Laporan Akhir
Diserahkan oleh
Disetujui Oleh
PPTK
Perencanaan
Pembangunan Jalan dan
Jembatan
2017
CV. Jaya Sukses Sejahtera
Diketahui Oleh
Pejabat
Pembuat
Komitmen
Dinas PU Bina Marga
Kabupaten Mojokerto
L A P O RA N A K H I R
Pengantar
Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis kontrak
pengadaan jasa konsultan perencana antara CV. JAYA SUKSES SEJAHTERA dengan
Dinas Bina Marga Kabupaten Mojokerto, pada PENYUSUNAN DED
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
Daftar Isi
PENGANTAR........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................III
DAFTAR TABEL....................................................................................V
DAFTAR GAMBAR...............................................................................VI
BAB 1 GAMBARAN UMUM....................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN............................................................................. 2
1.3. LINGKUP DAN TAHAPAN PEKERJAAN........................................................2
1.4. LOKASI PEKERJAAN.................................................................................. 3
1.5. SISTEMATIKA LAPORAN PENDAHUAN......................................................4
BAB 2 METODOLOGI............................................................................6
2.1. UMUM...................................................................................................... 6
2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN......................................................6
2.3. PEKERJAAN PERSIAPAN............................................................................8
2.4. STUDI PENDAHULUAN............................................................................. 8
2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU.............................8
2.4.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA...................................................10
2.4.3. SURVAI PENDAHULUAN..............................................................10
2.4.4. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN....................................11
2.5. SURVAI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN.................................................11
2.5.1. SURVAI TOPOGRAFI....................................................................11
2.5.2. SURVAI HIDROLOGI.....................................................................14
2.5.3. PENYELIDIKAN TANAH.................................................................14
2.6. ANALISA DATA....................................................................................... 18
2.6.1. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI................................18
2.6.2. ANALISA HIDROLOGI...................................................................21
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
Daftar Tabel
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
Daftar Gambar
BAB 1
GAMBARAN UMUM
1.1.
LATAR BELAKANG
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu kota yang tumbuh dengan
pesat baik dari segi jumlah penduduk maupun tingkat pertumbuhan
ekonominya. Hal ini terkait dengan posisi Kabupaten Mojokerto sebagai
ibukota provinsi yang menjadi pusat urat nadi perekonomian di Jawa Timur,
sehingga dituntut untuk memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi serta
didukung oleh penyediaan transportasi yang mudah, murah dan cepat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan aksesibilitas adalah dengan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
meningkatkan
dan
membangun
jaringan
jalan
beserta
prasarana
perekonomian
kota
yang
mempunyai
fungsi
untuk
memperlancar arus lalu lintas distribusi barang, jasa dan manusia serta
sebagai penghubung antara satu daerah dengan daerah yang lainnya yang
terpisah oleh sungai, laut dan sebagainya. Penyediaan jembatan juga
berfungsi untuk mengurai kemacetan dan mendorong pengembangan
suatu wilayah dengan meningkatkan konektivitas antar pusat-pusat
pertumbuhan. Melihat pentingnya fungsi jalan dan jembatan, maka dalam
pembangunan jembatan harus dilakukan perencanaan teknis yang sesuai
dengan
berbagai
tandard
an
persyaratan
teknis
yang
berlaku.
yang
dokumentasi
efisien
lainnya
dan
yang
efektif,
lengkap
diperlukan,
dengan
sesuai
gambar
dengan
dan
peraturan
Industri
di
wilayah
selatan
Kabupaten
Mojokerto,
serta
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Hidrologi
Penyelidikan Tanah
Analisa Hidrologi
Jasa pelayanan teknik yang akan diberikan oleh Tim Konsultan, dibagi
menjadi beberapa tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang
telah
ditetapkan.
Adapun
tahapan-tahapan
pekerjaan
yang
akan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
L A P O RA N A K H I R
LOKASI PEKERJAAN
Berdasarkan Peta Jaringan Infrastruktur Kabupaten Mojokerto, lokasi
jembatan terletak ruas jalan desa Modopuro , terletak di Kecamatan
Mojosari. Merupakan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
10
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
11
L A P O RA N A K H I R
1.5.
Gambaran Umum
Menguraikan secara umum latar belakang pekerjaan, Maksud
dan
Tujuan
Pekerjaan,
Lingkup
Pekerjaan
serta
Lokasi
Pekerjaan.
Bab II
Metodologi
beserta
studi
literatur
yang
akan
Rencana Kerja
Berisikan susunan personil, tugas dan tanggung jawab
personil, jadwal mobilisasi personil serta rencana kerja tim
Konsultan Perencana
Bab IV
Survai Pendahuluan
Berisikan hasil hasil dari survai pendahuluan yang telah
dilaksanakan
oleh
konsultan
perencana
meliputi
Survey
pra
rencana
diberikan
untuk
serta
pelaksanaan
rekomendasi
survai
teknis
yang
dapat
selanjutnya,
D E D J E M B ATA N S A E KA N
12
L A P O RA N A K H I R
BAB 2
METODOLOGI
2.1.
UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka
sebelumnya perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan
secara sistematis dan praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya,
mutu dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar
standar perencanaan sebagai berikut :
Perencanaan Struktur Jembatan :
1
pelaksanaan
pekerjaan
ini,
Konsultan
merancang
tahapan
2 Studi Pendahuluan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
13
L A P O RA N A K H I R
Survai Pendahuluan
Survai topografi
Penyelidikan tanah
4 Analisa Data
Analisa hidrologi
5 Perencanaan Teknis
Potongan Melintang
Umum
Standar
D E D J E M B ATA N S A E KA N
14
L A P O RA N A K H I R
Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar
2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan. Secara jelas uraian dari masingmasing tahapan kegiatan tersebut diuraikan pada sub-bab berikut :
2.3.
PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan
persiapan, baik mengenai kelengkapan administrasi, personil pelaksana,
sarana
transportasi,
peralatan,
dan
segala
aspek
dalam
kaitan
STUDI PENDAHULUAN
INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU
Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka
konsultan akan segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data,
informasi dan laporan yang ada hubungan-nya dengan studi untuk
mempelajari
kondisi daerah
proyek
secara keseluruhan
guna
mengunjungi
kantor-kantor
instansi
pemerintah
maupun
D E D J E M B ATA N S A E KA N
15
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
16
L A P O RA N A K H I R
2.4.2.
organisasi
serta
tenaga
pelaksana
penanganan
pekerjaan
2. Rencana waktu penanganan pekerjaan
3. Rencana
penugasan
personil
serta
peralatan
yang
akan
SURVAI PENDAHULUAN
Survai Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1
D E D J E M B ATA N S A E KA N
17
L A P O RA N A K H I R
2.4.4.
2.5.
2.5.1.
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan
terdiri dari beberapa bagian pekerjaan yaitu :
1
Persiapan
Pengukuran
titik
kontrol
horizontal
Pengukuran situasi/detail
Pengukuran-pengukuran khusus
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100m, diukur
dengan pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis
D E D J E M B ATA N S A E KA N
18
L A P O RA N A K H I R
Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti
pembagian skala jelas dan sama
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB),
Kontol pembacaan : 2BT = BA + BB
Pengukuran Situasi
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
Ketelitian
alat
yang
dipakai
adalah
30
(sejenis
dengan
Theodolith T0)
D E D J E M B ATA N S A E KA N
19
L A P O RA N A K H I R
Pengukuran
penampang
memanjang
Peralatan
yang
dipergunakan
untuk
D E D J E M B ATA N S A E KA N
20
L A P O RA N A K H I R
Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning
dengan tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah
jalannya pengukuran.
2.5.2.
SURVAI HIDROLOGI
Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Survey Hidrologi untuk perencanaan jalan terdiri
dari beberapa bagian pekerjaan yaitu :
Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
menyangkut
saluran
samping,
gorong-gorong
dan
jembatan.
Saluran
samping
dicatat
kondisi
eksistingnya
dan
kondisi
Gorong-gorong
dicatat
kondisi
eksistingnya
menyangkut
D E D J E M B ATA N S A E KA N
21
L A P O RA N A K H I R
2.5.3.
PENYELIDIKAN TANAH
ditentukan
telah
ditemukan
lapisan
tanah
keras/batu,
klarififasi
jenis
tanah
hendaknya
dilakukan
menurut
permukaan
pemboran,
tanggal
dimulainya
pemboran,
D E D J E M B ATA N S A E KA N
22
L A P O RA N A K H I R
Berat palu
Tinggi jatuh
63,50 kg
75,00 cm
Tabung sample (yang dibuat dari baja tipis tetapi keras dan
berbentuk silinder dengan diameter rata-rata 7,0 cm, panjang
minimal 50 cm) dimasukkan ke dalam tanah pada kedalaman
dimana undisturbed sample akan diambil kemudian ditekan
perlahan-lahan sehingga tabung tersebut dapat penuh terisi
tanah.
Sebagai hasil boring, akan dibuat bor log yang paling sedikit
dilengkapi dengan lithologi (geological description) harga SPT, letak
muka air tanah dan sebagainya beserta letak kedalaman lapisan
tanah yang bersangkutan.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
23
L A P O RA N A K H I R
pengambilan
tanah
dimaksud
digunakan
untuk
tanah
dengan
membor
lubang
bor akan
diatur
sesuai
dengan
kedalamannya
dilakukan
pada
Jenis Quarry
D E D J E M B ATA N S A E KA N
24
L A P O RA N A K H I R
Dan sebagainya
laboratorium.
Sesuai
dengan
tujuan
dan
kegunaannya
Pengambilan
contoh
tanah
tidak
terganggu
(Undisturbed
Sample).
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan pada
pemboran inti dan dengan menggunakan tabung contoh (tube
sample) yang dibuat dari baja tipis berbentuk silinder dengan
diameter rata-rata 7,00 cm, panjang minimal 50 cm.
Pengujian Laboratorium
Pengujian
laboratorium
terhadap
contoh
tanah
adalah
untuk
Besaran
Index
dimaksudkan
untuk
menentukan
klasifikasi,
D E D J E M B ATA N S A E KA N
25
L A P O RA N A K H I R
Kadar air
Unit Weight
Specific gravity
Atterberg limits
Triaxial
compression
test
consolidated
undrained (cu)
2.6.
2.6.1.
Consolidation test
ANALISA DATA
PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI
Analisis data lapangan (perhitungan sementara) akan segera
dilakukan selama Team Survai masih berada di lapangan, sehingga
apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan pengukuran ulang.
Setelah data hasil perhitungan sementara memenuhi persyaratan
toleransi yang ditetapkan dalam Spesifikasi teknis selanjutnya akan
dilakukan perhitungan data defenitif kerangka dasar pemetaan
dengan menggunakan metode perataan kuadrat terkecil.
Perhitungan Poligon
Kriteria
toleransi
pengukuran
poligon
kontrol
horizontal
yang
perhitungan
sementara
poligon
akan
dilakukan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
26
L A P O RA N A K H I R
fs =
i=1
n
fs =
i=1
fd =
d1 - < - 1 : 2000
i=1
fd =
(d 1 . sin i ) 2 +
i=1
(d 1 . Cos i ) 2
i=1
= + S i 180 0
dimana
S:
AX-L
X + X
Dimana
V:
D E D J E M B ATA N S A E KA N
27
L A P O RA N A K H I R
Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam
spesifikasi
teknis
yakni
tiap
seksi
yang
diukur
pulang-pergi
n
h i < 10 mm D
i =1
dimana
fh
kring
waterpass
dimana
A:
azimut matahari
: azimut ke target
: deklinasi
: tinggi matahari
D E D J E M B ATA N S A E KA N
28
L A P O RA N A K H I R
Perhitungan
dan
Penggambaran
topografi
secara
garis
besar
Titik ikat atau titik mati serta titik-titik baru akan dimasukkan dalam
gambar dengan diberi tanda khusus. Ketinggian titik tersebut perlu
juga dicantumkan.
2.6.2.
ANALISA HIDROLOGI
Tahapan
analisis
data
hidrologi
secara
garis
besar
dapat
D E D J E M B ATA N S A E KA N
29
L A P O RA N A K H I R
dimana :
: Curah hujan
rata-rata setahun di
dihasilkan
dapat
digunakan
untuk
kebutuhan
perencanaan.
2
terdapat
non
homogenitas
dan
ketidaksesuaian
pemindahan
alat
ukur,
perubahan
cara
pengukuran
D E D J E M B ATA N S A E KA N
30
L A P O RA N A K H I R
(Double
Mass
Curve
Technique).
Caranya
dengan
menentukan
curah
hujan
rata-rata
adalah
metode
untuk
mendapatkan
Debit
Banjir
Rancangan
Metode Thiessen
Pada metode Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari
suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah
pengaliran di sekitar tempat itu. Metode perhitungan dengan
membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengahtengah garis penghubung dua stasiun
hujan. Dengan
Metode Arithmetik
Pada metode aritmetik dianggap bahwa data curah hujan dari
suatu tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah
pengaliran di sekitar tempat itu dengan merata-rata langsung
stasiun penakar hujan yang digunakan.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
31
L A P O RA N A K H I R
Metode Ishoyet
Menggunakan peta Ishoyet, yaitu peta dengan garis-garis
yang menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan
yang mana. Besar curah hujan hujan rata-rata bagi daerah
seluruhnya didapat dengan mengalikan CH rata-rata diantara
kontur-kontur
dengan
luas
darah
antara
kedua
kontur,
Cs = 1,4
c) Ck = 5,4
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari
data hujan mendekati nilai tersebut, maka sebaran Gumbel
dapat digunakan.
Rumus
Xtr
Dimana : Xtr
=
:
Xt K.Sx
Xt
Curah
hujan
rata-rata
selama
tahun
pengamatan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
32
L A P O RA N A K H I R
Sx
Standard deviasi
Ytr
-ln (-ln(1-1/tr))
Cs = O
d) Ck = 4 - 6
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari
data hujan mendekati nilai tersebut, maka sebaran log Pearson
type III dapat digunakan. Distribusi frekuensi Log Pearson Type III
dihitung dengan menggunakan rumus :
LogQ =
Dimana : log X
log X + G.s1
= logaritma rata-rata sample.
s1
= standar deviasi
garis yang
terbentuk
dalam grafik
hubungan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
33
L A P O RA N A K H I R
adalah
data
curah
hujan
rancangan
dan
data
Dimana :
..q.A
koefisien pengaliran
koefisien reduksi
1/ =
1+
Jika
<
jam,
=
Jika 2 jam < t <
D E D J E M B ATA N S A E KA N
(km2)
19
jam,
34
L A P O RA N A K H I R
=
Jika 19 jam < t
<
30 hari,
0,707 . R24-max . ( t + 1 )
R / ( 3,6 . t )
(m3/det/km2)
..q.A
(m3/det)
dimana :
2.6.3.
C..R.A
(m3/det)
waktu konsentrasi
(km2)
Analisa Laboratorium
Analisis Laboratorium Mekanika Tanah dipakai untuk mengetahui
sifat-sifat teknis tanah, khususnya tanah lunak. Evaluasi hasil
penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium
digunakan untuk mengetahui
penyebaran
selanjutnya
dan sifat-sifat
teknis
D E D J E M B ATA N S A E KA N
35
L A P O RA N A K H I R
hubungannya
dengan
perencanaan
jembatan
perlu
D E D J E M B ATA N S A E KA N
36
L A P O RA N A K H I R
Unit Weight
Untuk memperoleh nilai isi berat tanah, maka tanah yang akan
dikenakan pengujian ini adalah tanah dengan keadaan asli. Nilai
berat isi tanah dapat diperoleh dari perbandingan :
dimana :
Dimana :
D E D J E M B ATA N S A E KA N
37
L A P O RA N A K H I R
Dengan
mengetahui
batas-batas
Atterberg,
kita
dapat
mengetahui
distribusi
ukuran
butir-butir
tanah
dan
ASTM
standard
for
particle
size
analysis
of
soil.
Hasil
uji
akan
Permeability Test
Tingkat
permeabilitas
ditunjukkan
dengan
rembesan
suatu
koefisien
suatu
yang
bahan
umumnya
dikenal
sebagai
permeability
test
terhadap
contoh
tanah
asli
D E D J E M B ATA N S A E KA N
38
L A P O RA N A K H I R
Consolidation Test
Proses konsolidasi akan terjadi pada suatu lapisan tanah apabila
lapisan tersebut mengalami penambahan beban. Pada saat itu
air dari dalam pori akan mengalir dan volume tanah berkurang.
Besar dan kecepatan perubahan volume ini dapat diperoleh
melalui percobaan konsolidasi. Sehubungan dengan pekerjaan
ini, akan dilakukan one dimensional consolidation test yang
dapat digunakan dalam memperhitungkan besar dan kecepatan
penurunan (settlement) yang mungkin terjadi baik penurunan
pada lapisan pondasi maupun penurunan tubuh bangunan itu
sendiri seperti contohnya pada penurunan abutment. Prosedur
tes dilaksanakan sesuai dengan ASTM-D.1435 test for one
dimensional
consolidation
properties
of
soils
dengan
Triaxial Test
Kekuatan geser tanah ditunjukkan dengan parameter-parameter
kekuatan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
39
L A P O RA N A K H I R
(C
dan
akan
diambil
dari
undisturbed
sample.
Test
dilaksanakan
sesuai
dengan
prosedur
yang
diberikan oleh A.W. Bishop & D.J. Henkel dalam bukunya The
Measurement of soil Properties in the Triaxial Test. Alat yang
digunakan adalah Triaxial Cell dengan diameter sample 50 mm,
manual pore water pressure with twin volume change dan high
pressure system (with mercury) dengan tekanan maksimum 10
kg/cm) Hasil percobaan akan disampaikan berupa grafik-grafik :
Compaction Test
Untuk mengetahui kepadatan maksimum tanah yang akan
digunakan sebagai bahan timbunan, perlu dilakukan percobaan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
40
L A P O RA N A K H I R
test for
Analisa Pondasi
Untuk perhitungan daya dukung pondas digunakan perhitungan
yang masing-masing berdasarkan referensi analisis pondasi dari
Meyerhof dan Schemertmann. Untuk fondasi dalam digunakan
pondasi bored pile dengan diameter 40 cm hingga 100 cm.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
41
L A P O RA N A K H I R
Dimana :
P.ult
P.all
Ab
Cs
qcb
qca
Df
tf
= Total
friction
hingga
kedalaman
pemancangan
(t/m2)
Fs
= Faktor keamanan
= P.ult/FS
P.ult
P.all
FS
= Faktor Keamanan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
42
L A P O RA N A K H I R
2.7.
2.7.1.
Ab
Cs
Df
Nb
Na
Ns
PERENCANAAN TEKNIS
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus
dihindari dari pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan
galian atau timbunan yang berlebihan, dan hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah apabila dikemudian hari akan dilakukan
perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit
dan dengan biaya yang murah.
lengkung
minimum
akan
ditentukan
berdasarkan
dimana :
jari-jari minimum,
kecepatan rencana,
km/jam
superelevasi,
D E D J E M B ATA N S A E KA N
mengemudi
dan
keselamatan.
Dan
perlu
43
L A P O RA N A K H I R
120
100
80
60
50
40
30
600
370
210
110
80
50
30
Untuk
menghitung
panjang
jari-jari
lengkung
panjang jari-jari, m
kendaraan
menyesuaikan
pada
dengan
tikungan
lintasan
perlu
diperlebar
lengkung
yang
untuk
ditempuh
Kelas 1, 2, 3
Pelebaran
per lajur (m)
160 > 90
0.25
90 > 60
0.50
100 > 70
60 > 45
0.75
70 > 50
45 > 32
1.00
32 > 26
26 > 21
D E D J E M B ATA N S A E KA N
1.25
1.50
44
L A P O RA N A K H I R
21 > 19
1.75
19 > 16
2.00
16 > 15
2.25
Kemiringan Melintang
Untuk
drainase
permukaan,
jalan
dengan
alinemen
lurus
Superelevasi
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser ke
samping
dan
menjadikan
pengemudi
pada
tikungan
lebih
bekerja
gaya
negatiff
ke
samping
dan
kendaraan
Pencapaian Kemiringan
Ada 2 metode untuk pencapaian kemiringan (gambar 2.1.).
Umumnya, (a-1) atau (b-1) lebih disukai daripada (a-2) atau (b2).
Pencapaian kemiringan harus dipasang, di dalam lengkung
peralihan.
Bilamana
tidak
dipasang
lengkung
peralihan,
(a-1)
A
(b-1)
C1
C2
A
B
B
B
A
D E D J E M B ATA N S A E KA N
B
A
C1
C2
45
L A P O RA N A K H I R
(a-2)
(b-2)
C
Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, di ujung dan di
titik balik pada lengkungan untuk menjamin perubahan yang
tidak mendadak jari-jari lengkung, superelevasi dan pelebaran
tikungan.
Lengkung
peralihan
juga
membantu
penampilan
dengan
waktu
tempuh
detik,
panjang
lengkung
dimana :
D E D J E M B ATA N S A E KA N
46
L A P O RA N A K H I R
R1
R1
R2
R1
R3
R1
R2
R2
G am bar
T IK U N G A N G A B U N G A N
G am bar
T IK U N G A N B A L IK
melampaui
1:1,5
maka
lengkung
bisa
dihubungkan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
47
L A P O RA N A K H I R
dimana
D :
V :
koefesien
gesekan
membujur
0,3
sampai 0,4
Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus
dihindari dari pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan
galian atau timbunan yang berlebihan, dan hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah apabila dikemudian hari akan dilakukan
perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit
dan dengan biaya yang murah.
Kelandaian
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi
kelandaian 8 sampai 9% tanpa kehilangan kecepatan yang
D E D J E M B ATA N S A E KA N
48
L A P O RA N A K H I R
menentukan
kelandaian
maksimum,
kemampuan
lebih tinggi
panjang
kritis
pada
suatu
kelandaian
dapat
Lengkung Vertikal
Untuk menyerap guncangan dan jarak pandang henti, lengkung
vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang ada perubahan
kelandaiannya. Lengkung vertikal biasanya diberikan sebagai
lengkung parabola sederhana, yang ukurannya ditentukan oleh
panjangnya, tepatnya panjang lengkung harus sama dengan
panjang A-B-C, namun secara praktis lengkung tersebut begitu
datar sehingga panjang A-B-C sama dengan jarak datar A-B (lihat
gambar 2.5.).
60
40
5 %, 500 m
6 %, 500 m
8 % , 420 m
6 %, 500 m
7 %, 500 m
9 % , 340 m
7 %, 500 m
8 %, 420 m
10 %, 250 m
8 % , 500 m
9 %, 340 m
11 %, 250 m
D E D J E M B ATA N S A E KA N
49
L A P O RA N A K H I R
Ja ra k P a n d a n g a n
C
B
A
P a n ja n g L e n g k u n g V e rtik a l C e m b u n g
Ja ra k P a n d a n g a n
P a n ja n g L e n g k u n g V e rtik a l C e k u n g
dimana
i2, %
Sedangkan rumus untuk menghitung Panjang Lengkung Vertikal
Cekung adalah sebagai berikut:
dimana
i2, %
D E D J E M B ATA N S A E KA N
50
L A P O RA N A K H I R
2.7.2.
Tebal
Perkerasan
Lentur
(Pt-01-2002-B).
Adapun
Umur Rencana
Jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai
dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap
perlu untuk diberi lapisan permukaan yang baru.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
51
L A P O RA N A K H I R
DL
w18
arah
Pada umumnya D0 diambil 0.5, sementara faktor distribusi lajur
dapat dilihat pada tabel 2.4. Faktor Distribusi Lajur
Jumlah
arah
lajur
per
100
80 100
60 80
50 - 75
Tabel 2.4. Faktor Distribusi Lajur
Reliabilitas (R)
Merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian ke
dalam proses perencanaan untuk menjamin bermacam macam
alternatif perencanaan dapat bertahan selama selang waktu
yang
direncanakan.
Rekomendasi
tingkat
reliabilitas
untuk
Antar Kota
Bebas Hambatan
85 99.9
80 99.9
Arteri
80 99
75 95
D E D J E M B ATA N S A E KA N
52
L A P O RA N A K H I R
Kolektor
80 95
75 95
Lokal
50 90
50 - 80
Standar
(So)
harus
dipilih
yang
mewakili
kondisi
Koefisien Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam
perencanaan dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif
yang dimodifikasi. Faktor untuk memodifikasi koefisien drainase
ini adalah koefisien drainase (m). Tabel 2.7. memperlihatkan nilai
koefisien drainase yang merupakan fungsi dari kualitas drainase
dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan
dipengaruhi oleh kadar air yang mendekati jenuh.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
53
L A P O RA N A K H I R
R (%)
50
60
70
75
80
85
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
99,9
99,99
ZR
0,000
0,253
0,524
0,674
0,841
1,037
1,282
1,340
1,405
1,476
1,555
1,645
1,751
1,881
2,054
2,327
3,090
3,750
Kualitas
Drainase
Excellent
Good
Fair
Poor
Very poor
1.35
1.30
1.25
1.15
1.15
1.05
1.05
0.80
0.80
0.75
1.30
1.20
1.15
1.00
1.00
0.80
0.80
0.60
0.60
0.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
D E D J E M B ATA N S A E KA N
54
L A P O RA N A K H I R
IPO
ROUGHNESS
MM/KM
Laston
1000
3.9 - 3.5
> 1000
3.9 - 3.5
2000
3.4 - 3.0
> 2000
3.4 - 3.0
3000
2.9 - 2.5
> 3000
Lasbutag
Lapen
ESAL
KLASIFIKASI JALAN
LOKAL
KOLEKTOR
ARTERI
TOL
< 10
1.0 - 1.5
1.5
1.5 2.0
10 - 100
100 1000
> 1000
1.5
1.5 - 2.0
2.0
1.5 - 2.0
2.0
2.0 2.5
2.0 - 2.5
2.5
2.5
D E D J E M B ATA N S A E KA N
55
L A P O RA N A K H I R
Nilai
CBR
Nilai
Marshal
Stability
Nilai
Modulus
Resilien
Koef.
Kekuatan
Relatif
Beton Aspal
400.000 psi
0.42
90%
29.000 psi
0.14
40%
17.000 psi
0.12
800 kg
160.000 psi
0.30
Lapis
Pondasi
Granular
Lapis
Pondasi
Bawah
Granular
Asphalt Treated
Base
PERENCANAAN JEMBATAN
dengan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
56
L A P O RA N A K H I R
konstruksi
pangkal
(abutment)
atau
pilar
termasuk
7.850,00 kg/m3
h) Beton bertulang
2.500,00 kg/m3
i) Pasangan batukali
2.000,00 kg/m3
j) Kayu kelas II
900,00 kg/m3
k) Beton cyclop
2.200,00 kg/m3
l) Perkerasan Aspal
2.200,00 kg/m3
1.800,00
kg/m3
3
Muatan garis
Muatan merata,
D E D J E M B ATA N S A E KA N
12,0 ton/jalur
57
L A P O RA N A K H I R
2,2
m.
50,0 m.
q
100,0 kg/m3
2,75
faktor
1 + 20 / ( 50 + L )
panjang bentang
kejut
Dimana
kair x V
AH
0,075
0,035
0,025
bentuk bundar
7
gesekan
diasumsi
0,15
sesuai
dengan
kondisi
D E D J E M B ATA N S A E KA N
58
L A P O RA N A K H I R
Besarnya
koefisien
gempa
disesuaikan
dengan
Petunjuk
bangunan
atas
tidak
monolit
dengan
bangunan bawah
Kh x M
:
G
Kh
Kr x ft x p x b
:
Kh
Kr
ft
D E D J E M B ATA N S A E KA N
59
L A P O RA N A K H I R
Dimana
ditinjau
(m4).
Bila
penampang
1,0 bila tinggi massa kurang dan tidak lebih dari 10,0 m
diukur dari permukaan poer
ft
D E D J E M B ATA N S A E KA N
60
L A P O RA N A K H I R
30,0 m
1,2Kh
20,0 m
1,1Kh
10,0 m
1,0Kh
0 ,0 m
1,0Kh
- 10,0 m
1,0Kh
D E D J E M B ATA N S A E KA N
61
L A P O RA N A K H I R
Ka.p
Ka.p
Ka.peq
Ka.peq
Dimana
=
: Q
: tan-1 e
Ka
Kp
D E D J E M B ATA N S A E KA N
62
L A P O RA N A K H I R
= 1.800,0 kg/m3
= 0
= 25
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang akan diterapkan adalah sebagai
berikut:
1
Kombinasi (I)
M + H + K + Ta + Tu, dengan koefisien 1,0
Kombinasi (II)
M + Ta + F + Ah + A + SR + Tm, dengan koefisien 1,25
Kombinasi (III)
M + H + K + Ta + R + F + Tu + A + SR + Tm + S, dengan
koefisien 1,4
Kombinasi (IV)
M + Tag + G + F + Ahg +Tu, dengan koefisien 1,5
Kombinasi (I)
M + PI, dengan koefisien 1,3
Kombinasi (VI)
M + H + K + Ta + S + Tb, dengan koefisien 1,5
Dimana :
D E D J E M B ATA N S A E KA N
muatan mati
muatan hidup
kejut
Tag
Ta
Tb
gaya tumbuk
Tu
gaya angkat
Tm
muatan angin
gaya rem
gaya gesek
63
L A P O RA N A K H I R
Ah
Ahg
Gaya sentrifugal
PI
SR
gempa
Angka Keamanan
Dalam analisa stabilitas bangunan, ditetapkan angka keamanan
untuk guling, 1,5 dan untuk geser 1,25.
Tipe Struktur Bawah Jembatan
1 Tipe Kepala / Pilar Jembatan (Abutment/Pier)
Beberapa tipe kepala jembatan pilar yang akan mendapat
perhatian pemanfaatan adalah sebagai berikut :
a
penggunaan
kepala
jembatan
berbentuk
praktis.
Dalam
pertimbangan
kekuatan
dan
ke
bagian
pondasi.
Pangkal-pilar
berbentuk
D E D J E M B ATA N S A E KA N
64
L A P O RA N A K H I R
dan
pengamatan
dimanfaatkan, karena
teknis
tipe
portal
tidak
telapak
dipergunakan
jika
lapisan
tanah
keras
Pondasi Sumuran
Jika lapisan tanah pendukung beban berada tidak jauh di
bawah dasar sungai, pemilihan pondasi sumuran cukup tepat.
Namun demikian panjang/tinggi pondasi sumuran hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 8,0 m demi menjaga ketelitian kerja
dan juga kemudahan kerja.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
65
L A P O RA N A K H I R
pile
akan menjadi
alternatif yang
tepat.
serta
metoda
perencanaannya,
maka
cara
berbeda
pula.
Metoda
Perencanaan
Konstruksi
Kepala
Kepala
Jembatan-Pilar
Jembatan
ini
adalah
desain
D E D J E M B ATA N S A E KA N
66
L A P O RA N A K H I R
Bila
tinggi
konstruksi
kepala
jembatan
(abutment)
yang
terhadap
geser,
guling
dan
kebutuhan
stabilitas
Bila
tinggi
konstruksi
kepala
jembatan
(abutment)
yang
beton
juga
akan
dianalisis
terhadap
dimensi
2.8.
Umum (General)
Sampul.
Lembar Pengesahan.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
67
L A P O RA N A K H I R
Daftar Isi.
Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok
beton, letak dan ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda-tanda lalu
lintas, dan lain-lain.
Potongan Melintang
2.9.
Struktur
Detail Pondasi
Gambar Standar
Marka Jalan
Saluran Samping
Gorong Gorong
D E D J E M B ATA N S A E KA N
68
L A P O RA N A K H I R
Perhitungan
kuantitas
pekerjaan
berdasarkan
mata
pembayaran
terkait.
c. Pendekatan dan Metodologi, merupakan penjabaran dari upaya
upaya pendekatan serta pemakaian metode yang digunakan dalam
melaksanakan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
pekerjaan,
meliputi
survey
lapangan,
uji
69
L A P O RA N A K H I R
dan
Jadwal
Pelaksanaan
Penyusunan
Perencanaan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
70
L A P O RA N A K H I R
BAB 3
PROGRAM KERJA
3.1.
Bekerjasama
dengan
Engineer
dan
staf
teknik
lainnya
yang
D E D J E M B ATA N S A E KA N
71
L A P O RA N A K H I R
Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan dan gambargambar kepada pemberi kerja.
2 Ahli Jembatan
3 Ahli Geodesi.
Membuat
perhitungan
dan
gambar-gambar
hasil
pengukuran
4 Tenaga Pendukung
Membantu
para
tenaga
ahli
dalam
melaksanakan
tugas
Membantu
tenaga
ahli
dalam
mengkonsultasikan
pekerjaan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
72
L A P O RA N A K H I R
AHLI GEODESII
AHLI JEMBATAN
Tenaga Pendukung
Tenaga Pendukung
PROGRAM KERJA
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, konsultan perencana akan
menyusun program kerja yang meliputi :
1
tugas
dan
tanggung
jawab
yang
diterimanya
dapat
jasa
konsultansi
ini.
Untuk
menghindari
terjadinya
D E D J E M B ATA N S A E KA N
73
L A P O RA N A K H I R
BAB 4
SURVEY PENDAHULUAN
4.1.
menjadi
D E D J E M B ATA N S A E KA N
74
L A P O RA N A K H I R
dengan
: Jembatan SAEKAN
Lokasi
Bentang
: 40 m ( 3 bentang)
Lebar Plat
Ketinggian
Abutment
: Pas. Batu
Pilar
: Pas. Batu
Gelagar
: Baja IWF
Plat Lantai
: Beton bertulang
: Relatif Baik
Kondisi Gelagar
: Relatif Baik
Kondisi Lantai
: Relatif Baik
Untuk lebih jelas mengenai visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.2.
dan gambar 4.5.
4.3.
Kelas Jalan
: Lokal Primer
Lebar Perkerasan
: 4.5 m (rata-rata)
Jenis Perkerasan
: Aspal
D E D J E M B ATA N S A E KA N
: Permukiman
75
L A P O RA N A K H I R
Untuk lebih jelas mengenai visualisasi dapat dilihat pada gambar 4.3
dst.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
76
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
77
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
78
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
79
L A P O RA N A K H I R
BAB 5
PRARENCANA DAN REKOMENDASI
5.1.
PRARENCANA DESAIN
Setelah melaksanakan survai pendahuluan, terdapat beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1
trase jalan.
2
untuk beban
kendaraan berat.
3
Ketinggian jembatan dari muka air normal sekitar 3,1m dan dari dasar
sungai sekitar 6,5 m, sehingga penggunaan struktur beton pra tegang
masih bisa digunakan.
dan
kondisi
kondisi
struktural
jembatan
geometrik
jalan
lama
yang
perlu
perlu
pemugaran
memerlukan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
80
L A P O RA N A K H I R
perencana
merekomendasikan
alternatif
kedua
dalam
D E D J E M B ATA N S A E KA N
81
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
82
L A P O RA N A K H I R
BAB 6
DESAIN AKHIR
6.1.
PERENCANAAN GEOMETRIK
Jembatan eksisting tanda dibngkar diganti dengan jembatan prestress
D E D J E M B ATA N S A E KA N
83
L A P O RA N A K H I R
1,200
0,225
1,300
-0,850
0,750
1,255
-2,180
1,120
1,440
1,150
-3,850
1,400
-0,850
+0,580
+1,265
+1,100
+1,400
0,810
+0,900
+0,925
0,415
0,200
0,400
-0,00
+0,00
-0,135
-0,155
23075
37335
x=18497.778
y=53732.332
x=7888.887
y=16826.893
x=24264.253
y=52074.693
x=13655.362
y=15169.254
10847
BM
x0.00,
y 0.00
15697
-0,8305
10%
D E D J E M B ATA N S A E KA N
84
L A P O RA N A K H I R
PERENCANAAN PERKERASAN
Volume
Beban Sumbu
(bh.
(ton)
Kend.)
Depan Belakang
Kendaraan
Ringan
Bus
Truck 2 As 13 Ton
Truck 3 As 20 Ton
Truck 5 As 30 Ton
1035
21
148
0
0
1
3
5
6
6
1
5
8
14
14+5+5
atau
peningkatan.
Umur
rencana
perkerasan
jalan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
85
L A P O RA N A K H I R
Kekuatan
tanah
dasar
sebagai
salah
satu
data
pendukung
pada
D E D J E M B ATA N S A E KA N
86
L A P O RA N A K H I R
DDT = 3,8
CBR = 3,0%
D E D J E M B ATA N S A E KA N
87
L A P O RA N A K H I R
2. Bus 8 ton
1113
[(1+0,075)^1.0]x
kend.
= [(1+0,075)^1.0]x 21
23
kend.
3. Truck 2 As 13 Ton
= [(1+0,075)^1.0]x 148 =
159
4. Truck 3 As 20 Ton
= [(1+0,075)^1.0]x 0 = 0
kend.
5. Truck 5 As 30 Ton
= [(1+0,075)^1.0]x 0
kend.
=
kend.
LHR tahun 2012
= 1294
kend./hari/2
arah
b.
UR = Umur Rencana
1. Kendaraan Ringan 2 ton
=
2. Bus 8 ton
= [(1+0,075)^10]x 1113
2293
kend.
= [(1+0,075)^10]x 23
47
kend.
3. Truck 2 As 13 Ton
= [(1+0,075)^10]x 159 =
328
= [(1+0,075)^10]x 0
= [(1+0,075)^10]x 0
= 2668
kend.
4. Truck 3 As 20 Ton
kend.
5. Truck 5 As 30 Ton
kend.
kend./hari/2
arah
D E D J E M B ATA N S A E KA N
88
L A P O RA N A K H I R
c.
Beban Satu
Sumbu
kg
lbs
1000
2205
2000
4409
3000
6614
4000
8818
5000
11023
6000
13228
7000
15432
8000
17637
8160
18000
9000
19841
10000
22046
11000
24251
12000
26455
13000
28660
14000
30864
15000
33069
16000
35276
Angka Ekivalen
Sumbu Tunggal
0.0002
0.0036
0.0183
0.0577
0.1410
0.2923
0.5415
0.9238
1.0000
1.4798
2.2555
3.3022
4.6770
6.4419
8.6647
11.4148
14.7815
Sumbu Ganda
0.0003
0.0016
0.0050
0.0121
0.0251
0.0466
0.0794
0.0860
0.1273
0.1940
0.2840
0.4022
0.5540
0.7452
0.9820
1.2712
Dari tabel diatas maka dapat menghitung angka Ekivalen (E) masingmasing kendaraan :
1. Kendaraan Ringan 2 ton (1+1)
= 0.0002+0.0002
0.0004
2. Bus 8 ton (3+5)
= 0.0183+0.1410
= 0.1593
= 0.1410+0.9238
= 1.0648
= 0.2923+0.7452
= 1.0375
D E D J E M B ATA N S A E KA N
89
L A P O RA N A K H I R
0.2923+0.7452+2(0.1410) = 1.3195
d.
Kendaraan
Jumlah
Lajur
1 lajur
2 lajur
3 lajur
4 lajur
5 lajur
6 lajur
berat total <
Kendaraan Berat
Ringan *
**
1 Arah 2 Arah 1 Arah 2 Arah
1.000
1.000
1.000
1.000
0.600
0.500
0.700
0.500
0.400
0.400
0.500
0.475
0.300
0.450
0.250
0.425
0.200
0.400
5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil
hantaran
** berat total > 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailer, trailer
Dari Tabel diatas maka koefisien distribusi kendaraan ringan dan berat
dengan rencana jalan 2 lajur 2 arah maka koefisien distribusi
kendaraan adalah sebagai berikut :
C (kendaraan ringan) = 0.5
C (kendaraan berat) = 0.5
e.
= angka ekivalen
LHR0
1113x 0.5
x 0.0004 =
0.22
2. Bus 8 ton
23 x
0.5 x
0.1593
159 x
0.5 x
1.0648
1.80
3. Truck 2 As 13 Ton
84.70
D E D J E M B ATA N S A E KA N
90
L A P O RA N A K H I R
4. Truck 3 As 20 Ton
0 x 0.5 x
1.0375
5. Truck 5 As 30 Ton
0 x 0.5 x
1.3195
= 86.73
= angka ekivalen
3. Truck 2 As 13 Ton
4. Truck 3 As 20 Ton
x 0.5 x 1.0375 =
5. Truck 5 As 30 Ton
x 0.5 x 1.3195 =
= 0.46
= 178.74
Kendaraan
h.
Dimana :
FP = Faktor Penyesuaian
Maka,
LER = 132.73 x 1
LER = 132.73 133 kend.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
91
L A P O RA N A K H I R
< 30%
Tabel 6-13 Faktor Regional (FR)
Kelandaian I
(< 6 %)
< 30
%
Iklim I
<900mm/t
0.5
h
iklim II
>900mm/t
1.5
Kelandaian II
Kelandaian III
(6 - 10 %)
(> 10 %)
% Kendaraan berat
> 30
< 30
> 30
< 30
> 30
%
1.01.5
2.0-
%
1.0
2.0
%
1.52.0
2.5-
%
1.5
2.5
%
2.02.5
3.0-
2.5
3.0
3.5
h
Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan,
pemberhentian atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan
0.5, Pada daerah rawa-rawa FR ditambah dengan 1.0
Dari tabel di atas dengan kendaraan berat kurang dari 30% serta iklim
lebih besarl dari 900 mm/th, maka Faktor Regional (FR) adalah 2.0.
Penentuan Indeks Permukaan
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan
permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang
lewat.
Tabel 6-14 Indeks Permukaan pada awal usia rencana (Ipo)
Jenis Lapisan
Perkerasan
LASTON
D E D J E M B ATA N S A E KA N
Ipo
>4
Rounghness *)
(mm/km)
< 1000
92
L A P O RA N A K H I R
Jenis Lapisan
Rounghness *)
Ipo
Perkerasan
(mm/km)
> 2000
< 2000
< 2000
< 3000
> 3000
-
3.4 - 3.0
3.9 - 3.5
3.4 - 3.0
3.4 - 3.0
2.9 - 2.5
2.9 - 2.5
2.9 - 2.5
2.9 - 2.5
< 2.4
< 2.4
BURDA
BURTU
LAPEN
LATASBUM
BURAS
LATASIR
JALAN TANAH
JALAN KERIKIL
< 10
10 - 100
100
1000
Lokal
1.0 -
Klasifikasi Jalan
Kolektor
Arteri
1.5 -
Tol
1.5
1.5
1.5 -
2.0
1.5
1.5 -
2.0
2.0
2.0 -
2.0
2.0
2.0 -
2.5
> 1000
2.5
2.5
2.5
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8.16 ton beban sumbu tunggal
a. Indeks Permukaan Awal (Ipo).
Direncanakan lapisan permukaan
mm/km maka dari Tabel 6-14 didapat nilai indeks permukaan awal (Ipo)
sebesar
3.9 3.5.
D E D J E M B ATA N S A E KA N
93
L A P O RA N A K H I R
KOEFISIEN
LAPISAN
BAHAN
Lapis permukaan
Lapis
pondasi
AC - WC
0.40
AC - BC
0.35
AC - Base
0.30
Aggregat Kls.A
0.13
Aggregat Kls.B
0.12
(aspal)
Lapis
pondasi
(agregat)
RELATIF
BAHAN
Lapis permukaan
Lapis
pondasi
AC - WC
(cm)
4.00
AC - BC
6.00
AC - Base
7.50
Aggregat Kls.A
20.00
Aggregat Kls.B
20.00
(aspal)
Lapis
(agregat)
a.
TEBAL MINIMUM
LAPISAN
pondasi
D E D J E M B ATA N S A E KA N
94
L A P O RA N A K H I R
Digunakan Nomogram 4
Dengan : LER = 133 kend ; DDT = 3,8 ; FR = 2 maka ITP = 8.90 cara
penggunaan nomogram, lihat Gambar 3-13.
DDT = 3,8
ITP = 8.9
D E D J E M B ATA N S A E KA N
95
L A P O RA N A K H I R
b.
Koefisien lapis
dengan nilai a1, a2, a3 diketahui maka dapat ditentukan tebal tiap
lapis perkerasan secara perhitungan matematis. Hasil perhitungan
Perkerasan dapat dilihat pada rincian berikut ini :
Tabel 3-18 Tebal Tipe Perkerasan Jalan
D E D J E M B ATA N S A E KA N
96
L A P O RA N A K H I R
CL
Rencana
-2
-4
-6
-8
2.0
1.0
10
0.0
CL
Rencana
-2
-4
-6
-8
2.0
-1.0
1.0
0.766
ELEVASI
RENCANA
-1.0
ELEVASI
EXISTING
- 10.000
0.0
-0.107
Datum -4.000
-0.107
0.766
10.000
JARAK
Datum
-4.000
LANGSUNG
ELEVASI
RENCANA
10.000
- 10.000
ELEVASI
EXISTING
JARAK
LANGSUNG
C0L
Rencana
-2
-4
-6
-8
4.0
3.0
10
5.0
2.0
C0L
Rencana
-2
-4
-6
-8
4.0
1.0
3.0
0.0
Datum -4.000
2.932
1.0
ELEVASI
EXISTING
JARAK
Datum
-4.000
LANGSUNG
10.000
ELEVASI
RENCANA
10.000
1.400
2.932
0.0
ELEVASI
RENCANA
1.400
2.0
6.3.
ELEVASI
EXISTING
JARAK
LANGSUNG
PERENCANAAN STRUKTUR
Untuk hasil perencanaan Struktur Atas Girder
desain berikut :
D E D J E M B ATA N S A E KA N
97
L A P O RA N A K H I R
33514
38800
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
38000
2000 2000
17958
5000
2000
2000
2000
2000
2000
2000
4712
B-B
700
A-A
3350
3667
MORTAR PAD
2800
4100
MORTA R PAD
2932
ELASTOMERIC
BEARING P AD
1400
Top Elevasi
JEMBATAN
+3.350 RENCANA
ELASTOMERIC
BEARING P AD
Bottom Girder
+1.550 Jemb.Rencana
+1.000 Bottom Girder
Jemb.Eksisting
ELV. BM
+ 0.000
BM
WING WALL
WING WALL
3400
37998
200
100
200
4000
4000
100
200
3000
3000
100
700
250
270
270
253
650
1300
1300
700
550
200
250
250
1700
1700
250
8422
D E D J E M B ATA N S A E KA N
98
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
99
L A P O RA N A K H I R
D E D J E M B ATA N S A E KA N
100
L A P O RA N A K H I R
VARIABEL
400400
D E D J E M B ATA N S A E KA N
101
L A P O RA N A K H I R
6.4.
PERENCANAAN PONDASI
Untuk hasil perencanaan Pondasi dapat dilihat pada hasil desain berikut :
300
1800
2000
700
2500
WING WALL
1000
1000
300
1500
MORTAR PAD
2800
500
ELASTOMERIC
BEARING PAD
750
1500
1500
750
4500
D E D J E M B ATA N S A E KA N
102
200
100 700 250
3000
253
650
270
250
1700
250
1600
1500
1500
1500
1500
1600
1000
1800
9200
500 500
1700
550
3000
1300
200
100
200
4000
1300
250 700
4000
270
200
100
L A P O RA N A K H I R
1100
1750
1750
1750
1750
1100
9200
D E D J E M B ATA N S A E KA N
103
L A P O RA N A K H I R
(B5) 12-200
(H1) D 25 - 250
D 25 - 250
D 16 - 150
(W1) D 25-250
(W2) D 25-250
10 - 150/300
WING WALL
(F1b) D 29 -150
D 16 -150
1250
18 meter
D 16 -150
PONDASI TIANG
PANCANG
P bahan = 174,9 ton,
M crack = 15 ton.m
= 500, L = 18m
n = 15 buah
750
1500
1500
750
4500
D E D J E M B ATA N S A E KA N
104
L A P O RA N A K H I R
(W1) 25-250
10 - 150/300
18 meter
16 -150
PONDASI TIANG
PANCANG
P bahan = 174,9 ton,
M crack = 15 ton.m
= 500, L = 18m
n = 15 buah
1100
1750
1750
1750
1750
1100
9200
D E D J E M B ATA N S A E KA N
105
750
1500
4500
1500
750
L A P O RA N A K H I R
1100
1750
1750
1750
1750
1100
9200
750
Gambar 6.15
1500
1500
4500
D19-150
D29-150
D16-150
750
D16-150
1100
1750
1750
1750
1750
1100
9200
Gambar 6.15
D E D J E M B ATA N S A E KA N
106