Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar
kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam
minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya.
Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan
adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.(Depkes,2004)
Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu
menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan
keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan
melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpanganpenyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai
persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang
perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses
persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan
bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada
tim kesehatan lain untuk kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke- 7 sampai ke-9.
Perubahan yang terjadi selama kehamilan sering kali menjadi keluhan bagi ibu
hamil diantaranya adalah mual muntah pada awal kehamilan, konstipasi,
varises vena (pembuluh balik), gangguan berkemih, hemoroid, dan
pembengkakan pada tungkai dan kaki serta nyeri punggung

Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus, maka pusat


gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus
menyesuaikan posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus bergantung dengan
kekuatan otot, penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta
postur sebelum hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa
peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang
belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian
punggung ibu hamil.
Beberapa keluhan dapat diatasi dengan berbagai cara selain penanganan
dengan farmakologi, diantaranya adalah dengan cara senam hamil, akupresur,
dan pendekatan transtruktural
1.2.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Bagaimana konsep terapi komplementer keperawatan maternitas ?
Bagaimana bentuk terapi komplementer keperawatan maternitas ?
Apa manfaat terapi komplementer keperawatan maternitas ?
Bagaimana legal etik terapi komplementer keperawatan maternitas ?

1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana bentuk terapi komplementer keperawatan
1.3.2.
1.
2.
3.
4.

maternitas
Tujuan Khusus
Bagaimana konsep terapi komplementer keperawatan maternitas ?
Bagaimana bentuk terapi komplementer keperawatan maternitas ?
Apa manfaat terapi komplementer keperawatan maternitas ?
Bagaimana legal etik terapi komplementer keperawatan maternitas ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perspektif Keperawatan Maternitas
A. Pengertian

Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta


kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada
kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru
lahir. (May & Mahlmeister, 1990)
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional
berkualitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial
ibu selama proses konsepsi atau kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga,
dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai
sentra pelayanan. (Reede, 1997)
Keperawatan maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas,
dimulai dari konsepsi sampai dengan enam minggu setelah melahirkan.
(Shane, 1990)
B. Tujuan Keperawatan Maternitas
Tujuan keperawatan maternitas adalah :
1. Membantu wanita usia subur dan keluarga dalam masalah produksi dan
menghadapi kehamilan.
2. Memberi dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, dan
nifas adalah pengalaman positif dan menyenangkan.
3. Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini.
4. Member informasi tentang kebutuhan calon orang tua.
C. Paradigma Keperawatan Maternitas
Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi
manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan.
a. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS)
berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas,
antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta
keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh, merupakan
mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda
secara individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya.
Salah satu tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan
danak yang dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut
apabila tidak mampu beradaptasi dengan baik.
3

b. Lingkungan
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses
kehamilan danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota
keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu
bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga
pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang
tua, bayi dan angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumbersumber dalam keluarga.
c. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat
dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial
mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak
untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
d. Keperawatan ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada masa usia subur
(WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan,
nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar
dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan
keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya
serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan
perawatan yang sesuai untuk dirinya.
2.2.
Terapi Komplementer dalam Maternitas
2.2.1. Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu latihan yang diberikan kepada ibu hamil agar
menyiapkan mental dan jasmani ibu hamil dalam menghadapi persalinan yang
aman, lancar dan spontan. Senam hamil merupakan suatu metode untuk
mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan fisik ibu hamil dan
merupakan latihan yang diberikan pada ibu hamil dengan tujuan mencapai
persalinan yang cepat, mudah dan aman.
4

Senam hamil merupakan latihan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk
memperoleh keadaan prima dengan melatih dan mempertahankan kekuatan
otot dinding perut dan dasar panggul, jaringan penyangganya serta dapat
memeperbaiki kedudukan janin
A. Manfaat Senam Hamil
Senam hamil atau latihan dapat memberikan keuntungan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil,
memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegalpegal, dan mempersiapkan pernafasan, aktifitas otot dan panggul untuk
menghadapi proses persalinan
Senam hamil memiliki manfaat yang sangat penting bagi ibu hamil 3,
antara lain:
1) Menyesuaikan tubuh agar mampu menyangga beban kehamilan.
2) Memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan.
3) Meningkatkan daya tahan tubuh.
4) Memperbaiki sirkulasi dan respirasi
5) Menyesuaikan dengan adanya pertambahan berat badan dan perubahan
keseimbangan.
6) Meredakan ketegangan dan membantu relaks.
7) Membentuk kebiasaan bernafas yang baik.
8) Memperoleh kepercayaan dan sikap mental yang baik.
B. Kontraindikasi Senam Hamil
Beberapa ibu hamil tidak dapat mengikuti senam hamil 3, antara lain:
1) Preeklamsia
2) Ketuban Pecah Dini (KPD)
3) Perdarahan trimester II dan III
4) Kemungkinan lahir prematur
5) Incopeten Cervik
6) Diabetes
7) Anemia
8) Thyroid
9) Aritimia, Palpitasi
10) Riwayat perdarahan

11) Penurunan atau kenaikan BB berlebihan


C. Pedoman Keselamatan (Patient Safety) Untuk Senam Hamil
Dalam melakukan senam hamil harus memperhatikan beberapa pedoman
3, antara lain:
1) Boleh melanjutkan semua bentuk senam dalam kehamilannya yang
sudah terbiasa dilakukan seorang ibu hamil.
2) Minum yang cukup sebelum, selama dan setelah melakukan senam.
3) Hindari senam atau latihan jika terjadi perdarahan, ancaman persalinan
kurang bulan, serviks yang tidak kuat (kompeten), pertumbuhan janin
intra uterin lambat, dan demam.
4) Senam ringan hingga sedang dan teratur (3 kali seminggu)
5) Hindari senam terlentang dengan kaki lurus, melompat atau
D. Petunjuk Senam Hamil
Saat melakukan senam hamil harus memperhatikan petunjuknya 3, antara
lain:
1) Melakukan konsultasi atau pemeriksaan kesehatan kehamilan terlebih
dahulu.
2) Mulai melakukan senam hamil saat usia kehamilan 28 minggu.
3) Mempersiapkan ruangan yang nyaman dan menggunakan pakaian
yang sesuai.
4) Minum sebelum, selama dan setelah melakukan senam hamil.
5) Melakukan 3x seminggu secara teratur.
6) Melakukan pemanasan dan pendinginan.
7) Jangan menahan nafas selama latihan senam.
8) Menghentikan senam jika muncul keluhan pada ibu hamil.
9) Melakukan senam hamil dengan panduan dari instruktur.
E. Persiapan Fisik Sebelum Senam Hamil
Secara umum, tujuan utama dari persiapan fisik dari senam hamil 3, antara
lain:
1) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki, nyeri kaki, varices,
bengkak dan memelihara fungsi kaki untuk menahan beban berat
badan yang semakin meningkat.

2) Melatih teknik pernafasan yang berfungsi untuk kehamilan dan proses


persalinan, sehingga proses relaksasi dapat berlangsung sejak
kehamilan dan kebutuhan oksigen ibu hamil akan terpenuhi.
3) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perutm
otot dasar panggul dan lainnya.
F. Mental Sebelum Senam Hamil
Persiapan mental sebelum hamil bertujuan untuk
1) Mendapatkan ketenangan mental,
2) Memberikan rasa percaya diri pada ibu hamil.
3) Ibu hamil tekun berlatih dirumah sehingga tujuan senam dapat
tercapai.
G. Macam Program Latihan Yang Diajarkan Pada Senam Hamil
Macam-macam program latihan yang terdapat pada senam hamil 3, antara
lain:
1) Latihan dasar (Basic Exercise), antara lain : Breathing, Pelvic Floor
Muscle, Pelvic Rocking, Posture, Lateral Flexion, Trunk Rotation,
Positions, Relaxtation, Foot And Leg, Back Extensions, Arm, Staright
Abdominal.
2) Latihan pembentukan sikap tubuh
3) Latihan pernafasan, antara lain: pernafasan perut, iga, dada. Latihan
pernafasan memiliki manfaat untuk mempermudah mengatasi nyeri
persalinan dan membantu menguasai cara mengejan dengan baik.
4) Latihan peregangan
5) Latihan untuk penguatan
6) Latihan untuk memperlancar sirkulasi.
7) Latihan untuk melenturkan sendi.
8) Latihan relaksasi.
9) Massage untuk menghilangkan nyeri.
2.2.2. Akupresur
A. Pengertian akupresur

Akupresur adalah suatu teknik penyembuhan dengan menekan,


memijat, mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi
vital atau qi. Akupresur juga disebut dengan akupunktur tanpa jarum, atau
pijat akupunktur, sebab teori akupunktur yang menjadi dasar praktek
akupresur
Akupresur adalah seni penyembuhan kuno dengan menggunakan
jari untuk menekan titik-titik penyembuhan secara bertahap yang
merangsang kemampuan tubuh untuk penyembuhan secara alami
B. Manfaat Akupresur
Ketika titik-titik akupresur distimulasi, tubuh akan melepaskan
ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan meningkatkan
kekuatan hidup energi tubuh (qi) untuk membantu penyembuhan
Terapi akupresur dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit,
menguatkan sistem reproduksi seksual, detoksifikasi tubuh untuk
kesehatan yang lebih baik. Menjaga kecantikan, membuat awet muda, dan
meringankan nyeri otot punggung 6. Akupresur memiliki manfaat 6,
sebagai berikut:
1) Pencegahan penyakit
Akupresur dipraktikan secara teratur pada saat tertentu dan
menurut dengan aturan yang ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya untuk
mencegah masuknya penyebab penyakit dan mempertahankan kondisi
tubuh.
2) Penyembuhan penyakit
Akupresur dapat digunakan untuk proses penyembuhan
keluhan sakit dan dipraktikan dalam keadaan sakit.
3) Rehabilitasi
Akupresur digunakan untuk meningkatkan kondisi kesehatan
sesudah sakit
4) Promotif
Akupresur digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
walaupun sedang sakit.
C. Teknik Akupresur

Dalam akupresur dapat dilakukan dengan beberapa teknik :


1) Menekan
Penekanan dapat dilakukan dengan ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah yang disatukan dalam kepalan tangan. Penekanan dilakukan
didaerah keluhan dengan tujuan untuk mendeteksi jenis keluhan
meridian atau organ, selain untuk melancarkan aliran alergi dan darah.
2) Memutar
Memutar dilakukan didaerah pergelangan tangan atau kaki.
Tujuan dari metode memutar adalah meregangkan dan merelaksasikan
otot-otot yang mengalami ketegangan.
3) Mengetuk
Mengetuk biasanya melibatkan gerakan mengetuk-ngetuk titiktitik meridian organ. Biasanya dengan menggunakan jari tengah, atau
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah yang disatukan . dilakukan setiap
2-3 detik sekali selama beberapa menit.
4) Menepuk
Menepuk digunakan untuk mendorong aliran energi dan darah.
Caranya dengan menepuk telapak tangan yang terbuka sebanayak 5-10
kali pada berbagai meridian.
5) Menarik
Menarik dilakukan untuk menarik jari-jari tangan atau kaki
dengan cara diurut terlebih dahulu kemudian ditarik secara perlahan
menggunakan jari jempol dan telunjuk dengan tenaga yang pelan dan
tidak secara mendadak.
D. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemijatan
Sebelum melakukan pemijatan, terapis seharusnya memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Kebersihan terapis
Sebelum dan sesudah melakukan pemijatan seharusnya terapis
mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
antiseptik. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit antara pasien dan terapis

2) Bagian-bagian yang tidak dapat dipijat


Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit terkelupas,
tepat pada bagian tulang yang patah, dan tepat pada bagian yang
bengkak.
3) Pasien dalam kondisi gawat
Penyakit yang tidak boleh dipijat adalah penyakit yang dapat
menyebabkan kematian secara tiba-tiba, seperti serangan jantung,
gagal nafas oleh paru-paru, dan penyakit pada saraf otak misalnya
stroke, pecah pembuluh darah, dan cidera otak.
Apabila terapis menemukan pasien dengan tanda-tanda tersebut,
maka segera merujuk pasien tersebut karena dengan penanganan
pasien yang lambat dan keliru akan menyebabkan pasien terlambat
mendapatkan penangan yang baik, sehingga akan menyebabkan
kematian pada pasien.

2.2.3. Transcultural Dalam Praktik Keperawatan Maternitas


Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia(Leininger,2002). Asumsi mendasari dari
teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring
semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan
pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human
caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satutempat dengan tempat lainnya.
10

A. Konsep dalam Transcultural Nursing


1. Kultur/Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota
kelompok yangdipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam
berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggapbahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budayabudaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok
budaya yangdigolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologipada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap
individu, menjelaskandasar observasi untuk mempelajari lingkungan
dan orang-orang, dan salingmemberikan timbal balik diantara
keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial
untuk meningkatkankondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaanyang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

11

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk


mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk
mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga
atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang
dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian
dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas
budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
B. Transcultural Nursing Proces
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskanasuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan
dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada
gambar 1. Geisser (1991)menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagailandasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih
atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative misalnya penggunaan herbal dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.

12

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical


factors):
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan
yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh
kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)

13

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumbersumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien
dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar
belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi
melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. Potensi
penggunaan obat herbal yang diyakini dan terbukti secara ilmiah.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang
14

dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan,


mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik
c. Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesem patan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami
budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa
tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai

15

dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan


kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
Dengan pendekatan teori trunskultural perawat dapat memanfaatkan
terapi ini dalam melaksanakan praktiknya. Tetapi dalam pelaksanaanya
harus dilakukan oleh seorang dibawah lisensi (telah mempunyai sertifikat
resmi).
2.3.

Issue terapi herbal dalam praktik Keperawatan dan solusinya


Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer sebagai
alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan
komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan
mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman,
bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan
berlaku.
Di dalam salah satu pasal dari Permenkes tersebut menyebutkan bahwa
pengobatan tradisional dapat dilaksanakan dan diterapkan pada sarana
pelayanan kesehatan sebagai pengobatan alternatif di samping pelayanan
kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan
tradisional komplementer dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian/keterampilan di bidang terapi radisional atau oleh tenaga
lain yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan. Sementara pendidikan
dan pelatihan dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Penggunaan obat tradisional (herbal) merupakan bagian dari pengelolaan
pelayanan keperawatan komunitas dalam rangka meningkatkan kesehatan
individu, kelompok dan komunitas (Stoner, 1982 dalam Mulyadi, 2005;
Stanhope & Lancaster, 1996). Termasuk didalamnya pelayanan keperawatan
maternitas di komunitas. Misalnya kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dll yang
membutuhkan peningkatan kesehatan dengan menggunakan obat-obatan dari
tanaman disekitarnya, yang teentunya harga murah, mudah dan lebih
terjangkau oleh lapisan masyarakat. Atau kebutuhan masyarakat untuk
16

menggunakan terapi komplementer misalnya obat tradisionil yang sudah


diracik. Jenis metode dalam terapi komplementer lainya seperti akupuntur,
chiropractic, pijat refleksi, yoga, homeopati, terapi polaritas atau reiki,
teknikteknik relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, tanaman
obat herbal dan sebagainya. Obat- obat yang digunakan bersifat natural/
mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah yang sudah dikenal
(jahe, kunyit, temulawak dan sebagainya)
Pelayanan keperawatan yang profesional harus dapat dibuktikan dan
disarakan dampak positifnya oleh klien. Dampak dari pelayanan keperawatan
tervalidasi dengan indikator yang jelas dan terukur. Indikator dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang berkwalitas adalah sebagai berikut:
1) Jaminan keamanan dan perlindungan klien dari tindakan perawat (Patient
2)
3)
4)
5)
6)

safety),
Kenyamanan,
Penambahan Pengetahuan,
Kepuasan akan pelayanan keperawatan,
memberdayakan klien sesuai potensi yang dimiliki (Self care),
Jaminan terhadap intervensi keperawatan yang diberikan sehingga
mengurangi kecemasan

2.4.

Dasar Hukum Pelayanan Komplementer Alternatif


1. UU RI No. 36 th 2009 tentang Kesehatan
2. Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan
atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
3. Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional
4. Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisonal
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas
pelayanan kesehatan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
standar pelayanan hiperbarik.
8. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,
No.HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode

17

pengobatan komplementer alternatif yang dapat diintegrasikan di


fasilitas pelayanan kesehatan
Jenis-jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:
1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur, akupresur,
naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch, tuina,
shiatsu, osteopati, pijat urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet makro
nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik, EE

BAB III
PENUTUP
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kualitas
pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik
dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir.
Perubahan yang terjadi selama kehamilan sering kali menjadi keluhan bagi
ibu hamil diantaranya adalah mual muntah pada awal kehamilan, konstipasi,
varises vena (pembuluh balik), gangguan berkemih, hemoroid, dan
pembengkakan pada tungkai dan kaki serta nyeri punggung
Beberapa keluhan dapat diatasi dengan berbagai cara selain penanganan
dengan farmakologi, diantaranya adalah dengan cara senam hamil, akupresur, dan
pendekatan transtruktural
Senam hamil adalah suatu latihan yang diberikan kepada ibu hamil agar
menyiapkan mental dan jasmani ibu hamil dalam menghadapi persalinan yang

18

aman, lancar dan spontan. Senam hamil merupakan suatu metode untuk
mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan fisik ibu hamil dan merupakan
latihan yang diberikan pada ibu hamil dengan tujuan mencapai persalinan yang
cepat, mudah dan aman.
Akupresur adalah suatu teknik penyembuhan dengan menekan, memijat,
mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital atau qi
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/43150/1/BAB_I_-III.pdf (diakses tanggal 20 April 2015)
http://jurnal.unismus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1278/1331/
(diakses tanggal 20 April 2015)
https://marianikmg63.wordpress.com/2013/09/22/komplementer/(diakses tanggal
20 April 2015)
Handout Ns.Ulty Desmartnita, SKp , M. Kep., Sp. Mat.2010.
Andrew . M & Boyle. J.S, (2009), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company
Cultural Diversity in Nursing, (2007), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies, Ditelusuri tanggal 20 April 2015 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Deitra Leonard Lowdermik, dkk.2009. Maternity Nursing, Fifth Edition. St.
Louis: Mosby

19

Emely Slone McKinney, dkk.2000. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunder


Company
Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (2004), Conceptual Models of Nursing : Analysis
andApplication, USA, Appleton & Lange
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (2005), Transcultural Nursing : Assessment
andIntervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (2006), Nursing Process and
NursingDiagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing :
Concepts,Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw
HillCompanies
Swasono. M.F, (2007), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press

20

Anda mungkin juga menyukai