Teknik Terowongan - ITB PDF
Teknik Terowongan - ITB PDF
STUDI LITERATUR
Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring yang dibuat di bawah
tanah, gunung, sungai, laut, daerah industri, bahkan pemukiman padat penduduk. Ada dua
tujuan utama manusia membuat terowongan. Terowongan yang dibuat untuk mengambil
bahan galian dibawah tanah, dikenal dengan dengan terowongan tambang. Terowongan yang
dibuat untuk menembus rintangan alam atau rintangan yang dibuat oleh manusia disebut
terowongan sipil.
Konsep perancangan lubang bukaan adalah sesuatu hal yang relatif baru. Konsep ini
berbeda dengan konsep perancangan struktur pada teknik sipil pada umumnya. Metoda
pelaksanaan memegang peranan yang sangat besar dalam konsep rancangan terowongan.
2.1.
KLASIFIKASI TEROWONGAN
Terowongan dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria. Kriteria yang paling
biasanya
infrastruktur
digunakan
terowongan
sipil
Terowongan Tambang
untuk Bersifat
sementara,
tergantung
pada
permanen
Diperuntukkan untuk masyarakat umum
Terowongan
tambang
biasanya
sangat
II-1
eksplorasi
lebih
terperinci.
batuan
(Ground
Condition)
aktivitas
penambangan
sudah
tambang
kegiatan
penggalian
diusahakan
pada
peranginan
alam, serta
Terowongan
ini
sibuk.
c. Terowongan pejalan kaki
II-2
Terowongan ini termasuk dalam grup terowongan jalan (road tunnel) dengan
penampang yang lebih kecil. Terowongan ini biasanya dibangun dibawah jalan raya
yang ramai atau dibawah sungai dangkal sebagai tempat untuk para pejalan kaki.
d. Terowongan navigasi
Terowongan ini dibuat untuk kepentingan penyaluran air di kanal-kanal dan
sungai-sungai yang menghubungkan satu kanal atau sungai ke kanal yang lainnya.
Terowongan ini juga ditemukan di pegunungan
penyaluran air. Kerena lining dari terowongan ini sangat rentan terhadap retakan,
maka pada daerah-daerah yang memiliki potensi gerakan tektonik serta formasi dan
struktur batuannya banyak mengandung patahan dan rekahan, maka terowongan
navigasi sebaiknya tidak dibangun pada daerah tersebut.
e. Terowongan transportasi di bawah kota
Biasanya terowongan ini dibangun di bawah kota yang penduduknya padat
sebagai alternatif pempangunan jalan raya.
f. Terowongan transportasi di tambang bawah tanah.
Terowongan ini dibuat sebagai jalan masuk kedalam tambang bawah tanah
yang digunakan untuk lalulintas para pekerja tambang, mengangkut peralatan
tambang, mengangkut batuan dan bijih hasil penambangan.
2. Terowongan angkutan
a. Terowongan stasiun pembangkit listrik tenaga air
Terowongan yang penampangnya terisi penuh oleh air langsung dari reservoir
ke turbin disebut terowongan tekan (pressure Tunnel), sedang terowongan yang hanya
mengalirkan air dari satu tempat ke tempat yang lai dinamakan terowongan saluran
(discharge tunnel)
b. Terowongan penyediaan air
Menyalurkan air dari mata air ketempat penyimpanan didalam kota atau
membelokkan air ketempat penyimpanan tersebut.
c. Terowongan untuk saluran air kotor
Terowongan ini dibangun untuk membuang air kotor dari kota atau pusat
industri ketempat pembuangan yang sudah disediakan.
d. Terowongan yang digunakan untuk kepentingan umum
Terowongan ini biasanya dibangun didaerah perkotaan untuk menyalurkan
kabel listrik dan telepon, pipa gas dan air, dan juga pipa-pipa lainnya yang penting,
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-3
dibuat dibawah saluran air, jalan raya, jalan kereta api, blok bangunan untuk
memudahkan inspeksi secara kontiniu, pemeliharaan dan perbaikan sewaktu-waktu
kalau ada kerusakan.
e. Terowongan untuk angkutan didalam daerah industri pabrik
Terowongan ini digunakan untuk menyalurkan produk-produk hasil industri,
ataupun sebagai jalan akses untuk penyaluran limbah.
Metoda Pelaksanaan
Terowongan yang dibangun pada tanah lunak biasanya bisa digali dengan menggunakan
tenaga manusia, dengan metode cut and cover dan dengan menggunakan jacking.
Sedangkan pada batuan penggalian terowongan harus dilakukan dengan bantuan
peralatan-peralatan khusus. Penggunaan bahan peledak, pemboran dengan menggunakan
road header, ataupun menggunakan Tunnel Boring Machine merupakan beberapa
alternatif dalam pembangunan terowongan pada batuan.
tegangan overburden pada batuan juga ditemukan tegangan tektonik dan tegangan sisa
(residual stress). Pada tanah biasanya yang diperhitungkan adalah tegangan overburden
saja.
4. Pengalaman desain empiris
Dalam pertambangan jenis-jenis batuan telah diklasifikasikan berdasarkan pengalaman
empiris. Klasifikasi ini disebut dengan Klasifikasi Massa Batuan. Klasifikasi massa
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-4
batuan merupakan cikal bakal dari pendekatan rancangan empiris yang secara luas
digunakan pada rekayasa batuan. Dalam kenyataannya, klasifikasi digunakan sebagai
dasar praktis untuk merancang struktur bawah tanah yang kompleks. Untuk terowongan
pada tanah, karena masih jarang dilakukan sehingga dalam pelaksanaannya, para
pelaksananya harus melakukan beberapa test dan analisis untuk memodelkan kondisi
tanah dimana terowongan itu akan dibangun.
2.2
II-5
2.2.1. Penggalian
2.2.1.1. Metode Full Face
Merupakan metoda dimana seluruh penampang terowongan digali secara bersamaan.
Metode ini sangat cocok untuk terowongan dengan penampang melintang kecil hingga
terowongan hingga terowongan dengan diameter 3 meter.
a. Keuntungan
Dengan
menggali
seluruh
penampang
lubang
bukaan,
maka
dapat
mempercepat pekerjaan.
b. Kerugian
Tidak dapat digunakan pada kondisi batuan / tanah yang tidak stabil
penampang terowongan digali terlebih dahulu sebelum bagian bawah penampangnya. Setelah
penggalian bagian atas mencapai panjang 3-5 m (heading), penyangga bawah penampang
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-6
dikerjakan (bench cut) sampai membentuk penampang terowongan yang diinginkan. Proses
ini diulangi sampai seluruh lintasan terowongan tercapai.
a. Keuntungan
b. Kerugian
Waktu pengerjaan relatif lebih lama jika dibandingkan dengan metode full
face.
II-7
a. Keuntungan
b. Kerugian
Center drift harus sudah selesai terlebih dahulu sebelum melakukan perluasan
lubang.
Alat bor dipasang dengan pola tertentu, sehingga seringkali spasi alat bor
tersebut dirubah dan disesuaikan dengan kondisi batuan yang akan diledakkan.
Metode ini efektif untuk terowongan besar dengan kondisi batuan yang buruk
b. Kerugian
II-8
II-9
b. Kerugian
II-10
2.3.
dengan beberapa
II-11
ketika penambahan tegangan. Kemudian, pada titik tertentu material tersebut runtuh
(Gbr.2.9e).
Lebih kompleks lagi namun tetap realistis, adalah material dengan work hardening
(Gbr 2.9f). Material ini akan menjadi lebih kaku (modulus semakin besar) seiring dengan
terjadinya regangan atau material tersebut bekerja memikul beban. Kebanyakan tanah juga
memiliki sifat work hardening, misalnya lempung atau pasir yang dipadatkan. Material
dengan sifat work softening (Gbr 2.9f) menunjukkan penurunan tegangan ketika material
tersebut diregangkan setelah tegangan puncak. Tanah lempung sensitif merupakan
merupakan salah satu contoh dari material ini.
f = f ( )
(2-1)
Garis keruntuhan (failure envelope) yang dinyatakan oleh persamaan (2-1) diatas sebenarnya
berbentuk lengkung seperti terlihat pada Gambar 2.10b. Untuk sebagian besar masalahmasalah mekanika tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang
menunjukkan hubungan linier antara tegangan normal dengan geser (Coulomb, 1776).
II-12
y
Proportial limit
Work Hardening
Work Softening
(e) Brittle
f = c + tan
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
(2-2)
II-13
dengan
c = kohesi
= sudut geser internal
Hubungan diatas disebut juga dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb
y
Bidang
keruntuhan
(a)
(b)
Gambar 2.10. Garis Keruntuhan menurut Mohr dan hukum keruntuhan Mohr-Coulomb
Test ini merupakan tes tertua yang pernah dilakukan untuk memperoleh parameter
kekuatan geser dari tanah. Gaya normal diaplikasikan pada sampel tanah didalam kotak uji
melalui loading cap. Dalam uji geser ini, gaya geser, deformasi horisontal, dan deformasi
vertikal dapat diukur. Dengan membagi gaya geser dan gaya normal tehadap luas sampel
maka akan diperoleh nilai tegangan geser dan tegangan normal pada saat runtuh. Bidang
runtuh untuk tes ini dipaksakan untuk terjadi disepanjang bidang antara dua belahan kotak
geser tersebut.
II-14
= T/A
c
n3 = P3 /A
n2 = P2 /A
n1 = P1 /A
0
(a) Apparatus
n3
n2
n1
0
n2
n1
n3
Gambar 2.11. (a) Skema Diagram Direct Shear Aparatus; (b) Hasil Tes (Pasir Padat);
(c) Diagram Mohr Untuk Sampel Dengan Kerapatan Relatif Sama
II-15
Cap
Soil Specimen
Rubber
membrane
cell
(a)
axial
cell
cell = 2l = 3
axial = ( 1 3 )
Gambar 2.12. (a) Skema Diagram Triaxial Aparatus (b) Asumsi Kondisi Tegangan
Dalam proses konstruksi terowongan, tanah lunak merupakan material yang dapat
dipindahkan dengan alat-alat sederhana seperti cangkul dan sekop, walaupun sebenarnya alatalat tersebut tidak dipakai dalam pembuatan lubang galian. Pembuatan lubang galian pada
tanah lunak, seyogyanya memerlukan informasi tentang kondisi tanah subsurface disekitar
lokasi terowongan. Seperti kita ketahui bahwa setiap jenis tanah memiliki kekuatan yang
berbeda dalam memberikan respon terhadap proses konstruksi ataupun gangguan yang
terhadap tanah tersebut. Informasi ini nantinya akan digunakan sebagai referensi terhadap
metode pelaksanaan pekerjaan terowongan, baik itu dimensi lubang bukaan, teknik
penggalian, dan penyangga.
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-16
Pada tabel 2.1 Terzaghi dan Heuer melakukan beberapa klasifikasi terhadap kondisi
tanah yang umumnya ditemukan.
Firm
BEHAVIOR
Flowing
Swelling
Raveling
Slow raveling
Fast raveling
Squeezing
Running
Cohesive
running
Running
Penelitian yang dilakukan oleh Broms dan Bennermark mengatakan bahwa kegagalan
pada permukaan tanah lempung vertikal akan terjadi mengikuti persamaan :
Pz
2
1B
1+
6Z
(2-3)
II-17
dengan
Pz = tekanan overburden total pada kedalaman z
C = undrained shear strength tanah lempung
B = lebar lubang bukaan
Untuk nilai Z/B 2, nilai kritis dari Pz/C sekitar 6. Namun, jika nilai Z/B 2, maka
nilai kritis harus dihitung dengan persamaan
Pz
=
C
Z
+ 1
B
1B
1+
6Z
(2- 4)
Bersama dengan rekomendasi dari Deere et al (1969) dan Peck, maka kriteria
stabilitas dari muka terowongan dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yakni :
a. Jika
Pz
< 2 3 , pergerakan dari muka terowongan masih relatif kecil dan bersifat
C
elastik.
b. Jika 3 <
Pz
< 6 , pergerakan dari muka terowongan mulai bersifat pastik, dan
C
Pz
.
C
Pz
> 6 , kondisi kritis dari stabilitas muka terowongan akan tercapai dan muka
C
II-18
Tabel 2.2 Kriteria Stabilitas Lempung Plastik Pada Kedalaman Lebih Besar Dari 2 Kali Diameter
Nr =(Ps Pa)/Su
Nr = stability factor
PZ = total vertical pressure, depth z
Pa = air pressure above atmosphere
EFFECT ON TUNNELING*
General shear failures and ground movement
around tunnel heading cause shield control to
become difficult; shield tends to dive.
7
Shear failure ahead of tunnel causes ground
movements into the face even in shield
tunneling.
6
Clay may squeeze rapidly into shield void.
5
Tunneling without
unusual difficulties
4
Rate of squeeze does not present a problem.
1
*The analysis may be applied to silts only if their properties are adequately defined by their undrained shear strengths.
Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi lebih, terdapat perbedaaan dalam analisa
stabilitas yang disertai dengan fenomena tanah mengembang (Swelling).
Pembangunan
terowongan pada material ini menghasilkan kondisi dimana terjadi pelepasan tegangan pada
tepi penggalian. Pada tanah lempung jenuh, perbedaaan resultan tegangan akan menyebabkan
air pori mengalir ke zona relaksasi. Berdasarkan derajat terkonsolidasi lebihnya tanah, proses
mengembang ini akan terus terjadi hingga lubang bukaan benar-benar tertutup. Metode yang
paling efisien dalam mengatasi kondisi material tersebut adalah dengan melakukan
pemasangan lining tepat setelah dilakukannya proses penggalian pada lubang bukaan.
Tanah lempung sensitif merupakan jenis tanah yang juga sering dijumpai dalam
proses konstruksi terowongan. Jenis material ini memiliki kekuatan tekan bebas dari material
terganggu sekitar
1
kali
4
Lempung jenis ini memiliki kadar air yang sangat tinggi dan kehilangan kekuatan akibat
ganguan dihubungkan dengan perubahan permeabilitas. Proses konstruksi terowongan pada
tanah lempung sensitif selalu menyebabkan proses pembentukan kembali material tanah
II-19
terganggu dan berkurangnya kekuatan material dekat dengan batas penggalian yang
menyebabkan bergeraknya material tanah mengisi ruang kosong dibelakang shield.
Pada umumnya sering kita temui tanah-tanah yang telah terganggu akibat konstruksi
sebelumnya atau tanah lempung yang mengandung material batuan. Kesulitan yang sering
dialami dalam proses konstruksi terowongan pada material tanah yang mengandung batuan
biasanya muncul pada saat proses pemindahan massa batuan tersebut. Tanah disekeliling
batuan harus dibiarkan tanpa penyangga untuk menyediakan ruangan bekerja agar diperoleh
waktu kestabilan yang lebih lama (Stand up Time). Di daerah perkotaan, sering kali ditemui
fondasi-fondasi gedung yang sudah tidak berfungsi lagi. Tetapi sebagian besar fondasi
tersebut terbuat dari kayu, sehingga dengan teknologi yang tepat maka masalah tersebut dapat
diatasi.
Pengendalian air tanah merupakan salah satu hal yang paling penting dalam proses
konstruksi terowongan. Metode-metode yang digunakan untuk mengendalikan air tanah
antara lain dewatering, grouting, compressed air, freezing, dan electro-osmosis.
a. Dewatering
Proses dewatering dalam konstruksi terowongan pada mulanya merupakan
metode yang paling ekonomis dalam mengendalikan muka air tanah. Teknik tersebut
pada dasarnya melibatkan alat penurunan air tanah dengan membuat beberapa seri
lubang bor yang lewat di samping terowongan dan kemudian memompa air keluar
dengan menggunakan pompa yang diletakkan didalam tanah ataupun dipermukaan
tanah. Hasil dari proses tersebut adalah untuk mengurangi atau menghilangkan
tekanan air di sekitar terowongan. Hal ini dikenal dengan pressure reducing process
atau drawdown process (Jones M.B., 1985). Sayangnya, ada kemungkinan efek
samping
Penurunan akibat konsolidasi ini dapat merusak struktur bangunan disekitar area yang
diturunkan muka air tanahnya. Ilustrasi proses dewatering dan alat well point untuk
memompa air dapat dilihat pada Gambar 2.13 dan Gambar 2.14.
II-20
b. Grouting
Grouting dapat didefinisikan sebagai proses injeksi cairan bertekanan pada
lubang bukaan di tanah, rekahan pada batuan, atau pada galian buatan yang ditemukan
di rekahan belakang lining terowongan dan lain-lain, dimana cairan tersebut seiring
dengan berjalannya waktu akan mengeras dan menutup lubang ataupun rekahan yang
terjadi (Ischy dan Glossop, 1962).
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-21
Tujuan dasar dari grouting adalah untuk menutup rongga dan jalur aliran pada
tanah/batuan sehingga air tanah tidak dapat mengalir melalui jalur tersebut dan masuk
ke galian (pengurangan permeabilitas) dan/atau untuk menambah kekuatan material
tanah sehingga proses konstruksi terowongan pada tanah apung tidak mengalami
kesulitan, dan juga untuk meningkatkan faktor keselamatan. Disamping itu, metode
grouting ini digunakan dalam konstruksi terowongan dalam hubungannya untuk
c. Compressed Air
Compressed Air merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
stabilitas tanah untuk terowongan yang dibangun pada lapisan permeabel dibawah
muka air tanah, dimana proses dewatering tidak praktis dilakukan khususnya untuk
terowongan dibawah muka air. Metode ini juga dapat bertindak sebagai penyangga
pada terowongan di tanah lunak, dan meningkatkan faktor stabilitas melebihi batas
kritis di tanah lempung yang mengalami pemampatan (squeezing clays). Tujuan
metode ini adalah untuk menyeimbangkan tekanan hidrostatis diluar terowongan.
Gambar 2.16 memperlihatkan penggalian lapisan tanah dengan compressed air.
II-22
d. Ground Freezing
Proses membekukan lapisan tanah yang mengandung air merupakan sebuah
metode yang sangat rumit dan memerlukan keahlian serta biaya operasi yang sangat
mahal tetapi sangat efektif dalam pengendalian sementara air tanah ataupun
peningkatan stabilitas. Agar proses ini berhasil maka didalam tanah harus dipastikan
memiliki air, sebab proses ini tidak akan meningkatkan karakteristik dari tanah tanpa
air (kering). Gambar 2.17 memperlihatkan proses freezing yang dilakukan di tanah.
Proses freezing ini dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerated brine dan
nitrogen cair.
e. Electro-osmosis
Electro-osmosis merupakan teknik pengeringan yang digunakan khususnya
untuk stabilitas lempung lunak dan lanau dimana pengeringan dengan metode
konvensional tidak dapat dilakukan. Metode ini didasarkan pada prinsip elektrolisis,
dengan dua elektroda yang dimasukkan kedalam tanah dengan dialiri oleh arus listrik.
Berdasarkan proses kimia dari elektrolisis, molekul-molekul air akan ditarik oleh
katoda (elektroda negatif) dan kemudian akan dipompakan ke atas melalui elektroda
tersebut. Prinsip umum dari electro-osmosis diperlihatkan pada Gambar 2.18.
II-23
II-24
2.4.
Apabila terdapat suatu sistem yang dikenai gaya luar, maka gaya luar tersebut diserap
oleh sistem tersebut dan akan menimbulkan gaya dalam dan perpindahan. Untuk mengetahui
besarnya gaya dalam dan perpindahan akibat gaya luar tersebut, perlu dibentuk suatu
persamaan yang mewakili sistem tersebut.
Salah satu metoda yang mewakili adalah metode elemen hingga. Keseluruhan sistem
dibagi kedalam elemen-elemen dengan jumlah tertentu. Selanjutnya dibentuk persamaan
[K ]{D} = {R}
Dimana :
II-25
Gaya dan
Tegangan
Permukaan
Fi, Ti
Perpindahan
Ui
Kesetimbangan
Kompatibilitas
Regangan
ij
Tegangan
ij
Persamaan Konstitutif
Gambar 2. 19. Hubungan antara variabel-variabel dalam penyusunan persamaan elemen hingga
(Chen and Baladi, 1985)
Diantara ketiga kondisi yang harus dipenuhi dalam pembentukan persamaan elemen
hingga, persamaan konstitutif adalah yang paling rumit. Persamaan konstitutif tidak sama
untuk semua material. Persamaan konstitutif harus didekati oleh fungsi yang sederhana
maupun yang cukup kompleks.
Persamaan konstitutif menggambarkan komponen-komponen tegangan dan
komponen regangan pada setiap titik pada keseluruhan sistem. Hubungan ini bisa sederhana
atau cukup rumit tergantung dari material yang dianalisa.
Persamaan konstitutif untuk setiap material ditentukan dengan percobaan dan
mungkin merupakan suatu fungsi dari besaran fisik yang terukur selain tegangan dan
regangan seperti suhu dan waktu, atau parameter internal yang tidak dapat diukur langsung.
Efek parameter internal pada hubungan tegangan-regangan dari suatu material diantaranya
adalah sejarah tegangan dan reregangan, atau sejarah kejadian mekanis yang terjadi mengenai
material tersebut.
Hubungan tegangan-regangan dalam suatu bahan yang bersifat linier dikenal dengan
hukum Hooke. Menurut Hooke, satuan perpanjangan elemen dalam batas proporsionalnya
diberikan oleh :
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-26
x =
(2-5)
Ex
y =
x =
(2-6)
Ex
(2-7)
Ex
(2-8)
(2-9)
(2-10)
x =
1
x ( y + z )
E
y =
1
y ( x + z )
E
z =
1
z ( x + y )
E
xy =
xy
xz =
xyz =
dimana :
G=
(2-11)
xz
(2-12)
yz
(2-13)
E
2(1 + )
(2-14)
1
C=
E 0
0
0
0
0
0
0
2(1 + )
0
0
0
2(1 + )
0
0
0
2(1 + )
0
(2-15)
II-27
K = C 1 =
(1 + )(1 2 )
0
1 2
2
1 2
2
1 2
2
(2-16)
1
0 x
E
1
0 y
y =
1 2
(1 + )(1 2 ) 0
0
xy
xy
2
z + y + x
E
(2-17)
II-28
Kondisi plane stress adalah kondisi dimana tegangan pada salah satu sumbu bernilai
nol, misalnya sumbu z. Secara matematis dituliskan z = yz = xy = 0. Kondisi ini misalnya
terjadi pada suatu pelat atau cangkang tipis.
Hubungan tegangan-regangan { } = [C ]{ } untuk kondisi plane stress dan isotropik
menjadi :
x
E
y =
2
1
xy
1
0 x
1
0 y
1
0 0
xy
2
(2-18)
Kondisi axisymmetric diperoleh dengan memutar bidang 2D pada suatu sumbu salam
satu putaran. Koordinat yang digunakan adalah r, , dan z. Kondisi ini misalnya terjadi pada
analisa test triaxial atau pada bangunan lain yang berbentuk silinder.
1
r
1
0 z
E
z
=
0
1
(1 + )(1 2 )
1 2
0
0
xy
0
2 xy
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
(2-19)
II-29
2.4.2.
2D tersebut kemudian
2.4.2.1 Plaxis 2D
PLAXIS merupakan sebuah paket elemen hingga yang bertujuan untuk menganalisis
deformasi dan stabilitas dalam proyek rekayasa geoteknik. Dibawah ini diberikan penjelasan
singkat tentang karakteristik progam PLAXIS 2D secara umum.
a. Model Geometri
Pada bagian ini, user dapat memasukkan informasi tentang geometri struktur,
lapisan tanah, tahap konstruksi, beban dan kondisi batas yang dapat digambarkan
pada area gambar yang telah tersedia. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pemodelan
interaksi antara struktur-tanah yang dimodelkan dengan interface.
b. Kondisi Batas
Pada tahap ini, user dapat memasukkan kondisi batas yang diaplikasikan pada
tanah penentuan beban yang bekerja, serta menentukan reaksi perletakan, rol, sendi,
jepit, ataupun tidak terkekang) pada lokasi tertentu yang dijadikan kondisi batas.
c. Karakteristik material Tanah
Pada tahap ini, user dapat memasukkan parameter-parameter tanah seperti ,
, , E, dan lain-lain sesuai dengan model material tanah yang kita inginkan. Setiap
model material, mencerminkan perilaku tanah yang ditinjau. Oleh karena itu, semakin
kompleks model tanahnya, maka perilaku tanah yang dimodelkan akan semakin
akurat.Untuk komponen-komponen lainnya seperti balok, PLAXIS juga menyediakan
beberapa model. Parameter yang diperlukan untuk model ini antara lain EI dan EA.
d. Mesh Generation
PLAXIS secara otomatis dapat melakukan prosedur pembangunan mesh
secara otomatis. Dimana geometri dibagi-bagi menjadi elemen-elemen dasar serta
elemen struktur yang bersesuaian. Elemen yang digunakan adalah elemen segitiga
yang memiliki 6 titik (node) dan 15 node. Dari titik tersebut dapat diperoleh informasi
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-30
mengenai deformasi dan tegangan yang terjadi. Sehingga semakin banyak titiknya,
semakin akurat pula perhitungan yang dilakukan.
e. Kondisi awal
Pada umumnya, kondisi awal mencakup kondisi air tanah awal, konfigurasi
geometri awal, dan kondisi tegangan efektif awal.
f. Perhitungan dan Output
PLAXIS memberikan beberapa point perhitungan sesuai dengan kebutuhan
user baik perhitungan deformasi tanah, maupun tegangan tanah. Pada tahap ini, user
juga dapat mengatur tahapan konstruksi dari struktur yang dianalisis. User juga dapat
memperoleh hasil output perhitungan PLAXIS yang akan ditampilkan oleh PLAXIS
antara lain tegangan, tekanan air, deformasi, dan lain-lain.
PLAXIS 3D Tunnel merupakan paket elemen hingga dalam bidang geoteknik, yang
khusus bertujuan untuk analisis deformasi dan stabilitas terowongan secara 3D. Untuk
PLAXIS 3D, akan dibahas mengenai tahap penggalian dan metode konstruksi dari NATM.
Metode ini melakukan penggalian terowongan dengan memisahkan anatara penggalian
crown, bench, dan invert. Dibawah ini diberikan penjelasan singkat tentang karakteristik
progam PLAXIS 3D.
II-31
Gambar 2.22. Geometri NATM Tunnel, Penampang Melintang (Kiri) Dan Tampak Samping
(Kanan)
a. Geometri
Pada bagian ini, user dapat memasukkan informasi tentang geometri dari
terowongan yakni NATM Tunnel, geometri lapisan tanah, yang digambarkan pada
area gambar yang telah tersedia. Pada tahap ini juga dapat dilakukan pemodelan
interaksi antara struktur-tanah yang dimodelkan dengan interface.
b. Kondisi batas
Pada tahap ini, user dapat memasukkan kondisi batas yang diaplikasikan pada
tanah penentuan beban yang bekerja, serta menentukan reaksi perletakan, rol, sendi,
jepit, ataupun tidak terkekang) pada lokasi tertentu yang dijadikan kondisi batas.
c. Karakteristik material Tanah
Pada tahap ini, user dapat memasukkan parameter-parameter tanah seperti ,
, , E, dan lain-lain sesuai dengan model material tanah yang kita inginkan. Setiap
model material, mencerminkan perilaku tanah yang ditinjau. Oleh karena itu, semakin
kompleks model tanahnya, maka perilaku tanah yang dimodelkan akan semakin
akurat.Untuk komponen-komponen lainnya seperti balok, PLAXIS juga menyediakan
beberapa model. Parameter yang diperlukan untuk model ini antara lain EI dan EA.
d. Mesh Generation
Untuk PLAXIS 3D, pertama-tama kita harus membangun mesh 2D terlebih
dahulu, kemudian mesh 3D dapat dibangun. Elemen yang digunakan adalah elemen
segitiga yang memiliki 15 node.
II-32
II-33
Poisson, .Model linier elastis sangat terbatas untuk pemodelan perilaku tanah. Model
ini terutama digunakan pada struktur-struktur yang kaku dalam tanah.
b. Model Mohr Coulomb :
Model yang sangat dikenal ini digunakan untuk pendekatan awal
terhadap
perilaku tanah secara umum. Model ini meliputi lima buah parameter,
modulus Young, E, dan angka Poisson, , kohesi, c, sudut
geser,
yaitu
dan
sudut
dilatansi, .
c. Model Jointed Rock :
Model ini merupakan model elastis-plastis dimana penggeseran plastis hanya
dapat terjadi pada beberapa arah penggeseran tertentu saja. Model ini dapat digunakan
untuk memodelkan perilaku dari batuan yang terstratifikasi atau
batuan
yang
kembali
seperti
semula
bersifat
kompresif.
Model
ini
merupakan
model
Cam-Clay
yang
digunakan
untuk
II-34
II-35
II-36
| 1- 3|
1
E0
1
E50
regangan - 1
Gambar 2.26. Definisi E0 Dan E50 Untuk Hasil Uji Triaksial Terdrainase Standar
Untuk tanah, modulus pengurangan beban Eur dan modulus pembebanan E50
cenderung semakin meningkat terhadap peningkatan tegangan keliling yang bekerja. Karena
itu, lapisan tanah yang dalam cenderung mempunyai kekakuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lapisan tanah yang dangkal.
Angka Poisson ( )
Kohesi (c)
Kekuatan berupa kohesi mempunyai satuan tegangan. PLAXIS dapat menangani pasir
non-kohesif (c = 0), tetapi beberapa pilihan akan berjalan kurang baik. Untuk menghindari
hal ini, pengguna yang belum berpengalaman disarankan untuk memasukkan nilai yang kecil
untuk kohesi (gunakan c > 0.2 kPa).
Studi Analisis Pengaruh Pembangunan Terowongan MRT Terhadap
Lingkungan Sekitar Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga
II-37
Sudut geser ( )
Nilai sudut geser, (phi), dimasukkan dalam satuan derajat. Sudut geser yang tinggi,
seperti pada pasir padat, akan mengakibatkan peningkatan beban komputasi plastis.
tegangan
geser
- 1
- 3
- 2
tegangan
- 3
-2
-1
normal
Sudut dilatansi, (psi), dinyatakan dalam derajat. Selain tanah lempung yang
terkonsolidasi sangat berlebih, tanah lempung cenderung tidak menunjukkan dilatansi sama
sekali (yaitu = 0). Dilatansi dari tanah pasir bergantung pada kepadatan serta sudut
gesernya. Untuk pasir kwarsa besarnya dilatansi kurang lebih adalah 30. Walaupun
demikian, dalam kebanyakan kasus sudut dilatansi adalah nol untuk nilai kurang dari 30.
Nilai negatif yang kecil untuk hanya realistis untuk tanah pasir yang sangat lepas.
2.5.
II-38
II-39
2.6
Ghalba (2002) melakukan studi analisis terhadap lining terowongan dengan menguji
ketepatan metoda-metoda konvensional dan dibandingkan dengan metode elemen hingga.
Budiawan (2002) melakukan analisis tahapan konstruksi galian dalam dengan
penyangga penggunakan program elemen hingga.
Sengara dan Widiadi (2000) melakukan penelitian dengan memodelkan proses galian
bertahap serta pengaruh konstruksi MRT terhadap bangunan sekitar. Dalam paper tersebut,
model tanah didekati dengan model hiperbolik. Pemodelan juga dilakuan terhadap konstruksi
stasiun bawah tanah WMATA dan terowongan Thamrin Berdasarkan penelitian tersebut
didapat kesimpulan bahwa dengan metode elemen hingga non linier dapat menghasilkan
output yang cukup realistik mendekati dengan perhitungan dilapangan.
Widiadi (1997) melakukan studi analisis terhadap terhadap tahapan konstruksi galian
dengan menggunakan metode elemen hingga. Analisis dilakukan dengan memodelkan
perilaku tanah dengan model hiperbolik. Studi ini membandingkan kinerja antara program
EPSSIP dengan SIGMA/W.
II-40