Anda di halaman 1dari 75

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

BAB 1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1.1

Pendahuluan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen
yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja
(zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost), melainkan harus dianggap
sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan
yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian
atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,
yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Undangundang No.28 Tahun 2002 Pasal 16 (1) menyatakan bahwa suatu
bangunan gedung haruslah memiliki keandalan yang sesuai dengan
fungsinya. Keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan
yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan. Pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya
kebakaran, instalasi penangkal petir dan instalasi listrik, dan
kemampuan gedung menopang beban merupakan suatu syarat
keselamatan, sedangkan penghawaan (ventilasi), pencahayaan dan
sanitasi bangunan gedung merupakan suatu syarat kesehatan.
Pengaplikasian K3 penting diaplikasikan dalam berbagai
sektor termasuk di dalamnya lingkungan kampus sebagai tempat
kerja dan belajar untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 di setiap gedung kampus Ganesha dalam rangka
menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan
efesiensi.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

1.2

Definisi Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja diartikan sebagai kondisi yang bebas dari
resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif
sangat kecil di bawah tingkat tertentu (Simanjuntak, 1994). Kondisi
kerja yang aman/selamat perlu dukungan dari sarana dan prasarana
keselamatan yang berupa peralatan keselamatan, alat perlindungan
diri dan rambu-rambu. Alat-alat yang tergolong sebagai penunjang
keselamatan kerja tersebut antara lain adalah helm, sarung tangan,
masker, jaket pelindung, peralatan kebakaran, dan pelindung kaki.
Untuk prasarana keselamatan seperti rambu-rambu/tanda
peringatan memerlukan ketentuan-ketentuan yaitu mudah terlihat,
mudah di baca, dan tahan lama; di tulis dalam bahasa resmi negara
yang menggunakan produk yang dimaksud, kecuali bila secara teknis
salah satu bahasa tertentu dianggap lebih sesuai; ringkas dan jelas;
dan menjelaskan tingkat bahaya dan memberikan cara mengurangi
resiko (Simanjuntak, 1994). Keselamatan kerja bertujuan untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja di dalam melaksanakan
tugasnya juga melindungi keselamatan setiap orang yang berada di
tempat kerja, selain itu melindungi keamanan peralatan dan sumber
produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien (Sumamur,
1996).
1.3

Definisi Kesehatan Kerja


Pengertian dari kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat
mempengaruhi kesehatan para pekerja (Simanjuntak, 1994).
Gangguan kesehatan kerja mempunyai dampak yang terasa secara
langsung dan yang tidak langsung, dampak secara langsung adalah
gangguan kesehatan kerja yang dirasakan seketika itu juga oleh
pekerja, sedang yang dimaksud dengan dampak secara tidak
langsung adalah gangguan pada kesehatan yang dirasakan oleh
pekerja setelah jangka waktu tertentu. Ketika gangguan kesehatan
mulai terasa maka akan berpengaruh terhadap banyak aspek, salah
satunya adalah turunnya produktivitas dari pekerja. Gangguan
kesehatan yang dialami oleh pekerja dapat bersifat tidak permanen
maupun permanen (Simanjuntak, 1994). Menurut Ridley (2004),
kesehatan merupakan unsur penting agar kita dapat menikmati
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

hidup yang berkualitas, baik di rumah maupun dalam pekerjaan.


Kesehatan juga merupakan faktor penting menjaga keberlangsungan
sebuah organisasi.
1.4

Perlindungan Terhadap Pengguna Gedung


Pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan
keselamatan kerja pada pengguna gedung kampus ITB dalam hal ini
didalamnya termasuk pekerja, pendidik, mahasiswa serta siapapun
yang berada di dalamnya dilakukan 2 cara (Soeprihanto, 1996) yaitu:
1. Usaha preventif atau mencegah
Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau
menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di
tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak
menimbulkan bahaya bagi para pengguna gedung.
Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu :
Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak
berbahaya)
Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber
bahaya)
Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber
bahaya.
Pemakaian
alat
pelindung
perorangan
(eye
protection/googles,
safety
hat/cap/helmet,
ear
plug/muff, gas respirator, dust respirator, gloves, tali
pengaman/safety harness untuk bekerja di ketinggian
dan lain-lain).
Petunjuk dan peringatan di tempat kerja.
Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. Usaha represif atau kuratif
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi
kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumbersumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat
terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan
arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

pengguna gedung sebagai suatu kesatuan atau team kerja


sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya.
Selain itu terutama persiapan alat atau sarana lainnya yang
secara langsung didukung oleh bagian pemeliharaan
gedung.

Mari kita budayakan K3 di lingkungan kampus Ganesha

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

BAB 2
KESELAMATAN GEDUNG

2.1
Kebakaran
2.1.1 Pencegahan Dan Penanggulangan Terhadap Bahaya
Kebakaran
Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan
bahaya kebakaran adalah karena : adanya potensi bahaya kebakaran
di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api
yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan
demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap indivisu dan
unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan
jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin melalui
perencanaan yang baik.
Melalui pelatihan atau fire drilling secara berkala diharapkan
pengguna gedung mampu : mengidentifikasi potensi penyebab
kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan melakukan upaya
pemadaman kebakaran dini. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3
unsur : bahan (yang dapat ter)bakar; suhu penyalaan/titik nyala dan
zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran
adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur
lainnya.
Berdasarkan pemahaman karakteristik kebakaran pada
bangunan yang umumnya cellulosic fire maka pengamanan terhadap
kebakaran mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pengendalian lewat perancangan bangunan yang diarahkan
pada upaya minimasi timbulnya kebakaran dan intensitas
terjadinya kebakaran, yang menyangkut minimasi beban api,
rancangan sistem ventilasi, sistem kontrol asap, penerapan
sistem kompartemenisasi dll yang dikenal sebagai sistem
proteksi pasif.
b. Pengendalian lewat perancangan sistem supresi kebakaran
untuk meminimasi dampak terjadinya kebakaran, melalui
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

rancangan pemasangan sistem deteksi & alarm kebakaran,


sistem pemadam basis air (sprinkler, slang kebakaran, hose
reel), sistem pemadam basis kimia (apar, pemadam khusus)
dan sarana pendukungnya (disebut sistem proteksi aktif).
c. Pengendalian lewat tata kelola bangunan yang mengantisipasi terjadinya bahaya kebakaran didasarkan pada
analisis potensi bahaya kebakaran, analisis resiko dan
penaksiran bahaya kebakaran (fire hazard assessment) sesuai
tahap-tahap pertumbuhan kebakaran dalam ruangan. Tata
kelola ini sering disebut sebagai Fire Safety Management
yang mencakup kondisi sebelum, pada saat dan setelah
kejadian kebakaran.
2.1.2

Sebab-sebab Kebakaran
Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya
pengertian pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran;
kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat
menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak
disiplin.
Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan
dengan cuaca, sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa
bumi, petir, angin dan topan.
Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada
gudang bahan kimia di mana bahan bereaksi dengan udara,
air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah
meledak atau terbakar.
Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu,
misalnya sabotase, mencari keuntungan ganti rugi klaim
asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis
pertempuran dengan jalan bumi hangus.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

2.1.3

Peralatan Pemadaman Kebakaran


Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu
disediakan peralatan pemadam kebakaran yang sesuai dan cocok
untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang bersangkutan.
Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat
ikutan (side effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk
memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan
cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang
diperlukan berupa ember atau slang/pipa karet/plastik.
Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga
udara tidak masuk sehingga api padam. Caranya dengan
menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan
sekop atau ember
Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif
untuk menutup kebakaran dini pada api kompor atau
kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas
potensi api.
Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat
bantu penyelamatan dan pemadaman kebakaran.
2.1.4

Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.
Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya.
Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry
chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti
benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai
oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas
bertekanan.
Karakteristik APAR :

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

APAR jenis tertentu bukan merupakan pemadam untuk


segala jenis kebakaran, oleh karena itu sebelum
menggunakan APAR perlu diidentifikasi jenis bahan terbakar.
APAR hanya ideal dioperasikan pada situasi tanpa angin kuat,
APAR kimiawi ideal dioperasikan pada suhu kamar
Waktu ideal : 3 detik operasi, 10 detik berhenti, waktu
maksimum terus menerus 8 detik.
Bila telah dipakai harus diisi ulang
Harus diperiksa secara periodik, minimal 2 tahun sekali.

Gambar 2.1. Konstruksi APAR


2.1.5

Alat Pemadam Kebakaran Besar


Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang
bekerja secara otomatis. Alat pemadam besar dapat dikelompokkan
menjadi:
Sistem hidran mempergunakan air sebagai pemadam api.
Terdiri dari pompa, saluran air, pilar hidran (di luar gedung),
boks hidran (dalam gedung) berisi : slang landas, pipa kopel,
pipa semprot dan kumparan slang
Sistem penyembur api (sprinkler system), kombinasi antara
sistem isyarat alat pemadam kebakaran.
Sistem pemadam dengan gas.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

2.1.6 Pedoman Singkat Antisipasi Dan Tindakan Pemadaman


Kebakaran
Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan,
mudah dijangkau dan mudah dilihat, tidak terlindung
benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda
segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.
Siagakan APAR selalu siap pakai.

Gambar 2.2. Contoh cara penggunaan alat pemadam api ringan

Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang,


identifikasi bahan terbakar dan tentukan APAR yang dipakai.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

10

Gambar 2.3. Jenis-jenis APAR

Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang,


beritahu orang lain untuk pengosongan lokasi, nyalakan
alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.
Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak
secara tepat dan tenang.

2.1.7

Fasilitas Penunjang
Keberhasilan pemadaman kebakaran juga ditentukan oleh
keberadaan fasilitas penunjang yang memadai, antara lain :
Fire alarm secara otomatis akan mempercepat diketahuinya
peristiwa kebakaran. Beberapa kebakaran terlambat
diketahui karena tidak ada fire alarm, bila api terlanjur besar
maka makin sulit memadamkannya.
Jalan petugas, diperlukan bagi petugas yang datang
menggunakan kendaraan pemadam kebakaran, kadang harus
mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu
jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan
evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas :
Daun pintu dapat dibuka keluar
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

11

Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci


Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit
Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal
7 jam.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

12

Gambar 2.4. Prosedur Kebakaran

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

13

2.2

Instalasi Penangkal Petir


Salah satu gangguan alam yang sering terjadi adalah
sambaran petir. Mengingat letak geografis Indonesia yang dilalui
garis katulistiwa menyebabkan Indonesia beriklim tropis, akibatnya
Indonesia memiliki hari guruh rata rata per tahun yang sangat
tinggi. Dengan demikian bangunan bangunan di Indonesia memiliki
resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat terkena sambaran
petir. Kerusakan yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan
serta manusia yang berada di dalam gedung tersebut. Untuk
melindungi dan mengurangi dampak kerusakan akibat sambaran
petir maka dipasang sistem pengaman pada gedung bertingkat.
Sistem pengaman itu salah satunya berupa sistem penangkal petir
beserta pentanahannya. Pemasangan sistem tersebut didasari oleh
perhitungan resiko kerusakan akibat sambaran petir terhadap
gedung. Perhitungan resiko ini digunakan sebagai standar untuk
mengetahui kebutuhan pemasangan sistem penangkal petir pada
bangunan bertingkat tersebut
2.2.1

Resiko Kerusakan Akibat Sambaran Petir


Sambaran petir dapat mengakibatkan beberapa kerusakan,

yaitu :
Kematian atau korban jiwa
Kerusakan mekanis.
Apabila arus yang besar dilepaskan pada konduktor
parallel yang berdekatan atau pada suatu konduktor dengan
tekukan yang tajam, akan timbul gaya mekanis yang cukup
besar. Oleh karena itu, diperlukan ikatan mekanis yang cukup
kuat.
Efek mekanis lain ditimbulkan oleh kilat petir
disebabkan kenaikan temperatur udara yang tiba-tiba
mencapai 30.000 K dan menyebabkan ledakan pemuaian
udara di sekitar jalur muatan bergerak. Hal ini adalah karena,
jika konduktifitas logam diganti dengan konduktifitas busur
api listrik, energi yang timbul akan meningkat sekitar ratusan
kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada
struktur.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

14

Kerusakan thermal
Dalam kaitan dengan sistem proteksi petir, efek
termal pelepasan muatan petir adalah terbatas pada
kenaikan besar, waktunya adalah singkat dan pengaruhnya
pada sistem proteksi biasanya diabaikan. Umumnya, luas
penampang konduktor proteksi petir dipilih terutama untuk
memenuhi persyaratan kuat mekanis, yang berarti sudah
akan cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur
sebesar 1C.
Kerusakan elektrik

2.2.1

Sistem Pengaman Pada Gedung


Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung
tersebut dari berbagai macam gangguan. Salah satu sistem
pengaman gedung adalah sistem penangkal petir beserta
pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letak, bentuk,
penggunaanya dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu
dipasang penangkal petir adalah :
Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara, dan
cerobong pabrik.
Bangunan-bangunan tempat penyimpanan bahan yang
mudah terbakar atau meledak seperti pabrik amunisi, atau
gudang penyimpan bahan peledak.
Bangunan-bangunan sarana umum seperti gedung bertingkat
pusat perbelanjaan, instansi pemerintahan, sekolah dan
sebagainya.
Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi
seperti gedung arsip negara.
Jenis penangkal petir juga dipengaruhi oleh keadaan atap
dari gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap
datar, yaitu bangunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan
dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah
sistem faraday yaitu sistem penangkal petir keliling pada atp datar.
Sedang untuk atap runcing atau selisih tinggi bumbungan dan lisplang

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

15

lebih dari 1 meter, maka sistem yang sesuai adalah metode franklin
yaitu sistem penangkal petir dengan elektroda batang (fiial).
2.2.1.1 Ruang Proteksi Konvensional
Pada masa awal diketemukannya penangkal petir dan
beberapa tahun setelah itu, ruang proteksi dari suatu penangkal petir
berbentuk ruang kerucut dengan sudut puncak kerucut berkisar
antara 30 hingga 35 (Gambar 2.5.a). Pemilihan besarnya sudut
proteksi ini menyatakan tingkat proteksi yang diinginkan. Semakin
kecil sudut proteksi maka semakin tinggi tingkat proteksi yang
diperoleh (semakin baik), namun semakin mahal biaya
pembangunannya.

Gambar 2.5. Ruang proteksi konvensional


Untuk mempermudah perhitungan analitik, ruang proteksi
tiga dimensi dapat dilukiskan secara dua dimensi dan karena
bentuknya simetri, maka analisis dapat dilakukan hanya pada separo
bagian (Gambar 2.5.b). Semua benda-benda yang berada di dalam
ruang kerucut proteksi (atau bidang segi-tiga proteksi) akan terhindar
dari sambaran petir. Sedangkan benda-benda yang berada di luar
ruang kerucut proteksi (atau di luar bidang segi-tiga proteksi) tidak
akan terlindungi.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

16

2.2.1.2 Ruang Proteksi Non Konvensional


Ruang proteksi menurut model elektro geometri hampir
sama dengan ruang proteksi berdasarkan konsep lama, yaitu
berbentuk ruang kerucut juga, hanya saja bidang miring dari kerucut
tersebut melengkung dengan jari-jari tertentu (Gambar 2.6).

Gambar 2.6. Ruang proteksi non konvensional


Besar jari-jari ini sama dengan besarnya jarak sambar dari
lidah petir. Jarak sambar (kemampuan menyambar atau menjangkau
suatu benda) dari lidah petir ini ditentukan oleh besarnya arus petir
yang terjadi. Dengan demikian, derajat kelengkungan dari bidang
miring kerucut dipengaruhi oleh besarnya arus petir yang terjadi.
2.2.2

Prosedur Pemeliharaan Instalasi Penangkal Petir


Program pemeliharaan secara periodik sebaiknya dilakukan
untuk semua instalasi penangkal petir. Frekuensi dari pemeliharaan
tergantung pada hal-hal sebagai berikut :
a. cuaca dan lingkungan yang berhubungan dengan degradasi
b. kerusakan aktual akibat petir
c. tingkat proteksi yang telah ditetapkan untuk bangunan
gedung
Program pemeliharaan hendaknya berisi kegiatan sebagai berikut :
a. Pengencangan semua konduktor SPP dan sistem komponen.
b. Pemeriksaan kontinuitas listrik pada instalasi SPP.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

17

c. Pengukuran resistans bumi dari terminasi bumi.


d. Pemeriksaan gawai proteksi surya (GPS) dan penggantian
GPS yang rusak.
e. Pemeriksaan untuk menjamin efektivitas SPP tidak berkurang
setelah menerima tambahan atau terjadi perubahan dalam
bangunan gedung dan instalasi.
2.2.3

Panduan Keselamatan Selama Aktivitas Petir Berlangsung


Seseorang dapat mengalami luka yang fatal akibat sengatan
petir atau terbakar akibat sambaran petir. Berikut ini adalah panduan
umum dalam kilang untuk mencegah pengguna gedung terhadap
luka sengatan listrik atau terbakar akibat sambaran petir.
Jangan keluar atau tetap di luar selama ada guruh bila hal
tersebut terakhir diperlukan.
Cari tempat berteduh yang dapat melindungi terhadap
sambaran petir seperti struktur sebagai berikut:
a. Rumah tinggal atau bangunan lain yang telah diproteksi
terhadap sambaran petir.
b. Bangunan berangka logam atau bangunan dari logam
yang besar seperti penyangga kolom, rak pipa diatas
tanah.
c. Bangunan besar yang belum diproteksi.
d. Dalam mobil, bis, truk, forklift atau kendaraan terbuat
dari logam.
e. Jalan penghubung yang dinaungi oleh bangunan dikanankirinya.
Hindari tempat yang hanya sedikit atau tidak diproteksi
terhadap sambaran petir sebagai berikut:
a. Bangunan kecil yang tidak diproteksi.
b. Tempat berteduh sementara.
c. Mobil terbuka atau mobil dengan badan tidak terbuat
dari logam.
d. Trailer terbuka atau trailer dengan badan tidak terbuat
dari logam.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

18

Hindari lokasi - lokasi yang mengandung bahaya tinggi selama


bunyi guruh berlangsung seperti berikut :
a. Lapangan terbuka.
b. Tempat parkir.
c. Dekat pagar kawat, dibawah bentangan kawat-kawat dan
jalur rel kereta api.
d. Dibawah peralatan listrik, telepon, talang air atau benda
yang konduktif secara elektris.
Bila tidak memungkinkan untuk mencari tempat yang aman
terhadap sambaran petir. sebaiknya dilaksanakan petunjukpetunjuk sebagai berikut:
a. Cari area yang cekung, hindari tempat-tempat yang
tinggi.
b. Cari bangunan atau tempat berteduh pada area yang
rendah, hindari bangunan yang tidak diproteksi atau
tempat berteduh pada area tinggi.
Bila terisolasi pada tempat yang terbuka dan tidak ada
harapan untuk mencari tempat lain dan bila ujung rambut
terasa berdiri yang menandakan bahwa petir siap
menyambar, tekuk lutut dan rapatkan kedua kaki. Jangan
membaringkan diri diatas permukaan tanah. Jangan letakkan
tangan diatas tanah, letakkan tangan pada lutut.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

19

2.3
2.3.1

Instalasi listrik
Penyebab Kebakaran Karena Listrik
Proses terjadinya energi panas karena listrik sehingga dapat
menyebabkan kenakaran dapat terjadi dari beberapa sebab, yaitu :
Hubungan Singkat Langsung (Dead Short Circuits)
Hubungan Singkat Tak langsung (Limited Short Circuit)
Pembebanan & pemanasan lebih (Overloaded & Over heating
Circuit)
Arus Bocor (Leakage Current)
Penyambungan dan pemutusan aliran listrik (Electrical
Contacts & Spark)
2.3.2

Hubungan Singkat Langsung (Dead Short Circuits)


Hubungan Singkat Langsung adalah hubungan singkat yang
terjadi antara hantaran fasa dengan hantaran netral secara langsung.
Kejadian ini umumnya berlangsung sangat singkat karena pengaman
(fuse /MCB) bekerja dengan cepat sehingga tidak menimbulkan
panas yang berlebihan. Persolan akan muncul jika kapasitas
pengamannya tidak sesuai (terlalu besar), maka penghantar akan
mengalami pemanasan berlebihan yang dapat memicu terjadinya
kebakaran awal.
2.3.3

Hubungan Singkat Tak langsung (Limited Short Circuit)


Hubungan Singkat Tak langsung adalah hubungan singkat
yang terjadi karena adanya material yang menghubungkan hantaran
fasa dan hantaran netral sehingga arus hubungan singkatnya belum
mengaktifkan pengaman untuk bekerja. Oleh sebab itu percikan
(spark) atau loncatan api (flash) yang terjadi berlangsung lama.
Kejadian ini disusul terjadinya proses pemanasan berkelanjutan
sehingga terjadi api (self-sustaining exothermic oxidation reaction or
fire).
2.3.4 Pembebanan & Pemanasan Lebih (Overloaded & Over
heating Circuit)
Pembebanan lebih adalah kejadian dimana suatu rangkaian
dibebani arus cukup besar melebihi kemampuan hantaran arus
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

20

(KHA). Pemanasan lebih adalah kejadian dimana suatu rangkaian


dibebani arus tidak melebihi kemampuan hantaran arus (KHA) tetapi
mengalami pemanasan melebihi batas yang diijinkan. Hal ini bisa
terjadi disebabkan oleh:
Pengaman cabang atau induk kapasitasnya melebihi besaran
standar.
Adanya arus harmonik yang besar.
Sistem instalasi yang tidak benar.
Meskipun kabel didesain cukup, tetapi karena lokasi sirkit
yang tidak memenuhi syarat dapat memicu terjadinya panas yang
berlebihan (excess heat) yang bisa menyebabkan timbulnya api
pemicu kebakaran awal. Sebagai contoh, kabel rol yang dibentang
diatas lantai kemudian ditutup karpet. Karena ditutup karpet, panas
yang terjadi akan berakumulasi sehingga isolasi rusak. Kabel rol,
terdiri dari kabel serabut, karena panas yang berlebihan akhirnya
satu persatu serabutnya putus dan pada kondisi tertentu akan terjadi
spark and flashing sehingga terjadi api kebakaran awal yang
mengenai karpet dan api semakin membesar.
2.3.5

Arus Bocor (Leakage Current)


Arus bocor terjadi jika ada degradasi kualitas isolasi dari
komponen instalasi, misalnya kerusakan isolasi kabel. Sebagai
contoh, misalnya kabel terkelupas kemudian terkena air, maka air
akan mengalirkan arus listrik yang menimbulkan panas. Karena
kontaminasi diudara bermacam-macam (garam) maka pada titik
bocor tersebut akan terjadi lintasan panas (api).
2.3.6 Penyambungan Dan Pemutusan Aliran Listrik (Electrical
Contacts & Spark)
Penyambungan dan pemutusan aliran listrik (menyalaan
lampu) dapat menimbulkan percikan api jika saklar kurang baik dan
under capacity. Jika saklar tersebut berada pada ruangan yang
mengandung gas yang mudah terbakar, maka selama lampu
menyala, saklar akan mengalami sparking, selanjutnya apabila gas
elpiji di dapur mengalami kebocoran bisa menimbulkan kebakaran.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

21

Demikian juga spark dan flashing dapat terjadi pada sambungan


sambungan kabel instalasi.
2.3.7 Kesalahan Tindakan Manusia (Human Error)
Jika dilihat lokasi kebakaran yang sebagian besar terjadi pada
perumahan dan tempat berusaha, ini berarti kebakaran itu dominan
disebabkan oleh faktor human error. Hal ini karena masyarakat masih
sangat awam dan kurang paham terhadap listrik sehingga sering kali
bertindak sembrono atau teledor dalam menggunakan listrik, tidak
mengikuti prosedur dan metode penggunaan listrik secara benar
menurut aturan, sehingga terjadilah kebakaran yang tidak sedikit
kerugiannya. Usaha yang bisa dilakukan untuk menekan terjadinya
kebakaran adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
pengguna listrik untuk tidak melakukan tindakan ilegal dalam
mempergunakan listrik untuk keperluan sehari-hari.
2.3.8 Model Instalasi Listrik
1. Mendeteksi adanya api listrik
Adanya percikan api listrik dapat dideteksi dengan
beberapa cara antara lain:
a. Ultrasonik detektor.
b. Rangkaian elektronik (photo detektor).
c. Mendeteksi arus bocor dari percikan api listrik.
Titik rawan terjadinya percikan api listrik umumnya
pada sambungan sambungan kabel atau pada terminal.
Mengingat jumlah titik sambung yang cukup banyak maka
cara (a) dan (b) tentu akan sangat mahal biayanya.
Alternatif yang cukup murah adalah memanfaatkan kotak
sambung yang ada, dengan cara (c), yaitu dengan
memanfaatkan box metal, dilengkapi dengan saluran
pentanahan dan dikoordinasikan dengan ELCB (Earth Leak
Circuit Breaker). Peletakan sambungan didalam box metal
hendaknya diatur sedemikian rupa supaya jika ada percikan
api (arus bocor) akan mengenai percikan api ini cukup besar
tentunya arus bocor yang mengalir cukup besar (>30mA)
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

22

sehingga LBC akan memutuskan suplai tegangan ke rangkaian


tersebut dan percikan api terhenti. Model rangkaiannya
seperti ditunjukkan pada Gambar berikut:

Gambar 2.7. Rangkaian deteksi dan pengaman percikan api listrik


Pemasangan ELCB harus diatur sedemikian rupa supaya pada
saat ada gangguan tidak terjadi pemutusan total. Dengan
dipasangnya ELCB yang peka, ini merupakan jaminan
terhadap mutu instalasi dan keselamatan dari bahaya listrik,
khususnya bahaya tegangan sentuh.
2. Pemilihan Jenis Kabel untuk menghambat penyebaran api
Api dapat tersebar dengan cepat melalui sejumlah
kabel yang terletak pada riser shaft atau cable tray
karena 50% dari kabel adalah berupa isolasi dan
setiap jenis isolasi kabel mempunyai kandungan fuel element
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam pemilihan jenis kabel
harus diperhatikan beberapa hal antara lain: Fuel
element, Heat release dan Toxicity karena hal ini sangat
menentukan kondisi yang akan terjadi pada saat terjadi
kebakaran. Demikian pula sarana khusus seperti
instalasi fire alarm, emergency lighting dan lift harus
mendapat perhatian khusus.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

23

BAB 3
KESEHATAN GEDUNG

3.1
3.1.1

Penghawaan
Definisi Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam gedung adalah suatu istilah yang
mengacu pada kualitas udara di dalam dan di sekitar gedung dan
struktur, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan
kenyamanan penghuni di dalam gedung.
Pengertian udara dalam ruang atau indoor air menurut
NHMRC (National Health Medical Research Counsil) adalah udara
yang berada di dalam suatu ruang gedung yang ditempati oleh
sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang berbedabeda selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam
pengertian ini meliputi rumah, sekolah, restoran, gedung untuk
umum, hotel, rumah sakit dan perkantoran.
Pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan
dengan kualitas udara dalam suatu ruang atau indoor air quality
adalah:
level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih
dalam batas-batas yang dapat diterima
gas-gas hasil proses pernafasan dalam konsentrasi normal
kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada
dibawah level ambang bau dan kesehatan (Muhamad Idham,
2003).
Dalam investigasi permasalahan udara dalam ruang ada 4
parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu:
sumber kontaminan langsung, udara yang dimasukkan ke dalam
ruang, udara pengeluaran dari ruang gedung, kontaminan yang
berasal dari dalam gedung (Muhamad Idham, 2003).

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

24

3.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Udara Dalam


Ruangan
Kualitas udara dalam ruang suatu gedung sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam gedung sendiri
maupun dari luar gedung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
udara dalam ruang adalah:
Faktor fisik
Temperatur (tekanan panas)
Kelembaban
Pergerakan udara (air movement)
Faktor Kimia
Partikulat
Asbestos, fibber glas, debu cat, debu kertas, partikel
shoot
Debu bangunan atau konstruksi, partikel ETS
Produk-produk
pernapasan,
seperti
uap
air,
karbondioksida
Gas-gas produk kebakaran
Karbondioksida, CO, NO2
Poli aromatik hidrokarbon
ETS fase gas
Ozone (sumber dari fotocopy, lampu UV, printer
laser, ioniser)
Formaldehida (sumber: polywood, partikel board,
karpet, bahan isolasi foam yang terbuat dari
ureaformaldehid)
Zat-zat organik mudah menguap, seperti: alkohol,
aldehid, hidrokarbon alipatik, aromatik, ester,
kelompok halogen. Sumber: material bangunan
gedung, kosmetik, asap rokok, zat pembersih,
purnish, bahan adesif atau perekat dan cat.
Radon dan produk peluruhannya
ETS (Environmental Tobacco Smoke)
Mikrobiologi (virus, bakteri dan jamur) (Muhamad
Idham, 2003).
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

25

Menurut Hasil pemeriksaan The National Institute of


Occupational Safety and Health (NIOSH) ada 5 sumber pencemaran
di dalam ruangan yaitu :
Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap
rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas
buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap
atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana
semuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang
udara yang tidak tepat.
Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran
formaldehid, lem, asbes, fiberglass dan bahan-bahan lain
yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur,
protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat
ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta
seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar
yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya
perawatan sistem ventilasi udara.
Pencemaran udara memperberat keadaan penyakit ataupun
membuat saluran pernafasan menjadi lebih peka terhadap penyebab
penyakit yang telah ada. Sifat zat pencemar akan menentukan
jaringan tubuh yang akan terkena penyakit. Menurut Crosby yang
dikutip oleh Soemirat (2005), toksikan dalam ruang tertutup dapat
terdiri dari formaldehid dari penutup dinding, stiren dan ptalat ester
dari plastik, vinil klorida, larutan pembersih yang mengandung klor,
gas CO, asap rokok yang mengandung zat toksik, serta yang paling
penting adalah polusi yang mengandung gas radon.
3.1.3

Akibat Pencemaran Udara


Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau
manusia dapat berupa sakit baik akut maupun kronis, mengganggu
fungsi fisiogi (paru, syaraf, transpot oksigen, hemoglobin), iritasi
sensorik, kemunduran penampilan dan rasa tidak nyaman. Efek
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

26

terhadap saluran pernafasan antara lain iritasi pada saluran


pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silia menjadi
lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan,
peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar,
rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasaan,
membengkaknya saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan
sel. Akibat dari semua hal tersebut akan menyebabkan terjadinya
kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri atau
mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan
dan akibatnya memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Polutan udara dapat menjadi sumber penyakit virus, bakteri
dan beberapa jenis cacing. Dampak yang diakibatkan oleh polutan
udara yang buruk dapat mengakibatkan seseorang menjadi alergi
yang selanjutnya menjadi pintu masuk bagi bakteri yang dapat
berpotensi terjadinya infeksi (Pramudya Sunu, 2001). Gangguangangguan tidak spesifik tetapi khas yang diderita individu atau
manusia selama berada di dalam gedung tertentu dikenal dengan
istilah Sick Building Sindrome (SBS).
3.1.4

Pengertian Sick Building Sindrome


SBS merupakan suatu gangguan kesehatan berupa
sekumpulan gejala yang disertai dengan ketidaknyamanan terhadap
lingkungan dan keluhan odor (bau) yang diakibatkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat dan adanya pencemar
dalam ruangan yang dapat berupa bahan kimia ataupun jamur dan
mikroba. EPA mendefinisikan sindrome gedung sakit merupakan
istilah untuk menguraikan situasi dimana penghuni gedung atau
bangunan mengalami gangguan kesehatan akut dan efek timbul saat
berada dalam bangunan, tetapi tidak ada penyebab yang spesifik. SBS
menurut Juli Soemirat Slamet yang dikutip oleh G. Sujayanto (2001)
adalah gejala-gejala gangguan kesehatan, umumnya berkaitan
dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gejala ini dihadapi oleh
orang yang bekerja di gedung atau di rumah yang ventilasinya tidak
direncanakan dengan baik, sedangkan menurut Alan Hedge (2003),
SBS merupakan kategori penyakit umum yang berkaitan dengan
beberapa aspek fisik sebuah gedung dan selalu berhubungan dengan
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

27

sistem ventilasi. Beberapa gejala yang sering dikeluhkan penghuni


suatu gedung atau personil laboratorium meliputi gejala iritasi
membran mukosa, gejala Central Nervous System (CNS), perasaan
sesak di dada dan gejala iritasi kulit. Sindrom ini pada umumnya
dialami oleh minimal 20% penghuni gedung dan semua gejala akan
hilang atau berkurang pada saat keluar dari gedung. Menurut Tjandra
Yoga Aditama (2002), istilah SBS mengandung dua maksud yaitu:
kumpulan gejala (sindroma) yang dikeluhkan seseorang atau
sekelompok orang meliputi perasaan-perasaan tidak spesifik
yang mengganggu kesehatan berkaitan dengan kondisi
gedung tertentu,
kondisi gedung tertentu berkaitan dengan keluhan atau
gangguan kesehatan tidak spesifik yang dialami penghuninya,
sehingga dikatakan gedung yang sakit .
Kondisi fisik gedung sangat berpengaruh terhadap terjadinya
SBS. Kelembaban relatif akan sangat efektif dalam konsentrasi yang
rendah serta akan meningkatkan ventilasi sekurang-kurangnya 20
CFM-OA (cubic foot per minute outside air) per penghuni dimana
kondisi ini sangat efektif untuk mengurangi gejala SBS. Pada
umumnya 70% masalah SBS akan muncul dalam kondisi suplai udara
yang tidak memenuhi syarat, distribusi udara dalam ruang yang
dihuni tidak memenuhi syarat, filtrasi untuk udara luar tidak
memenuhi syarat, adanya kelembaban suatu gedung yang cukup
tinggi untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.
3.1.5

Penyebab Sick Building Syndrome


Lingkungan kerja perkantoran meliputi semua ruangan,
halaman dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran
(Departemen Kesehatan RI, 1999). Lingkungan kerja perkantoran
biasanya disebut secara berbeda dari pabrik.
Perkantoran menangani kegiatan administrasi atau
merangkap kegiatan pelayanan dan jasa kepada masyarakat umum,
sedangkan pada pabrik menangani produksi barang atau komoditi.
Umumnya lingkungan kerja administrasi lebih baik daripada keadaan
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

28

lingkungan kerja produksi. Hal ini karena adanya anggapan bahwa


pekerjaan administrasi dan jasa lebih menggunakan pikiran dinilai
lebih berat daripada pekerjaan produksi yang menggunakan
kekuatan fisik. Dengan demikian para eksekutif yang menangani
administrasi dan jasa memerlukan tempat yang nyaman untuk
meningkatkan produktifitas kerja
Fenomena SBS berkaitan dengan kondisi gedung, terutama
rendahnya kualitas udara ruangan. Menurut Tjandra Yoga Aditama
(2002), berbagai bahan pencemar (kontaminan) dapat mengganggu
lingkungan udara dalam gedung (indoor air environment) melalui
empat mekanisme utama, yaitu:
gangguan sistem kekebalan tubuh (imunologik);
terjadinya infeksi;
bahan pencemar yang bersifat racun (toksik);
bahan pencemar yang mengiritasi dan menimbulkan
gangguan kesehatan.
Gangguan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh
konsumsi zat gizi. Konsumsi zat gizi yang baik akan memperbaiki
status gizi, sehingga meningkatkan ketahanan fisik dan meningkatkan
produktivitas kerja, di samping membantu mengurangi infeksi
(Depkes RI, 1990). Sedangkan bahan kimia yang bersifat racun
(toksik) lebih banyak diserap oleh orang usia muda dan tua dibanding
pada orang dewasa (Frank C. Lu, 1995). Biasanya sulit untuk
menemukan suatu penyebab tunggal dari sindrom gedung sakit atau
SBS. Menurut London Hazards Centre, penyebab utama SBS adalah
bahan kimia yang digunakan manusia, jamur pada sirkulasi udara
serta faktor fisik seperti kelembaban, suhu dan aliran udara dalam
ruangan, sehingga semakin lama orang tinggal dalam sebuah gedung
yang sakit akan mudah menderita SBS (London Hazards Centre,
1990).

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

29

Ventilasi yang tidak baik meliputi kurangnya udara segar yang


masuk ke dalam ruangan gedung, distribusi udara yang tidak merata
dan buruknya perawatan sarana ventilasi. Sedangkan menurut EPA
(1998), penyebab SBS atau sindrome gedung sakit sebagai berikut:
1. Ventilasi tidak cukup
Standar ventilasi pada sebuah gedung yaitu kira-kira
15 kaki berbentuk kubus sehingga udara luar dapat masuk
dan menyegarkan penghuni di dalamnya, terutama tidak
semata-mata untuk melemahkan dan memindahkan bau.
Dengan ventilasi yang tidak cukup, maka proses pengaturan
suhu tidak secara efektif mendistribusikan udara pada
penghuni ruangan sehingga menjadi faktor pemicu timbulnya
SBS.
2. Zat pencemar kimia
Zat pencemar kimia bersumber dari dalam ruangan
polusi udara dalam ruangan bersumber dari dalam
ruangan itu sendiri, seperti bahan pembersih karpet,
mesin foto kopi, tembakau dan termasuk formaldehid.
3. Zat pencemar kimia bersumber dari luar gedung
Udara luar yang masuk pada suatu bangunan bisa
merupakan suatu sumber polusi udara dalam gedung,
seperti pengotor dari kendaraan bermotor, pipa ledeng
lubang angin dan semua bentuk partikel baik padat maupun
cair yang dapat masuk melalui lubang angin atau jendela
dekat sumber polutan. Bahan-bahan polutan yang
mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas karbon
monoksida, nitrogen dioksida dan berbagai bahan organik
lainnya. Karbon monoksida dapat timbul pada berbagai
proses pembakaran, seperti pemanas ruangan. Gas CO
juga dapat masuk ke dalam ruangan melalui asap mobil dan
kendaraan lain yang lalu lalang di luar suatu gedung.
Kadar CO yang tinggi akan berakibat buruk pada
jantung dan otak. Nitrogen oksida juga dapat keluar pada
proses memasak dengan kompor gas. Gas ini dapat
menimbulkan kerusakan di saluran nafas di dalam paru.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

30

4. Zat pencemar biologi


Zat pencemar biologi seperti bakteri, virus dan jamur
adalah jenis pencemar biologi yang berkumpul di dalam
pipa saluran udara dan alat pelembab udara serta berasal
dari alat pembersih karpet.
5. Faktor fisik lingkungan
Temperatur yang tidak cukup, kelembaban dan
pencahayaan merupakan faktor fisik pendorong timbulnya
SBS. Keluhan tentang temperatur di dalam ruangan terjadi
terutama pada bangunan berpendingin, sedangkan
kelembaban merupakan jumlah embun di udara (London
Hazards Centre, 1990). Pada kelembaban tinggi (diatas 6070%) dan dalam temperatur hangat, keringat hasil badan
tidak mampu untuk menguap sehingga temperatur ruangan
dirasakan lebih panas dan akan merasa
lengket.
Ketika
kelembaban
rendah
(dibawah
20%),
temperatur
kering, embun menguap dengan lebih mudah dari keringat,
sehingga selaput lendir dan kulit,kerongkongan serta
hidung menjadi mengering, akibatnya kulit menjadi gatal
serta ditandai dengan sakit kepala, kekakuan dan mata
mengering.
3.1.6

Upaya Pencegahan
Pencegahan SBS harus dimulai dari sejak perencanaan
sebuah gedung untuk suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu,
penggunaan bahan bangunan mulai dari fondasi bangunan, dinding,
lantai, penyekat ruangan, cat dinding yang dipergunakan, tata letak
peralatan yang mengisi ruangan sampai operasional peralatan
tersebut.
Perlu kewaspadaan dalam penggunaan bahan bangunan
terutama yang berasal dari hasil tambang, termasuk asbes.
Dianjurkan agar bangunan gedung didesain berdinding tipis serta
memiliki sistem ventilasi yang baik. Pengurangan konsentrasi
sejumlah gas/partikel dan micro organisme di dalam ruangan dapat
dilakukan dengan pemberian tekanan yang cukup besar di dalam
ruangan. Peningkatan sirkulasi udara seringkali menjadi upaya yang
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

31

sangat efektif untuk mengurangi polusi di dalam ruangan. Dalam


kondisi tertentu yaitu konsentrasi polutan sangat tinggi, dapat
diupayakan dengan ventilasi pompa keluar.
Bahan-bahan kimia tertentu yang merupakan polutan
sumbernya dapat berada didalam ruangan itu sendiri. Bahan-bahan
polutan sebaiknya diletakan di dalam ruangan-ruangan khusus yang
berventilasi dan di luar area kerja. Sedangkan karpet yang
dipergunakan untuk pelapis dinding maupun lantai secara rutin perlu
di bersihkan dengan penyedot debu dan apabila dianggap perlu
dalam jangka waktu tertentu dilakukan pencucian. Demikian pula
pembersihan AC secara rutin harus selalu dilakukan.
Tata letak peralatan elektronik memegang peranan penting.
Tata letak yang terkait dengan jarak pajanan peralatan penghasil
radiasi elektromagnetik ini tidak hanya dipandang dari segi
ergonomic tetapi juga kemungkinan memberikan andil dalam
menimbulkan SBS. Kebutuhan para penghuni ruangan untuk
merokok tidak dapat dihindari. Perlu disediakan ruangan khusus yang
berventilasi cukup, jika tidak memungkinkan untuk meninggalkan
gedung. Hal ini untuk mencegah kumulasi asap rokok yang
mempunyai andil dalam menimbulkan SBS. Berikut adalah hal yang
dapat dilakukan untuk menjaga kualitas udara dalam gedung:
Kontrol terhadap temperatur
ruang dengan memasang
termometer ruangan.
Kontrol terhadap polusi
Pemasangan Exhaust Fan
(perlindungan
terhadap
kelembaban udara).
Pemasangan stiker, poster
dilarang merokok.
Sistim
ventilasi
dan
pengaturan suhu
udara
dalam ruang (lokasi udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi,
pembersihan dan pemeliharaan secara berkala filter AC)
minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta distribusi
udara untuk pencegahan penyakit Legionairre Diseases .
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

32

Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).


Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas
yang menimbulkan debu, bau dll.
Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang
memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan, dll.
Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara
jika AC mati.
Pemasangan fan di dalam lift.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

33

4.

Pencahayaan
Pencahayaan sangat penting dalam kehidupan manusia
sehari-hari khususnya pada bangunan, tanpa pencahayaan bangunan
akan terasa membosankan dan tidak bernyawa dimana kita akan
merasa terhambat dalam melakukan kegiatan kita.
Sumber cahaya ada dua jenis yaitu :
sumber cahaya alami yaitu matahari berperan sebagai
penerang alami pada siang hari
sumber cahaya buatan yaitu lampu berperan sebagai
penerang buatan pada malam hari
Pencahayaan mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
General Lighting yaitu penerangan merata yang menerangi
seluruh ruang
Task Lighting yaitu penerangan setempat untuk mendukung
kegiatan tertentu (lampu baca)
Decorative Lighting yaitu penerangan tambahan untuk unsur
dekoratif.
4.1.

Pengaruh Penerangan di Tempat Kerja


Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan
menjadi dua yaitu penerangan buatan (penerangan artifisial) dan
penerangan alamiah (dari sinar matahari). Untuk mengurangi
pemborosan energi disarankan untuk mengunakan penerangan
alamiah, akan tetapi setiap tempat kerja harus pula disediakan
penerangan buatan yang memadai. Hal ini untuk menanggulangi jika
dalam keadaan mendung atau kerja di malam hari. Perlu diingat
bahwa penggunaan penerangan buatan harus selalu diadakan
perawatan yang balk oleh karena lampu yang kotor akan
menurunkan intensitas penerangan sampai dengan 30%. Tingkat
penerangan pada tiap tiap pekerjaan berbeda tergantung sifat dan
jenis pekerjaannya. Sebagai contoh gudang memerlukan intensitas
penerangan yang lebih rendah dari tempat herja administrasi, di
mana diperlukan ketelitian yang lebih tinggi.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

34

Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain


dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan
penglihatan selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang
memenuhi syarat akan mengakibatkan :
Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi
kerja.
Kelelahan mental.
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar
mata.
Kerusakan indra mata dll.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan
bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk:
Kehilangan produktivitas
Kualitas kerja rendah
Banyak terjadi kesalahan
Kecelakan kerja meningkat
Penerangan mengandung aspek kuantitas (intensitas cahaya)
dan kualitas (warna,kesilauan). Kesilauan dapat secara langsung
(tersorot lampu) maupun tidak langsung (pantulan). Pencahayaan
ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika
pencahayaan terlalu besar atau pun lebih kecil, pupil mata harus
berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya
mata harus memicing silau atau berkontraksi secara berlebihan,
Karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata
harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh
mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini
merupakan salah satu penyebab mata cepat lelah.
Pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian tanpa
penerangan yang memadai, maka dampaknya akan sangat terasa
pada kelelahan mata. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan
saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata,
walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen,
tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, sering istirahat,
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

35

kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan


mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu
konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja.
Penerangan yang kurang baik akan menyebabkan kita tidak
dapat melihat benda-benda dengan jelas, kemudian tidak dapat
melihat sumber bahaya dengan jelas pula atau dapat melihat suatu
bahaya tetapi bahaya tersebut tidak dapat kita kenali dengan cepat
(Tarwaka, 1998).
4.2

Ciri-ciri Penerangan Yang Baik


Penerangan akan mempengaruhi seorang pekerja untuk
dapat melihat dengan baik. Untuk dapat melihat dengan baik maka
dibutuhkan suatu penerangan yang baik pula. Ciri-ciri penerangan
yang baik tersebut adalah :
Sinar / cahaya yang cukup
Sinar cahaya yang cukup akan mempengaruhi dan
menentukan kemampuan melihat secara tepat. Selain cahaya
yang cukup variable untuk dapat melihat secara tepat adalah
ukuran objek yang dilihat, jarak mata ke objek, kecepatan
objek dan waktu lamanya penerangan. Untuk dapat melihat
barang-barang ( obyek ) yang kecil diperlukan tambahan
penerangan yang cukup dan waktu yang agak lama. Peranan
waktu yang dibutuhkan dalam melihat ini akan bertambah
penting bila obyek yang dilihat dalam keadaan bergerak.
Tabel berikut berisikan informasi tingkat pencahayaan
minimum yang diperlukan.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

36

Tabel 4.1. Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang


direkomendasikan

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

37

Sinar / cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan


Cahaya yang menyilaukan terjadi bila ada cahaya
yang berlebihan diterima oleh mata. Ada dua kategori cahaya
yang menyilaukan (glare):
1. Discomfort glare yaitu cahaya yang tidak menyenangkan
tetapi tidak begitu mengganggu kegiatan visual. Efeknya :
Sakit kepala dan dapat meningkatkan kelelahan.
2. Disability glare yaitu cahaya yang sangat mengganggu
karena mata langsung menerima silau cahaya yang
dipancarkan. Contoh: menatap matahari. Efeknya :
merusak mata mungkin dapat mengakibatkan kebutaan.
Dilihat dari objeknya glare digolongkan kedalam dua
macam direct dan indirect glare zone.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

38

Sumber-sumber glare:
a. Lampu yang dipasang terlalu rendah tanpa pelindung.
b. Jendela atau ventilasi cahaya yang langsung berhadapan
dengan mata.
c. Cahaya dengan terang yang berlebihan.
d. Pantulan dari permukaan terang.
Untuk menghindari glare dapat dipasang penyerap
cahaya atau warna yang dapat menyerap cahaya, memasang
pelindung pada sumber cahaya dan menghindari atau
menjauhkan sumber cahaya yang berlebihan.
Obyek yang dilihat harus terbebas dari cahaya yang
menyilaukan. Cahaya yang menyilaukan dapat langsung
datang dari sumber cahaya (direct-glare zone) ataupun dari
pemantulan / pengembalian cahaya (indirect-glare zone).
Benda yang mengkilap, licin, halus dan berkilau akan
mengganggu pekerja saar melihat objek yang dilihat.
Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan menempatkan
kembali suatu pekerjaan dan sumber-sumber penerangan,
untuk mengurangi cahaya pantulan yang menuju pada objek
yang sedang dikerjakan.

Kontras yang tepat


Untuk dapat melihat objek dengan jelas maka perlu
kekontrasan. Kontras yang kurang berakibat kesulitan untuk
melihat benda tersebut, kontras yang berlebihan pun akan
mengakibatkan kesalahan dan kesulitan untuk melihat objek.
Background yang kacau sebaiknya dihindari. Untuk
meningkatkan kekontrasan dapat dilakukan dengan
menambah tingkat terangnya cahaya yang dibutuhkan dan
juga pemilihan warna yang tepat.
Peningkatan kontras mungkin salah satu cara yang
lebih efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan daya
lihat. Latar belakang daerah kerja dibuat sesederhana
mungkin. Background yang kacau, yang mempunyai banyak

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

39

perpindahan seharusnya dihindari dengan menggunakan


sekat-sekat.
Brightness yang tepat akan memberikan efek
produktivitas yang tinggi pada pekerja. Terangnya cahaya
yang diperlukan oleh suatu obyek tergantung pada
banyaknya cahaya yang dipantulkan dari obyek tersebut
kemata kita. Penglihatan kesuatu bagian sering tergantung
dari perbedaan cahaya diantara bagian tersebut dengan latar
belakangnya. Perbedaan terangnya cahaya dapat dinyatakan
sebagai ratio atau perbandingan terangnya cahaya, makin
besar perbedaan ratio makin cepat tugas dilaksanakan.
Untuk efisien dan mudahnya melihat maka penerangan
hendaknya mempunyai cahaya terang yang relatif uniform.

Bayangan (shadow) dan distribusi cahaya yang baik


Bayang-bayang yang tajam adalah akibat dari sumber
cahaya buatan yang kecil atau cahaya matahari. Secara
umum shadow digunakan untuk inspeksi menunjukkan cacat
pada permukaan suatu barang. Dengan distribusi cahaya
yang baik maka akan dapat mengurangi kelelahan pada mata
kita karena harus selalu focus kepada objek yang dilihat.
Banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diperlukan
tergantung dengan jenis pekerjaanyang dilakukan. Pada
umumnya distribusi penerangan yang merata akan
dibutuhkan didalam industri, karena ini akan memungkinkan
fleksibilitas dalam lay-out dan akan membantu adanya
perataan/ uniformitas dari terangnya cahaya. Penerangan
yang buruk, adanya bagian-bagian yang gelap dan bagianbagian yang terang, adalah kurang baik.

Pemilihan warna yang tepat


Pengaruh adanya warna akan dapat dirasakan dalam
kemudahan melihat. Warna dapat meminimalisir kelelahan
pada mata. Warna juga membawa efek psikologis suatu
ruangan, contoh ruangan dengan warna cerah akan
menimbulkan kesan yang lebih luas dibandingkan dengan

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

40

warna-warna gelap. Pengaruh adanya warna akan jelas,


dalam keselamatan da kemudahan dalam melihat. Jika
diadakan pengkoordnasian penerangan dengan baik,
pemilihan warna yang baik maka akan menimbulkan keadaan
penglihatan yang cukup baik, yaitu akan mengurangi sinar
silau, mengawasi kontras yang tajam dan meminimalisir
kelelahan mata.

Gambar 4.1 Kurva Kenyamanan Warna

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

41

4.3

Penunjang Kualitas Cahaya


Berikut merupakan hal yang dapat dilakukan dalam
menunjang kualitas pencahayaan gedung :
Optimalkan pencahayaan alami
Mengapa ?
Cahaya alami adalah yang terbaik dan merupakan sumber
cahaya yang murah, sehingga akan menghemat biaya.
Pemerataan cahaya dalam tempat kerja dapat ditingkatkan
melalui cahaya alami, hal ini terbukti dapat meningkatkan
efisisiensi dan kenyamanan.
Penggunaan cahaya alamiah merupakan gerakan ramah
lingkungan.
Bagaimana caranya?
Bersihkan jendela dan pindahkan sekat yang menghalangi
cahaya alamiah
Ubah tempat kerja atau lokasi mesin agar dapat lebih banyak
terkena cahaya alamiah
Perluas atau pertinggi jendela agar makin banyak cahaya
alamiah yang masuk
Sendirikan saklar lampu pada tempat dekat jendela agar
dapat dimatikan bila cahaya alamiahnya terang
Petunjuk penting :
Gabungkan cahaya alamiah dengan cahaya buatan untuk
meningkatkan pencahayaan tempat kerja
Cermatilah : jendela dan genting kaca akan menyebabkan
cuaca panas di musim panas, atau cuaca dingin di musim
dingin
Di musim panas cegah bukaan jendela dari sinar matahari
langsung

Gunakan warna cerah pada dinding dan langit-langit


Mengapa ?
Perbedaan warna akan memberikan perbedaan pantulan.
Pantulan terbesar pada warna putih (90%), terendah pada
warna hitam

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

42

Dinding dan langit-langit yang cerah akan menghemat energi


karena dengan sedikit cahaya dapat meningkatkan
penerangan ruang
Dinding dan langit-langit yang cerah akan membuat ruangan
menjadi nyaman, sehingga kondusif untuk bekerja efisien
Permukaan warna cerah penting dalam pekerjaan teliti dan
pemeriksaan
Bagaimana caranya?
Untuk dapatkan pantulan sempurna gunakan warna paling
cerah (mis. putih = 80-90 % pantulan) untuk langit-langit dan
warna muda (50-85% pantulan) untuk dinding.
Hindari perbedaan kecerahan antara dinding dan langit-langit
Jangan gunakan bahan/cat mengkilap agar tidak menyilaukan
Atur agar langit-langit dan tata lampu dapat saling memantul
sehingga pencahayaan makin merata
Petunjuk penting :
Bersihkan dinding dan langit-langit secara teratur, karena
debu akan menyerap banyak cahaya
Bagian atas lampu yang terbuka bukan hanya memberikan
pantulan dari langit-langit, tetapi juga memberikan
pencahayaan yang merata serta mencegah bertumpuknya
kotoran.
Warna cerah dinding dan langit-langit membuat lingkungan
kerja menjadi nyaman dan efektif.

Terangi lorong, tangga, turunan


Mengapa ?
Tempat gelap menyebabkan kecelakaan, apalagi pada
pemindahan barang-barang
Tangga, balik pintu dan gudang cenderung terlindung dan
gelap karena tidak terjangkau sinar matahari, sehingga perlu
perhatian pada daerah ini
Penerangan yang memadai pada tempat-tempat ini akan
mencegah kerusakan bahan dan produk

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

43

Bagaimana caranya?
Bersihkan jendela dan pasang lampu
Pindahkan sekat yang menghalangi sinar masuk
Pindahkan lampu agar makin terang
Usahakan cahaya alamiah dengan membuka pintu atau
memasang jendela dan genting kaca
Tempatkan saklar dekat pintu masuk/ keluar lorong dan
tangga
Gunakan warna cerah pada tangga agar nampak jelas
Petunjuk penting :
Tata lampu adalah bagian penting dalam pemeriksaan
berkala dan program pemeliharaan
Penerangan pada lorong, tangga dan gudang boleh jadi
kurang daripada di ruang produksi, tetapi hal ini penting bagi
keselamatan transportasi dan perpindahan orang/barang
Pasang saklar otomatis bila tangga, lorong dan gudang
digunakan secara teratur, atau jika tiba-tiba mati dapat
menimbulkan kecelakaan
Penerangan yang baik pada lorong dan tangga mencegah
kecelakaan pengguna gedung dan tamu, mengurangi
kerusakan produk dan meningkatkan citra perusahaan.

Pencahayaan merata
Mengapa ?
Perubahan pandangan dari terang ke gelap memerlukan
adaptasi mata dan membutuhkan waktu serta menimbulkan
kelelahan
Bekerja menjadi lebih nyaman dan efisien pada ruangan
dengan variasi penerangan kecil
Penting untuk mencegah kelap-kelip, karena melelahkan
mata
Bayangan pada permukaan benda kerja menyebabkan hasil
kerja buruk, produktifitas rendah, gangguan & kelelahan
mata,dan kecelakaan

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

44

Bagaimana caranya?
Hilangkan kap, karena tidak ekonomis dan mengurangi
terangnya ruang kerja
Pertimbangkan untuk mengubah ketinggian lampu dan
menambah penerangan utama agar ruang makin terang
Gunakan cahaya alamiah
Kurangi zona bayangan dengan pemasangan lampu, pantulan
dinding serta perbaikan layout ruang kerja
Hindari cahaya bergetar dengan menukar neon dengan
lampu pijar

Penerangan yang memadai menjadikan pekerjaan efisien dan


nyaman
Mengapa ?
Penerangan memadai meningkatkan kenyamanan pekerja
dan ruang kerja
Penerangan memadai mengurangi kesalahan dan kecelakaan
Penerangan yang memadai dan pas akan membantu pekerja
mengawasi benda kerja secara cepat dan rinci sesuai
tuntutan tugas
Bagaimana caranya?
Kombinasikan cahaya alamiah dan cahaya buatan
Pemasangan
lampu mempertimbangkan
kebutuhan
pekerjaan
Ubah posisi lampu dan arah cahaya agar jatuh pada objek
kerja
Pertimbangkan umur pekerja, yang tua perlu penerangan
lebih besar
Penerangan diatur agar lebih mudah mengamati objek
Petunjuk lain :
Rawatlah tata lampu secara rutin, bersihkan lampu, reflektor,
jendela, dinding, sekat dsb
Warna dinding yang cerah memantulkan lebih banyak cahaya
dan memperbaiki atmosfer ruang kerja

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

45

Periksalah kesehatan mata pengguna gedung > 40 tahun,


karena biasanya mereka berkaca mata
Usahakan penerangan yang baik dan memadai secara murah,
banyak cara untuk mencapai hal itu

Mengaplikasikan penerangan lokal untuk pekerjaan teliti dan


pemeriksaan
Mengapa ?
Dibanding dengan pekerjaan produksi dan kantor, pekerjaan
presisi dan pemerikaan memerlukan lebih banyak
penerangan
Penerangan lokal yang memadai akan meningkatkan
keselamatan dan efisiensi
Kombinasi penerangan utama dan lokal akan diperoreh
penerangan memadai dan mengurangi gangguan akibat
adanya bayangan
Bagaimana caranya?
Pasang penerangan lokal dekat dan di atas pekerjaan teliti
dan pemeriksaan
Usahakan penerangan lokal mudah dipindah-pindahkan
sesuai kebutuhan, mudah dibersihkan dan dirawat
Gunakan neon untuk pekerjaan warna yang cermat
Pastikan kombinasi cahaya alamiah dan buatan memberikan
kontras antara benda kerja dan bidang latar
Petunjuk penting :
Pastikan penerangan lokal tidak mengganggu pandangan
pengguna gedung
Pada mesin yang bergetar, pasang lampu pada batang yang
tegar
Gunakan kap agar tidak menyilaukan
Lampu pijar timbulkan panas, hindari ini dengan memasang
lampu TL
Pemasangan lampu lokal yang tepat menghemat energi dan
sangat efektif

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

46

Pindahkan sumber cahaya atau pasang tabir untuk mengurangi


silau
Mengapa?
Silau langsung atau pantulan mengurangi daya lihat orang
Silau menyebabkan tidak nyaman dan kelelahan mata
Banyak cara menguranginya silau
Bagaimana caranya?
Pasang panel display atau layar
Jangan pakai lampu telanjang (pakailah kap)
Pindahlan lampu di atas kepala atau naikkan
Kurangi silau dari jendela dengan sekat, tabir, tirai dsb
Pasang lampu lokal
Ubah arah pencahayaan
Petunjuk lain :
Ganti kaca jendela dari bening ke buram
Lampu lokal dipasang sedekat mungkin dengan benda kerja

Pindahkan benda mengkilap agar tidak menyilaukan


Mengapa?
Silau tidak langsung sama dengan silau langsung dapat
mengurangi daya lihat pengguna gedung
Membuat kurang nyaman dan kelelahan mata
Bagaimana caranya?
Kurangi pantulan dari permukaan mengkilap atau pindahkan
letaknya
Gunakan penutup pada benda mengkilap
Kurangi nyala lampu
Buat latar yang terang di belakang benda kerja
Petunjuk lain :
Coba berbagai posisi agar diperoleh pencahayaan yang baik
Pantulan menyilaukan membuat mata lelah dan menurunkan
kinerja, hindarilah hal tsb

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

47

Bersihkan jendela dan pelihara sumber penerangan secara


berkala
Mengapa ?
Penerangan yang kotor dan tidak terpelihara akan
mengurangi pencahayaan
Pemeliharaan dan kebersihan akan menghemat energi
Pemeliharaan akan menambah umur bola lampu
Bagaimana caranya?
Bersihkan secara teratur
Petugas memadai dalam hal alat dan ketrampilan
Rencanakan program pemeliharaan sebagai program terpadu
Sedapat mungkin gunakan lampu yang kapnya terbuka agar
debu tidak menumpuk

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

48

3.3

Hygiene dan Sanitasi


Sanitasi ialah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya
penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber
penularan. Sanitasi atau kesehatan lingkungan pada hakekatnya
adalah kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum pula.
Sedangkan higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia, upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena
pengaruh lingkungan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.
3.3.1 Bangunan
1. Pekerjaan Atap
Genteng / penutup atap lainnya harus berkualitas baik, tidak
mudah retak / pecah sehingga menyebabkan kebocoran.
Genteng / penutup atap lainnya sebaiknya di finishing
dengan memakai bahan yang tahan terhadap cuaca seperti
veernish untuk genteng dan cat untuk seng.
Apabila mengalami kebocoran, harus segera di ganti agar
tidak merusak yang lainnya seperti plafond dan dinding.
2. Pekerjaan Kusen dan Pintu
Kayu kusen dan pintu harus dimeni dulu sebelum dicat, agar
lebih tahan terhadap rayap.
Kusen, pintu, dan jendela harus sering dibersihkan.
Kusen, pintu dan jendela selalu dalam kering.
Cat atau pelitur yang terkelupas harus segera diperbaiki agar
kusen, daun pintu dan jendela terpelihara dengan baik.
3. Pekerjaan Dinding
Dinding harus selalu bersih dari kotoran dan serta harus
selalu kering.
Untuk membersihkan dinding bisa dilakukan dengan cara di
lap dengan kain basah.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

49

Dinding yang terkelupas harus segera diperbaiki dengan cara


menambah bagian yang rusah dengan adukan semen dan
pasir, kemudian segera dicat kembali.

4. Pekerjaan Kaca
Kaca harus dibersihkan setiap hari dari segala kotoran.
5. Pekerjaan Lantai
Lantai harus dalam keadaan bersih dan kering.
Lantai yang pecah / lepas segera diganti agar tidak merusak
yang lain.
Pada waktu pemasangan harus memakai lapisan pasir t = 5
cm dibawah adukan lantai / keramik untuk menghindari
retak.
Adukan dibawah lantai / keramik harus dipastikan merata
keseluruh permukaan lantai / keramik dan tidak boleh terlalu
tebal, tebal adukan sekitar 2 cm.
6. Pekerjaan Kamar Mandi/WC
Dibersihkan setiap hari.
Jangan membuang air sabun, kotoran yang bisa menyumbat
kedalam kloset.
Kotoran yang ada dilantai (seperti : tanah, daun dsb) jangan
dibuang kedalam saluran buangan, karena akan menyumbat
saluran tersebut.
Ubin yang pecah segera diganti untuk menghindari kerusakan
yang lebih parah.
7. Pekerjaan Listrik dan Air Bersih
Sambungan-sambungan listrik harus benar-benar tertutup
rapat untuk menghindari hubungan pendek apabila terkena
air bocoran dan tidak membahayakan.
Instalasi listrik harus di periksa setiap 5 tahun sekali.
Kabel sikring tidak boleh terlalu besar, sebaiknya
dipergunakan yang sesuai dengan daya listrik.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

50

Apabila tidak digunakan sebaiknya dimatikan, selain untuk


menghemat biaya operasional juga memperpanjang umur
daripada instalasi tersebut.
Sumber air bersih sebaiknya diletakkan minimal dengan jarak
20 m dari septictank / resapan.
Saluran air bersih harus mempergunakan pipa PVC yang baik
mutunya dan tahan lama.
Untuk saluran yang bocor segera diperbaiki/diganti.

8. Pekerjaan Furniture
Furniture (meja, kursi, lemari dsb) harus dibersihkan setiap
hari, untuk menjaga supaya kotoran-kotoran tersebut tidak
merusak furniture tersebut.
Apabila ada yang rusak segera diperbaiki. Kalau lepas dipaku
kembali. Kalau kerusakannya parah segera diganti.
Apabila cat pelitur sudah mengelupas, segera dicat / pelitur
kembali untuk mencegah rayap dan sebagainya yang akan
merusak furniture tersebut.
3.3.2

Toilet/Kamar Mandi
Toilet selalu dalam keadaan bersih
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang dan mudah dibersihkan
Ada pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi,
dilengkapi dengan penahan bau
Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung
dengan tempat pengelolaan makanan (dapur, ruang makan)
Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan
udara luar
Harus dilengkapi dengan slogan untuk memelihara
kebersihan
Tidak terdapat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan binatang pengerat dan serangga.
Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet
duduk, larangan berupa gambar dll.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

51

Penyediaan tempat sampah yang tertutup.

3.3.3

Kantin
Kantin yang sehat secara fisik tentunya harus mempunyai
sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan fisiknya tersebut,
kantin sehat dapat dibedakan menjadi kantin dengan ruangan
tertutup dan kantin dengan ruangan terbuka seperti di koridor atau
di halaman kampus. Meskipun kantin berada di ruang terbuka,
namun ruang pengolahan dan tempat penyajian makanan harus
dalam keadaan tertutup.
Untuk keseluruhan kantin, rekomendasi dan persyaratan yang wajib
dipenuhi adalah:
Sumber air bersih
Air harus bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan seseorang.
Air tidak berwarna dan berbau.
Air memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air
minum dan
Untuk air yang akan digunakan untuk memasak atau mencuci
bahan pangan harus memenuhi persyaratan bahan baku air
minum.
Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas
dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus,
burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
Penyimpanan bahan baku dan produk pangan harus sesuai
dengan suhu penyimpanan yang dianjurkan.
Untuk bahan mentah termasuk bumbu dan bahan tambahan
pangan tempat penyimpanannya harus terpisah dengan
produk atau makanan yang siap disajikan.
Kantin tersebut pun harus menyediakan tempat khusus
untuk menyimpan bahan-bahan bukan pangan seperti bahan
pencuci dan minyak tanah.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

52

Bahan berbahaya seperti pemberantas serangga, tikus,


kecoa, bakteri dan bahan berbahaya lainnya tidak boleh
disimpan di kantin.
Kantin juga mempunyai tempat penyimpanan peralatan
makan yang bebas pencemaran (lemari).
Peralatan harus mudah dibersihkan, kuat dan tidak mudah
berkarat.
Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan pangan
harus halus, tidak bercelah, tidak mengelupas, dan tidak
menyerap air

Tempat Pengolahan/ Tempat Persiapan Makanan


Ruangan pengolahan atau persiapan makanan harus selalu
dalam keadaan bersih dan terpisah dari ruang penyajian dan
ruang makan dan harus tertutup.
Terdapat tempat/meja yang permanen dengan permukaan
halus, tidak bercelah dan mudah dibersihkan.
Ruang pengolahan tidak berdesakan sehingga setiap
pengguna gedung yang sedang bekerja dapat leluasa
bergerak.
Ventilasi yang cukup harus tersedia agar udara panas dan
lembab di dalam ruangan pengolahan dapat dibuang keluar
dan diganti dengan udara segar.
Pada ruang pengolahan atau dapur wajib terdapat APAR,
baking soda serta smoke detector untuk pencegah
kebakaran.
Apabila kompor gas yang digunakan maka tabung gas harus
berlabel SNI serta terdapat tata cara penggantian selang
tabung yang terpasang untuk pekerja.
Jika tercium bau gas maka pekerja kantin harus segera
menghubungi UPT K3L di 0812 217 93088.
Tempat Penyajian (Display Makanan) dan Ruang Makan
Kantin ruang tertutup maupun kantin ruang terbuka harus
mempunyai tempat penyajian makanan seperti lemari
display, etalase atau lemari kaca yang memungkinkan
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

53

konsumen dapat melihat makanan yang disajikan dengan


jelas.
Tempat penyajian atau display makanan harus selalu
tertutup untuk melindungi makanan dari debu, serangga dan
hama lainnya.
Ruang makan di kantin harus menyediakan meja dan kursi
dalam jumlah yang cukup dan nyaman.
Meja dan kursi tersebut harus selalu dalam keadaan bersih,
tidak berdesakan sehingga setiap konsumen dapat leluasa
bergerak.
Permukaan meja harus mudah dibersihkan dan tidak
memiliki celah.
Ruang makan pada kantin harus mempunyai ventilasi yang
cukup agar udara panas dan lembab di dalam ruangan
pengolahan dapat dibuang keluar dan diganti dengan udara
segar serta jauh dari tempat penampungan sampah dan
toilet (jarak minimal 20 m).
Fasilitas Sanitasi
Tersedia bak cuci piring dan peralatan dengan air mengalir
serta rak pengering.
Wastafel dengan sabun/detergen dan lap bersih atau tisue di
tempat makan dan di tempat pengolahan/persiapan
makanan.
Perlengkapan Kerja dan Penyimpanan Uang di Kasir
Perlengkapan kerja pekerja kantin yang harus disediakan
antara lain baju kerja, tutup kepala, dan celemek berwarna
terang (agar mudah terkontrol kebersihannya), sarung
tangan sekali pakai untuk penyajian dan pengolahan serta lap
yang bersih.
Sedangkan untuk pekerja kantin pria jika memelihara janggut
maka janggut harus diikat dan menggunakan masker, rambut
harus tertata rapi dengan dipotong pendek atau diikat.
Berkenaan dengan tempat penyimpanan uang, maka uang
harus mempunyai tempat penyimpanan khusus yang
terpisah dan berada jauh dari tempat penyajian atau display
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

54

makanan siap saji karena uang merupakan sumber


kontaminasi mikroba yang sering tidak kita sadari.
Pekerja yang menerima pembayaran (kasir) tidak merangkap
sebagai pengolah dan/atau penyaji makanan, agar tidak
terjadi pemindahan mikroba melalui uang.

Tempat Pembuangan Limbah (sampah, limbah cair dan asap)


Tempat sampah atau limbah padat di kantin harus tersedia
dan jumlahnya cukup serta selalu tertutup (pada bagian
dalam dilapisi plastik sekali buang untuk kemudahan
pemindahan ke TPS), di dalam maupun di luar kantin harus
bebas dari sampah.
Jarak kantin dengan tempat penampungan sampah
sementara minimal 20 meter.
Sampah harus dibuang secara berkala dan teratur dan
dibuang pada tempatnya.
Terdapat selokan atau saluran pembuangan air (termasuk air
limbah dan berfungsi dengan baik serta mudah dibersihkan
bila terjadi penyumbatan).
Terdapat lubang angin atau exhaust dengan hood diatas
kompor yang berfungsi untuk mengalirkan udara segar dan
membuang asap proses pemasakan makanan.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

55

BAB 4
KENYAMANAN GEDUNG

4.1

Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran (Kepmenaker No 51. tahun 1999). Kebisingan
merupakan salah satu polusi yang tidak dikehendaki manusia,
dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyibunyian tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja,
merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi
bahkan kebisingan yang serius dapat mengakibatkan kematian.
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, makin buruk pula
dampak yang diakibatkannya, diantaranya adalah pendengaran dapat
semakin berkurang.
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan
sound level meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur
tingkat tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam
tekanan atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara karena
adanya gelombang yang dinyatakan sebagai amplitudo dari fluktuasi
tekanan. Jika kita mengukur bunyi dengan satuan Pa ini, maka kita
akan memperoleh angka-angka yang sangat besar dan susah
digunakan. Skala decibell ini hampir sesuai dengan tanggapan
manusia terhadap perubahan kekerasan bunyi, yang secara kasar
sebanding dengan logaritma energi bunyi. Ini berarti bahwa energi
bunyi yang sebanding dengan 10, 100, dan 1000 akan menghasilkan
ditelinga pengaruh yang subyektif sebanding dengan logaritmanya,
yaitu masing-masing 1, 2, dan 3. Bila skala logaritma ini dikalikan
dengan 10 maka diperoleh skala decibell. Skala decibell ini
menggunakan referensi ambang batas kemampuan dengar 20 mPa.
Tingkat tekanan bunyi dari berbagai bunyi yang sering kita jumpai
dinyatakan dalam skala Pa dan dB.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

56

4.1.1

Sumber-sumber Bising
Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Bising interior,
Bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau
mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan oleh radio, televisi,
alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin
yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor kompresor
pendingin, pencuci piring dan lain-lain.
b. Bising eksterior,
Bising yang dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat,
laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi. Dalam dunia industri
jenis-jenis bising yang sering dijumpai antara lain meliputi:
Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang luas.
Misalkan suara yang ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin
frais, kipas angin, dan lain-lain.
Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang sempit.
Misalkan bising yang dihasilkan oleh suara mesin gergaji,
katup gas, dan lain-lain.
Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas,
suara kapal terbang.
Bising impulsive seperti pukulan palu, tembakan pistol, dan
lain-lain.
Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara,
frekuensi suara, dan waktu terjadinya kebisingan. ketiga faktor diatas
juga dapat menentukan tingkat gangguan terhadap pendengaran
manusia. Kebisingan yang mempunyai frekuensi tinggi lebih
berbahaya daripada kebisingan dengan frekuensi lebih rendah. Dan
semakin lama terjadinya kebisingan disuatu tempat, semakin besar
akibat yang ditimbulkannya. Disamping itu juga terdapat faktor lain
yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi tentang kebisingan,
faktor tersebut berupa bentuk kebisingan yang dihasilkan, berbentuk
tetap atau terus-menerus (steady) atau tidak tetap (intermittent).

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

57

Kerusakan pendengaran manusia terjadi karena pengaruh


kumulatif exposure dari suara diatas intensitas maksimal dalam
jangka waktu lebih lama dari waktu yang diijinkan untuk tingkat
kebisingan yang bersangkutan.
4.1.2

Pengukuran Tingkat Kebisingan


Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari
mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai
untuk melakukan pekerjaan. Sumber-sumber tersebut harus
diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar dapat dipantau sedini
mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh
paparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan
demikian penilaian tingkat intensitas kebisingan di perusahaan secara
umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan, yaitu:
Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.
Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara
(pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan).
Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang
telah ada dan merencanakan langkah pengendalian lain yang
lebih efektif.
Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber
suara maupun pada penerima suara sampai batas
diperkenankan.
Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat
sesuai dengan jenis kebisingannya.
Setelah intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang
diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang
diterima oleh pekerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)
yang diperkenankan atau belum. Dengan demikian akan dapat segera
dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi dampak
pemaparan terhadap kebisingan. NAB kebisingan di tempat kerja
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999
yang merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga
Kerja No. 01/MEN/1978, dan Keputusan Menteri Kesehatan No:
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

58

405/Menkes/SK/XI/2002 besarnya rata-rata 85 dB-A untuk batas


waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam
seminggu. Selanjutnya apabila tenaga kerja menerima pemaparan
kebisingan lebih dari ketetapan tersebut, maka harus dilakukan
pengurangan waktu pemaparan.
4.1.3

Pengaruh Kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas
kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh
pemaparan kebisingan intensias tinggi (diatas NAB) dan kedua,
pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB),
yaitu:
a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi, sebagai berikut:
Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi adalah
terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat
sementara maupun bersifat permanen atau ketulian.
Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis
kebisingannya terputus-putus dan sumber kebisingannya
tidak diketahui.
Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti: meningkatnya
tekanan darah dan tekanan jantung, resiko serangan jantung
meningkat, dan gangguan pencernaan.
Reaksi masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses
produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya
menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.
b. Pengaruh kebisingan intensitas tingkat rendah
Kebisingan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran,
kebuntuan komunikasi, gangguan dan kerugian lainnya. Kehilangan
pendengaran mungkin terjadi sementara ataupun permanen
tergantung pada panjang dan bobot exposure. Kehilangan
pendengaran sementara, juga disebut kelelahan pendengaran,
merupakan kehilangan pendengaran yang dapat dipulihkan dalam
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

59

beberapa waktu setelah terpapar kebisingan. Kehilangan


Pendengaran semacam ini terjadi setelah beberapa menit hingga
kebisingan yang cukup tinggi.
Pemaparan yang lebih lama (berbulan bulan atau bertahun
tahun) pada bising yang sama hanya memungkinkan pemulihan
kehilangan pendengaran secara parsial, sedangkan kehilangan
pendengaran yang masih tersisa menjadi indikasi gangguan
pendengaran secara permanen. Kehilangan pendengaran diatas
cenderung untuk sama dengan berkurangnya daya mendengar akibat
bertambahnya usia.
Tingkat intensitas kebisingan rendah banyak ditemukan di
lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan,
dan lain-lain. Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB tersebut
secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun
demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan
performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan
kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan
kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini,
kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan
dapat menyebabkan dampak, yaitu:
Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan
gangguan tidur.
Gangguan reaksi psikomotor.
Kehilangan konsentrasi.
Penurunan performansi kerja yang dapat menimbulkan
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.
4.1.4
Kerja

Rencana dan Langkah Pengendalian Kebisingan Di Tempat

Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah


pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana
pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan
dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan
dengan pendekatan melalui perspektif manajemen resiko kebisingan.
Manajemen resiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang
logik dan sistemik untuk mengendalikan resiko yang mungkin timbul.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

60

Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut, yaitu:


Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang berada di
tempat kerja.
Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap
penyakit dan cedera akibat kerja.
Mengambil
langkah-langkah
yang
sesuai
untuk
mengendalikan atau meminimasi resiko kebisingan.
Setelah rencana dibuat seksama, langkah selanjutnya
adalah melaksanakan rencana pengendalian kebisingan
degan dua
arah pendekatan, yaitu pendekatan jangka
pendek (Short- term gain) dan pendekatan jangka panjang
(Long-term gain) dari hirarki pengendalian. Pada
pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang,
teknik
pengendaliannya
secara
berurutan
adalah
mengeliminasi sumber kebisingan secara teknik, secara
administratif, dan penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan
untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara
berurutan.
Eliminasi sumber kebisingan
Pengendalian kebisingan secara teknik
Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan
kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan
menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah
dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan
mendesain mesin memakai remote control. Selain itu dapat
dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti
getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya yang
sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit di
implementasikan.
Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan.
apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit
dilakukan, maka teknik berikutnya adalah dengan memberi
pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain
adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafon, dan
lantai dengan bahan penyerap suara.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

61

Pengendalian kebisingan secara administratif


Apabila teknik pengendalian secara teknik belum
memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah merencanakan teknik pengendalian secara
administratif. Teknik pengendalian ini lebih difokuskan pada
manajemen pemaparan. Langkah yang ditempuh adalah
dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising
dengan tempat yang lebih nyaman yang didasarkan pada
intensitas kebisingan yang diterima.
Pengendalian pada penerima atau pekerja,
Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila teknik
pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum
dimungkinkan untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini dapat
dilakukan dengan pemakaian alat pelindung telinga (tutup
atau sumbat telinga). Menurut Pulat (1992) pemakaian
sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB.
Sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikit
lebih besar 40-50 dB. Pengendalian kebisingan pada
penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaanperusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih
murah. Namun demikian, banyak ditemukan kendala dalam
pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat
kedisplinan pekerja, mengurangi kenyamanan kerja, dan
mengganggu pembicaraan.

4.2

Temperatur
Manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal
tubuh dengan sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi diluar tubuhnya.
Tubuh manusia menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan juka terjadi
kekurangan atau kelebihan yang membebaninya. Tetapi, kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar jika perubahannya
tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin
terhadap temperatur normal 24 C.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

62

Berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh


yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :
49 derajat celcius temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam,
tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental.
30 derajat celcius aktivitas mental dan daya tangkap mulai
menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam
pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.
24 derajat celcius kondisi kerja optimum.
10 derajat celcius kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Tabel 4.1. Suhu nyaman menurut standar Tata Cara Perencanaan
Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung

4.1.1

Akbat Dari Gangguan Panas


Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan
suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai
berikut (Kroemer-Elbert, 1994):
Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya
kelelahan, sering melakukan istirahat curian dll.
Dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan
yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada
kehilangan cairan tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak,
kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
Heat Rash
Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat,
gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi
demikian pekerja perlu beristirahat pada tempat yang lebih
sejuk dan menggunakan bedak penghilang keringat.
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

63

Heat Cramps
Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan
kaki) akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya
garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar
disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit
garam natrium.
Head Syncope atau Fainting
Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak
tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa ke
permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena
pemaparan suhu tinggi.
Heat Exhaustion
Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu
banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut
kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini
biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum
beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.

4.1.2

Kenyamanan Suasana
Kebanyakan orang tidak menyadari tentang kondisi suasana
nyaman dalam ruangan. Hanya bila kondisi ini menyimpang dari atas
kenyamanan, kita akan mengalami ketidaknyamanan. Rasa tak
nyaman penting dalam biologis, karena ia menyebabkan orang atau
binatang mengalami langkah-langkah untuk mengembalikan
keseimbangan suhu. Penyimpangan dari batas kenyamanan suhu
menyebabkan perubahan secara fungsional yang meluas. Kelewat
panas akan menyebabkan capek dan ngantuk yang mengurangi
prestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan. Kelewat dingin akan
menyebabkan ketidaktenangan dan mengurangi daya atensi, yang
berpengaruh negatif terutama pada kerja mental. Rentang
temperatur dimana manusia merasakan kenyamanan adalah sangat
bervariasi. Variasi tersebut akan sangat tergantung, pertama dari
jenis pakaian yang dipakai, dari aktivitas fisik yang dilakukan.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

64

Pengendalian Lingkungan Kerja Panas


Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas
terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumbersumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi
tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor
tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan
sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar.
Disamping itu koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai
efektifitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di masingmasing tempat kerja. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap
pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi
2. Mengurangi beban panas radian dengan cara:
a. Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang
menghasilkan panas
b. Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas. Penggunaan
tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan
panas
c. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat
dilakukan melalui ventilasi pengenceran (dilution ventilation)
atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling). Cara
ini telah terbukti secara dramatis dapat menghemat biaya
dan meningkatkan kenyamanan (Bernard, 1996).
d. Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan
udara melalui ventilasi buatan dimaksudkan untuk
memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh
melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan bahwa
menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (>
40C) dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas.
e. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara:
Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan
sore hari
Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses
kerja untuk pemulihan

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

65

Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan


beban kerja dan nilai ISBB.
Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kondisi yang
harus dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain system
ventilasi adalah adanya sirkulasi udara pada tempat kerja yang baik,
sehingga terjadi pergantian udara dalam ruangan dengan udara segar
dari luar secara terus menerus. Disamping itu faktor pakaian dan
pemberian minum harus juga dipertimbangkan dalam mengatasi
masalah panas lingkungan.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

66

BAB 5
K3 PERSONAL
Semua pengguna gedung baik pekerja di dalamnya maupun
mahasiswa dan tamu memiliki tanggung jawab untuk kesehatan &
keselamatan mereka sendiri dan teman lainnya yang berada dalam
lingkup/terpengaruh oleh tindakan mereka. Salah satu masalah yang
hampir setiap hari terjadi di tempat kerja adalah kecelakaan yang
menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti kerusakan
peralatan kerja, cedera tubuh, kecacatan bahkan kematian. Lebih
jauh lagi, jenis kecelakan seperti tergelincir, tersandung dan terjatuh
adalah penyebab umum yang lain dari cidera di dalam gedung atau
lingkup kerja, hal ini dapat terjadi karena adanya masalah dengan
housekeeping yang kurang baik di area kerja dan safety behavior
yang masih minim. Oleh karena itu, setiap pengguna gedung wajib
meningkatkan kesadaran diri tentang budaya k3 dan menerapkan
hal-hal berikut selama berada di dalam gedung dan lingkungan kerja :

Jaga ruangan, tempat kerja atau area belajar agar selalu


tetap rapi. Tata letak dan tata ruang yang rapi dapat
menghindarkan kemungkinan cidera. Pekerjaan tidak dapat
dianggap selesai sampai Anda selesai merapikannya.
Pergunakan tempat pembuangan sampah dan pilahlah
sampah sesuai dengan tempat sampah yang telah tersedia.
Housekeeping yang baik mengarah pada keselamatan secara
lebih luas oleh karena itu letakkan alat dan peralatan lain
untuk menghindari terjatuh atau menjatuhi orang di
bawahnya.
Tumpuk dan tatalah material pada posisi yang stabil dan
kokoh
Rapikan dan bersihkan gang, jalan setapak, jalan dan tangga
dari penghalang hal ini dikarenakan anda tidak akan pernah
tau kapan pintu emergency digunakan oleh karena itu untuk
berjaga-jaga jauhkan barang yang dapat mengganggu
pergerakan saat terjadi kondisi emergency.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

67

Apabila anda membutuhkan tangga untuk melakukan


pekerjaan anda maka terdapat hal-hal yang harus anda
perhatikan :
Pilih tangga yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
Pastikan bahwa tangga cukup kuat sesuai dengan
tujuannya, dengan memeriksa kembali kemampuan
tangga menahan beban.
Pilihlah tangga yang cukup panjang sehingga anda
dapat bekerja dengan aman.
Tidak diperkenankan menggunakan tangga yang
terbuat dari logam bila ada kemungkinan
bersinggungan dengan sumber listrik.
Telitilah tangga sebelum anda menggunakannya dengan
cara :
Periksalah bagian-bagian yang kendor atau rusak
pada anak tangga, injakannya, pegangan, penguat
skrup yang hilang, engsel, baut, mur dan perangkat
keras lainnya.
Pastikan
spreaders
bila
dikunci/dikaitkan
ditempatnya pada anak tangga.
Pastikan tangga lurus kakinya mempunyai telapak
keselamatan, agar tidak tergeser bila dibebani.
Jangan menggunakan tangga yang sudah cacat.
Penggunaan Tangga
Jagalah daerah di sekitar dasar tangga bebas bersih.
Hindari terjadinya goyangan dengan jalan
meletakkan kaki tangga di atas permukaan yang
keras.
Jangan menyandarkan tangga pada permukaan yang
tidak stabil.
Hati-hati saat memanjat dan menuruni tangga.
Menghadaplah ke tangga dan gunakan kedua tangan.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

68

Hindari kemungkinan tergelincir karena licin; periksa


anak tangga dan sol sepatu anda terhadap adanya
bahan-bahan yang licin.
Jangan memanjat melampau anak tangga kedua dari
atas pada step-ladder atau anak tangga ketiga dari
atas pada straight ladder.
Biasakan untuk tidak bercanda saat sedang menaiki
atau menuruni tangga, selalu gunakan handrail pada
saat anda menaiki atau menuruni tangga. Serta
pastikan posisi kaki anda berada pada pijakan anak
tangga dengan benar dan mantap.
Jangan pernah terburu-buru atau berlari saat melewati
lorong atau menuju ruang lain di dalam gedung, terlambat
beberapa detik lebih baik dibandingkan anda terluka.
Jangan pernah melemparkan alat atau material ke rekan
anda, pastikan disampaikan dari tangan ke tangan.
Selalu perhatikan benda atau sisi yang tajam, pecahan atau
paku pada area gedung yang anda masuki. Beritahu petugas
kebersihan atau satpam jika anda menemukan benda atau
atau sisi yang tajam, pecahan atau paku pada area gedung.
Pada saat akan mengangkat benda yang berat:
Mintalah pertolongan untuk memindahkan benda yang
sulit untuk diangkat.
Anda harus selalu mengetahui kemampuan daya angkat
anda. Kerusakan pada otot dan kerangka/tulang dapat
diakibatkan oleh mengangkut benda secara tidak benar.
Beban maksimal yang boleh diangkat adalah 20 kg.
Periksa semua kawasan dan jalan-jalan sebelum
memindah barang. Yakinkan bahwa di jalan dan di
daerah penyimpanan tidak ada yang merintangi dan
bebas dari bahaya terpeleset dan tersandung.
Berhati-hati bila memindahkan suatu barang yang ujungujungnya tajam, ada tonjolan paku atau bahaya-bahaya
lain yang dapat menimbulkan kecelakaan.
Gunakan prosedur dasar untuk mengangkat barang :

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

69

Untuk beban dibawah 20 kg, sebaiknya gunakan otot


pada kaki untuk mengangkat, dari pada otot
punggung yang lebih lemah.
Yakinkan bahwa kuda-kuda anda cukup aman.
Tekukkan lutut dan usahakan dekat dengan beban.
Jaga punggung tetap lurus dan bengkokkan pinggul
anda sedikit.
Tegakkan kaki dengan mantap, pegang erat-erat
Angkatlah pelan-pelan dengan cara meluruskan kaki
dan jaga bagian punggung tetap lurus, jangan
melengkung.
Jangan memutar badan anda dalam keadaan
menahan beban. Geserlah kaki anda dan putarlah
seluruh badan anda.
Selalu matikan peralatan listrik yang sudah tidak digunakan
lagi. Jangan biarkan kabel listrik, telepon, internet yang
terjuntai ke lantai.
Penggunaan alat harus sesuai dengan petunjuk
penggunaannya. Penggunaan alat harus disesuaikan dengan
daya atau kemampuan kerja alat tersebut. Setiap orang yang
menggunakan alat, telah memiliki keahlian dan ketrampilan
dalam mengoprasikannya. Anda juga harus telah mengetahui
kelebihan dan kelemahan dan bahaya yang mungkin timbul
sebagai akibat dari alat kerja yang digunakan.
Untuk menghindari timbulnya bahaya listrik, jangan
membebani listrik secara berlebihan. Periksalah secara rutin
kondisi dari sambungan-sambungan kabel dan steker. Jagalah
kabel-kabel listrik bebas dari daerah pejalan kaki.
Pada saat bekerja dengan komputer maka hal-hal yang harus
anda lakukan adalah :
Jaga jarak minimum antara mata dan layar komputer
adalah 45 cm, letakkan keyboard dalam posisi yang
tepat, yang tidak membuat anda membungkuk akibat
lama memakai komputer.
Layar monitor sebaiknya sejajar dengan mata.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

70

Pasanglah filter di depan layar monitor untuk mencegah


efek radiasi.
Sesekali, alihkan pandangan Anda dari layar monitor agar
mata Anda tidak lelah.
Jika Anda sudah di depan komputer selama satu jam,
istirahatlah 15 menit. Ini mencegah rasa pegal pada
tubuh Anda.
Posisikan kaki anda senyaman mungkin, dengan
meluruskan kaki agar tidak pegal. Sesekali berdirilah
untuk meluruskan punggung anda. Duduklah dalam
posisi tegak untuk menghindari tulang punggung anda
membungkuk.

Sibak tirai untuk mendapatkan cahaya alami atau nyalakan


lampu sebanyak yang anda butuhkan untuk mendapatkan
pekerjaan dilakukan secara aman dan benar sehingga mata
anda tidak lekas lelah.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

71

Perhatikan lantai yang sedang atau baru saja dip el oleh


petugas, pastikan anda melangkah di tempat yang kering.
Untuk petugas diwajibkan memasang tanda wet floor.
Pastikan kursi yang akan anda duduki mampu menahan
beban anda. Jangan menggunakan kursi plastik apabila anda
tidak yakin dapat menahan beban anda.

Setiap pengguna gedung harus menjaga dan tidak melakukan


tindakan yang dapat merusak alat pemadan kebakaran, kotak
alarm, pintu darurat agar pada saat kebakaran semua
peralatan darurat dalam keadaan baik dan lokasinya bebas
dari hambatan.
Selalu memperhatikan rambu-rambu keselamatan (safety
sign) termasuk pintu darurat dan assembly point untuk
penyelamatan diri.
Merokok hanya diijinkan pada wilayah-wilayah yang sudah
ditetapkan atau diberi tanda diperbolehkan merokok.
Setiap pengguna gedung diharapkan mengenal dengan baik
tempat-tempat/tanda bahaya kebakaran dan pemadam api
yang terdekat dengan lokasi tempat bekerjanya.
Selalu biasakan untuk mencuci tangan setelah keluar dari
kamar kecil. Gunakan toilet duduk sesuai dengan fungsinya,
jangan gunakan gunakan toilet duduk sebagai toilet jongkok.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

72

Pada saat anda berada di toilet, akan terdapat stiker


indikator urin. Periksalah apakah warna urin anda sehat dan
tidak kekurangan cairan.
M ENGENALI W AR NA UR I NE AND A
Berikut warna yang berkaitan dengan warna urin :
1

Jika urine anda berwarna seperti


no.1, 2 atau 3
berarti anda terhidrasi dengan
baik. Pertahankan jumlah dan
frekuensi minum anda.

Jika urine anda berwarna seperti


no.4, 5 atau 6
berarti anda dehidrasi ringan.
Segera perbanyak minum anda.

Jika urine anda berwarna seperti


no.7 atau 8
berarti anda dehidrasi berat!
Segera perbanyak minum akan
tetapi sesuaikan dengan berat
anda!
UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN
LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

73

DAFTAR PUSTAKA

Alan Hedge. 2003. Addressing the Psychological Aspects of Indoor Air


Quality. A Devision of the National Safety Council. 1025 Connecticil
Avenue.
NW.
Suite
1200.
Washington,
DC.
Source:
http://www.epa.gov/niehs/ieqwww.txt
Bernard, T.E. 1996. Occupational heat stress. Dalam: bhattacharya, a.
& mcglothlin, j.d. Eds. Occupational ergonomic. Marcel dekker inc
usa: 195216.
Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Direktur
Jenderal PPM & PLP. 1999. Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1990.
Upaya
Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Edisi Kedua. Penerjemah: Edi
Nugroho. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
G. Sujayanto. 2001. Gedung Tertutup Bisa Menyebabkan sakit.
Source: http:// www.indomedia.com/intisari/ewi/sept/airud/htm.
Grandjean, E. 1993. Fitting the task to the man, 4th edit. Taylor &
francis inc. London
London Hazards Centre. 1990. Sick Building Syndrome: causes,
effects
and
Control-Chapter
4.
Source:
http://www.lhc.org.uk/sbs.htm.
Muhamad Idham. 2003. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Volume XXXVI No.1. Jakarta: Published.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

74

Simanjuntak, Payaman J., (1994). Manajemen Keselamatan Kerja,


HIPSMI, Jakarta.
Soemirat, Juli. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Sumamur, PK, 1996, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja,
Gunung Agung, Jakarta.
Pramudya Sunu. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan
ISO 14001.Jakarta: PT. Grasindo.
Ridley, John, (2004). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tjandra Yoga Aditama dan Tri Hastuti. 2002. Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN ITB

75

Anda mungkin juga menyukai