Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN STRATEGI
Studi Kasus Perusahaan ICHIBAN
Nama Instruktur : Dr.Rahmad Wijaya, MM

Oleh:
Kelompok : 5 (Lima)
Ketua : Muhammad Irsyad 201710160311093
Anggota : 1. Alvin Miftah Hasibuan 201710160311095
2. Salwa Rahmawati 201710160311096
3. Muhammad Chalid Rasyidy 201710160311098
4. Visca May Laurencia 201710160311099

LABORATORIUM MANAJEMEN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah S.W.T Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kelompok
kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Manajemen Strategi Studi kasus
perusahaan ICHIBAN. Laporan praktikum ini kami susun untuk memenuhi tugas
akhir dari praktikum manajemen strategi.

Laporan praktikum ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kelompok kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dr. Rahmad Wijaya, MM , selaku instruktur pada praktikum ini, yang
telah memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk mengerjakan
laporan praktikum ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan praktikum ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki lapoaran praktikum ini.

Demikianlah makalah ini kami buat, Akhir kata kami berharap semoga
laporan praktikum Manajemen Strategi Studi kasus perusahaan ICHIBAN ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Malang, 13 April 2020

Penyusun

Kelompok 5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat tulis merupakan alat yang dibutuhkan oleh semua orang untuk
menunjang kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan pekerjaan maupun
pendidikan. Penggunaan alat tulis tidak memandang umur dari penggunanya,
mulai dari anak kecil yang sedang belajar bagaimana cara menulis hingga remaja
dan dewasa. Jenis alat tulis pun bermacam-macam, mulai dari pulpen, bolpoin
(ballpoint) maupun spidol boardmarker, buku, kertas, penggaris, dan lain-lain.
Berbagai alat tulis tersebut telah diciptakan semakin praktis dari waktu ke waktu
sesuai dengan kebutuhan penggunannya.

Telah diketahui plastik menjadi bahan dasar utama yang digunakan dalam
pembuatan alat tulis seperti pulpen, ballpoint maupun spidol boardmarker. Plastik
digunakan sebagai bahan dasar karena mudah dibentuk, ringan, tahan korosi, dan
juga murah. Dalam pembuatan alat tulis biasanya plastic digunakan untuk
membentuk tubuh, tombol tekan, tutup, dan bagian ujung dari ballpoint. Berbagai
jenis plastic dapat digunakan sebagai bahan baku, bergantung pada karakteristik
fisiknya. Umumnya yang digunakan adalah plastik thermosetting, antara lain
seperti high-density polyethylene (HDPE), high-density polystryrene (HDPS),
high-density polypropylene (HDPP), Denka, TX (nylon) dan lain-lainnya.

Dalam hal ini, Liem An seorang warga keturunan yang lahir di Solo tahun
1923, yang kemudian dia pindah ke Jakarta untuk mencoba merubah nasibnya
menjadi lebih baik. Liem An memutuskan untuk berbisnis alat tulis dengan alasan
bahwa alat tulis adalah perangkat yang dibutuhkan oleh semua kalangan. Setelah
melalui perjalanan yang cukup panjang dan rumit, akhirnya ia memiliki
perusahaan sendiri. Berjalannya perusahaan tersebut tidaklah selalu lancar, karena
dalam penjualannya sedikit mengalami permasalahan. Pencapaian target
penjualan selalu tidak bisa melebihi jumlah yang sudah ditargetkan, sehingga
produk yang ia miliki tidak dapat naik kelas.
1.2 Profil Perusahaan:

Pada tahun 1971 Liem An mendirikan bisnis alat tulis di Jakarta, karena
belum memiliki modal untuk mendirikan pabrik sendiri, maka ia memulai dengan
melakukan import barang jadi dan pilihannya jatuh pada alat tulis merk
“ICHIBAN” dari Jepang. Pada saat itu ia hanya mengimpor spidol bordmarker
jeniss permanen, yaitu spidol yang tintanya tidak bisa dihapus. Pada saat itu spidol
yang tintanya bisa dihapus belum begitu laku, sehingga kurang menjanjikan.

Liem An menjual beberapa grosir yang ada di Jakarta, dimana grosir-


grosir tersebut mempunyai jaringan pengecer yang tersebar diseluruh Indonesia
(pada umumnya Indonesia bagian Barat). Ia juga menjual kebeberapa grosir di
Surabaya yang mempunyai jaringan pengecer di Indonesia bagian timur. Usaha
tersebut berkembang sangat pesat, karena pada saat itu masih belum ada saingan
bagi produk spidol permanen boardmarker. Spidol boardmarket “ICHIBAN”
dapat menjadi market leader karena masih kurangnya pesaing. Pada tahun 1977,
BIC yang merupakan produsen alat tuis kelas dunia dari Perancis, juga sudah
mulai memasukan spidol boardmarker ke Indonesia, tetapi pangsa pasarnya masih
jauh di bahwa “ICHIBAN”.

Seiring berjalanyaa waktu, dan setelah merasa memiliki modal yang


cukup, Liem An mulai berusaha untuk mendapatkan lisensi dari produsen asal
yaitu “ICHIBAN” di Jepang agar bisa melakukan produksi sendiri. Proses lisensi
tersebut tidaklah mudah, melalui perjuangan keras akhirnya pada tahun 1977 ia
mendapatkan lisensi tersebut dan selanjutnya mendirikan pabriknya sendiri
dengan nama PT Alat Tulis. Karena PT Alat Tulis ini merupakan perusahaan
bisnis keluarga, maka Liem An menjalankan bisnis tersebut dengan menggunakan
sistem manajemen keluarga. Sehingga, hampir semua anggota keluarga Liem An
(istri, anak, keponakan, menantu, ipar, teman) terlibat dalam operasional
perusahaan.

Para keluarga memiliki pekerjaan untuk mengawasi kinerja karyawan,


berperan seperti mandor atau pengawas kerja, selain itu tidak ada sistem dan
prosedur yang baku dalam operasional perusahaan. Awalnya bisnis ini tidak ada
struktur organisasi, semua berjalan dibawah kendali Liem An. Hingga akhirnya
Liem An menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada anaknya yang bernama
Liem Ko, lima tahun setelah menjadi raja, dan setelah melihat bahwa produk
spidol board marker dalam posisi aman sebagai market leader, maka Liem Ko
mulai berpikir untuk memperluas pasar. Sehingga ia mengambil keputusan untuk
memperluas pasar melalui diversifikasi produk yaitu dengan memproduksi alat
tulis jenis ballpoint.
BAB II

PEMBAHASAN

Lembar Kerja 2 :

Visi Perusahaan :

Menjadi market leader perusahaan alat tulis di Indonesia yang tumbuh


besar bersama kayawan dan mitra bisnis.

Misi Perusahaan :

1. Memperkuat dan menambah luasnya pasar dengan Diversifikasi produk


2. Membuat berbagai alat tulis yang dibutuhkan semua kalangan
3. Berfokus pada meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan
4. Menjaga Brand Image yaitu memproduksi alat tulis “Ichiban” dengan
kualitas terbaik dan harga yang lebih murah
5. Memperluas pasar dengan menambah jaringan pengecer atau grosir di
Indonesia
6. Menigkatkan Target Penjualan dan Produksi Pertahunnya

Tujuan dan sasaran :


Lembar Kerja 3

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Eksternal Factor Evaluasi-EFE)

Tabel 1
Faktor-faktor eksternal: Utama Nilai
Bobot Peringkat
No Tertimbang
1 2 (1*2)
Peluang:
Menguasai pasar produk spidol
1. permanent boardmarker sebagai market 0,16 4 0,64
leader
Pengaruh yang signifikan brand image
2. 0,16 4 0,64
produk spidol boardmarker "ICHIBAN"
Memperluas pasar dengan melalui
3. 0,10 3 0,3
diversifikasi produk
4. Konsumen beralih pada produk lokal 0,08 2 0,16
Ancaman:
Persaingan yang semakin kompetitif pada
1. 0,16 4 0,64
pasar bolpoin
Munculnya pendatang baru yang
2. 0,12 3 0,36
lebih berkembang
Kualitas dan harga yang kompetitif
3. 0,14 3 0,42
antar pesaing
Target produksi pesaing yang terus
4. 0,08 2 0,16
meningkat
Total 1 25 3,32
Keterangan:

Bobot (1) : 1,00


Peringkat (2) : 1 s/d 4
- Peringkat 1 adalah peringkat tidak cukup berpengaruh
- Peringkat 2 adalah peringkat yang Cukup berpengarug
- Peringkat 3 adalah peringkat yang berpengaruh
- Peringkat 4 adalah peringkat Sangat berpengaruh
Nilai Tertimbang : (1) x (2)

Penjelasan:
Tabel di atas menunjukkan matriks EFE dari perusahaan PT Alat Tulis.
Nilai matriks EFE PT Alat Tulis adalah 3,32. Nilai tersebut dapat menunjukkan
bahwa, PT Alat Tulis berada dalam keadaan yang baik dalam menjalankan
manajemen strategik dan memiliki respon yang baik terhadap ancaman dari luar.

Kami memberikan peringkat pada setiap aspek berdasarkan seberapa besar


tingkat pengaruh peluang dan ancaman terhadap kinerja perusahaan. Kami
memberi peringkat 4 pada peluang “Menguasai pasar produk spidol permanent
boardmarker sebagai market leader” dan Pengaruh yang signifikan brand image produk
spidol boardmarker "ICHIBAN" karena memiliki tingkat pengaruh yang sangat
tinggi terhadap penjualan perusahaan.

Kami memberikan peringkat 2 pada ancaman “Target produksi pesaing


yang terus meningkat” karena tidak mempuyai pengaruh yang cukup kuat
terhadap penjualan perusahaan. Kami memberikan peringkat 4 pada ancaman
“Persaingan yang semakin kompetitif pada pasar bolpoin ” karena mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap penjualan perusahaan.
Lembar Kerja 4:

Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix- CPM)

Tabel 2

ICHIBAN ZEBRA FASTER


Bobot
Faktor-Faktor Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai
Keberhasilan (1*2
1 2 3 (1*3) 4 (1*4)
)
Keuangan 0,04 2 0,08 2 0,08 1 0,04
Pemasaran 0,11 2 0,22 3 0,33 2 0,22
Kualitas Produk 0,24 4 0,96 4 0,96 3 0,72
Sumber Daya Manusia 0,03 1 0,03 2 0,06 2 0,06
Brand Image 0,11 3 0,33 2 0,22 1 0,11
Costumer Loyality 0,09 2 0,18 2 0,18 2 0,18
Harga (Price) 0,19 3 0,57 1 0,19 3 0,57
Saluran Distribusi 0,08 2 0,16 2 0,16 3 0,24
Kapsitas Produksi 0,04 2 0,08 3 0,12 1 0,04
Pangsa Pasar 0,07 3 0,21 3 0,21 2 0,14
1 - 2,82 - 2,51 - 2,32

Berdasarkan table tersebut dapat dilihat bahwa menganai factor-faktor


keberhasilan ICHIBAN mendapatkan nilai paling tinggi dibandingkan pesaing,
dengan perolehan total skor sebesar 2,82, disisi lain ZEBRA memperoleh total
skor sebesar 2,51, sedangkan FASTER hanya mendapatkan total skor sebesar
2,32, Namun dari hasil perolehan ketiga perusahaan tersebut menunjukan mereka
dalam rentang skala yang sama dan belum menjadi market leader dalam pasar
mereka masing-masing.
Lembar Kerja 5

Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE)

Tabel 3
Nilai
Bobot Peringkat
No Faktor-faktor Internal Utama Tertimbang
1 2 (1*2)
Kekuatan:
1. Harga bersaing yang lebih murah 0,20 4 0,8
Distribusi produk yang menyebar 0,15 4 0,6
2.
luas
3. Produk stylish dan berkualitas 0,05 3 0,15
Memiliki brand image yang melekat 0,05 3 0,15
4.
di masyarakat
5. Mempunyai lisensi 0,15 2 0,3
Kelemahan:
1. Kurangnya modal yang dimiliki 0,15 3 0,45
Tidak adanya sistem dan prosedur 0,15 3 0,45
2.
kerja baku
3. Sebagai Produk Pendatang baru 0,10 4 0,40
Total 1,00 3,15

Keterangan:

Bobot (1) : 1,00


Peringkat (2) : 1 s/d 4
- Peringkat 1 adalah peringkat tidak cukup berpengaruh
- Peringkat 2 adalah peringkat yang Cukup berpengarug
- Peringkat 3 adalah peringkat yang berpengaruh
- Peringkat 4 adalah peringkat Sangat berpengaruh
Nilai Tertimbang : (1) x (2)

Interpretasi:

Pada tabel diatas disajikan Matriks IFE dari perusahaan Alat Tulis. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa nilai total dari Matriks IFE PT Alat Tulis yaitu
sebesar 3,15. Nilai itu menunjukan bahwa perusahaan memiliki posisi internal
yang kuat.
Untuk faktor kekuatan kami memberikan peringkat pada setiap aspek
berdasarkan besarnya tingkat pengaruh faktor internal. Kami memberi peringkat 4
pada faktor “Harga bersaing yang lebih murah” dikarenakan harga yang diberikan
lebih terjangkau dari pesaing dan memberikan peluang bagi perusahaan. Kami
memberikan peringkat 4 “Distribusi produk yang menyebar luas” karena memiliki
pengaruh yang cukup pada perusahaan. Kami memberikan peringkat 3 pada faktor
“Produk stylish dan berkualitas” dan “Memiliki brand image yang melekat di
masyarakat” karena memiliki pengaruh baik pada perusahaan. Kami memberi
peringkat 2 pada faktor “Mempunyai lisensi” karena dapat meningkatkan
penjualan produk walau dirasa hanya sebagian yang memperhatikan ada atau
tidaknya lisensi.

Untuk faktor kelemahan kami memberi peringkat pada setiap aspek


berdasarkan tingkat pengaruh faktor internal. Kami memberikan tingkat 3 pada
faktor “Kurangnya modal yang dimiliki” dan “Tidak adanya sistem dan prosedur
kerja baku” karena berpengaruh pada perkembangan perusahaan itu sendiri. Kami
memberikan peringkat 4 pada faktor “Sebagai Produk Pendatang baru” karena
akan lebih susah dalam memasuki pasar persaingan dengan produk lama.

Anda mungkin juga menyukai