Skenario
Pasangan suami istri, Apep Rohmat dan Novi Nurhayati (38) panic ketika
melihat anak keduanya, Hafdz Raffi Rabani (8) tersedak, Minggu (2/3/2014)
siang. Hafidz menolak cilok itu di potong kecil-kecil dan memilih memakannya.
Nahas, ketika anak kedua ini minum, cilok yang sedang ada di mulutnya itu ikut
tertelan. Hafidz terlihat terengah-engah kesulitan bernapas karena cilok itu
tertahan di tenggorokannya.
Melihat malapetaka menimpa anak bungsunya itu, Novi histeris dan
berupaya mengeluarkan makanan itu. Begitu juga bapaknya, Ape berupaya
mengeluarkan cilok dengan berbagai upaya,namun tidak berhasil. Mereka dan
warga segera membawa korban ke klinik terdekat. Di klinik itu, sempat mendapat
pertolongan, namun denyut nadinya sudah tidak terdeteksi lagi. Orang tuanya
segera membawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit, dokter di instalasi gawat darurat (IGD) melakukan
manuver heimlich untuk mengeluarkan makanan yang menyumbat, kemudian
melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) agar memungkinkan udara
mengalir ke paru-paru dan memompakan darah dan oksigen ke otak. Hafidz juga
sering mendapat bantuan oksigen dan denyut nadi muncul walaupun lemah sekali.
Namun selang beberapa lama nyawa bocah ini tak tertolong lagi. Kami
menerima kejadian ini dengan lapang dada,ini ujian yang harus kami hadapi, kata
Apep dengan suara lemah dan berlinang air mata.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) dan
sebutkan langkah-langkahnya ?
2. Apa yang di maksud dengan Manuver Henlich dan sebutkan prosedurnya?
3. Macam Kegawatdaruratan secara umum & prinsip pertolongan pertama ?
4. Konsep gawat darurat ?
5. Initial assessment ?
6. Kondisi Meninggal/ mati ?
C. Pembahasan
1. Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR)
a. Definisi
cara
memanggil-manggil
dan
menepuk
pundak
atau
Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama
pada setengah bawah dinding sternum. Komponen yang harus
diperhatikan :
a) Penderita dibaringkan di tempat yang keras dan datar
b) Frekuensi minimal 100 kali per menit
c) Kedalaman minimal 5 cm/ 2 inch
d) Pada bayi dan anak kedalaman minimal 4 cm/ 1,5 inch
Teknik yang bisa digunakan jaw thrust yaitu dengan menarik rahang
tanpa melakukan ekstensi kepala.
a) Mulut ke mulut
Metode pertolongan ini merupakan metode yang paling mudah dan
cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh
penolong. Cara melakukan pertolongan ini adalah
(1) Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilanjutkan dengan
menjepit hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan.
(2) Buka sedikit mulut penderita, tarik napas panjang dan tempelkan
rapat bibir penolong melingkari mulut penderita, kemudian
hembuskan lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan
sampai dada terangkat.
(3) Tetap pertahankan head tilt chin lif, lepaskan mulut penolong dari
mulut penderita, lihat apakah dada penderita turun waktu ekshalasi.
b) Mulut ke hidung
Napas bantuan ini dilakukan jika dari mulut-mulut sulit dilakukan
misalnya karena trismus. Caranya adalah katupkan mulut penderita
disertai chin lift, kemudian hembuskan udara seperti pernafasan mulut
ke mulut. Buka mulut penderita waktu ekshalasi.
c) Mulut ke sungkup
Penolong menghembuskan udara melalui sungkup yang
diletakan diatas dan melingkupi mulut dan hidung penderita. Sungkup
ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan warna bibir
penderita dapat terlihat.
Cara melakukannya :
(1) Letakan sungkup pada muka penderita dan dipegang dengan kedua
ibu jari
(2) Lakukan head tiltchin lift/ jaw thrust, tekan sungkup ke muka
penderita dengan rapat, kemudian hembuskan udara melalui lubang
sungkup sampai dada terangkat
(3) Hentikan hembusan dan amati turunnya pergerakan dinding dada
(Subagjo dkk., 2012).
c. Komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan bantuan hidup dasar
1) Aspirasi regurgitasi
2) Fraktur costae-sternum
3) Pneumotoraks, hemototoraks, kontusio paru
4) Laserasi hati atau limpa
(Subagjo dkk., 2012).
2. Tersedak
a. Pengenalan sumbatan jalan napas oleh benda asing pada pasien dewasa
Sumbatan jalan napas merupakan gangguan pada jalan nafas yang
dapat diatasi, namun jarang terjadi dan berpotensi menimbulkan kematian
bila tidak mendapatkan penatalaksanaan yang benar. Orang yang tidak
sadarkan diri mudah mengalami sumbatan jalan napas, baik yang disebabkan
oleh
sebab
intrinsik
(lidah)
ataupun
ekstrinsik
(benda
asing).
b. Penatalaksanaan sumbatan jalan napas oleh benda asing pada pasien dewasa
Poin yang harus diutamakan adalah pengenalan terhadap gejala
sumbatan berat koleh benda asing, karena tindakan tersebut memerlukan
penatalaksanaan segera untuk mencegah terjadinya kematian.
kompresi
jantung.
Kompresi
ini
bertujuan
untuk
a) Sumbatan ringan
Bila penderita masih bisa berbicara dan hanya mengalami sumbatan
ringan, maka penolong merangsang penderita untuk batuk tanpa
melakukan tindakan dan terus mengobservasi.
b) Sumbatan berat
Penolong bertanya kepada penderita, apa yang terjadi. Setelah
yakin dengan kondisi penderita selanjutnya penolong melakukan
manuver heimlich. Manuver heimlich ini merupakan metode yang
paling efektif untuk mengatasi obstruksi saluran pernapasan atas
akibat makanan atau benda asing yang terperangkap dalam pharynx
posterior atau glotis. Korban tidak dapat berbicara atau bernapas,
menjadi panik dan sering berlari dari kamar. Korban menjadi pucat
yang diikuti dengan bertambahnya cyanosis, anoxia dan kematian.
Pada kondisi tersebut di atas, manuver ini dapat dilaksanakan dengan
posisi penolong berdiri atau berbaring. Adapun pelaksanaannya
sebagai berikut:
(1) Penolong Berdiri
Penolong berdiri di belakang korban dan memeluk pinggang
korban dengan kedua belah tangan, kepalan salah satu tangan
digenggam oleh tangan yang lain. Sisi ibu jari kepalan penolong
menghadap abdomen korban diantara umbilicus dan thoraks.
Kepalan tersebut ditekankan dengan sentakan ke atas yang cepat
pada abdomen korban. Penekanan tersebut tidak boleh memantul,
dan pada waktu di puncak tekanan perlu diberi waktu untuk
menahan 0,5 - 1 detik dan setelah itu tekanan dilepas, perbuatan ini
harus diulang beberapa kali.
berbaring
telentang
dan
penolong
berlutut
(4)
memeriksa posisi benda asing setiap kali mulut penderita terbuka saat di
kompresi. Bila memungkinkan dikeluarkan sebaiknya di keluarkan
(Subagjo dkk., 2012).
3. Macam kegawatdaruratan secara umum
a. Tenggelam
Penyelamatan pernapasan sama dengan semua korban dengan henti jantung
dan paru. Tata laksana jalan napas pada bantuan hidup dasar dengan alat
bantu, contoh bag mask ventilation dan intubasi dapat diberikan pada orang
yang tenggelam.
b. Tersengat listrik
c. Asfiksia
Merupakan hal yang disebabkan gas dan udara. Hal ini dapat berkembang
dari kebakaran atau bocornya sebuah gas, yang akan menghasilkan
karbonmonoksida. Lakukan RJP dan jauhkan dari gas beracun. Jika ventilasi
pernapasan adekuat berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (Subagjo
dkk., 2012).
4. Konsep kegawat daruratan
a. Penderita Gawat Darurat
Penderita yang mendadak berada dalam keadaan gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya. Contoh : AMI, Fraktur terbuka, trauma kepala
b. Penderita Gawat Tidak Darurat
Penderita yang memerlukan pertolongan segera tetapi tidak
terancam jiwanya/menimbulkan kecacatan bila tidak segera mendapatkan
pertolongan. Misalnya kanker stadium lanjut
c. Penderita Darurat Tidak Gawat
Penderita akibat musibah yang datang tibatiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya. Contoh: luka sayat dangkal.
d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Penderita
yang
menderita
penyakit
yang
tidak
mengancam
5. Initial assessment
Proses penilaian awal pada penderita trauma disertai pengelolaan yang
tepat guna untuk menghindari kematian disebut sebagai initial assessment
Initial assessment meliputi :
a. Persiapan
Berlangsung dalam dua fase yaitu :
1) Fase pra rumah sakit
Kordinasi yang baik antara dokter di rumahsakit dengan petugas di
lapangan, hal yang diperhatikan adalah penjagaan airway, control
pendarahan dan syok (Prihandana, 2007).
2) Fase rumah sakit
Dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba dengan mempersiapkan
cairan kristaloid, perlengkapan monitor, serta tenaga laboratorium. Semua
tenaga medik harus menggunakan alat protektif seperti: masker , proteksi
mata, sarung tangan, dan lain-lain (Prihandana, 2007).
b. Triase
Cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia. Terapi di dasarkan pada prioritas ABC. Triase juga
berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah sakit yang akan di
rujuk . dua jenis keadaan triase yang dapat terjadi :
1) Multiple casualties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan berat perlukaan tidak
melampaui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan
masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan di layani terlebih
dahulu (Prihandan, 2007).
2) Mass casualties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka
melampaui kemampuan rumah sakit dalam keadaan ini yang akan
dilakukan
penanganan
terlebih
dahulu
adalah
penderita
dengan
Daftar Pustaka
Hendrotomo. 1986. Resusitasi Kardiopulmonal (R.K.P.). Konas 1 PCCMI. SA.1.,
Jakarta: Konas PCCMI SA.1.
Prihandana Sadar. 2007. Basic Life Support. Tegal: Tim Keperawatan Medical Bedah
Subagjo Agus. Achyar. Ratnaningsih, E. Putranto Bondan H. Sugiman Tantani.
Kosasih A. Agustinus R. 2012. Bantuan Hidup Jantung Dasar. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
The Committe on Trauma: American College of Surgeon dialih bahasakan Yayasan
Essentia Medica (1983). Perawatan Dini Penderita Cedera. Yogyakarta:
Yayasan Essentia Medica.