Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Pertama

Amma badu
Maasyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat. Nikmat yang paling besar
adalah nikmat iman dan islam yang Allah anugerahkan. Nikmat itu disyukuri dengan
kita terus menambah ketakwaan kita kepada Allah.
Allah Taala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam. (QS. Ali Imran: 102)

Siapa saja yang mensyukuri nikmat Allah, Dia akan menambah dengan nikmat-nikmat
lainnya pula.
Ingatlah pula siapa saja yang Allah beri petunjuk, tidak ada yang dapat
menyesatkannya. Siapa saja yang Allah sesatkan, tidak ada yang memberi petunjuk
padanya.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi
besar kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat dan istriistri beliau yang tercinta serta pada setiap pengikut beliau yang mengikuti beliau
dengan baik hingga akhir zaman. Siapa yang bershalawat pada Nabi sekali, maka Allah
akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali, maksudnya akan diberikan rahmat
atau ampunan-Nya.

Para jamaah rahimani wa rahimakumullah


Di antara doa yang diajarkan dalam hadits yang shahih,

ALLOHUMMA INNI AS-ALUKA IIMANAN LAA YARTAD, WA NAIIMAN LAA YANFAD, WA


MUROOFAQOTA MUHAMMADIN SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM FII ALA JANNATIL
KHULD.
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-MU iman yang tidak akan lepas,
nikmat yang tidak akan habis, dan menyertai Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam di surga yang paling tinggi selama-lamanya. (HR. Ahmad, 1: 400; Ibnu Hibban, 5:
303. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih lighoirihi)
Dalam doa di atas, berisi permohonan pada Allah supaya terus berada di atas iman dan
dilanggengkan dalam nikmat.
Di antara bentuk keimanan adalah berpegang pada prinsip wala dan bara, yang
merupakan salah satu prinsip akidah dalam agama kita. Prinsip bara berarti berlepas
diri dari ahli kitab, orang musyrik dan orang kafir. Prinsip wala mengajarkan pula
untuk mencintai muslim lainnya dan berpegang dengan ajaran Islam.
Sedangkan saat ini prinsip ini sudah mulai lepas. Contohnya, kaum muslimin tak punya
lagi jati diri yang menunjukkan eksistensinya sebagai seorang muslim. Tidak mau
berbangga dengan berkata, Saya itu MUSLIM. Lihat saja gaya muslim, mau sama
dengan orang kafir. Lihat saja perayaan muslim, ingin sama dengan orang kafir, bahkan
ingin merayakan perayaan orang kafir.
Dalam istilah para ulama ada yang disebut dengan tasyabbuh. Tasyabbuh itu dilarang,
artinya kaum muslimin dilarang menyerupai non-muslim pada perkara yang merupakan
ciri khas mereka.
Contoh sederhana dalam masalah penampilan. Nabi shallallahu alaihi wa
sallam mengajak untuk tidak menyerupai non-muslim.
Dalam hadits disebutkan,

Pendekkanlah kumis dan biarkanlah (perihalah) jenggot dan selisilah Majusi. (HR.
Muslim, no. 260).

Selisilah orang-orang musyrik. Biarkanlah jenggot dan pendekkanlah kumis. (HR.


Bukhari, no. 5892 dan Muslim, no. 259)
Lihat maksud hadits dan para ulama, kenapa sampai jenggot dilarang dicukur karena
bertujuan untuk menyelisihi orang musyrik dan Majusi.

Maksud penting dari larangan mencukur jenggot adalah agar tidak melakukan
tasyabbuh dengan non-muslim. Hal ini akan semakin dipertegas dalam hadits-hadits
larangan tasyabbuh berikut ini.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.
(HR. Ahmad, 2: 50; Abu Daud, no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho, 1: 269
mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid -antara hasan dan shahih-. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami (HR. Tirmidzi
no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Kenapa sampai tasyabbuh dilarang?


Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Sesungguhnya tasyabbuh (meniru gaya) orang
kafir secara lahiriyah mewariskan kecintaan dan kesetiaan dalam batin. (Iqtidh0 AshShiroth Al-Mustaqim, 1: 549).

Contoh tasyabbuh yang ada di tengah-tengah kaum muslimin saat ini:


Merayakan ulang tahun.

Merayakan tahun baru, menunggu pergantian malam 1 Januari.

Ikut-ikutan memakai jersey atau kaos bola yang berlambang salib.

Memakai topi sinterklas ketika natal.

Membunyikan terompet saat tahun baru.

Meninggalkan shalat lima waktu.


Contoh tentang menyembunyikan terompet ada larangan dalam hadits berikut ini.
Dari Abu Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah Anshar,
Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada
beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, Kibarkanlah
bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar
maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat. Namun Nabi tidak
menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak
setuju, lantas beliau bersabda,

Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi. Orang ketiga


mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar,

Itu adalah perilaku Nasrani. Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi
Rabbihi pun pulang. (HR. Abu Daud, no. 498. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
Contoh lagi tasyabbuh adalah meninggalkan shalat karena dalam hadits disebutkan,

Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah kafir. (HR. Ahmad, Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah.
Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Jamaah shalat Jumat yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah.
Demikian khutbah pertama ini.

Khutbah Kedua











Amma badu
Maasyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Seharusnya seorang muslim itu bangga dengan keislamannya, bukan malah bangga
dengan syiar agama lain.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Islam itu tinggi dan tidaklah direndahkan. (HR. Al Baihaqi dan Ad Daruquthni, hasan).
Namun benarlah umat Islam saat ini sudah mulai kehilangan jati diri. Lebih bangga pada
budaya non-muslim.
Dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk

ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.
Kami (para sahabat) berkata, Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi
dan Nashrani? Beliau menjawab, Lantas siapa lagi? (HR. Muslim, no. 2669).
Moga Allah meneguhkan kita di atas ajaran yang benar, menjaga iman kita,
menjauhkan kita dari tasyabbuh dengan non-muslim dan mematikan kita dalam
keadaan Islam, dalam keadaan husnul khatimah.
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Siapa yang bershalawat
kepada Nabi sekali maka Allah akan membalas shalawatnya sebanyak sepuluh kali.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku
pada hari kiamat nanti. (HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi
)yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-


Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari
Jumat yang penuh berkah ini.

Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jami Al-Adha, Pesantren Darush Sholihin, Warak,
Girisekar, Panggang, Gunungkidul
Jumat Wage, 30 Rabiul Awwal 1438 H (30 Desember 2016)

Silakan download file PDF Tema di Atas: Khutbah Jumat, Bolehkah


Muslim Merayakan Tahun Baru?

@ DS, Panggang, Gunungkidul, 30 Rabiul Awwal 1438 H


Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Sumber : https://rumaysho.com/15107-khutbah-jumat-bolehkah-muslim-merayakantahun-baru.html

Anda mungkin juga menyukai