Sungai Kikisan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

SUNGAI KIKISAN

Disusun Oleh :
1. Yudistira Yacobus Raynaldo (325120065)
2. Bernardus Vidianto (325120081)
3. Jelissa Juventia (325120082)
4. Calvim Jonathan (325120061)
5. Hans Filbert (325120085)
6. Anshin (325120086)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Dr. Wati A. Pranoto, Ir, M.T.
atas bimbingannya dalem menyusun makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebaik baiknya.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, apabila terdapat kekurangan kami akan memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini menjadi lebih baik.

Jakarta, September 2015

Tim Penyusun

2 | Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1......................................................................................................Latar Belakang 4
1.2.................................................................................................Maksud & Tujuan 4
BAB II DASAR TEORI
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.

..............................................................................................Pengertian Sungai
...................................................................................Proses Terjadinya Sungai
.......................................................................................................Jenis Sungai
.............................................................................................Pola Aliran Sungai
...................................................................................................Sungai Kikisan

5
6
6
9
11

BAB III STUDI KASUS


ANCAMAN LONGSOR AKIBAT KIKISAN DI SUNGAI CIAPUS...........................13
BAB IV ANALISIS
4.1.....................................................................................................................Sebab 16
4.2....................................................................................................................Akibat 17
BAB V KESIMPULAN
5.1...........................................................................................................Kesimpulan 18
5.2.....................................................................................................................Saran 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

3 | Page

1.1.

Latar Belakang
Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5

ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai
(DAS) mencapai 1.512.466 km2. Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga
mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya,
transportasi, pariwisata dan lainnya.
Sungai dan anak sungai tersebut umumnya terbentuk karena peristiwa alam, tetapi ada
juga yang dibentuk oleh manusia. Terdapat berbagai macam tipe tipe sungai yang dapat
dikelompokkan menurut bentuk, pola aliran, jumlah air, dan sumber airnya. Pada makalah ini
akan dibahas lebih lanjut mengenai salah satu macam sungai, yaitu Sungai Kikisan.

1.2.

Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dalam membuat makalah ini, antara lain sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian Sungai Kikisan.
2. Menjelaskan proses terjadinya Sungai Kikisan.
3. Menyebutkan contoh Sungai Kikisan yang ada di Indonesia.

BAB II
DASAR TEORI

4 | Page

2.1.

Pengertian Sungai
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih

tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau sungai yang
lebih besar. Arus air di bagian hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan)
biasanya lebih deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai seringkali
berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan pengendapan di sepanjang sungai.
Pada

beberapa

kasus,

sebuah sungai secara sederhana


mengalir meresap ke dalam tanah
sebelum menemukan badan air
lainnya.

Melalui

sungai

merupakan cara yang biasa bagi


air hujan yang
di daratan untuk

turun
mengalir

ke laut atau tampungan air yang


besar seperti danau. Sungai terdiri
Gambar 2.1. Sungai Mahakam

dari beberapa bagian, bermula


dari mata air yang mengalir ke

anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran
air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan.
Pengujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di
beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan
sedimen dan polutan.
Air sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan,misalnya untuk
mencuci, memasak, mandi, irigasi pertanian, dan sebagai sumber air minum. Hewan dan
tumbuhan membutuhkan air untuk kehidupannya. Selain itu, sungai-sungai besar digunakan
sebagai sarana transportasi yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Air
sungai juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

2.2.

Proses Terjadinya Sungai


5 | Page

Gambar 2.2. Bagian


Bagian Sungai

Air hujan ada yang jatuh di laut, ada yang jatuh di atas daratan. Air yang jatuh di
daratan, ada yang meresap masuk (infiltrasi) ke dalam tanah, hingga mencapai suatu lapisan
tanah yang tidak tembus air (kedap air). Kemudian, menjadi air tanah dan sebagian lagi
menjadi air di permukaan. Air tanah ini akan muncul kembali di bagian permukaan tanah
yang lebih rendah sebagai mata air, misalnya di lembah-lembah atau kaki pegunungan. Air
dari mata air itu mengumpul dan mengalir ke tempat yang lebih rendah yang kemudian pada
waktu tertentu air tersebut mencapai laut. Aliran semacam itulah yang kemudian disebut
sungai.

2.3.

Jenis Sungai
Jenis jenis sungai dapat dikelompokkan berdasarkan hal hal berikut ini.

A. Bentuk Aliran Sungai

6 | Page

Gambar 2.3. Bentuk Aliran Sungai

1. Sungai konsekuen lateral, yaitu arah alirannya menuruni lereng-lereng asli yang
ada di permukaan bumi
2. Sungai konsekuan longitudinal, yaitu arah alirannya sejajar dengan antiklinal
(bagian puncak pegunungan)
3. Sungai subsekuen, yaitu terjadi jika sebuah sungai konsekuen lateral mengalami
erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya. Sungai tersebut
akan melakukan erosi ke samping.
4. Sungai superimposed, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar
yang menutupi lapisan batuan dibawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai
tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan
yang semula tertutup, sehingga aliran sungai itu tidak sesuai dengan strukturu
batuan.
5. Sungai anteseden, yaitu arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi
pengangkatan yang terjadi.
6. Sungai resekuen, yaitu mengalir menuruni kemiringan patahan dari formasiformasi geologis di suatu daerah dan searah dengan sungai konsekuen lateral.
7. Sungai obesekuen, yaitu mengalir menuruni permukaan patahan, berlawanan
dengan dip dari formasi-formasi patahan.

7 | Page

8. Sungai insekuen, yaitu terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab yang nyata.
Mengalir dengan rah tak tentu.
9. Sungai reserve, yaitu sungai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya
melawan suatu pengngkatan.
10. Sungai komposit, yaitu sungai yang mengalir pada daerah yang berlainan struktur
geologinya.
11. Sungai anaklinal, yaitu sungai yang mengalir pada permukaan, yang terngkat
secara lambat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus
sungai.
12. Sungai compound, yaitu mengalir dari daerah yang berlawanan struktur
geologinya.

B. Debit Air
1. sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito, dan Mahakam di
Kalimantan, Sungai Musi dan Sungai Indragiri di Sumatra.
2. sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak
terdapat di Pulau Jawa, misalnya Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa
Tengah, Sungai Progo dan Sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta, serta
Sungai Brantas di Jawa Timur.
3. sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang mengalirkan airnya
pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering. Contoh
sungai jenis ini adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba dan Sungai Batanghari di
Sumatra.
4. sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Pada hakekatnya, sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja
pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

8 | Page

C. Sumber Air
1. sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan. Banyak dijumpai di Pulau
Jawa dan kawasan Nusa Tenggara.
2. sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es. Banyak dijumpai di
negara-negara yang beriklim dingin, seperti Sungai Gangga di India dan Sungai
Rhein di Jerman.
3. sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es. Dapat
dijumpai di Papua, contohnya Sungai Digul dan Sungai Mamberamo.

2.4.

Pola Aliran Sungai

Gambar 2.4. Pola Aliran Sungai

1. Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring
sekali, sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan
ke tempat yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat
terbentuk pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng
aslinya miring sekali ke arah laut.

9 | Page

2. Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur
patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini
merupakan pola aliran siku - siku.
3. Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku - siku tetapi lebih kecil
atau lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai - sungai masih
mengikuti garis - garis patahan.
4. Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang
baru mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng pegunungan.
5. Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera
dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi
tersebut.
6. Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
7. Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera
yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent,
subsequent, resequent dan obsequent.
8. Dendritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada
daerah yang batuannya homogen, dan lerengnya tidak begitu terjal, sehingga
sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan
pendek.

2.5.

Sungai Kikisan

A. Proses Terjadinya Sungai Kikisan


Secara alami sungai selalu mengalami aktivitas. Aktivitas-aktivitas sungai antara lain
seperti mengikis dinding-dinding saluran sungai (erosi), mengangkut material batuan hasil
10 | P a g e

kikisan (transportasi), dan mengendapkan material-material tersebut (sedimentasi). Aktivitas


tersebut bergantung pada faktor kemiringan, luas daerah aliran sungai, volume air sungai, dan
kecepatan aliran. Aktivitas aliran sungai tersebut menyebabkan terjadinya pendalaman,
pelebaran dan pemanjangan lembah sungai. Lembah sungai adalah bentuk permukaan yang
memanjang dan lebih rendah dari daerah sekitarnya. Pendalaman terjadi di daerah hulu karena
erosi yang kuat (erosi vertikal), pelebaran terjadi karena pengikisan pada dinding sungai
(erosi lateral) dan pemanjangan terjadi di daerah hulu karena adanya erosi mundur. Aktivitas
sungai juga dapat mengakibatkan terbentuknya meander, dataran banjir, dan delta.

B. Pengertian Sungai Kikisan

Gambar 2.6. Meander

Sebuah Meander terbentuk ketika air bergerak di sungai mengikis tepi luar dan
memperlebar lembah nya. Sebuah aliran air dalam volume berapapun dapat mengakibatkan
jalur air menjadi berkelok-kelok, berkali kali mengikis endapan atau sedimen dari luar
tikungan dan mengendapkannya mereka di dasar sungai. Hasilnya adalah pola meliuk seperti
ular menerus sepanjang watershed atau daerah aliran sungai. Meander atau sungai yang
berkelok, secara umum adalah tikungan dalam aliran air atau sungai berliku-liku. Jadi dapat
dikatakan sungai meander dihasilkan dari proses pengikisan sehingga dapat disebut Sungai
Kikisan.

11 | P a g e

C. Sungai Kikisan (Meander) dan Entranched Meander


Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing
sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada
suatu sungai yang berusia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran
sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran. Pembelokan ini
terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus
melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.
Leopold dan Wolman (1957) menyebut sungai meandering jika
sinusity-

nya lebih daru 1.5. Pada sungai tipe ini erosi secara
umum

horizontalnya

lebih

lemah

sehingga

pengendapan

sedimen

kuat.

Erosi

besar dibandingkan erosi vertical, perbedaan ini semakin

besar pada waktu banjir. Hal ini

menyebabkan aliran sungai sering berpindah tempat

secara mendatar. Ini rerjadi karena

adanya pengikisan horizontal pada tepian sungai oleh

aliran air utama pada daerah

kelokan sungai pinggir luar dan pengendapan pada

kelokan tepi dalam.

Gambar 2.5. Pengikisan Tepi


Sungai

BAB III
STUDI KASUS
ANCAMAN LONGSOR AKIBAT KIKISAN DI SUNGAI
CIAPUS
12 | P a g e

Ratusan Rumah Terancam Longsor Akibat Kikisan Sungai, Jawa Barat, 12 July, 2011 21:16
Kondisi salah satu rumah warga yang berada di bantaran Sungai Ciapus di daerah
Bogor Barat yang terus mengakami pengikisan karena derasnya arus sungai Ciapus diduga
karena kurangnya daerah resapan, Selasa (12/7). Ratusan rumah warga yang berada di
bantaran Sungai Ciapus terancam longsor karena pengikisan tanah di bantaran sungai yang
semakin parah.
BOGOR, (PRLM).- Ratusan rumah yang ada di bantaran Sungai Ciapus di wilayah
Bogor Barat, Bogor Selatan Kota Bogor hingga Kec. Ciomas Kab. Bogor terancam longsor
pascabanjir bandang yang menerjang kawasan tersebut akhir Mei lalu. Hingga saat ini, tanah
di sekitar aliran sungai ini terus mengalami pengikisan sehingga membuat cemas warga yang
tinggal di sekitar bantaran sungai tersebut.
Salah seorang warga Bogor Barat, Yani (45) yang ditemui "PRLM", Selasa (12/7)
mengaku keluarganya selalu mengungsi jika hujan deras turun di wilayahnya. "Bahkan, kalau
udah keliatan mendung sedikit saja, anak-anak saya sudah panik dan ketakutan dan pengen
ngungsi aja. Mungkin trauma atau memang benar-benar takut banjir bandang kembali
melanda. Soalnya sekarang saja, teras rumah kami terus terkikis air sungai," ungkap Yani.
Menurut Yani, beberapa waktu lalu Lurah setempat sempat datang meninjau lokasi.
Namun, tidak ada janji atau solusi yang ditawarkan untuk warga. "Ya, kami sih, mintanya
supaya bantaran kalinya ditata lagi. Entah itu ditanggul atau digimanain. Yang penting bikin
13 | P a g e

warga tenang tinggal di rumahnya dan tidak perlu ngungsi lagi karena takut rumahnya
longsor," kata Yani.
Selain keluarga Yani, beberapa keluarga yang ada di bantaran sungai tersebut juga
mengaku sering waswas saat hujan lebat turun di wilayah mereka. saking takutnya, mereka
lebih sering mengungsi ke rumah saudara yang lebih aman dibandingkan tinggal di rumah
mereka sendiri.
"Rumah ditinggalin saja. Kalau hanya barang yang hilang masih bisa dicari lagi. Tapi
kalau nyawa,enggak bisa diganti," ujar warga lainnya, Yuli (34).
Dikatakan Yuli, sejak banjir bandang terjadi, pengikisan tanah di sekitar sungai terus
terjadi. Bahkan, tanggul darurat yang terbuat dari bebatuan yang ditata oleh warga pun sudah
mengkhawatirkan karena terlihat rapuh. Banyak pula bagian belakang puluhan rumah yang
ada di bantaran sungai ini juga hampir habis terkikis air sungai.
"Sekarang, bagian dapur saya sudah hampir mepet dengan air sungai. Takutnya, kalau
hujan deras rumah kami ambruk karena tanahnya longsor terseret air sungai," kata salah
seorang warga Ciomas, Dedeh (54).
Menurut dia, warga sudah melaporkan kerisauan mereka ini kepada pejabat desa
terdekat. Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan yang positif soal perbaikan bantaran
kali atau pembangunan tanggul di sisi kali.
"Kalau bisa memang dibangun tanggul penahan agar air sungai tidak terus menerus
mengikis tanah dan rumah kami. Atau digimanainlah, yang penting warga merasa nyaman,"
lanjut Dedeh.
Ancaman tanah longsor akibat pengikisan oleh air sungai juga terjadi pada
pemukiman di sekitar SD Ciapus 06, Desa Sukaraja Kec. Ciomas, Kab. Bogor. Derasnya
aliran sungai serta kurangnya lahan resapan air diduga menjadi penyebab utama atanah
semakin habis terkikis dan terancam longsor.
"Saya khawatir SD akan longsor dan menjalar ke SMAN Ciomas. Saat ini saja tanah
terus mengikis bahkan ada makam yang hampir tertimbun," kata Kepala SMAN 1 Ciomas,
Agus Purwanto.
Saat ini, warga hanya bisa membuat tanggul sementara dengan menanam pohon di
sepanjang bantaran sungai guna menghindari abrasi. "Tapi kayaknya enggak akan optimal.
14 | P a g e

Sebab, hujan yang kemarin saja bisa menghanyutkan pohon besar, gimana dengan tanaman
yang kecil ini," ucap salah seoang warga, Jefri (54).
Catatan pada Pemerintahan Kecamatan Ciomas menyebutkan Desa Sukaraja dan
Sukamakmur memang daerah rawan longsor karena tanah di aliran Sungai Ciapus terus
mengalami pengikisan. Kasi Pembangunan Kecamatan Ciomas, Toto Susilo mengatakan
pihaknya terus menghimpun laporan dari desa dan warga. "Kami masih menunggu laporan
akurat, untuk kami tindaklanjuti," lanjutnya.
Menurut dia, apabila kondisi mendesak dan membahayakan warga, maka akan
diusulkan bantuan bronjong kepada pemkab. "Meski tidak bisa langsung cair, karena butuh
proses dan mekanisme yang relatif panjang," tambah Toto. (A-155/A-88)***

BAB IV
ANALISIS
4.1.

Sebab

15 | P a g e

Berdasarkan studi kasus pada bab sebelumnya, maka Sungai Ciapus dapat
dikelompokkan sebagai Sungai Kikisan. Oleh karena itu, penyebab ancaman longsor pada
perumahan warga di bantaran Sungai Ciapus dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Besarnya Debit Sungai Ciapus.
Aktivitas Erosi/Pengikisan bergantung pada banyaknya air yang melewati sungai
tersebut. Semakin banyak jumlah airnya, maka tingkat pengikisan akan menjadi
semakin cepat.
2) Kurangnya Daerah Resapan.
Daerah Resapan berguna untuk menampung air air hujan dan menjadikan mereka
sebagai air tanah. Akan tetapi, daerah di sekitar Sungai Ciapus dipenuhi dengan
pemukiman penduduk, sehingga air hujan yang turun sebagian besar langsung
melimpas menuju Sungai Ciapus.
3) Besarnya Kecepatan Aliran Sungai.
Derasnya aliran Sungai Ciapus menandakan bahwa kecepatan aliran tersebut cukup
tinggi. Kecepatan yang tinggi akan menimbulkan gaya gesek yang lebih besar
terhadap dinding sungai sehingga tingkat pengikisan menjadi lebih cepat.
4) Banyaknya Batu Batu Kali Besar di Tengah Aliran Sungai.
Air yang mengalir di Sungai Ciapus seringkali membentur batuan kali yang ada pada
aliran sungai tersebut, sehingga arah aliran air yang tadinya sejajar dengan bentuk
sungai terbelokkan ke arah tepi dan menghantam dinding Sungai Ciapus, yang
membuat tingkat pengikisan menjadi lebih cepat

4.2.

Akibat
Akibat akibat yang timbul apabila tingkat pengikisan yang tinggi berlanjut adalah

sebagai berikut.
1) Melebarnya badan Sungai Ciapus.
Secara alami, pengikisan dinding sungai akan membuat badan sungai menjadi lebih
lebar, seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori.
2) Pendangkalan pada dasar Sungai Ciapus.
Akibat pengikisan dinding sungai, material material dinding akan terbawa oleh
aliran air dan akan mengendap pada dasar Sungai Ciapus.
3) Terjadinya longsor pada bantaran Sungai Ciapus.
16 | P a g e

Akibat pengikisan terus menerus, tanah pada bantaran kali kehilangan daya dukung
terhadap pemukiman warga yang berada di atasnya, sehingga akan terjadi longsor.

BAB V
KESIMPULAN
5.1.

Simpulan
Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Sungai Ciapus merupakan Sungai Kikisan.
2) Tingkat pengikisan yang terjadi pada Sungai Ciapus terbukti cukup cepat.
3) Kelongsoran dapat terjadi apabila pengikisan tidak ditanggulangi.

17 | P a g e

5.2.

Saran
Untuk menanggulangi permasalahan ini, maka penulis menyarankan beberapa

alternatif solusi yang dapat dilakukan, yaitu :


1)
2)
3)
4)

Merelokasi penduduk yang tinggal di Bantaran Sungai Ciapus.


Memperluas daerah resapan di kabupaten Bogor Barat.
Membuat tanggul untuk mengatasi masalah pengikisan.
Memperluas lebar Sungai Ciapus ke arah yang berlawanan dengan pemukiman warga.

DAFTAR PUSTAKA

http://softilmu.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-dan-jenis-jenis-sungai.html
http://studentsindonesian.blogspot.co.id/2012/02/proses-terjadinya-sungai-danjenis.html
http://galuhanindya.blogspot.co.id/2015/02/bentuk-bentuk-atau-tipe-sungai.html
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2011/07/12/151705/ratusan-rumahterancam-longsor-akibat-kikisan-sungai
http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.com/2011/11/bentuklahan-bentukan-asalfluvial.html
18 | P a g e

https://id.wikipedia.org/wiki/Meander
https://id.wikipedia.org/wiki/sungai
http://kbbi.web.id/kikisan

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai