Anda di halaman 1dari 14

LAS TERMIT PADA PROSES

PENYAMBUNGAN REL KERETA API


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kimia anorganik II

Disusun oleh:
Muchammad Tamyiz

083234012

Minhatul Ulya

083234023

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2010
DAFTAR ISI

Hal awal....................................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I:

PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2


BAB II: PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Sejarah Pengelasan .......................................................................... 3
2.2 Pengelasan ....................................................................................... 3
2.3 Rel ................................................................................................... 4
2.4 Penyambungan Rel .......................................................................... 5
2.5 Las Termit ........................................................................................ 5
2.5.1 Termit .................................................................................... 5
2.5.2 Proses Las Termit ..................................................................8
2.6 Penggunaan Aluminium Sebagai Bahan Las ................................. 10
BAB III: PENUTUP ........................................................................................... 12
3.1 Simpulan......................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Las termit merupakan salah satu metode yang umum digunakan di
dunia perkeretaapian Indonesia, tak jarang orang sering mengatakan las
termit hanya untuk pengelasan rel kereata api yang patah/putus. Reaksi
termit selain digunakan untuk pengelasan rel kerata api, juga digunakan
dalam dunia militer khususnya pembuatan granat, dalam industri
digunakan sebagai bahan kembang api.
Las termit telah umum digunakan di Indonesia, sehingga seringkali
orang-orang sekedar tahu bagaimana cara menggunakannya, tanpa
mengetahui unsur apa dan reaksi di dalam las termit. Karena di Indonesia
sering terjadi kecelakaan kereta api , maka rangkai rel kereta api diperiksa
secara berkala dengan tujuan mengurangi jumlah kecelakaan kereta api.
Hasil yang didapat dari evaluasi tersebut, langsung ditindak lanjuti
apabila terdapat masalah khususnya pada terputus atau retaknya rel kereta
api dengan pengelasan. Las yang digunakan harus sesuai dengan karakter
dari rel tersebut, tidak bisa sembarangan, agar rel kereta api bisa tahan
lama dan juga tidak terjadi bongkahan pada rel jika menggunakan las
biasa. Oleh sebab itu, metode yang paling tepat untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan Las Termit.

2.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses pengelasan rel kereta api dengan menggunakan
Las Termit?

3.

TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah
ini adalah mendeskripsikan proses pengelasan rel kereta api dengan
menggunakan las termit.
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

SEJARAH PENGELASAN
Kira-kira 5000 tahun yang lalu, orang sudah dapat melakukan
penyambungan logam dengan cara memanasi dua buah logam tersebut
sampai suhu kritis kemudian keduanya ditumpangkan dan setelah itu
dipalu yang akhirnya membentuk ikatan yang kuat. Api pemanasnya
diperoleh dari pembakaran kayu atau arang kayu. Tahun 1892 gas asetilen
ditemukan oleh Thomas Leopard Wetson. Campuran gas asetilen dan
oksigen dengan perbandingan dan tekanan tertentu bila dibakar akan
menghasilkan suhu yang cukup tinggi yang dapat mencairkan logam. Gas
oksigen ini dapat diproduksi dengan cara mencairkan udara sehingga
oksigen murninya dapat diambil. Cara ini dapat dilakukan oleh Brins

bersaudara yaitu orang Perancis pada tahun 1886. Sebagai alat pembakar
gas asetilen dan oksigen yang dinamakan brander, ditemukan oleh Fouche
dan Picord. Alat ini mulai digunakan pada tahun 1901.
Setelah energi listrik ditemukan maka perkembangan proses
pengelasan berjalan dengan pesat. Pada tahun 1885 alat-alat las busur
listrik ditemukan oleh Bernardes. Tahun 1886 Thomas menemukan sistem
las dengan tahanan listrik. Kemudian pada tahun 1926 las hidrogen
ditemukan oleh Lungumir dan las busur listrik dengan pelindung gas mulia
ditemukan oleh Hobart dan Dener. Tahun 1936 Wasserman manamukan
cara-cara prmbrasingan yang mempunyai kekuatan tinggi.

2.2

PENGELASAN
Mengelas adalah suatu cara kerja menyambung dua bagian logam
atau lebih dengan jalan memanaskan bagian logam yang akan disambung
beserta bahan tambahnya (bila menggunakan) sampai cair kemudian
keduanya dipadukan sehingga dapat bercampur satu dengan yang lain, dan
setelah dingin sambungan kuat menyatu.
Las juga didefinisikan sebagai cara atau proses penyambungan dua
buah logam atau lebih dengan memberikan pemanasan yang tinggi,
sehingga mencapai titik cair logam tersebut dengan atau tanpa logam
pengisi.
Pengelasan (Welding) adalah salah satu teknik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi
dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan
menghasilkan sambungan yang kontinu (Sonawan, 2003)
Pengelasan dapat diartikan juga suatu proses penyambungan logam
di mana logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh
tekanan. Atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang
ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Menurut DIN (Deuche
Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau
logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
5

Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las


adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas.
2.3

REL
Rel digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu
kereta api tanpa memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel
kaku yang sama panjang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan.
Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan menggunakan paku rel,
sekrup penambat, atau penambat (seperti penambat Pandrol).
Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan
yang digunakan. Paku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan
kayu, sedangkan penambat digunakan untuk bantalan beton atau semen.
Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu
kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api
untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk
menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu yang lebih elastis
ketimbang bantalan beton.

2.4

PENYAMBUNGAN REL
Rel karena alasan transportasi menuju ke lokasi biasanya dari
pabrik pembuat rel dipotong menjadi rel dengan panjang 25 m. Untuk
meningkatkan kenyamanan penggunaan kereta api yang berjalan diatasnya
maka rel tersebut disambung. Penyambungan rel dilakukan dengan
beberapa cara. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan las
termit di lokasi sehingga bisa menjadi rel yang menerus. Pengelasan
menggunakan las termit dengan menggunakan bahan kimia senyawa besi
yang ditempatkan di antara kedua rel kemudian bahan tersebut direaksikan
pada suhu sampai mencairkan bahan kimia tersebut dan menyambung rel
tersebut, sisa hasil reaksi kimia tersebut kemudian dipotong dan diratakan
dengan rel.

2.5

LAS TERMIT

2.5.1

TERMIT
Termit adalah komposisi piroteknik dari bubuk logam dan
oksida logam, yang menghasilkan reaksi aluminothermic dikenal
sebagai reaksi termit. Kebanyakan jenis-jenisnya tidak meledak,
tetapi dapat membuat semburan pendek dari suhu yang sangat
tinggi terfokus pada wilayah yang sangat kecil pada waktu yang
singkat.

Gambar 1. Campuran termit menggunakan besi (III) oksida.


(sumber: Wikipedia, 2010)
Komposisi yang terdapat dalam termit dapat bermacammacam. Energi yang sering digunakan dapat berasal dari
aluminium, magnesium, kalsium, titanium, seng, silikon, dan
boron. Pengoksidasinya dapat berupa boron(III) oksida, silikon(IV)
oksida, kromium(III) oksida, mangan(IV) oksida, besi(III) oksida,
besi(II, III) oksida, tembaga(II) oksida, dan timbal(II, III, IV)
oksida. Yang paling umum adalah termit aluminium- besi (III)
oksida.
Reaksi
Karena aluminium sangat reaktif, aluminium mereduksi
oksida logam yang

lain, paling sering oksida besi, reaksinya

adalah:
Fe 2 O 3 + 2Al 2Fe + Al 2 O 3 + panas

Produk yang dihasilkan ini adalah aluminium oksida,


membebaskan unsur besi (berupa besi cair ), dan membebaskan
sejumlah besar panas. Reaktan yang biasa digunakan adalah berupa
bubuk dan dicampur dengan bahan untuk menyimpan bahan yang
padatan dan mencegah pemisahan.
Reaksi ini digunakan untuk las termit yang sering
digunakan untuk penyambungan rel kereta api. Oksida logam lain
dapat digunakan, seperti kromium oksida, untuk menghasilkan
logam dasar. tembaga termit, menggunakan oksida tembaga,
digunakan untuk membuat sambungan listrik dalam proses yang
disebut cadwelding:
3CuO + 2Al 3Cu + Al 2 O 3 + Panas
Thermit dengan partikel ukuran nano dijelaskan melalui
berbagai istilah, seperti komposit antar molekul meta stabil,
superthermite nanothermite,dan nano composite bahan energik.
Nano-termit atau "termit super" digolongkan sebagai ledakan.
Campuran termit dan belerang menghasilkan thermat yang
menurunkan titik leleh besi itu kontak bila bereaksi dengan
membentuk sebuah sistem eutektik. Hal ini berguna untuk
memotong baja.
Sejarah

Gambar 2. Reaksi termit menggunakan besi (III) oksida

(sumber: wikipedia, 2010)


Reaksi termit ditemukan pada tahun 1893 dan dipatenkan
pada 1895 oleh kimiawan Jerman, Hans Goldschmidt. Oleh karena
itu, reaksi ini kadang-kadang disebut "reaksi Goldschmidt" atau
"proses Goldschmidt". Pada awalnya Dr. Goldschmidt tertarik
dalam memproduksi logam yang sangat murni dengan menghindari
penggunaan karbon dalam peleburan, namun ia segera menyadari
nilai dalam pengelasan.
Aplikasi komersial pertama adalah pengelasan trem trek di
Essen, pada tahun 1899. Evonik, sebelumnya Degussa, adalah
seorang keturunan perusahaan Goldschmidt, sampai saat ini adalah
salah satu produsen terbesar di dunia dari las termit.
2.5.2

PROSES LAS TERMIT


Las termit atau Thermit Welding adalah suatu proses
pengelasan dimana penyatuan logam yang dilas dengan cara
memanaskannya

dengan

menggunakan

cairan

logam

yang

superpanas. Cairan logam superpanas ini dihasilkan dari reaksi


kimia eksotermik antara oksida logam (biasanya besi oksida) dan
serbuk aluminium. Penyambungan logam dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan ataupun tidak sama sekali (Sonawan, 2003)
Las termit adalah penyambungan atau las antara dua batang
rel melalui suatu reaksi kimia dengan menggunakan termit
(besioksida dengan bubuk aluminium). Reaksi termit adalah reaksi
termokimia

yang

termasuk

reaksi

eksoterm.

Metode

ini

dilaksanakan dengan bahan yang sederhana dan menghasilkan


sambungan yang baik.
Temperatur yang dihasilkan dari hasil reaksi itu adalah
sekitar 2500o C. Cairan superpanas ditampung dalam sebuah
krusibel yang tepat diletakkan di atas sambungan logam.
Selanjutnya untuk terjadi penyambungan, cairan logam superpanas
dituangkan ke dalam rongga atau celah yang terbentuk antara dua
9

logam yang akan disambung. Karena tingginya temperatur cairan


logam maka dapat menyababkan bagian logam yang akan
disambung ikut mencair dan terjadi pencampuran secara metalurgi
(Soenawan, 2003).

Gambar 3. Proses Las Termit (sumber: Sonaewan, 2003)


Reaksi pada las termit adalah sebagai berikut:
Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ
Hasil reaksi tersebut berupa besi ditambah dengan kerak
Al2O3 serta panas yang terjadi cukup untuk mencairkan besi yang
berada disekitar rel yang pada gilirannya akan memadukan besi
hasil reaksi dengan rel.

Gambar 4. Proses Las Termit pada rel (Sumber: Wikipedia, 2010)

2.6

PENGGUNAAN ALUMINIUM SEBAGAI BAHAN LAS

10

Aluminium murni, logam putih keperak-perakan memiliki


karakteristik yang diinginkan pada logam. Ia ringan, tidak magnetik dan
tidak mudah terpercik, merupakan logam kedua termudah dalam soal
pembentukan.
Aluminium adalah logam yang keras, kuat dan berwarna putih
(Cotton, 1998). Meskipun sangat elektropositif, aluminium tahan terhadap
korosi karena lapisan oksidaa yang kuat dan liat terbentuk pada
permukaannya (Cotton, 1998). Lapisan-lapisan oksida yang tebal
seringkali dilapiskan secara elektrolitik pada aluminium, yaitu proses yang
disebut anodisasi (Cotton, 1998).
Aluminium adalah unsur logam yang baisa diijumpai dalam kerak
bumi dan terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika (Cotton, 1998).
Aluminim dengan konfigurasi elektronik [Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai
tingkat oksidasi +3dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap
korosi udara. Karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen udara
menghasilkan oksidanya, Al2O3 yang membentuk lapisan nonpori dan
membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut. Lapisan
dengan ketebalan 10-4-10-6 mm sudah cukup mencegah kontak lanjut
permukaan logam dengan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena ion oksigen
mempunyai jari-jari ionik (124 pm) tidak jauh berbeda dari jari-jari
metalik atom aluminium (143 pm). Akibatnya kemasan permukaan hampir
tidak berubah, karena jari-jari ion aluminium (68 pm) tepat menempati
rongga-rongga struktur permukaan oksida, hal ini berbeda dari oksida besi
yang besifat berpori, tidak mampu melindungi bagian dalam logam besii
sehingga korosi terus berlanjut (Sugiyarto, 2001). Digunakannya
aluminium sebagai bahan las rel juga karena afinitasnya atau daya gabung
yang sangat kuat dengan oksigen.
Produk dari proses pengelasan tersebut adalah aluminium oksida.
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan
oksigen, dengan rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina,
dan dalam bidang pertambangan, keramik dan teknik material senyawa ini
lebih banyak disebut dengan nama alumina. Alumina Al2O3 adalah satu11

satunya oksida aluminium. Meskipun demikian, kesederhanaannya ini


diimbangi dengan adanya bahan-bahan polimorf dan terbentuk anhidrat
Al2O3 yaitu -Al2O3 dan -Al2O3 (Cotton, 1998).
Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik
yang baik. Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut
corundum atau -aluminum oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif
dan sebagai komponen dalam alat pemotong, karena sifat kekerasannya.

Gambar 5. Sel satuan dari corundum (sumber: Wikipedia. 2010)


-aluminium oksida stabil pada suhu tinggi dan juga metastabil
tidak terhingga pada suhu rendah, dapat dibuat dengan pemanasan Al2O3 atau oksida anhidrat apapun di atas 1000oC (~450o). -Al2O3 keras
dan tahan terhadap hidrasi dan penyerapan asam (Cotton. 1989).
Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam
aluminium terhadap perkaratan dengan udara. Logam aluminium
sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara. Aluminium
bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk
sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium.
Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1

SIMPULAN
Metode penyambungan rel kereta api salah satunya dengan
menggunakan Las Termit. Proses las termit melalui suatu reaksi kimia

12

dengan menggunakan termit (besioksida dengan bubuk aluminium).


Reaksi kimia yang terjadi adalah reaksi aluminotermit, reaksinya adalah:
Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ
3.2

SARAN
Dari beberapa metode penyambungan rel, salah satunya adalah las
termit dengan reaksi aluminotermit, diharapkan adanya pengembangan
yang lebih lanjut mengenai metode, bahan, proses yang dilakukan pada
pengelasan yang tentunya lebih baik. Dan kami menyarankan agar
dikembangkan metode las termit dengan reaksi nanotermit, yaitu meterial
atau bahan yang digunakan pada las termit berukuran nano atau sangat
kecil agar hasil pengelasannya lebih kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert, dkk. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press
Kristian, H. Sugiyrto. 2001. Kimia Anorganik II Dasar-Dasar Kimia Anorganik
Logam. Yogyakarta: Jica
Mohsin, Yulianto. 2006. http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/alumunium/
(accessed: 30 April 2010)
Soerachman,

Wendy.

2009.

sejarah

pengelasan.

On

line

at:

http://wendypost73.wordpress.com/2009/11/26/sejarah-pengelasan/feed/
(accessed 30 April 2010)
Sonawan, Hery. 2004. Pengantar Untuk Memahami Proses Pengelasan Logam.

13

Bandung: Alfabeta
Triwinanto, Puguh. 2008. Sambungan Las Termit pada Rel untuk Menunjang
Transportasi

Kereta

Ap.

On

line

at

http://xains-

info.blogspot.com/2008/03/sambungan-las-termit-pada-rel-untuk.html
(accessed 30 April 2010)
---------------.2010. on line at: http://id.wikipedia.org/wiki/Rel (accessed 30 April
2010)
---------------. 2010. On line at: http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium_oksida
(accessed 10 Mei 2010)
---------------. 2010. On line at: http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium.(accessed
10 Mei 2010)
---------------. 2010. On line at: http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Thermite&ei...(accessed 10
Mei 2010)
---------------. 2010. On line at: http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Las_termit&action=edit (accessed 10 Mei 2010)
---------------. 2010. On line at: http://id.wikipedia.org/wiki/las termit (accessed:
30 April 2010)

14

Anda mungkin juga menyukai