Anda di halaman 1dari 11

Definisi

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat

menyebabkan

keadaan

gawat

thorax

akut.

Trauma

thoraks

diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka


atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda
tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax dan
atau organ intra thorax, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena
trauma tajam (Kukuh, 2002; David, 2005)
A. ANATOMI

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada,


terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan
sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan
menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang
interkostalis dan diberi nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh:
ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma
adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan digunakan
selama inspirasi.
Dinding dada.

Tersusun dari tulang dan jaringan lunak.Tulang yang membentuk


dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum,
tulang clavicula dan scapula.Jarinan lunak yang membentuk dinding dada
adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis
dan torakalis interna.

Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.
Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta
esofagus

Isi rongga torak.


Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru.Rongga ini dibatasi oleh
pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di
tengah

dada.Mediastinum

dibagi

menjadi

bagian

anterior,

medius,

posterior dan superior.


Dada berisi organ vital paru dan jantung.Pernafasan berlansung
dengan bantuan gerak dinding dada.Jaringan paru dibentuk oleh jutaan
alveolus yang mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan
mengecilnya

rongga

dada.

Inspirasi

terjadi

karena

kontraksi

otot

pernafasan , yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan


rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara
terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil
kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra
abdomen,

diafragma

akan

naik

ketika

m.intercostalis

akan

tidak

berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan


jaringan paru, dan tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot
intracostal dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan
inspirasi.

Dengan

demikian

ekspirasi

merupakan

kegiatan

pasif

(Sjamsuhidajat, 2004).
B. KLASIFIKASI
Trauma thorax dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma
tembus dan trauma tumpul.
a. Trauma tembus (tajam)

Terjadinya diskontinuitas dinding thorax (laserasi) langsung akibat

penyebab trauma
Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
Sekitar 10-30% memerlukan operasi thorakotomi
Yang termasuk trauma tembus adalah: pneumothorax terbuka,
hemothorax,

trauma

tracheobronkial,

contusion

paru,

rupture

diafragma, trauma mediastinal


b. Trauma tumpul
Tidak terjadi diskontinuitas dinding thorax
Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau

blast injuries
Kelainan tersering akibat trauma tumpul thorax adalah kontusio paru
Sekitar <10% yang memerlukan operasi thorakotomi
Yang termasuk trauma tumpul adalah: tension pneumothorax, trauma
tracheobronkial, flail chest, rupture diafragma, trauma mediastinal,
fraktur costae

C. ETIOLOGI
Trauma pada thorax dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan
trauma tajam. Penyebab trauma thorax tersering adalah karena kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis
tabrakan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar dan
terguling. Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat
yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab
trauma thorax oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3, berdasarkan
tingkat energinya yaitu: trauma tusuk atau tembak dengan energy rendah,
berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki per derti (seperti
pistol) dan trauma thorax oleh karena proyektil berenergi tinggi (senjata militer)
dengan kecepatan melebihi 3000 kaki per detik. Penyebab trauma thorax yang
lain oleh karena adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru bisa
menimbulkan pecah atau pneumothorax (seperti pada scuba).
Mekanisme Trauma
Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma.
Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi);
sesuai dengan hokum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung

pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma

tersebut).
Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak;
penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata milter high
velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan
dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk
peluru.

Deselerasi

Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya


terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma.
Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam mobile
(seperti bronchus, sebagian aorta, organ vicera, dsb) masih bergerak dan
gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding thorax/ rongga
rubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.

Torsio dan rotasi

Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya
deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan
pengikat/ fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronchus utama, diafragma atau
atrium. Akibat adanya deselarasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat
terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau
porosnya.

Blast injury

Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung

dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom.


Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang
energy.

D. PROGNOSIS PENYAKIT
a. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura
sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada dinding
dada yang menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound ). Apabila

luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi
udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut
sehingga terjadi sesak nafas yang hebat

b. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam

cavum

pleura

mengakibatkan

pneumothorak.
Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah

tension

yang cedera,

sedangkan pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.


c. Hematothorak masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada.Ada
perkusi terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.
d. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada
satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi
segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang
dikenal dengan pernafasan paradoksal.
E. PATOFISIOLOGI
Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang
sangat mudah terkena tumbukan luka.Karena dada merupakan tempat jantung,
paru dan pembuluh darah besar.Trauma dada sering menyebabkan gangguan
ancaman kehidupan.Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi
kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk
pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka
dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ
Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang
dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa
penetrasi atau non penetrasi ( tumpuln ). Luka dada penetrasi mungkin
disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara
atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme
ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru,
kantung dan struktur thorak lain.

Trauma thorax
Mengenai rongga thorax

Terjadi robekan pembuluh darah

sampai rongga pleura,udara

intercostal, pembuluh darah jaringan

bila masuk (pneumothorax)

paru-paru

karena tekanan negatif intrapleura

terjadi perdarahan : (perdarahan

maka udara luar akan terhisap

jaringan interstitium, perdarahan

masuk kerongga pleura (sucking

intraalveolar, diikuti kolaps kapiler

wound).

Kecil-kecil dan ateleksasi)

Open pneumothorax

tekanan perifer pembuluh paru naik

Close pneumothorax

(aliran darah turun).

Tension pneumothorax

- Ringan < 300 cc = di punksi

Sedang 300-800 cc = di Drain

Berat > 800 cc = torakotomi

Tekanan pleura meningkat terus


Tekanan pleura meningkat terus
Sesak napas yang progresif

mendesak paru-paru (kompresi &

Nyeri bernapas dekompresi).


Bising napas berkurang hilang
Bunyi napas sonor/hipersonor
Photo thorax gambaran udara lebih
dari rongga thorax.

pertukaran gas berkurang

Sesak napas yang progresif

Nyeri bernapas/pernafasan
asimetris/adanya jejas/trauma

Bising napas tak terdengar

Nadi cepat/lemah, anemis/pucat.

Photo thorax 15-35%

WSD (Water Seal Drain)

Terdapat luka pada WSD

Nyeri pada luka bila bergerak

- resiko terhadap infeksi

Perawatan WSD harus diperhatikan

- perubahan kenyamanan

Inefektif kebersihan jalan nafas

- kerusakan integritas kulit

nyeri
-

ketidakefektifan pola pernafasan


gangguan mobilitas fisik

F. MANIFESTASI KLINIS
1 Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
Gelisah.
Pucat,
Keringat dingin.
Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
Pekak jantung melebar.
Bunyi jantung melemah.
Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
ECG terdapat low voltage seluruh lead.
Perikardiosentesis keluar darah
2 Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan
3 Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali. Pada auskultasi
terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat
luka internal hebat seperti aorta yang ruptur.Luka tikaman dapat penetrasi
melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
Tanda-tanda dan gejala umum pada trauma thorak :

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ada jejas pada thorak


Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
Penurunan tekanan darah
Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
Bunyi muffle pada jantung
Perfusi jaringan tidak adekuat
Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan

pernapasan) dapat terjadi dini pada tamponade jantung


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi: X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
b. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
c. Torasentesis: menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
d. Hemoglobin: mungkin menurun.
e. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
f. Pa O2 normal / menurun.
g. Saturasi O2 menurun (biasanya).
h. Toraksentesis: menyatakan darah/cairan.
i. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
j.

simtomatik, observasi.
Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan

continues suction unit.


k. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
l.

dipertimbangkan thorakotomi.
Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih
dari 800 cc segera thorakotomi.

H. PENATALAKSANAAN
1) Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti:
a.
Diagnostik:
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
b.

sebelum penderita jatuh dalam shock.


Terapi:
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga
pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of

c.

breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya


Preventive:

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura


sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
2) Perawatan WSD dan pedoman latihanya:
a Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti
verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang
menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu
b
c

menyeka tubuh pasien.


Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang
hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
Dalam perawatan yang harus diperhatikan:
Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang
dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga

rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.


Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang
bantal

kecil

melakukan

dibelakang,
pernapasan

atau

memberi

perut,

merubah

tahanan
posisi

pada
tubuh

slang,
sambil

mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas


d

yang cedera.
Mendorong berkembangnya paru-paru.
Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
Latihan napas dalam.
Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan
batuk waktu slang diklem.
Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc.
Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan
torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan

juga secara bersamaan keadaan pernapasan.


Suction harus berjalan efektif:
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi
dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna

muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.


Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk
jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang,
ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di

bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh


gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang
g

tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.


Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
o Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan
o

yang keluar kalau ada dicatat.


Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan

adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.


Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk

yaitu meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.


Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol

dan slang harus tetap steril.


Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-

sendiri, dengan memakai sarung tangan.


Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga
dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

Dinyatakan berhasil, bila:


o Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan

radiologi.
o Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
o Tidak ada pus dari selang WSD.
3) Therapy
Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
WSD (hematotoraks).
Pungsi.
Torakotomi.
Pemberian oksigen.
Antibiotika.
Analgetika.
Expectorant.
I. KOMPLIKASI
m. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
n. Pleura,
paru-paru,
bronkhi:
hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
o. Jantung: tamponade jantung; ruptur jantung; ruptur otot papilar; ruptur klep
jantung.
p. Pembuluh darah besar: hematothoraks.
q. Esofagus: mediastinitis.
r. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan
(Mowschenson, 1990).

hati,

limpa

dan

ginjal

DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit.EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula.Edisi 2.
Binarupa Aksara : Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth
Ed.8 Vol.3.EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai