Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat
menyebabkan
keadaan
gawat
thorax
akut.
Trauma
thoraks
Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.
Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta
esofagus
dada.Mediastinum
dibagi
menjadi
bagian
anterior,
medius,
rongga
dada.
Inspirasi
terjadi
karena
kontraksi
otot
diafragma
akan
naik
ketika
m.intercostalis
akan
tidak
Dengan
demikian
ekspirasi
merupakan
kegiatan
pasif
(Sjamsuhidajat, 2004).
B. KLASIFIKASI
Trauma thorax dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma
tembus dan trauma tumpul.
a. Trauma tembus (tajam)
penyebab trauma
Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
Sekitar 10-30% memerlukan operasi thorakotomi
Yang termasuk trauma tembus adalah: pneumothorax terbuka,
hemothorax,
trauma
tracheobronkial,
contusion
paru,
rupture
blast injuries
Kelainan tersering akibat trauma tumpul thorax adalah kontusio paru
Sekitar <10% yang memerlukan operasi thorakotomi
Yang termasuk trauma tumpul adalah: tension pneumothorax, trauma
tracheobronkial, flail chest, rupture diafragma, trauma mediastinal,
fraktur costae
C. ETIOLOGI
Trauma pada thorax dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan
trauma tajam. Penyebab trauma thorax tersering adalah karena kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis
tabrakan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar dan
terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat
yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab
trauma thorax oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3, berdasarkan
tingkat energinya yaitu: trauma tusuk atau tembak dengan energy rendah,
berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki per derti (seperti
pistol) dan trauma thorax oleh karena proyektil berenergi tinggi (senjata militer)
dengan kecepatan melebihi 3000 kaki per detik. Penyebab trauma thorax yang
lain oleh karena adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru bisa
menimbulkan pecah atau pneumothorax (seperti pada scuba).
Mekanisme Trauma
Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma.
Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi);
sesuai dengan hokum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung
pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma
tersebut).
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak;
penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata milter high
velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan
dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk
peluru.
Deselerasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya
deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan
pengikat/ fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronchus utama, diafragma atau
atrium. Akibat adanya deselarasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat
terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau
porosnya.
Blast injury
Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung
D. PROGNOSIS PENYAKIT
a. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura
sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding
dada yang menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila
luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi
udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut
sehingga terjadi sesak nafas yang hebat
b. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam
cavum
pleura
mengakibatkan
pneumothorak.
Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah
tension
yang cedera,
Trauma thorax
Mengenai rongga thorax
paru-paru
wound).
Open pneumothorax
Close pneumothorax
Tension pneumothorax
Nyeri bernapas/pernafasan
asimetris/adanya jejas/trauma
- perubahan kenyamanan
nyeri
-
F. MANIFESTASI KLINIS
1 Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
Gelisah.
Pucat,
Keringat dingin.
Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
Pekak jantung melebar.
Bunyi jantung melemah.
Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
ECG terdapat low voltage seluruh lead.
Perikardiosentesis keluar darah
2 Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan
3 Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali. Pada auskultasi
terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat
luka internal hebat seperti aorta yang ruptur.Luka tikaman dapat penetrasi
melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
Tanda-tanda dan gejala umum pada trauma thorak :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
simtomatik, observasi.
Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan
dipertimbangkan thorakotomi.
Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih
dari 800 cc segera thorakotomi.
H. PENATALAKSANAAN
1) Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti:
a.
Diagnostik:
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
b.
c.
kecil
melakukan
dibelakang,
pernapasan
atau
memberi
perut,
merubah
tahanan
posisi
pada
tubuh
slang,
sambil
yang cedera.
Mendorong berkembangnya paru-paru.
Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan
radiologi.
o Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
o Tidak ada pus dari selang WSD.
3) Therapy
Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
WSD (hematotoraks).
Pungsi.
Torakotomi.
Pemberian oksigen.
Antibiotika.
Analgetika.
Expectorant.
I. KOMPLIKASI
m. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
n. Pleura,
paru-paru,
bronkhi:
hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
o. Jantung: tamponade jantung; ruptur jantung; ruptur otot papilar; ruptur klep
jantung.
p. Pembuluh darah besar: hematothoraks.
q. Esofagus: mediastinitis.
r. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan
(Mowschenson, 1990).
hati,
limpa
dan
ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit.EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula.Edisi 2.
Binarupa Aksara : Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth
Ed.8 Vol.3.EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.