BAB I
Pendahuluan
1.1
LATAR BELAKANG
RTRW Kota Batu merupakan salah satu dokumen pembangunan yang strategis karena
dokumen tersebut menjadi acuan bagi setiap gerak dan langkah pembangunan, baik yang dilakukan
oleh pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat Kota Batu.
Dinamika perkembangan wilayah
layah Kota Batu saat ini lebih mengarah pada perkembangan Kota
Batu ke depan sebagai sentra pertanian, sentra
Wisata. Kebutuhan akan ruang di wilayah Kota Batu untuk mendukung program pembangunan
yakni pengembangan
gan perdagangan hasil pertanian dan penguatan industri pertanian (agro-industry),
(agro
penambahan ragam obyek dan atraksi wisata dengan didukung sarana, prasarana dan unsur
penunjang wisata, serta meningkatkan kapabilitas SDM Kota Batu melalui jalur pendidikan dan
membentuk sekolah unggulan bertaraf nasional bahkan internasional. Pengembangan Kota Batu
pada sektor pertanian, wisata dan pendidikan diarahkan khususnya yang sesuai karakteristik Kota
Batu dalam bidang ilmu pengembangan pertanian, pariwisata dan kerajinan,
kera
sehingga menuntut
paradigma baru dalam membuat arahan penataan ruang sebagai panduan pembangunan Kota Batu.
Perubahan kualitas lingkungan khususnya degradasi kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan lindung di Kota Batu, juga mendorong untuk segera
s
melakukan reorientasi dalam membuat
arahan rencana tata ruang. Sebagian kawasan lindung yang dimaksud saat ini telah beralih fungsi
dan sebagian lagi mengalami kerusakan yang mengkawatirkan. Kerusakan kawasan lindung secara
umum mengakibatkan dampak lingkungan serius di beberapa bagian wilayah Kota Batu, bahkan
berdampak ke wilayah diluar wilayah Kota Batu. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan paradigma
pembangunan yang berkelanjutan.
Buku Rencana
I-1
Dasar dan pertimbangan lain perlunya evaluasi dan revisi terhadap produk Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2003-2013 yang telah ada sebelumnyameliputi faktor eksternal dan
1.2
A. Faktor Eksternal
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Pokok);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3274);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3317);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3469);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3470);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3881);
9. Undang-undang Republik indonesia Nomor 11 Tahun 2011
tentang Pembentukan Kota Batu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4118);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433);
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125);
Adanya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, didalam pasal-pasal
undang-undang tersebut memuat aturan-aturan yang tegas dan lebih ketat, sehingga
diperlukan produk perencanaan tata ruang yang lebih aplikatif sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
Adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, sehingga Keberadaan Kota Batu merupakan wilayah kotaperlu
disesuaikan peranannya sebagai PKN, PKW dan PKL
Adanya Peraturan Daerah Propinsi Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Jawa Timur, sehingga keberadaan RTRW Kota Batu perlu adanya penyesuaian.
Perencanaan tata ruang Kota Batu di harapkan dapat memecahkan permasalahan isu global,
nasional dan regional, seperti; Isu Lingkungan (Global Warming), Isu Krisis Ekonomi Global, Isu
Pengangguran dan Pengentasan Kemiskinan, Isu Peningkatan Investasi, dan Isu lainnya.
B. Faktor Internal
Berdasarkan faktor internal, Produk RTRW lama belum bisa mengakomodasi kebutuhankebutuhan pembangunan akibat dari:
Arah kebijakan pembangunan 5 tahun ke depan (yang telah dijabarkan dalam RPJM Daerah).
Keberadaan RTRW Kota Batu yang ada masih belum mampu mengakomodasikan kebutuhankebutuhan dan program pembangunan secara optimal, sehingga diperlukan penyempurnaan
pembangunan fasilitas skala
rencana perumahan PNS, rencana fasilitas olah raga (Sport Centre), kawasan perkantoran dan
lain sebagainya.
Produk RTRW Kota Batu disusun pada tahun 2003, sehingga diperlukan upaya-upaya
penyesuaian melalui proses Evaluasi dan Revisi RTRW Kota Batu untuk kurun waktu tertentu (
5 tahun).
Didalam hasil penyusunan Rencana Tata Ruang yang baru nantinya didasarkan pada UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,dimana jangka waktu
RTRW
Kabupaten/Kota adalah dua puluh (20) tahun dan ditinjau kembali satu (1) kali dalam lima (5) tahun
atau lebih dari satu (1) kali dalam lima (5) tahun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Buku Rencana
I-2
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4444);
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68);
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69);
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4959);
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3294);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta
Bentuk dan Tata cara Peranserta masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1996, Nomor 104);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan suaka
alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838);
Buku Rencana
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan
Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 119);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Perum Kehutanan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 67);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147);
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga
Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 2);
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2006 Tentang Irigasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga
Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4628);
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4655);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4859);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4987);
47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
I-3
48. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban Dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
49. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
50. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30; Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5112);
51. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum;
52. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
53. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005, perubahan atas Perpres Nomor 36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum;
54. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran serta Masyarakat
Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
57. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor;
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, beserta Rencana Rincinya;
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
63. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 tentang
Penetapan Kawasan Lindung di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur;
64. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan Raya R.
Soeryo;
65. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di Jawa
Timur;
66. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penertiban dan
Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;
67. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan
Pertanian;
68. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
69. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman KKriteria Teknis
Kawasan Budi Daya;
70. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan
Perkotaan;
Buku Rencana
71. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 2011 tentang Pedoman teknis
Pertanahan;
72. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Jawa Timur;
73. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang Pada
Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Di Provinsi Jawa Timur;
74. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 3 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Batu tahun 2003-2013;
1.3
1.3.1. AZAS
Azas penataan ruang wilayah Kota Batu dapat disesuaikan dengan Undang-undang No 26.
tahun 2007, azas penataan ruang yakni:
a)
Keterpaduan
b)
c)
Keberlanjutan.
d)
e)
Keterbukaan
f)
g)
1.3.2. MAKSUD
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 20102030 :
a. Menyajikan data data lapangan yang dapat memberikan gambaran kondisi real perwujudan
ruang di lapangan yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan tata ruang wilayah Kota
Batu.
b. Mengkaji
setiap
aspek
pembangunan
melalui
kegiatan
analisis
data
lapangan
yang
1.3.3. SASARAN
Sasaran penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu adalah sebagai berikut :
a) terumuskan kebutuhan pengembangan wilayah;
I-4
b) tersusun rencana tata ruang wilayah dan program-program pembangunan yang sesuai dengan
dinamika perkembangan wilayah dan kebijakan rencana tata ruang wilayah Nasional dan Propinsi
Jawa Timur, serta paradigma baru penataan ruang wilayah.
1. Kecamatan Batu (terutama Desa Sidomulyo secara keseluruhan, sebagian besar Kelurahan
Temas, Kelurahan Sisir, Kelurahan Ngaglik dan Desa Sumberejo serta sebagian kecil Desa
2. Kecamatan Junrejo (terutama Desa Junrejo, Torongrejo, Pendem, Beji, Mojorejo, Dadaprejo
3. Kecamatan Bumiaji (terutama pada sebagian kecil desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan
Bumiaji)
b. 1.000 1.500 DPL dengan luas 6.493,64 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah: sebagian besar desa-desa yang ada di
f.
Kecamatan Bumiaji dan sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan Batu (terutama wilayah
Kelurahan Songgokerto, Desa Oro-oro Ombo dan Desa Pesanggrahan) serta di sebagian kecil
1.4
Junrejo. Selain itu juga terdapat di sebagian kecil Desa Oro-oro Ombo dan Desa Pesanggrahan,
terutama di sekitar kawasan Gunung Panderman, Gunung Bokong serta Gunung Punuksari.
kecamatan yaitu :
Sedangkan di wilayah Kecamatan Bumiaji, seluruh bagian desa mempunyai ketinggian ini,
1. Kecamatan Batu
2. Kecamatan Junrejo
Pusungkutuk.
3. Kecamatan Bumiaji
Luasan wilayah Kota Batu adalah 19.908,7Ha.Batas Wilayah Kota Batu sebagai berikut:
Sebelah Utara
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini relatif sedikit, yaitu di sekitar Gunung Srandil serta
diujung Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu yang berbatasan dengan Kecamatan Wagir. Untuk
Kecamatan Bumiaji, ketinggian ini berada di sekitar Gunung Anjasmoro dan pada sebagian kecil
Secara umum wilayah Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Diantara
gunung-gunung yang ada di Kota Batu, ada tiga gunung yang telah diakui secara nasional, yaitu
Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339
kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari
peta kontur
Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa, sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai
kemiringan lahan sebesar 25 40% dan kemiringan > 40.
di wilayah Desa Giripurno, Desa Bumiaji, Desa sumbergondo dan Desa Torongrejo.
e. 2.500 3.000 DPL dengan luas 707,32 Ha
meter). Sedangkan
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah: sebagian kecil Desa Tlekung Kecamatan
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah sebagian kecil desa-desa yang berada di
wilayah Kecamatan Bumiaji, terutama pada wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan
Prigen.
f. > 3.000 DPL dengan luas 78,29 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah pada beberapa desa di Kecamatan Bumiaji,
khususnya di sekitar Gunung Arjuno (Desa sumbergondo), Gunung Kembar dan Gunung Wlirang
(Desa Tulungrejo).
Buku Rencana
I-5
Sedangkan
peta kontur
Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa, sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai
kemiringan lahan sebesar 25 40% dan kemiringan > 40. Rincian mengenai kemiringan ini adalah :
Buku Rencana
I-6
Buku Rencana
I-7
Buku Rencana
I-8
Buku Rencana
I-9
Dilihat dari formasi geologi diatas menunjukan bahwa Kota Batu merupakan wilayah yang
subur untuk pertanian karena jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang
mengelilingi Kota Batu, sehingga di Kota Batu mata pencaharian penduduk didominasi oleh sektor
Sedangkan untuk kawasan permukiman berupa villa lebih banyak tersebar di beberapa
pertanian. Kota Batu secara geologis tersusun atas endapan gunung api yang aktif pada masa
tempat antara lain disekitar Jalan Mawar, Jalan Trunojoyo, Jalan Flamboyan dan daerah
lampau. Endapan hasil aktifitas gunung api ini sering disebut endapan Epiklastik dan Tiroklastika.
sekitar Songgoriti.
o
Kota Batu merupakan daerah pegunungan dengan hawa dingin dengan suhu udara 21,3 C
Gambar 1.1
Persebaran Permukiman EstatE di Kota Batu
dan 34,2 C. Adapun Kota Batu memiliki 2 iklim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Kondisi hidrologi Kota Batu banyak di pengaruhi oleh sungai-sungai yang mengalir di bagian
pusat kota, sehingga akan berpengaruh juga terhadap perkembangan kota. Hidrologi di Kota Batu
dibedakan menjadi 3 (tiga ) jenis yaitu air permukaan, air tanah dan sumber mata air.Sampai saat
ini di wilayah Kota Batu telah diinventarisasi sebanyak 83 sumber mata air yang produktif dan
selama ini telah digunakan oleh PDAM Unit Batu, PDAM Kabupaten Malang, PDAM Kota Malang
umumnya tersebar merata disetiap wilayah yang ada Kota Batu dengan pola linier. Kepadatan paling
tinggi berada di Kecamatan Batu yaitu di Kelurahan Pesanggrahan tepatnya di sekitar Jalan Panglima
Sudirman, Jalan Hasanudin, Jalan Samadi, Jalan Cempaka. Untuk lebih jelasnya mengenai
permukiman tersebut adalah :
a. Permukiman Kampung
Permukiman kampung di Kota Batu tersebar di sepanjang poros jalan utama di wilayah
Vila Panderman
Permukiman agropolitan baik yang memiliki bentuk kompak ataupun menyebar umumnya
memiliki
pusat
pengembangan
masing-masing
yang
sangat
potensial
mendorong
perkembangan kawasan perdesaan yang ada, serta terdapat banyak perdesaan yang mampu
mendorong perkembangan perdesaan dalam skala yang lebih luas;
yang dikembangkan oleh developer. Permukiman jenis ini termasuk di dalam permukiman
perkotaan. Berikut permukiman estat yang terdapat di Kota Batu :
Green Apple Regency berlokasi di Kecamatan Junrejo dengan luas lahan 0,391 Ha
Perum Pondok Batu Indah berlokasi di Kecamatan Junrejo dengan luas lahan 1,468
Ha
B. Fasilitas Pendidikan
Untuk fasilitas pendidikan di Kota Batu pada tahun 2010 meliputi Taman Kanak-kanak (TK)
sejumlah 84 unit, Sekolah Dasar (SD) sejumlah 72 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) sejumlah 26 unit , Sekolah Menengah Umum (SMU) sejumlah 9 unit, Sekolah Menengah
Villa Bukit Mas berlokasi di Kecamatan Junrejo dengan luas lahan 1,679 Ha
Buku Rencana
I - 10
Kejuruan (SMK) 10 unit, Madrasah Ibtidaiyah (MI) sejumlah 11 unit, Madrasah Tsanawiyah (MTs)
sejumlah 3 unit dan Madrasah Aliyah (MA) sejumlah 2 unit.
Tabel 1.1
Fasilitas Pendidikan di Kota Batu Tahun 2010
No.
Kecamatan
SD
TK
1
Batu
2
Junrejo
3
Bumiaji
Jumlah
N
26
16
23
65
40
19
25
84
S
6
1
7
No.
Kecamatan
Bumiaji
51
Jumlah
186
10
MTs
MA
7
2
2
11
1
1
1
3
2
1
3
Gambar 1.2
Persebaran Fasilitas Kesehatan di Kota Batu
a. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan yang ada di kota Batu berupa masjid sejumlah 138 unit, langgar/musholla
sejumlah 397 unit, Gereja sejumlah 14 unit, Wihara sejumlah 5 unit dan Pura sejumlah 1 unit
yang cenderung menyebar di setiap kecamatan. Sebagian besar penduduk Kota Batu beragama
Islam, hal ini bisa dilihat dari penyebaran jumlah fasilitas peribadatan yang mendominasi adalah
masjid dan langgar/ musholla. fasilitas peribatan dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2
Fasilitas Peribadatan di Kota BatuTahun 2010
No.
1
2
3
Kecamatan
Masjid
50
50
38
138
Batu
Junrejo
Bumiaji
Jumlah
R.S.Baptis Batu
Kec.Junrejo
b. Fasilitas Kesehatan
PuskesmasPembantu
Kec.Bumiaji
Pusat pelayanan kesehatan di Kota Batu dilayani oleh rumah sakit umum sejumlah 5 unit,
Puskesmas sejumlah 4 unit, puskesmas pembantu sejumlah 4 unit, posyandu sejumlah 186 unit,
rumah bersalin sejumlah 3 unit dan apotik sejumlah 10 unit yang lokasinya tersebar di seluruh
kecamatan.
Tabel 1.3
Fasilitas Kesehatan di Kota BatuTahun 2010
Jumlah Fasilitas (Unit)
No.
1
2
Kecamatan
Batu
Junrejo
Buku Rencana
Rumah
Sakit
4
1
Puskes
mas
1
2
Puskesmas
Pembantu
-
Posyandu
89
46
Rumah
Bersalin
3
-
Apotik
R.S.Haji Kec.Batu
8
1
I - 11
Gambar 1.3
Persebaran Fasilitas Perkantoran Di Kota Batu
Kantor Permukiman
Purnawirawan AU
Tabel 1.4
Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kota Batu Tahun 2010
No
Nama
Jumlah
Kec. Batu
Kec. Bumiaji
Kec. Junrejo
20
2226
73
54
Supermarket/ Swalayan
Pertokoan
Ruko
Restaurant/RumahMakan
31
10
Ruko
303
41
Restauran/ Rumah
31
10
1156
57
18
3736
178
91
Makan
5
Kios
Warung
Jumlah
Kantor Bappeda di
Sidomulyo
Kantor
CamatBatu
C. Fasilitas perkantoran
Kota Batu pada umumnya masih memiliki kawasan perkantoran yang menyebar di setiap
Kantor DPR
Kantor
Kejaksaan
Kantor
DISPENDUK CAPIL
wilayah. Hal ini di sebabkan karena masih banyak kantor pemerintah maupun swasta yang belum
terpusat. Untuk kawasan perkantoran
perkantoran antara lain yaitu kantor Walikota dan kantor pos berada di jalan P.Sudirman, kantor
Kecamatan Batu, kantor Pengendalian dampak lingkungan, Kantor Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang, Dinas Pariwisata dan Koramil, Kantor Lingkungan Hidup, kantor Pertanian, berada sekitar
di jalan Dinas Perhubungan berada di jalan Dewi Sartika, Kantor POLRES Batu berada di Junrejo.
Potensi persebaran fasilitas perkantoran dapat dilihat pada gambar 1.3
Buku Rencana
Kantor PEPABRI
Kantor
Bakesbanglinmas
I - 12
Kota Batu juga memiliki kawasan strategis yakni adanya kawasan militer Arhanud di Desa
Jumlah penduduk Kota Batu pada tahun 2010 sebesar 206.980 jiwa yang tersebar di 3
Pendem, Kecamatan Junrejo. Di sekitar kawasan ini ada juga kawasan perumahan militer dan
kecamatan. Persebaran penduduk relatif memusat di Kecamatan Batu yaitu sebesar 97.881 jiwa
Kantor Lanud sehingga harus diamankan dari penggunaan lahan yang memiliki intensitas
sedangkan untuk jumlah persebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Junrejo sebesar 50.447
jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 25.447 jiwa dan penduduk perempuan sebesar
25.000 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut;
Gambar 1.4
Kawasan Militer di Kota Batu
Tabel 1.5
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kota Batu
Tahun 2009
Luas
Wilayah(Km2)
Jumlah
Penduduk
Batu
45,46
Junrejo
Bumiaji
No.
Kecamatan
Jumlah
Perempuan
Kepadatan
(jiwa/Km2)
97.881
49.373
48.508
2.153
25,65
50.447
25.447
25.000
1.967
127,98
58.652
29.559
29.053
458
199,087
206.980
104.419
102.561
1.040
Untuk pertumbuhan penduduk di Kota Batu selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan
setiap tahunnya, dimana rata-rata kenaikan pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 hingga tahun
2009 sebesar 0,04%. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di wilayah perencanaan
selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik pertumbuhannya pada gambar1.5
Gambar 1.5
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Batu Tahun 2005-2009
210000
200000
190000
Keberadaan pedagang kaki lima di Kota Batu tersebar di lokasi antara lain Jl.Bukit Berbunga,
180000
Desa Sidomulyo Kecamatan Batu berupa tanaman hias, Jl.Kartini berupa buah buahan dan
170000
Jl.Sudiro berupa pedagang makanan dan minuman Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu.
160000
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Buku Rencana
I - 13
Buku Rencana
I - 14
Jumlah penduduk Kota Batu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga
lereng yang terjal, lapisan tanah yang tebal, daya kohesinya kecil (tidak kompak), kejenuhan air
berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di setiap wilayah kecamatan. Berdasarkan data tahun
tinggi (adanya mata air), dan lajur patahan (sesar) menjadikan kawasan ini rawan longsor, yang
2007 menunjukkan tingkat kepadatan penduduk di Kota Batu sebesar 870 jiwa/Km , dimana
dipercepat oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan lingkungan. Kawasan rawan longsor di
Kecamatan Batu memiliki tingkat kepadatan paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya yaitu
Batu terdapat di Kecamatan Bumiaji. Wilayah kecamatan Bumiaji mempunyai kelerengan diatas
sebesar 1.783 jiwa/Km dengan luas wilayah sebesar 45,46 Km, sedangkan tingkat kepadatan
40%.
Gambar 1.7
BencanaAlam Dan KerusakanLingkungan
Mata pencaharian penduduk di Kota Batu terdiri atas pertanian, pertambangan, industri,
listrik, gas & air, konstruksi, perdagangan, komunikasi, keuangan, jasa, dan lainnya. Jumlah
penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kota Batu didominasi oleh sektor jasa dan lainnya
serta sektor pertanian, dimana masing-masing sektor menyerap tenaga kerja sebanyak 75.104 jiwa
untuk sektor jasa dan lain atau sebanyak 51,07% dari total jumlah keseluruhan penduduk menurut
mata pencaharian di Kota Batu, sedangkan sebanyak 34.546 jiwa untuk sektor pertanian atau
sebanyak 23,49%.
Gambar 1.6
Proporsi Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianDi Kota Batu Tahun 2009
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
7,88%
1,20%
1,81%
0,89%
19,93%
5,56%
0,22%
Konstruksi
Perdagangan
Komunikasi
Keuangan
Jasa
Lainnya
4,19%
1.4.4. POTENSISUMBERDAYAALAM
Berdasarkan kondisi eksisting yang ada di Kota Batu ini pola sebaran penduduk di dalam
bermukim cenderung menyebar mengikuti pola jaringan jalan ada di setiap wilayah Kota Batu, akan
tetapi sebaran paling tinggi berada di Kecamatan Batu yaitu terutama di Kelurahan Sisir.
sebagai penyangga kehidupan dan tidak dapat dialihkan peruntukkannya. Luas kawasan
hutan lindung di Kota Batu adalah sebesar 5197,40 Ha ( termasuk sempadan sungai dan
SUTT seluas 1.634,10 Ha) menyebar di seluruh kecamatan, kecamatan yang memiliki hutan
lindung terluas adalah kecamatan Bumiaji yaitu 3674,40 Ha, selanjutnya Kecamatan Junrejo
1.4.3. BENCANAALAM
Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan dengan kerentanan tinggi untuk
sebesar 810,20 Ha dan yang terakhir Kecamatan Batu sebesar 622,80 Ha. Potensi persebaran
kawasan hutan lindung dapat dilihat pada table 1.6
terkena bencana tanah longsor, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng
kawasan ini. Kawasan ini menempati puncak-puncak dan tubuh lajur gunung api tengah. Kondisi
Buku Rencana
I - 15
Buku Rencana
I - 16
Tabel 1.6
Luas Hutan Lindung di Kota Batu Tahun 2009
No
Kecamatan Desa/Kelurahan
Kecamatan Bumiaji
1
Tulungrejo
2649.20
Sumbergondo
Bumiaji
Pandanrejo
Air Panas Songgoriti, Pemandian Air Panas Cangar, Air Terjun Coban Rondo, Coban Rais,
Punten
200.80
Coban Talun, serta Coban Banteng. Ada pula objek wisata sejarah seperti Candi Renggo,
Bulukerto
219.10
Patung Ganesha, dan Junggo. Untuk kegiatan ekstrim, Gunung Panderman, G.Banyak, dan
Gunungsari
304.10
Giripurno
344.70
Jumlah
46.50
3764.40
tempat agrowisata di Kusuma Agrowisata. Selain itu bisa dinikmati hawa dingin pegunungan
di berbagai objek wisata yang tersebar di daerah pinggiran Kota Batu. Sebut saja Pemandian
Kecamatan Batu
1
Sisir
Ngaglik
Temas
Oro-oro Ombo
203.80
berlaku, dimana perkembangannya berdasarkan sektor/ sub sektor yang memberikan kontribusi
Pesanggrahan
297.20
terhadap PDRB meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik,
Songgokerto
80.50
Sumberejo
41.30
Sidomulyo
Jumlah
622.80
Kecamatan Junrejo
gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Gambar 1.8
Grafik Distribusi Sektoral terhadap PDRB Kota Batu Tahun 2009
Tlekung
810.20
Junrejo
50,00%
Mojerejo
45,00%
Beji
40,00%
Torongrejo
Pendem
Dadaprejo
Jumlah
810.20
35,00%
Pertambangan Dan
Penggalian
Industri Pengolahan
30,00%
25,00%
Bangunan
20,00%
15,00%
Pertanian
10,00%
5,00%
0,00%
Sumber Brantas, Gua-gua Jepang, Petapaan Abiyoso, Padang Rumput Lalijiwo, Pondok
Welirang, Puncak Welirang dan Petapaan Indrokilo. Beberapa kegiatan wisata alam yang
dapat dilakukan diantaranya : lintas alam, menikmati pemandangan alam pegunungan,
berkemah, mandi air panas dan lain-lain.
Buku Rencana
I - 17
Buku Rencana
I - 18
Berdasarkan gambar diatas maka dapat dilihat jika sektor perdagangan, hotel dan restoran
terbesar berada di Desa Sidomulyo Kecamatan Batu yang jika ditinjau secara agroklimat dan
memberikan kontribusi terbesar yaitu sebanyak 20,34% dari total keseluruhan nilai PDRB Kota Batu.
agroekosistem, Desa Sidomulyo sangat cocok sebagai pusat pengembangan budidaya air tawar
Sedangkan sektor terkecil kontribusinya adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar
0,21%.
Berdasarkan pembahasan mengenai PDRB di atas. Kegiatan-kegiatan perekonomian yang
1.5
ISU-ISU STRATEGIS
menonjol dan memberi dampak cukup besar terhadap struktur pemanfaatan ruang wilayah Kota
Sektor PertanianTamanamPangan
Sektor pertanian yang ada di Kota Batu merupakan salah sektor yang mempunyai peranan besar
Pemanasan global (Global Warming) yang terjadi saat ini menyebabkan perubahan iklim.
Perubahan iklim terjadi karena :
terhadap peningkatan perekonomian. Hasil produksi dari sektor pertanian yang ada di Kabupaten
Batu antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Adapun hasil produksi terbesar
Populasi dunia terus meningkat, saat ini telah melampaui 6 milyar orang (6 kali lipat
yaitu padi dengan hasil produksi sebesar 5.958,46Ton, sedangkan hasil produksi terkecil yaitu
kacang tanah sebesar 104,49 Ton. Selain produksi tanaman pangan padi dan palawija, Kota Batu
alam, energi, pangan, dan barang-barang konsumsi. Proses tersebut akan menyumbang
juga berpotensi besar sebagai daerah penghasil tanaman hias yang dominan berada di Kecamatan
sejumlah gas yang mengubah komposisi atmosfer dan kapasitasnya dalam mengatur
Bumiaji.
suhu.
Sektor PertanianHortikultura
Sektor perkebunan yang ada di Kota Batu merupakan salah sektor yang mempunyai peranan
gases) yaitu karbondioksida, methan, nitrogen oksida,dan lain-lain. Selain itu sumber gas
besar terhadap peningkatan perekonomian. Hasil produksi dari sektor perkebunan yang ada di Kota
rumah kaca yang lain adalah bahan bakar fosil yangapabila terbakar akan melepaskan CO2
Batu antara lain buah alpukat, buah jeruk siam/keprok, buah pisang dan buah apel. Adapun hasil
produksi terbesar yaitu buah apel sebesar 712.558 Kwintal dengan daerah penghasil terbesar berada
Hutan dan perubahan iklim mempunyai hubungan yang unik. Di satusisi, perubahan iklim
di Kecamatan Bumiaji, hal ini dikarenakan kondisi topografi serta klimatologi di Kota Batu sangat
global telah menekan hutan melalui peningkatansuhu rata-rata tahunan, mengganggu pola
cocok untuk pengembangan tanaman holtikultura terutama buah apel. Sedangkan hasil produksi
curah hujan dan kondisicuaca yang ekstrim. Pada saat yang samahutan dan kayu
terkecil yaitu buah pisang sebesar 8.108 Kwintal dengan persebaran terbesar di Kecamatan Batu.
Sektor Peternakan
dalam mitigasi perubahan iklim. Di sisi lainketika hutan dirusak karena terbakar, illegal
Sektor peternakan yang ada di Kota Batu terdiri atas ternak besar yang meliputi sapi potong, sapi
logging, perambahanhutan atau dipanen secara berlebihan maka hutan menjadi sumberdari
perah, kerbau, dan kuda, ternak kecil yang meliputi kambing, domba, dan kelinci, serta unggas yang
meliputi ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur dan itik. Produksi ternak terbesar berada di
Kecamatan Batu, jika ditinjau dari kondisi klimatologi maka Kota Batu sangat cocok untuk
Krisis ekonomi global yang berimbas pada kelangkaan likuiditas akan mempengaruhi
perekonomian karena itu investasi perlu terus didorong dan ditingkatkan guna mewujudkan
Sektor Perikanan
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan serta dapat menyerap lebih banyak tenaga
Sektor perikanan di Kota Batu meliputi hasil komoditi ikan di karamba, ikan di kolam dan ikan
kerja. Berkaitan dengan Pemilu TAHUN 2009 akan sangat dimengerti kecenderungan para
hias. Adapun berdasarkan jenis komoditinya ikan di karamba dan ikan di kolam meliputi jenis ikan
investor untuk bersikap hati-hati dalam melakukan investasi atau ekspansi. Namun, data dari
emas, ikan nila, ikan lele dan ikan patin dengan hasil produksi terbesar adalah jenis ikan mas
BKPM menunjukkan cukup banyak proyek yang akan dilaksanakan pada tahun 2009. Untuk
sebesar 1726 kg dan untuk jenis ikan hias meliputi ikan koi, komet, grass carp dan ikan koki dengan
investasi sektor riil (Foreign Direct Investment/ FDI), saat ini yang menarik adalah bidang usaha
hasil produksi terbesar adalah ikan koi sebesar 7.376 kg. Daerah penghasil produksi ikan yang
yang berdimensi jangka panjang yang pengembaliannya kurang terpengaruhi oleh situasi
Buku Rencana
I - 19
perlambatan ekonomi global, seperti sumber daya alam termasuk energi, infrastruktur,
1.6
Visi penataan ruang di Kota Batu adalah KOTA BATU SEBAGAI KOTA WISATA DAN
AGROPOLITAN DI JAWA TIMUR
Misi penataan ruang di Kota Batu, meliputi :
a) Mendayagunakan secara optimal dan terkendali sumber-sumber daya daerah, baik Sumber Daya
merupakan fenomena laten yang telah berlangsung cukup lama semenjak pemerintahan Orde
Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Budaya (SDB) sebagai
Lama hingga sekarang. Kenyataan ini menggambarkan bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi
nasional selama ini masih sangat rendah. Selama kurun waktu lima tahun terakhir misalnya pada
setiap satu persen angka pertumbuhan ekonomi, jumlah lapangan kerja yang tercipta hanya
tanaman sayur, buah dan bunga, serta menguatnya perdagangan hasil pertanian dan industri
diperuntukkan bagi sekitar 250 ribu orang per tahun. Hal-hal yang patut diwaspadai terkait
pertanian (agro-industri) yang diperhitungkan baik pada tingkat regional (Jawa Timur) maupun
seperempat anak dibawah usia lima tahun menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka
diperhitungkan di tingkat regional atau bahkan nasional, dengan melakukan penambahan ragam
gizi buruk tetap sama dalam tahun-tahunterakhir kendati telah terjadi penurunan angka
obyek dan atraksi wisata, yang didukung oleh oleh sarana dan prasarana serta unsur penunjang
kemiskinan.
wisata yang memadai dengan sebaran yang relatif merata di penjuru wilayah Kota Batu guna
Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang
sama angka kematianibu di Indonesia adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali
lebih besar dari Vietnam dan enam kalilebih besar dari Cina dan Malaysia, hanya sekitar 72%
prasarana dan sarana transportasi, serta penataan ruang secara menyeluruh guna mendukung
Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah
masih rendah khususnya di antara penduduk miskin, di antara kelompok umur 16-18 tahun
pada kuintil termiskin hanya 55% yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya
adalah 89% untuk kohor yang sama.
1.7
WAKTU PERENCANAAN
Rendahnya akses terhadap air bersih khususnya di antara penduduk miskin. Untuk jumlah
paling rendah hanya 48% yang memiliki akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan
untuk perkotaan 78%.
Kurun waktu implementasi perencanaan adalah selama 20 tahun, untuk kurun waktu tahun
2010 sampai dengan tahun 2030, dengan peninjauan kembali setiap 5 tahun sekali.
Tahap pertama
: 2010-2015
miskin di pedesaan dan 59% penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap
Tahap Kedua
: 2016-2020
tangki septik, sementara itu hanyakurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia
Tahap Ketiga
: 2021-2025
Tahap Keempat
: 2026-2030
Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan puluh persen penduduk
Peninjauan kembali RTRW Kota dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) tahun jika:
1. terjadi perubahan kebijakan dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang wilayah,
dan
Buku Rencana
I - 20
2. terjadi dinamika internal yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar antara
9. Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang
lain berkaitan dengan bencana alam skala besar dan pemekaran wilayah yang ditetapkan
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung clan budidaya sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota
hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
1.8
KETENTUAN UMUM
Pengertian yang berkaitan dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu yaitu:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah
kota, yang berisi rencana operasional pembangunan wilayah kotasesuai dengan peran dan fungsi
wilayah kota yang telah ditetapkan dalam RTRW diatasnya yang akan menjadi landasan dalam
pelaksanaan pembangunan di wilayah kota.
2. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah kota
yang merupakan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kota pada aspek
keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, clan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
3. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wiiayah kota dalam kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun.
4. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam
langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan
rencana struktur dan pola ruang wilayah kota.
5. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah
kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan
untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringantelekomunikasi, dan
sistemjaringan sumber daya air.Rencana susunan pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki sampai 20 tahun mendatang yang satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah kota.
6. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
7. Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
melayani sub wilayah kota.
8. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi yang
melayanilingkungan di wilayah kota.
10. Kawasan lindung kota adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem
yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap
kawasan bawahannya yang terletakdiwilayah kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan
pemerintah daerah kota.
11. Kawasan budidaya kota adalah kawasan di wilayah kota yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya buatan.
12. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, dan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi.
13. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota adalah arahan untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang wilayah kota sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan kota yang berisi usulan program utama, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan.
14. lndikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan
program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata
ruang.
15. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota adalah ketentuan-ketentuan yang
dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kota agar sesuai dengan
RTRW kota yang dirupakan dalam bentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi wilayah kota.
16. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kota adalah ketentuan umum yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk
setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota.
17. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota
sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang
digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
Buku Rencana
I - 21
18. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
Bab ini menjelaskan tentang perumusan kebijkaan strategis operasional rencana tata
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat
ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis, serta prioritas dan tahapan
untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
pembangunan.
1.9
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu, sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini meguraikan tentang dasar hukum penyusunan RTRW kabupaten, profil wilayah
kotameliputigambaran umum kota yang dilengkapi dengan peta orientasi dan pembagian
wilayah kota; kependudukan dan sumber daya manusia; potensi bencana alam; potensi
sumber daya alam; danpotensi ekonomi wilayah, Isu-isu strategis, waktu perencanaan,
ketentuanumumdansistematikapembahasan
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
Buku Rencana
I - 22