PENDAHULUAN
stationery sangat
menjanjikan. Potensi besar di bidang alat tulis kantor (stationary) disebabkan banyak orang
yang membutuhkan produk tersebut, selain itu harga produk juga tidak fluktuatif dan barang
tersebut tidak mengenal kadaluarsa dan dapat digunakan oleh masyarakat menengah ke
bawah sampai masyarakat menengah ke atas.
Target pasar penjual stationary adalah para pelajar, mahasiswa, pegawai kantoran,
karyawan swasta, serta masyarakat umum yang membutuhkan alat tulis untuk menunjang
kegiatan mereka sehari-hari. Peluang usaha ini memiliki pangsa pasar yang cukup luas,
karena barang-barang alat tulis kantor dibutuhkan masyarakat dari seluruh kalangan. Salah
satu cara untuk memasuki suatu pasar dengan mudah dan biaya yang rendah adalah dengan
memanfaatkan private label. kebutuhan alat-alat tulis di Indonesia termasuk yang tertinggi
dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya karena terus mengalami pertumbuhan
signifikan, membuat pasar alat-alat tulis di Indonesia selalu menggiurkan bagi pemain asing.
Melihat fenomena tersebut, banyak para pedagang yang mencoba untuk mengemas produk
yang mereka jual dengan kemasan dari merek sendiri.
Hal ini dilakukan tentunya dengan pertimbangan perusahaan yang telah memiliki citra
yang baik dalam menjual produk-produk yang berkualitas dan tertanam baik di benak
konsumen. Keinginan mereka untuk menjual barang dagangan mereka sendiri semakin
meningkat. Inilah yang menyebabkan hampir seluruh peritel modern juga memajang produkproduk mereka sendiri di rak-rak pajangan mereka. Produk-produk milik peritel sendiri inilah
yang biasa disebut sebagai private label.
Tabel 1.1.
Top Brand Index 2012
Kategori Kebutuhan Kantor
Merek
Pilot
36,1 %
Standard
26,9 %
Faster
20,7 %
Snowman
6,2 %
Top
1,7 %
Pasker
1,3 %
Boxy
1,1 %
Faber Castell
0,9 %
Blc
0,9 %
Zebra
0,6 %
http://www.topbrand-award.com
TBI
TOP
TOP
TOP
TOP
Tabel 1.2.
Top Brand Index 2013
Kategori Kebutuhan Kantor
Merek
Pilot
36,8 %
Standard
25,2 %
Faster
19,2 %
Snowman
4,6 %
Top
2,4 %
Boxy
2,1 %
http://www.topbrand-award.com
TBI
TOP
TOP
TOP
TOP
Tabel 1.3.
Top Brand Index 2014
Kategori Kebutuhan Kantor
Merek
TBI
Pilot
32,3 %
Standard
29,8 %
Faster
19,0 %
Snowman
6,6 %
Joyco
2,2 %
http://www.topbrand-award.com
TOP
TOP
TOP
TOP
Tabel 1.4.
Top Brand Index 2015
Kategori Kebutuhan Kantor
2
MEREK
Pilot
33,6 %
Standard
25,3 %
Faster
16,4 %
Snowman
7,5 %
Joyco
3,5 %
http://www.topbrand-award.com
TBI
TOP
TOP
TOP
TOP
Tabel 1.5.
Top Brand Index 2016
Kategori Kebutuhan Kantor
MEREK
Pilot
33,9 %
Standard
28,8 %
Faster
16,5 %
Snowman
9,0 %
Kenko
2.3 %
http://www.topbrand-award.com
TBI
TOP
TOP
TOP
TOP
Top Brand Index diukur dengan menggunakan 3 parameter, yaitu Mind Share, Market
Sharedan Commitment Share.Variabel pertama, Mind Share, menunjukkan kekuatan sebuah
merek dalam benak konsumen dari kategori produk masing-masing. Variabel kedua
yaitu Market share, menunjukkan kekuatan merek di pasar tertentu dalam hal pembelian
aktual konsumen behavior. Variabel ketiga, commitment share, mengindikasikan kekuatan
merek dalam mendorong konsumen untuk membeli merek dimasa depan. Nilai masingmasing parameter untuk sebuah merek di dalam kategori produk tertentu diperoleh dengan
cara
menghitung
persentase
frekuensi
merek tersebut
relatif
terhadap
frekuensi
PT. Standardpen Industries telah melalui setiap tantangan yang dihadapi dan mengalami
pertumbuhan pesat selama lebih dari 40 tahun. Saat ini Standard telah berhasil menjadi salah
satu merek bolpen berkualitas yang berada di top of mind masyarakat Indonesia dengan
predikat TOP BRAND yang diperoleh dari tahun 2009 hingga kini.Berawal dari analisa Bpk.
Jung C. Susanto selaku Chairman dan Founder yang melihat bahwa bolpen merupakan alat
tulis yang wajib dimiliki guna menunjang kegiatan sehari-hari, perkantoran dan sekolah,
maka pada tahun 1971 beliau pun mendirikan perusahaan perdagangan yang hanya membuat
3
refill(isi ulang) tinta. Pada era 1960-an hingga 1970-an, bolpen masih dianggap barang
mahal, sehingga yang laku di pasaran hanyalah bolpen isi ulang. Pada masa itu, Standardpen
merupakan perusahaan pembuat refill pertama dan terbesar di Indonesia.Setelah berhasil
membuat refill tinta, pada tahun 1986 untuk pertama kalinya Standardpen meluncurkan
produk bolpen secara utuh dibawah kepemimpinan Bpk. Megusdyan Susanto selaku generasi
kedua dan Chief Executive Officer.Dalam meluncurkan produk, beliau sangat memperhatikan
kualitas. Untuk itu beliau concern dengan membuat tinta bolpen yang pekat sehingga
membuat pengguna merasa ringan saat menulis dan tidak akan lelah menggunakannya.Salah
satu penemuan terbesarnya adalah OIL GEL yaitu tinta dengan viscosity yang rendah dan
super liquid. Serta komponen lain yaitu TIP & BALL atau bola mata pena yang dibuat
dengan mesin paling mutakhir dari Swiss secara In-House, membuat bola mata pena dapat
bebas berputar sehingga dapat menghantarkan tinta keluar secara merata, konsisten, lebih
pekat, bebas noda dan super smooth.Standardpen merupakan merek asli Indonesia, dimana
semua key component produk di produksi di Indonesia. Pabrik Standardpen berada di daerah
Bitung-Tangerang dan di pabrik inilah Standardpen mampu memproduksi lebih dari 40
varian produk. Seluruh produk dibuat menggunakan ratusan mesin canggih yang beberapa
diantaranya diimpor dari Jepang dan Swiss, mesin dan teknologi canggih ini juga didukung
bahan baku yang berkualitas dan para R&D handal anak bangsa. Standardpen mampu
memproduksi sekitar 120 juta batang bolpen dalam sehari, dan juga memproduksi alat tulis
lainnya seperti spidol, penghapus dan oil pastel.Saat ini Standardpen telah menembus pasar
ekspor ke beberapa negara diantaranya Asia Tenggara, Timur Tengah, Eropa dan Amerika
Serikat. Standardpen terus berupaya menjadi perusahaan alat tulis nomor satu di pasar
domestik dan juga manca negara. Produk yang aman, berkualitas dan harga terjangkau adalah
kunci Standardpen agar produk-produk Standardpen dapat diterima di seluruh lapisan
masyarakat di berbagai negara. (www.standarpen.id)
Berdasarkan data dari Top Brand Index dapat terlihat bahwa Merek Pulpen Standard
mengalami peningkatan dalam hal citra merek dan kekuatan merek Standard untuk
mempertahankan konsumennya untuk melakukan pembelian secara terus-menerus. Pada
tahun 2012 Standard menduduki posisi kedua dengan TBI (Top Brand Index)26,9% dan
harus rela dikalahkan oleh pesaingnya yaitu Pilot, pada tahun 2013 & 2014 Standard
mengalami peningkatan dan tetap diurutan kedua dengan TBI masingmasing adalah
BAB II
TINJAUAN TEORI
Perilaku konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan
dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan
membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri
dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan
lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku
konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat
proses konsumsi.
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari
individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi
pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Kotler (2007) mengatakan bahwa, perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut :
1. Faktor Budaya.
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya
merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar. Masing-masing budaya terdiri dari
sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para
anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah
geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial. Stratifikasi
lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif
homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut
nilai, minat, dan perilaku serupa.
Kelas sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang didalam kelas sosial yang sama
cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari dua kelas sosial yang
berbeda. Kedua, orang merasa dirinya menempati posisi inferior atau superior dikelas sosial
mereka. Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan variabel-seperti pekerjaan,
penghasilan, kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi nilai-bukannya satu variabel. Keempat,
individu dapat pindah dari satu tangga ke tangga lain pada kelas sosialnya selama masa hidup
mereka. Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi
sosial dalam masyarakat tertentu.
2. Faktor sosial.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga,
serta peran dan status sosial. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan
gaya hidup baru dan memengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan
menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan
seseorang akan produk dan merek aktual. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan
saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama,
politik, dan ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. Kedudukan orang itu
dimasing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran
menghasilkan status.
3. Faktor pribadi.
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut
meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan
konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.
4. Faktor psikologi.
Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk
menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Empat proses psikologis pentingmotivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori-secara fundamental mempengaruhi tanggapan
konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.
Menurut Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Yang disebut internal antara lain: usia, pekerjaan, gaya hidup,
kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Sedangkan faktor
eksternal antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan, kondisi lingkungan, kegiatan
pemasaran perusahaan dan situasi.
2.1.3 Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku konsumen. Kita tidak mungkin
memahami perilaku konsumen tanpa mengerti kebutuhannya. Kebutuhan konsumen
mengandung elemen dorongan biologis, fisiologis, psikologis, dan sosial. Apabila kebutuhan
konsumen tidak terpenuhi, maka ia akan menunjukkan sikap kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai
manifestasi rasa puasnya.
Peter and Olson (1999) menyatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah
proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau
lebih perilaku alternative dan memilih satu diantaranya. Perilaku pembelian merupakan suatu
proses keputusan dan tindakan orang-orang yang terlibat dalam penggunaan dan pembelian
produk. Sedangkan Kotler and Amstrong (2008) menyatakan bahwa keputusan pembelian
merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen secara actual melakukan pembelian
produk. Kotler and Amstrong (2008:224) menyatakan dalam pengambilan keputusan yang
kompleks dengan keterlibatan tinggi terdapat tahap-tahap atau proses yang dilakukan, yaitu
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian,
perilaku pasca pembelian.
2.1.1
Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di
dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang
paling disukai. Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub
keputusan yaitu merek, dealer, kuantitas, waktu, dan metode pembayaran. Dalam pembelian
produk sehari-hari keputusannya lebih kecil dan kebebasannya juga lebih kecil.
Kotler (1996) menyebutkan bahwa keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli
sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan untuk membeli
tersebut mempunyai suatu struktur sebanyak tujuh komponen, yaitu meliputi keputusan
tentang jenis produk, keputusan tentang bentuk produk, keputusan tentang merek, keputusan
9
tentang penjualnya, kepututsan tentang jumlah produk, keputusan tentang waktu pembelian,
keputusan tentang cara pembayaran.
Konsumen untuk menentukan jenis merek produk pulpen stndard yang akan dibeli
berkaitan erat dengan tingkat keterlibatan konsumen (consumer behavior) dalam pembuatan
dan pemasaran suatu produk. Untuk memahami pembuatan keputusan konsumen, terlebih
dahulu harus difahami sifat-sifat keterlibatan konsumen dalam produk.
Menurut Mowen (1995) tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian
dipengaruhi oleh kepentingan personal yang dirasakan dan ditimbulkan oleh stimulus. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa ada konsumen yang memilii tipe keterlibatan tinggi (high
involvement) dalam pembelian suatu produk, dan ada juga konsumen yang memiliki tingkat
keterlibatan yang rendah (low involvement) atas pembelian suatu produk.
Terdapat dua tipe keterlibatan konsumen yaitu keterlibatan situasional (situational
involvement) dan ketelibatan tahan lama (enduring involvement). Keterlibatan situasional
adalah tipe ketelibatan yang hanya terjadi seketika pada situasi khusus dan bersifat temporer.
Sedangkan tipe keterlibatan tahan lama memiliki sifat yang lebih permanen dan berlangsung
lebih lama.
2.2.
Studi Empirls (Penelitian Terdahulu)
2.2.1. Mapping Theory
No
Judul
Author
10
Tahun
Teori
1.
Annette
2007
Veronica
Perilaku Konsumen
Kosasih,
Hellen Novia
2.
3.
4.
5.
2.3.
Yahya
2011
Faktor Melatarbelakangi
Pengambilan Keputusan
Pembelian
2013
Perilaku Konsumen
Terhadap Keputusan
Pembelian
2015
Keputusan Pembelian
2013
Keputusan Pembelian
Restu Amelia
Tian Nur
Marifat
Ryatnasih
Hipotesis
11
Keputusan Pembelian
Sosial
Budaya
Faktor
Pribadi
Psikologi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
memberikan jawaban 1
artinya responden menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan
oleh peneliti.
c. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner
13
selalu berkomunikasi dengan orang observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. (Sugiyono, 2010:165)
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012:166) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi di
seluruh Kecamatan di Kota Samarinda sebelum memulai menyebar kuisioner.
d. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca
beberapa buku, literature, jurnal, referensi yang berkaitan dengan judul skripsi yang
akan diteliti dan akan dilakukan survey terhadap jasa tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Kemudian kuesioner
dibagikan kepada responden yang dipilih secara acak (random) dengan menggunakan teknik
accidentil random sampling, yaitu dengan memilih konsumen yang pernah membeli pulpen
standard.
3.4. Alat Analisis
Alat analisis dan pengujian hipotesis merupakan salah satu unsur terpenting dari suatu
penelitian. Dimana penentuan-penentuan alat analisis dan pengujian hipotesis harus
dilakukan dengan tepat agar permasalahan yang dihadapi dapat diukur dan dipecahkan.
3.5. Model Penelitian
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan bantuan melalui program SPSS
(Statistical Product And Service Solution) versi 20.00 for windows. Adapun alat analisis yang
digunakan adalah sebagai berikut :
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas item digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuisioner atau
skala, apakah item-item pada kuisioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin
diukur.
Dengan menggunakan metode korelasi pearson, yaitu dengan mengkorelasikan masingmasing skor item dengan skor total item. Skor total item adalah penjumlahan dari
keseluruhan item.
Keputusan untuk validitas :
Jika r hitung > r tabel, maka item dikatakan valid
Jika r hitung < r tabel, maka item dikatakan tidak valid
(Priyatno, 2013:20)
3.6.2 Uji Reliabilitas
14
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur
yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.
Metode uji reliabilitas yang sering digunakan adalah Cronboachs Alpha. Metode ini sangat
cocok digunakan pada skor berbentuk skala misalnya 1-4 atau 1-5.
Menurut Sekaran (1992) yang dikutip oleh Priyatno, pengambilan keputusan untuk uji
reliabilitas adalah sebagai berikut :
Cronboachs Alpha < 0,6
= reliabilitas buruk
Cronboachs Alpha 0,6-0,79 = reliabilitas diterima
Cronboachs Alpha 0,8
= reliabilitas baik
(Priyatno, 2013:30)
3.6.3 Analisis Korelasi Pearson
Korelasi Pearson atau dikenal juga dengan korelasi Product Moment Pearson,
merupakan analisis untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai
distribusi data normal. Data yang digunakan adalah tipe interval atau rasio. Dalam
perhitungan korelasi Pearson akan didapat koefisien korelasi yang menunjukkan keeratan
hubungan antara dua variabel tersebut. Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1
atau 0 sampai -1. Semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan semakin erat. Jika mendekati
0 maka hubungan semakin lemah. (Priyatno, 2012:103)
3.6.4 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua
atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel
dependen dengan menggunakan variabel independen. (Priyatno, 2012:127)
Adapun persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y
= Keputusan Pembelian
a
= Konstanta
X1
= Faktor Budaya
X2
= Faktor Sosial
X3
= Faktor Kepribadian
X4
= Faktor Psikologi
b1, b2, b3, b4 = Besaran koefisien dari masing-masing variabel
e
= Kesalahan Estimasi
3.6.5 Uji F (Simultan)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pembuktian hipotesis pertama (uji F) dengan menggunakan asumsi bahwa:
a. Ho : b1, b2, b3 = 0
15
Artinya, secara simultan antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi tidak berpengaruh secara signifikansi
terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian).
b. Ha : b1, b2, b3 0
Artinya, secara simultan antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor
Sosial, Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi berpengaruh secara signifikansi terhadap
variabel dependen (Keputusan Pembelian).
Ada dua cara untuk menguji hipotesis pertama, yaitu :
a. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel :
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel
b. Berdasarkan probalitas (hasil perhitungan ANOVA program SPSS)
Ho diterima jika Fsignifikan > 0,05
Ho ditolak jika Fsignifikan < 0,05
(Priyatno, 2012:137-138)
3.6.6 Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen.
Dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :
a. Ho : b = 0
Artinya secara parsial antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor Sosial,
Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Keputusan Pembelian)
b. Ho : b 0
Artinya secara parsial antara 4 variabel independen yaitu Faktor Budaya, Faktor Sosial,
Faktor Kepribadian, Faktor Psikologi berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (Keputusan Pembelian)
Ada dua cara untuk menguji hipotesis tersebut, yaitu :
a. Membandingkan thitung dengan ttabel :
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
b. Berdasarkan signifikansi :
Ho diterima bila tsignifikan > 0,05
Ho ditolak bila tsignifikan < 0,05
(Priyatno, 2012:130-140)
3.6.7 Koefisien Determinasi
R Square (R2) atau kuadrat dari R, yaitu menunjukkan nilai koefisien determinasi.
Angka ini akan diubah ke bentuk persen, yang artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. (Priyatno, 2012:123)
16
Daftar Pustaka
Durianto, D. dkk. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar: Melalui Riset Ekuitas dan
Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Schiffman, Leon and Kanuk, Leiser Lazer, 2004. Prilaku Konsumen, edisi pertama.
Cengkareng: PT Indeks.
Kotler, Philips, 2005. Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia, Edisi
Kesebelas. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Aaker, D. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Mitra
Utama.
Setiadi, 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran, Cetakan Pertama. Jakarta : Prenada Media.
Mowen. H. 2002. Perilaku Konsumen.Jilid I. Penerbit. Andi. Yogyakarta
Octavia, Ade. 2009. Jurnal Manajemen Pemasaran Modern: Gaya Hidup dan
Perilaku Pembelian Emas Putih di Kota Jambi. Vol. 2, No. 1
Noviyarto, Handy. 2010. Jurnal Telekomunikasi dan Komputer : Pengaruh Perilaku
Konsumen Mobile Internet Terhadap Keputusan Pembelian Paket Layanan Data
Unlimited Internet CDMA di DKI Jakarta. Vol. 1, no. 2.
Semuel, H., et al., 2007. Jurnal Manajemen Pemasaran: Perilaku dan Keputusan
Pembelian Konsumen melalui Stimulus 50% Discount di Surabaya. Vol. 2, No. 2.
Rapar, R.W., et al., 2015. Komunikasi Pemasaran dan Perilaku Konsumen di
Matahari Department Store Mega Trade Center Manado. Vol. 4, No. 4.
17
18