum atau keterangan tertulis

dari

tertanggung, maka penanggung tidak bertanggung jawab


atas klaim yang terjadi. Oleh karena itu, tertanggung wajib
memberi informasi kepada penanggung secara tertulis
bila terjadi perubahan-perubahan.
b. Kewajiban untuk mengadakan tindakan-tindakan pencegahan
kerusakan atau kerugian yang harus dilakukan tertanggung
dalam hal :

Keselamatan objek pertanggungan


Pemilihan tenaga kerja
II - 60

Pencegahan kecelakaan dan kerusakan


Pemberian

kesempatan

kepada

penanggung

untuk

meninjau lokasi serta peralatan-peralatan dan perubahan


material

Usaha

pada saat pelaksanaan konstruksi


mengurangi

kerugian

dalam

hal

terjadinya

kecelakaan
c. Prosedur pengajuan klaim, dimana

tertanggung

wajib

melakukan hal-hal sebagai berikut :

Secepatnya memberitahu pada penanggung

secara

tertulis serta menerangkan dengan jelas dan rinci asal-usul


kejadian tersebut.

Mengambil

langkah-langkah

untuk

meminimalkan

terjadinya kerusakan yang lebih besar.

Memberikan semua dokumen pendukung klaim yang di


butuhkan penanggung.

Memberi semua keterangan dan bantuan

kepada

penanggung dalam penanganan klaim.

Membantu penanggung dalam rangka subrogasi apabila


kerusakan yang terjadi disebabkan oleh pihak lain.
d. Keterangan mengenai schedule dan sections dalam polis
Schedule dan sections harus dianggap sebagai satu
kesatuan yang membentuk polis sehingga penggunaan kata
polis harus seudah mencakup schedule dan section. Setiap
kata

atau

ungkapan

yang

arti

khususnya

sudah

dicantumkan dalam setiap bagian dari polis, arti dari kata


tersebut harus berlaku untuk seluruh bagian polis.
e. Dengan biaya dari pihak asuransi, tertanggung setuju dan
II - 61

memberi ijin untuk pelaksanaan

tindakan-tindakan yang

diperlukan oleh pihak asuransi atas hak bantuan/ tanggung


jawab dari pihak luar yang tercantum dalam polis kepada
yang mana pihak asuransi akan mendapatkan subrogasi
atas

pelaksanaan

pembayaran

terhadap

kerugian/

kerusakan yang terjamin dalam polis.


f. Hal-hal

yang

perbedaan

mengatur

atas

arbitrasi,

yaitu

suatu permasalahan

klaim

jika

terjadi

maka

hal

tersebut dapat diserahkan kepada arbitrator yang ditunjuk


secara tertulis oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Jika
timbul suatu
penanggung

tuntutan
lain

yang

ganti

rugi

kemudian

ada

menjamin kerugian yang sama,

maka pihak asuransi tidak akan bertanggung jawab atau


membayar lebih dari proporsi yang

pantas dari setiap

kejadian berbanding terhadap tarif premi.


5. Sections
Bagian ini memuat hal-hal yang berhubungan dengan jaminan
terhadap kerugian dan kerusakan fisik atas proyek yang
dipertanggungkan dan jaminan atas tanggung jawab pihak
tertanggung terhadap pihak ketiga.
6. Schedule
Pada bagian ini membuat keterangan mengenai objek dan
kondisi pertanggungan, yaitu :

Nama dan alamat tertanggung

Nama dan lokasi proyek yang menjadi objek


Pertanggungan Nilai kontrak pekerjaan yang terdiri dari :
a. Harga kontrak

II - 62

b. Material yang disuplai oleh pemilik


c. Nilai

dari

construction

plan,

equipment,

dan

machinery
d. Biaya pembersihan reruntuhan

Batas penggantian (limit of indemnity) atas resiko-resiko


akibat acts of God beserta besarnya deductibles

Batas penggantian tanggung jawab hukum terhadap


pihak ketiga serta besarnya deductible untuk kerusakan
property.

Masa jaminan asuransi.

Banyak dan macam endorsement yang digunakn pada


polis.

Total premi asuransi

7. Endorsement
Endorsement

merupakan

klausa

tambahan

yang

dapat

ditambahkan pada polis asuransi. Ada tiga jenis endorsement


yang merupakan fungsi dari endorsement, yaitu :

Extension of cover
Berfungsi untuk memperluas jaminan dari asuransi CAR
terhadap resiko- resiko yang sebenarnya dikecualikan
dari jaminan pokok asuransi.

Exclusion
Berfungsi untuk

menghilangkan

jaminan

terhadap

suatu risiko yang sebenarnya telah dijamin dalam polis


pokok.

Warranty
Berfungsi untuk membatasi jaminan tehadap resiko
II - 63

yang sudah dijamin dalam polis pokok. Selain itu juga


berfungsi untuk menyatakan syarat- syarat yang harus
dipenuhi oleh tertanggung agar suatu resiko tertentu
dapat dijamin.

2.8.8 Pengajuan proposal asuransi CAR


Permintaan

pengadaan

asuransi

dari

calon

pihak

tertanggung, owner atau kontraktor kepada perusahaan


asuransi. Calon tertanggung mengisi suatu daftar yang
memuat :
1. Data proyek yang akan diasuransikan seperti nama
proyek,

lokasi,

pihak terlibat,

kondisi

tanah,

data

meteorologi, seismologi, hidrologi, dan lain- lain.


2. Deskripsi pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan
seperti metode, material yang akan digunakan, tipe
konstruksi yang kan dibangun.
3. Pengalaman kontraktor dalam pengerjaan proyek
sejenis.
4. Resiko

proyek yang dianggap dapat menyebabkan

kerugian /kerusakan pada proyek.


5. Keadaan sekitar lokasi proyek seperti properti, struktur,
fasilitas di sekitarnya.
6. Biaya asuransi yang hendak dikeluarkan untuk masingmasing asuransi.
7. Data, informasi atau keterangan lain yang mendukung.

Risk Assessment oleh perusahaan asuransi


1. Survey lapangan (survey on the spot)

II - 64

Peninjauan
untuk

secara

langsung

ke

lokasi

proyek

mendapatkan gambaran tentang pengamanan

proyek terhadap bahaya api, peledakan dan kebakaran.


Resiko pencurian material, resiko banjir, tanah longsor,
dan fasilitas yang di sekitar lokasi pembangunan.
2. Analisis (desk analysis)
Dengan menggunakan
diberikan

oleh

data

dan

pihak tertanggung

survey,

pihak

penanggung

tingkat

resiko

dengan

informasi
serta

dari

yang
hasil

menentukan menentukan

panduan

Underwriting

and

Rating Directives untuk mengetahui sampai sejauh mana


dampak resiko tertentu dianggap membahayakan atau
merugikan proyek konstruksi.

2.9

TEORI ANOVA SATU JALAN ( METODE PENELITIAN )

Analisis varians klasifikasi tunggal, yang sering juga disebut Anova


satu satu jalan digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata k
sampel, bila pada setiap sampel hanya terdiri atas satu kategori.
Dalam Anova satu jalan terdiri atas tiga kelompok sampel, ( tanpa ada
kategori). Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis varians merupakan
teknik statistik parametris inferensial, yang digunakan untuk menguji
hipotesis komparatif rata-rata k sampel secara serempak. Oleh karena
itu, dalam penelitian akan terdapat 3,4 atau lebih kelompok sampel yang
selanjutnya di gunakan sebagai dasar perhitungan untuk pengujian
hipotesis.
Langkah-langkah pengujian hipotesis :
1. Menghitung JK total
2. Menghitung JK antar
II - 65

3. Menghitung MK antar
4. Menghitung MK dalam
5. Menghitung F hitung dengan cara membagi MK antar dengan MK
dalam
6. Membandingkan F hitung dengan F tabel
7. Membuat keputusan pengujian hipotesis Ho ditolak atau diterima

2.10

PENUTUP
Resiko yang ada dalam proyek konstruksi dapat dilakukan

pengaturan dengan manajemen resiko. Untuk mengalihkan resiko yang


terjadi, maka diperlukan adanya pengadaan asuransi untuk menjamin
kerusakan secara keseluruhan. Pengadaan asuransi sangat penting
untuk melindungi

semua pihak yang terlibat maupun tidak terlibat

dalam proyek konstruksi.


Asuransi Contractor All Risk (CAR) merupakan salah satu
bentuk asuransi dalam bidang konstruksi yang menanggung resiko
dalam

proyek

konstruksi

secara keseluruhan. Oleh karena itu,

manfaat asuransi ini besar bagi pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek konstruksi.

II - 66

Anda mungkin juga menyukai