Anda di halaman 1dari 8

SKRIPSI

STUDI PENGARUH PENAMBAHA N SERAT SERABUT KELAPA


TERHADAP NILAI STABILITAS TANAH LEMPUNG
PADA PENGUJIAN KUAT GESER

Seprin Taneo (0906102654)


Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan, FST, Universitas Nusa Cendana, Kupang

ABSTRACT
Clay is known to have a poor characteristic because this type of soil has a low bearing capacity,
easy to absorb water but difficult in releasing, large properties in compaction and swell, very cohesive
and is easily deformed. Coconut coir fiber is resistant to weathering and has a high ability to pass
water. Therefore this research aims to determine the effect of addition of coconut coir fiber on the
stability of clay. The study is located in Benu Village, District of Takari - Kupang Region, which has
the morphology of a low undulation hills with low vegetation density. The research method used is
field survey and the sampling method is purposive sampling with laboratory analysis approach, in
which the shear strength test is performed three times with the coir fiber variation of 0%, 0,5%, 1% and
1,5%. The results shows that the coconut coir fiber have an impact in raising the stability of clay, which
is proven by the increase of the cohesion (c) and shear strength () on the second and third test and is
not followed by the shear angle ().

Keywords: coconut coir fiber, shear strength test, stability of clay


ABSTRAK
Tanah lempung merupakan salah satu tanah yang mempunyai sifat yang kurang baik. Jenis
tanah ini mempunyai daya dukung yang rendah, mudah menyerap air namun susah melepaskannya,
sifat kembang susut yang besar dan sifat yang sangat kohesif serta deformasi yang terjadi sangat besar.
Serat serabut kelapa merupakan serat yang tahan akan pelapukan dan memiliki kemampuan yang tinggi
untuk meloloskan air. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
serat serabut kelapa terhadap nilai stabilitas tanah lempung. Lokasi penelitian terletak di Desa Benu,
Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang dimana daerah ini berada pada morfologi perbukitan yang
bergelombang rendah dengan kerapatan tumbuhan yang rendah. Metode penelitian yang digunakan
adalah survei lapangan dan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan pendekatan
analisis laboratorium, dimana pengujian kuat geser dilakukan sebanyak tiga kali dengan variasi serat
serabut kelapa sebanyak 0%, 0,5%, 1% dan 1,5%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa serat serabut
kelapa memiliki pengaruh dalam menaikkan nilai stabilitas tanah lempung, terbukti dengan naiknya
nilai kohesi (c) dan nilai kuat geser () pada pengujian kedua dan ketiga, yang tidak diikuti oleh sudut
geser dalam ().
Kata Kunci: serat serabut kelapa, pengujian kuat geser, stabilitas tanah lempung

Tanah lempung merupakan salah satu


tanah yang mempunyai sifat yang kurang baik.
Jenis tanah ini mempunyai daya dukung yang
rendah, mudah menyerap air namun susah
melepaskannya, sifat kembang susut yang besar
dan sifat yang sangat kohesif serta deformasi
yang terjadi sangat besar (Sazuatmo,2011).
Dengan adanya permasalahan tersebut
maka salah satu alternatif yang bisa digunakan
sebagai bahan stabilisator tanah adalah serat
serabut kelapa. Pemilihan serat serabut kelapa
sebagai bahan stabilisasi dikarenakan serat
serabut kelapa adalah bahan yang mudah
meloloskan air (B. Army dan Liliwarti, 2009),
dan juga banyak dijumpai di Kota Kupang.
Serat serabut kelapa yang merupakan limbah
saat panen buah kelapa selama ini hanya
dimanfaatkan oleh pelaku kerajinan, namun
belum digunakan untuk bahan stabilisasi tanah
(Sriyati
Ramadhani,
2011).
Beberapa
keistimewaan pemanfaatan serat serabut kelapa
sebagai stabilisator dalam upaya perbaikan
tanah yang ramah lingkungan dan mendukung
gagasan pemanfaatan serat serabut kelapa
menjadi salah satu bahan tambah usaha
stabilitas
terhadap
tanah
lempung
(Sazuatmo,2011).
Serat serabut kelapa juga mempunyai
keuntungan yaitu tahan terhadap serangan
mikroorganisme, pelapukan dan pekerjaan
mekanis (gosokan dan pukulan). Serat serabut
kelapa juga mempunyai sifat yang ulet, dapat
menyerap air, dan mempunyai tingkat keawetan
yang baik jika tidak berhubungan langsung
dengan cuaca (Mulyono, 2004).
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan nilai-nilai sifat fisik dan
mekanik tanah lempung asli dan lempung yang
telah dicampur dengan serat serabut kelapa.
Penelitian ini juga berguna untuk mengetahui
nilai kuat geser maksimum (), nilai kohesi (C)
dan nilai sudut geser dalam ().
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai kuat geser maksimum (),
nilai kohesi (C) dan sudut geser dalam ()

2.

3.

4.

dari tanah lempung asli pada pengujian


kuat geser pertama, kedua dan ketiga.
Mengetahui pengaruh penambahan serat
serabut kelapa terhadap nilai kohesi (C)
dan nilai sudut geser dalam () tanah
lempung pada pengujian kuat geser
pertama, kedua dan ketiga.
Mengetahui pengaruh penambahan serat
serabut kelapa terhadap nilai kuat geser
maksimum () pada pengujian kuat geser
pertama, kedua dan ketiga.
Mengetahui pengaruh penambahan serat
serabut kelapa terhadap nilai stabilisasi
tanah lempung.

MATERI DAN METODE


Materi
1. Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum,
tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan
organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong di antara partikelpartikel padat tersebut. Sementara tanah
menurut Terzaghi yaitu tanah terdiri dari
butiran-butiran hasil pelapukan massa batuan
massive, dimana ukuran tiap butirnya dapat
sebesar kerikil-pasir-lanau-lempung dan kontak
antar butir tidak tersementasi termasuk bahan
organik.

Gambar 1. Diagram fase Tanah


Tanah terdiri dari tiga komponen yaitu udara,
air dan bahan padat. Udara dianggap tak

mempunyai pengaruh teknis sedangkan air


sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah.
Ruang di antara butiran-butiran (ruang ini
disebut pori atau voids) sebagian atau
seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila
rongga tersebut terisi air seluruhnya tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh. Sehingga jika
beban diterapkan pada tanah kohesif yang jenuh
maka pertama kali beban tersebut akan
didukung oleh tekanan air dalam rongga pori
tanahnya. Pada kondisi ini butiran-butiran
lempung tidak dapat mendekat satu sama lain
untuk meningkatkan tahanan geser selama pori
di dalam rongga pori tidak keluar meninggalkan
rongga tersebut. Karena rongga pori tanah
lempung sangat kecil, keluarnya air pori
meninggalkan rongga pori memerlukan waktu
yang lama. Jika sesudah waktu yang lama
setelah air dalam rongga pori berkurang
butiran-butiran lempung dapat mendekat satu
sama lain sehingga tahanan geser tanahnya
meningkat. Masalah ini tak dijumpai pada tanah
granuler yang rongga porinya relatif besar
karena sewaktu beban diterapkan air langsung
keluar dari rongga pori dan butiran dapat
menedekat satu sma lain yang mengakibatkan
tekanan gesernya langsung meningkat.
2.

Kuat Geser Tanah


Kuat geser tanah merupakan hal yang
sangat penting dalam analisis keruntuhan
lereng. Keruntuhan lereng dapat saja terjadi
pada hampir setiap kasus lereng alami atau
lereng buatan secara pelan atau tiba-tiba dengan
atau tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.
Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng
adalah
meningkatnya
tegangan
geser,
menurunnya kuat geser pada bidang longsor
atau keduanya secara simultan.
Parameter kuat geser tanah diperlukan
untuk analisis-analisis kapasitas dukung tanah,
stabilitas lereng dan gaya dorong pada dinding
penahan tanah. Menurut Mohr (1910)
keruntuhan terjadi akibat adanya kombinasi
keadaan kritis dari tegangan normal dan
tegangan geser. Hubungan fungsi antara
tegangan normal dan tegangan geser pada bidan
runtuhnya, dinyatakan oleh persamaan;

= C + n tg
dengan adalah tegangan geser (kN/m2) pada
saat terjadinya keruntuhan atau kegagalan, dan
adalah tegangan normal (kN/m2) pada saat
kondisi tersebut.
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan
yang dilakukan oleh butir-bitir tanah terhadap
desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian
ini, bila tanah mengalami pembebanan akan
ditahan oleh ;
a. Kohesi tanah yang tergantung pada jenis tanah
dan kepadatannya, tetapi tidak tergantung pada
tegangan normal yang bekerja pada bidang
geser.
b. Gesekan antar butir butir tanah.
3.

Serat Serabut Kelapa


Indonesia merupakan negara yang kaya
akan tanaman kelapa setelah Filipina. Di
Indonesia tanaman kelapa adalah tanaman hasil
dari sektor pertanian yang sangat subur, karena
Indonesia mempunyai banyak daerah pesisir
yang merupakan tempat yang cocok bagi kelapa
untuk tumbuh, (Apriyantono, 2008). Ada
banyak manfaat yang di dapat dari tanaman
kelapa, mulai dari akar, batang, daun, buah dan
air yang terkandung didalamnya. Selain itu
tanaman kelapa juga menghasilkan produk
sampingan seperti sabut dan tempurung kelapa,
namun hasil samping tanaman kelapa belum
dimanfaatkan secara optimal bahkan sering
terbuang percuma dan akhirnya bertumpuk
menjadi limbah.
Menurut United Coconut Association of the
Philippines (UCAP), sabut kelapa membungkus
tempurung kelapa mengandung sekitar sekitar
0.6 kg dari keseluruhan berat kelapa. Dalam
sabut kelapa mengandung serat sekitar 75%
serat dan selebihnya adalah gabus yang melekat
pada serat. Serat dapat diperoleh dari sabut
kelapa dengan cara perendaman dan kemudian
dilakukan perlakuan mekanis. . Serat sabut
kelapa dapat di manfaatkan seperti Coco Peat,
Coco Fiber, keset, sapu, jok mobil, dan matras.
Pohon kelapa merupakan tanaman umum
yang terdapat di Nusa Tenggara Timur dengan
produksi 66.676 ton/tahun dan luas areal
perkebunan sebesar 159.115 hektare (Badan

Pusat Statistik Provinsi NTT, 2013). Buah


kelapa yang dijual di Kota Kupang kebanyakan
berasal dari daerah Amarasi, Kabupaten
Kupang, mengingat bahwa produksi kelapa di
Kota Kupang sangat rendah yakni 119
ton/tahun dengan luas area perkebunan yang
hanya 215 hektar.
Di Kota Kupang serat serabut kelapa belum
dioptimalkan sebagai bahan kerajinan tangan
selain sebagai alat mencuci piring dalam rumah
tangga. Serat serabut kelapa bisa di jumpai di
berbagai daerah di kota Kupang, khususnya di
Pasar Inpres, Naikoten 1 dimana serat serabut
kelapa tersebut hanya merupakan limbah dari
buah kelapa yang dipasarkan.
Regresi Linear Sederhana
Regresi linier sederhana adalah metode
statistika yang digunakan untuk membentuk
model hubungan antara variabel terikat
(dependen; respon; y) dengan satu variabel
bebas (independen, prediktor, x). Analisis
regresi linier sederhana memiliki tiga kegunaan,
yaitu: deskripsi fenomena data, kontrol, dan
prediksi.
Model
regresi
linier
sederhana
dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
(
Dimana:
y = Variabel Terikat
a = Intersep
b = Slope
Model
regresi linier
menggunakan
koefisien koefisien, yang merupakan nilai
duga parameter di dalam model regresi untuk
kondisi yang sebenarnya. Koefisien regresi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Intersep
Intersep merupakan nilai rata rata
(konstanta) pada variabel y dalam model
regresi linier apabila nilai pada variabel x sama
dengan 0. Dengan kata lain, apabila x tidak
memberikan kontribusi, maka secara rata-rata,
variabel y akan bernilai sebesar nilai intersep.
Untuk mendapatkan nilai konstanta
intersep, maka digunakan rumus perhitungan
sebagai berikut:

2.

Slope

Slope merupakan koefisien x dalam model


regresi linier, berupa nilai yang menunjukkan
seberapa besar kontribusi (sumbangan) yang
diberikan suatu variabel x terhadap variabel y.
Nilai slope dapat pula diartikan sebagai ratarata pertambahan (atau pengurangan) yang
terjadi pada variabel y untuk setiap peningkatan
satu satuan variabel x.
Untuk mendapatkan nilai koefisien x
(slope), maka digunakan rumus perhitungan
sebagai berikut:

4.

Dimana:
= Intersep
= Slope
x = Nilai variabel bebas
y = Nilai variabel terikat
Setelah diperoleh nilai intersep dan slope
maka dapat dibentuk sebuah model persamaan
regresi linier sederhana, dan dapat dilakukan
pendugaan terhadap variabel y dengan nilai
variabel x tertentu.
Metode
1. Studi Literatur
Tahapan yang dilakukan sebelum atau
selama Penelitian berlangsung. Literatur yang
digunakan sebagai acuan tidak hanya sebatas
buku namun dapat pula bahan-bahan lain
misalnya artikel, tulisan ilmiah, data
perusahaan dan internet ataupun informasi dari
kegiatan di lapangan yang sebelumnya pernah
dilakukan.
2.

Lokasi Pengambilan Conto atau Sampel


Penelitian
Lokasi Pengambilan sampel tanah lempung
terletak di Desa Benu, Kecamatan Takari,
Kabupaten Kupang, yang secara geografis
berada pada koordinat 95644,38 LS dan
1235914,27 BT. Sedangkan pengambilan
serat serabut kelapa yang digunakan sebagai

bahan campur (variasi) adalah di Pasar Inpres


Naikoten, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
3. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menghilangkan tanah penutup sedalam kurang
lebih 50cm, kemudian tanah pada kedalaman
50cm digali dan dimasukkan kedalam wadah
penyimpanan (karung).
4. Pengujian di Laboratorium
Pengujian yang dilakukan di laboratorium
adalah pengujian sifat fisik dan mekanik tanah.
Pengujian sifat fisik tanah yang lakukan adalah
pengujian berat jenis, pengujian batas
konsistensi (atterberg) sedangkan untuk sifat
mekanik tanah yang dilakukan adalah
pengujian kuat geser langsung (direct shear
test)

Tabel 1. Hasil Pengujian Berat Jenis


Contoh
Nomor Kode
Berat Picno
Berat Picno + Contoh
Berat Contoh
Berat Picno + Air + Contoh
Berat Picno + Air
Volume
Berat Jenis
Rata-rata

Lempung (gr)
A
B
22,245 21,51
32,245 31,51
10
10
78,081 77,941
71,827 71,676
3,746 3,735
2,670 2,677
2,673

Berdasarkan tabel 5.1, diperoleh nilai ratarata berat jenis tanah lempung sebesar 2,673.
Hasil dari pengujian ini, selanjutnya akan
digunakan untuk memperoleh nilai kadar air
optimum melalui pengujian pemadatan.
b) Pengujian Batas-Batas Atterberg
Pengujian batas-batas atterberg bertujuan
untuk mengetahui nilai batas cair (Liquid
Limit), batas plastis (Plastic Limit) dan indeks
plastisitas (Plasticity Index).

Gambar 3. Tabel Hasil Pengujian Batas Cair


dan Batas Plastis

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengujian Sifat Fisik Tanah
a) Pengujian Berat Jenis

Kadar Air (%)

Grafik Pengujian Batas Cair


40,00
38,00
36,00 35.47
34,00
32,00
30,00
5

Banyak25Ketukan

Gambar 4. Grafik Pengujian Batas Cair

125

Dari hasil nilai rata-rata batas cair (Liquit


Limit) 35,47% dan hasil rata-rata batas plastis
(Plastic Limit) 18,33%, maka diperoleh nila
indeks plastisitas (Plasticity Index) = 35,47% 18,33% = 17,14%.
c) Pengujian Pemadatan
Tabel 2. Pengujian pemadatan
Variasi Serat
Serabut Kelapa
(%)
0
0,5
1
1,5

Kadar air
Optimum
(%)
15,162
15,766
15,786
15,809

Berat Isi Kering


Maksimum
(gr)
1,702
1,666
1,659
1,632

2.

Pengujian Sifat Mekanik Tanah


Pengujian
yang
dilakukan
untuk
mendapatkan sifat mekanik tanah adalah
pengujian geser langsung (direct shear).
Pengujian kuat geser dilakukan sebanyak tiga
kali dengan variasi serat serabut kelapa antara
lain 0%, 0,5%, 1%, dan 1,5%.
a. Hubungan Serat Serabut Kelapa Dengan
Kohesi (C) Tanah Lempung

Gambar 5. Hubungan Serat Serabut


Kelapa Dengan Nilai Kohesi (C)
Serat serabut kelapa memiliki pengaruh
terhadap nilai kohesi tanah lempung, dimana
nilai kohesi mengalami kenaikan pada
pengujian kuat geser yang kedua dan ketiga.
b. Hubungan Serat Serabut Kelapa Dengan
Sudut Geser dalam ()Tanah Lempung

Gambar 6. Hubungan Serat Serabut Kelapa


Dengan Nilai Sudut Geser Dalam ()
Peningkatan nilai kohesi (C) pada
pengujian kuat geser kedua dan ketiga tidak
ikuti nilai sudut geser dalam (). Nilai sudut
geser dalam () cenderung menurun.
c. Hubungan Serat Serabut Kelapa Dengan
Kuat Geser Tanah () Tanah Lempung

Gambar 6. Hubungan Serat Serabut Kelapa


Dengan Kuat Geser ()
Penambahan serat serabut kelapa pada
tanah lempung dengan berbagai variasi
cenderung menaikan nilai kuat geser () tanah
lempung , hal tersebut terbukti pada pengujian
kuat geser yang kedua dan ketiga.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada
bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat
menyimpulkan beberapa hal yaitu :

1.

a.

b.

c.

2.

a.

Pengujian kuat geser dilakukan sebanyak


tiga kali pada tanah lempung asli dan
diperoleh nilai kuat geser (), nilai kohesi
(C) dan nilai sudut geser dalam () sebagai
berikut :
Pengujian yang pertama diperoleh nilai
kuat geser () sebesar 83,13 kN/m2, kohesi
(C) sebesar 35,19 kN/m2 dan nilai sudut
geser dalam () sebesar 42,150.
Pengujian yang kedua diperoleh nilai kuat
geser () sebesar 69,32 kN/m2, kohesi (C)
sebesar 36,13 kN/m2 dan nilai sudut geser
dalam () sebesar 33,830.
Pengujian yang ketiga diperoleh nilai kuat
geser () sebesar 71,52 kN/m2, kohesi (C)
sebesar 36,02 kN/m2 dan nilai sudut geser
dalam () sebesar 36,470.
Penambahan serat serabut kelapa dengan
tiga variasi berbeda mempengaruhi nilai
kohesi pada tiga kali pengujian kuat geser,
Dan dari hubungan ini juga terlihat pada
pengujian yang pertama nilai kohesi
mengalami naik turun ada kenaikan nilai
kohesi terjadi pada variasi 1% dengan nilai
kohesinya 48,888 kN/m2 dan pada variasi
1,5%
dengan
nilai
kohesinya
2
41,786kN/m , untuk pengujian yang kedua
nilai kohesi mengalami kenaikan pada
setiap variasi penambahan serat serabut
kelapa, dimana nilai kohesi (C) tertinggi
terdapat pada variasi 1,5 sebesar 51,02
kN/m2 dan Pada pengujian kuat geser yang
ketiga, nilai kohesi juga mengalami
kenaikan pada setiap variasi dimana
kenaikan tertinggi juga terjadi pada variasi
1,5% sebesar 49,36 kN/m2.
Peningkatan nilai kohesi (C) pada
pengujian kuat geser kedua dan ketiga
tidak ikuti nilai sudut geser dalam ().
Nilai sudut geser dalam () cenderung
menurun tetapi beberapa yang mengalami
kenaikan, misalnya :
pada pengujian kuat geser yang pertama
kenaikan terjadi pada variasi 0,5% sebesar
48,960 dan pada variasi 1,5% sebesar
45,880,dimana kenaikan ini lebih besar dari
nilai sudut geser dalam () tanah lempung
asli.

b. Pada pengujian kuat geser yang ketiga


kenaikan juga terjadi pada variasi 0,5%
sebesar 39,980, dimana kenaikan ini lebi
besar dari nilai sudut geser () tanah
lempung asli.
3. Penambahan serat serabut kelapa pada
tanah lempung dengan berbagai variasi
cenderung menaikan nilai kuat geser ()
tanah lempung , hal tersebut terbukti pada
pengujian kuat geser yang kedua dan ketiga.
4. Dari hasil hasil penelitian dan analisis data,
serat serabut kelapa memiliki pengaruh
dalam menaikkan nilai stabilitas tanah
lempung, terbukti dengan naiknya nilai
kohesi (c) dan nilai kuat geser () pada
pengujian kedua dan ketiga.

DAFTAR PUSTAKA
Army.B dan Liliwarti.2009. Pemanfaatan Serat
Serabut Kelapa Sebagai DrainasePada
Tanah Lempung. Padang: Kampus Unand
Limau Manis.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2008. Cara
Uji Berat Jenis Tanah.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2008. Cara
Uji Kepadatan Ringan Untuk Tanah.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2008. Cara
Uji Penentuan Batas Cai Tanah
Badan Standar Nasional Indonesia. 2008. Cara
Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks
Plastisitas Tanah
Das M, Braja.1995. Mekanika Tanah jilid 1,
Jakarta: Erlangga
Hardiyatmo. 2010. Mekanika Tanah 1, Jakarta:
PT. Grammedia Widiasarana Indonesia.
Hardiyatmo, H. C. Stabilisasi Tanah Untuk
Perkerasan Tanah .Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Putra , W.F.2011. Peluang Bisnis Industri Serat


Serabut Kelapa. Yogyakarta: STMIK
AMIKOM.
Saputra, Roni.2013. Statistik Terapan.
Sazuatmo. 2011..Pengaruh Material Plastik
Terhadap Kekuatan Geser Pada Tanah
Lempung. Bengkulu: FT UNIHAZ.
Vidayanti, Desiana. Modul Mekanika Tanah 1.
Jakarta: Mercu Buana University.
.

: Linear Break Even Analysis When is it


Applicable to a Business, Working Paper No.
29 ISSN 1444-8990, Brisbane Austr

Anda mungkin juga menyukai