ABSTRAK
Ikan upside-down catfish merupakan ikan domestikasi yang berasal dari Congo, Afrika. Kebutuhan pasar
untuk ikan upside-down catfish semakin banyak dan sampai saat ini ikan ini belum dapat terpenuhi dari hasil
budidaya, karena belum banyak yang membudidayakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
budidaya ikan hias, salah satunya adalah pemberian pakan yang sesuai dengan bukaan mulut terutama
larva dan kandungan gizinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pakan alami yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan upside-down catfish. Penelitian dilakukan di hatcheri Balai
Riset Budidaya Ikan Hias selama 3 bulan, dengan menggunakan wadah berupa akuarium berukuran 40 cm
x 26 cm x 30 cm. Perlakuan berupa 3 jenis pakan alami yaitu: Moina sp., Artemia sp., dan Tubifex sp. dengan
6 kali ulangan. Tubifex sp. memberikan hasil yang tertinggi terhadap pertumbuhan larva upside-down catfish
(Synodontis nigriventris) baik pertambahan bobot sebesar 0,226 g; laju pertumbuhan harian sebesar 32,586%;
dan pertambahan panjang total sebesar 1,778 cm, diikuti Artemia, dan yang terendah Moina. Berdasarkan
uji ANOVA pemberian pakan alami menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, sedangkan ketiga jenis
pakan alami tidak berpengaruh terhadap sintasan larva.
KATA KUNCI:
PENDAHULUAN
Prospek budidaya dan usaha ikan hias semakin luas, karena ekspor ikan hias dari tahun ke tahun
semakin meningkat (Lingga & Susanto, 2003). Banyak jenis ikan hias baik tawar maupun laut yang
berpotensi untuk usaha budidaya, namun masih sedikit yang tersentuh oleh para pembudidaya.
Selain itu, banyak pula jenis ikan hias yang belum dapat dikembangbiakkan di lingkungan terkontrol.
Salah satu jenis ikan hias air tawar yang mempunyai pasar baik lokal maupun ekspor cukup baik
yang sedang marak dibudidayakan adalah upside-down catfish (Synodontis nigriventris). Ikan upsidedown catfish merupakan ikan domestikasi yang berasal dari Congo, Afrika. Ikan ini termasuk family
Machokidae, ordo Siluriformes (lele-lelean) (Ponggo, 2002). Kebutuhan pasar untuk ikan upside-down
catfish semakin banyak dan sampai saat ini ikan ini belum dapat terpenuhi dari hasil budidaya,
karena belum banyak yang membudidayakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya ikan hias, selain kondisi lingkungan
yang diusahakan untuk sesuai dengan kondisi habitat aslinya, juga pengaruh pakan yang tidak kalah
penting. Pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan pakan pada habitat asalnya. Dengan demikian
pakan alami dianggap paling memenuhi kebutuhan ikan mulai larva sampai induk ikan hias upsidedown catfish terutama untuk perkembangan larvanya. Dalam perkembangannya larva memerlukan
pakan alami yang sesuai,sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap jenis pakan yang diberikan.
Pakan alami memiliki ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut larva dan memiliki kandungan gizi
yang baik, maka sangat baik bila diberikan pada stadia larva.
Pakan alami yang telah umum diberikan untuk larva ikan hias adalah Paramecium sp., Rotifer sp.,
Daphnia sp., Moina sp., Artemia sp., Tubifex sp., dan lain-lain. Moina sp. merupakan kutu air yang
memiliki kandungan gizi yang baik dan relatif mudah didapatkan di perairan yang banyak mengandung
bahan organik (Anonim, 2007). Artemia sp. dan Tubifex sp. memiliki kandungan gizi yang tinggi dan
baik untuk pertumbuhan larva ikan (Juhariyah, 2005). Pakan alami yang digunakan dalam penelitian
ini berupa Moina sp., Artemia sp., dan Tubifex sp. untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan ikan
750
hias upside-down catfish (Synodontis nigriventris). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pakan
alami yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan upside-down catfish.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di hatcheri Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok selama 3 bulan, dengan
menggunakan wadah berupa akuarium berukuran 40 cm x 26 cm x 30 cm disertai dengan blower dan
aerasi sebanyak 18 buah. Akuarium diisi air setinggi 20 cm. Larva ikan uji yang digunakan berukuran
rata-rata bobot awal 0,005 g dan panjang awal 0,757 cm sebanyak 900 ekor dengan padat
penebaran tiap-tiap akuarium adalah 50 ekor.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 3 jenis pakan
alami dan ulangan 6 kali. Pemberian pakan dilakukan sehari 4 kali yaitu pukul 7.00, 11.00, 15.00,
dan 19.00 WIB secara adlibitum. Pakan yang digunakan untuk Moina sp. dan Artemia sp. berupa
kultur murni yang berasal dari Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok. Tubifex sp. diperoleh dari
petani cacing.
Pengambilan data dilakukan setiap 10 hari sekali sebanyak 20% dari total larva pada setiap
akuarium. Parameter yang diamati meliputi:
1. Pertumbuhan mutlak individu, dengan perhitungan menggunakan rumus berdasarkan Weatherley
(1972):
di mana:
Wm =Pertumbuhan mutlak individu (g)
Wt
=Bobot rata-rata individu akhir penelitian (g)
Wo
=Bobot rata-rata awal penelitian (g)
2. Laju pertumbuhan harian dengan perhitungan menggunakan rumus berdasarkan Huisman (1976):
di mana:
a
=Laju pertumbuhan harian (% bobot tubuh/hari)
Wt
=Bobot rata-rata individu akhir penelitian (g)
Wo
=Bobot rata-rata awal penelitian (g)
t
=Lama penelitian (hari)
di mana:
L
=Panjang total mutlak (cm)
Lt
=Panjang rata-rata individu akhir penelitian (g)
Lo
=Panjang rata-rata awal penelitian (g)
751
di mana:
S
=Persentase sintasan (%)
Nt
=Jumlah ikan akhir penelitian (ekor)
No
=Jumlah ikan awal penelitian (ekor)
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD. Sebagai data
pendukung dalam penelitian ini adalah kualitas air meliputi: pH, oksigen terlarut, karbondioksida,
kesadahan, suhu, amonia yang diukur setiap bulan. Untuk menjaga kualitas air dilakukan penyiponan
setiap hari.
HASIL DAN BAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data untuk pertumbuhan mutlak (pertambahan bobot
badan), larva upside-down catfish (Synodontis nigriventris) dengan pemberian pakan alami yang berbeda
menunjukkan pertambahan bobot tertinggi yaitu pada perlakuan C (Tubifex) dengan pertambahan
bobot total sebesar 0,226 g. Kemudian diikuti dengan perlakuan B (Artemia) dengan pertambahan
bobot total sebesar 0,159 g. Sedangkan yang terendah adalah perlakuan A (Moina) dengan pertambahan
bobot total sebesar 0,121 g. Pertambahan bobot rata-rata larva upside-down catfish disajikan pada
Gambar 1.
0.25
A (Moina sp.)
B (Artemia sp.)
C (Tubifex sp.)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0
752
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
A (Moina sp.)
B (Artemia sp.)
C (Tubifex sp.)
10 hari ke-
3
2.5
2
1.5
A (Moina sp.)
B (Artemia sp.)
C (Tubifex sp.)
1
0.5
0
0
10 hari ke-
Gambar 3. Pertambahan panjang total rata-rata individu larva upside-down catfish (Synodontis nigriventris) selama penelitian
98.80
98.60
Sintasan (%)
98.40
98.20
98.00
97.80
97.60
97.40
97.20
A (Moina sp.)
B (Artemia sp.)
C (Tubifex sp.)
753
pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, dan pertambahan panjang, diikuti Artemia, dan yang
terendah Moina. Berdasarkan uji ANOVA juga menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,5).
Pertumbuhan larva ikan sangat dipengaruhi oleh ukuran bukaan mulut dan nilai nutrisi pakan
yang tinggi. Menurut Effendie (1979), persyaratan pakan yang sesuai adalah berukuran kecil, lebih
kecil dari bukaan mulut larva. Selanjutnya dinyatakan oleh Murdinah et al. (1999) dalam Handayani
(2006), pemberian pakan yang bermutu dan disenangi oleh ikan selain dapat mempertinggi derajat
efisiensi penggunaan pakan juga dapat memacu pertumbuhan dan sintasan. Lemak merupakan sumber
energi non protein yang berfungsi juga untuk memelihara struktur dan fungsi membrane sel (NRC,
1983 dalam Juhariyah, 2005). Kebutuhan lemak pada ikan berbeda-beda tergantung dari spesiesnya
dan rata-rata berkisar antara 4%18% (Takeuchi, 1972 dalam Afrianto, 2005). Sesuai dengan hasil
analisis proksimat ketiga jenis pakan tersebut didapatkan bahwa kadar lemak terbesar adalah Tubifex (Tabel 1). Selain kadar lemak yang tinggi Tubifex tersebut tidak mempunyai rangka skeleton dan
bentuknya yang benang bersegmen sehingga mudah dicerna dan sangat baik untuk pertumbuhan
larva upside-down catfish (Yaroshenko, 1967 dalam Juhariah, 2005). Selain itu, menurut Bardach et al.
(1972) dalam Kadarini (2005), Tubifex di dalam usus tercerna lebih cepat hanya 1,52 jam, sedangkan
untuk Artemia dan Moina memerlukan waktu cerna 24 jam.
Tabel 1.
Sampel
Kadar
air (%)
Protein
Lemak
Abu
Serat kasar
BTEN
Moina sp.
Tubifex sp.
Artemia sp.
95,46
85,39
87,19
60,36
57,10
52,19
9,65
15,95
14,75
8,75
5,32
11,2
2,46
1,94
1,73
18,78
19,69
20,88
Menurut pendapat Lovell (1989) dalam Chumaidi & Priyadi (2005), kualitas pakan tidak hanya
ditentukan oleh tingginya kandungan gizi namun juga ditentukan oleh kemampuan ikan mencerna
dan menyerap pakan yang dimakan. Moina memiliki dinding tebal dan terdiri atas cangkang tanpa
duri sehingga sulit untuk dicerna oleh larva. Selain itu, Moina merupakan planktonik, melayanglayang bergerak aktif sehingga menyulitkan bagi larva upside-down catfish.
Ketiga jenis pakan alami berdasarkan uji ANOVA tidak berpengaruh terhadap sintasan larva upside-down catfish selama penelitian. Oleh karena itu, mortalitas larva yang terjadi selama penelitian
diduga antara lain disebabkan oleh padat penebaran, ketersediaan pakan, ruang gerak, dan lain-lain.
Sesuai dengan pendapat Suhenda et al. (1993), sintasan ikan sangat ditentukan oleh ketersediaan
pakan. Ikan akan mengalami kematian bila dalam waktu singkat tidak berhasil mendapatkan makanan,
karena terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga.
Kualitas air selama penelitian dilakukan pengukuran setiap bulan. Selama penelitian kualitas air
masih menunjukkan kondisi yang optimal bagi kehidupan larva upside-down catfish. Data pengukuran
kualitas air selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian
Perlakuan
A (Moina sp.)
B (Artemia sp.)
C (Tubifex sp.)
Suhu
(C)
pH
2627 66,5
2627 66,5
2627 6,5
Oksigen
terlarut (mg/L)
Karbondioksida
(mg/L)
3,534,59
3,535,30
4,594,94
3,997,99
3,997,99
3,997,99
Kesadahan
(mg/L)
Amonia
(mg/L)
12,5125,02 0,00030,0012
15,6431,28 0,00060,0042
15,6446,92 0,00020,0033
Suhu air upside-down catfish berkisar antara 22C27C (http://www.scotcat.com), sedangkan pada
penelitian ini didapatkan kisaran 26C27C. pH optimal untuk mendukung pertumbuhan ikan upside-down catfish berkisar antara 6,8 (http://www.timstropical.com), pada pengamatan yang dilakukan
754
adalah 66,5 untuk semua perlakuan dinyatakan optimal. Oksigen terlarut merupakan komponen
yang penting untuk metabolisme. Kandungan oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan upside-down
catfish berkisar antara 57 mg/L (http://www.scotcat.com), sedangkan hasil pengamatan 3,535,30
mg/L, walaupun sangat rendah tetapi masih batas toleransi. Karbondioksida optimal upside-down
catfish berkisar antara adalah 39 mg/L (http://www.scotcat.com), hasil pengukuran 3,997,99 mg/L.
Kesadahan optimal menurut Satyani (2001) adalah 050 mg/L, sedangkan pada penelitian ini 12,51
46,92 mg/L. Amonia yang merupakan senyawa beracun berasal dari buangan hasil metabolisme
yang dapat ditolerir adalah 0,0050,06 mg/L, sedangkan pada penelitian diperoleh 0,00020,0042
mg/L. Secara keseluruhan hasil pengukuran kualitas air masih sesuai dengan kebutuhan kehidupan
larva upside-down catfish.
KESIMPULAN
Pemberian pakan alami berupa Moina, Artemia, dan Tubifex memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap larva ikan upside-down catfish (Synodontis nigriventris) baik meliputi pertumbuhan,
laju pertambahan harian, dan pertambahan panjang, tetapi tidak berpengaruh terhadap sintasannya.
Tubifex memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan mutlak (pertambahan bobot), laju
pertambahan harian, dan pertambahan panjang total.
Saran
Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai pengukuran diameter bukaan mulut larva ikan upside-down catfish (Synodontis nigriventris) dan pakan alami yang digunakan sehingga dapat efektif
untuk pemeliharaan larva ikan tersebut.
DAFTAR ACUAN
Afrianto, E. 2005. Pakan Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Anonymous. 2006. Synodontis nigriventris. http://www.scotcat.com/factsheets/s_nigriventris.htm, 3 pp.
Anonymous. 2007. Upside-down Catfish Information. http://www.timstropicals.com/Inventory/Catfish/
UpsideDownCatfishInfo.asp, 1 pp.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Waterwarm Fish Pond. Auburn University Agricultural Experiment
Station, Alabama.
Chumaidi & Priyadi, A. 2005. Pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda terhadap biomassa dan
nisbah konversi pakan ikan tilan merah (Mastacembellus erythrotaenia Bleeker). J. Pen. Perik. Indonesia, IV: 8993.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan I. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
__________. 2004. Metode Biologi Perikanan. Cetakan II. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Handayani, S. 2006. Pengaruh Penggunaan Tepung Kepala Udang Windu pada Pakan Buatan terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lobster Air Tawar (Cherax albertisi). Skripsi. FMIPA-UNJ.
Huisman, F.A. 1976. Food conversion efficiencies at maintenance and production level carp (Cyprinus
carpio) and rainbow trout (Salmonella gairdneri). Aquaculture, 9: 259273.
Juhariyah, D. 2005. Pengaruh pemberian nauplii Artemia sp., Moina sp., dan Tubifex sp. terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan botia (Chromobotia macrachantus Bleeker). Skripsi.
Fakultas Biologi UNAS.
Kadarini, T. 2005. Pengaruh pemberian cacing rambut, Chironomus , dan campurannya terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih balashark (Balantiocheilus melanopterus Bleeker). J.
Pen. Perik. Indononesia, III: 169174.
Lingga, P. & Susanto, H. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ponggo, A.D. 2002. Petunjuk beberapa Jenis ikan Akuarium Air Tawar. TMII, Jakarta.
Satyani, D. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suhenda, N., Sumastri, S., & Priyadi, A. 1993. Pertumbuhan benih ikan lele keli (Clarias melanoderma)
yang mendapat pakan dengan kadar protein yang berbeda. Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas
dan Studi Khusus. Balitbangtan.
Weatherley, A.H. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. Academic Press, New York London.