Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latarbelakang
Di dalam tubuh manusia ada darah yang berfungsi sebagai alat transportasi yang
berguna sebagai pengedar oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta
mengangkut karbon dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran. Darah adalah cairan
yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang
berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan
kata hemo atau hemato yang berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti
darah.Namun di era globalisasi sekarang, ada beberapa kelainan golongan darah yang
terjadi pada manusia. Sehingga menimbulkan dampak di tengah-tengah masyarakat.

1.2

Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari darah?
2. Apa saja fungsi darah?
3. Apa saja komposisi darah pada manusia?
4. Apa saja jenis golongan darah pada manusia?
5. Apa saja kasus kelainan golongan darah pada manusia?

1.3

Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari darah.
2. Untuk mengetahui fungsi darah.
3. Untuk mengetahui komposisi darah pada manusia.
4. Untuk mengetahui jenis golongan darah yang ada pada manusia

1.4

Manfaat Penulisan
Agar pembaca mengetahui apa itu darah beserta fungsi, komposisi serta golongan
darah pada manusia. Selain itu agar pembaca mengetahui kelainan golongan darah
pada manusia.

1.5

Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode pustaka dan browsing di internet.

BAB II
PEMBAHASAN
1

2.1 Definisi darah


Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri.
2.2 Fungsi Darah
Fungsi darah pada manusia yakni:
2.2.1 Mengedarkan sari makanan
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa darah merupakan cairan yang selalu mengalir
di dalam tubuh manusia melewati alat alat pernapasan, melalui nadi yang ada di
dalam tubuh manusia ini, darah terus mengalir dan menyebarkan sari sari
makanan yang di bawanya dari serapan oksigen maupun dari beberapa vitamin,
protein dan karbohidrat yang kita dapatkan melalui makannan yang kita konsumsi.
dengan begitu maka tubuh akan memperooleh sari makanan yang cukup.
2.2.2 Mengangkut Oksigen
Oksigen yang di dapatkan dari menghirup udara bebas di luar sana, kemudian di
tangkap melalui hidung, dan kemuadian melalui cara kerja hidung di saring dengan
bulu hidung setelah itu akan masuk ke pembuluh darah, melalui pembuluh
darahlah darah itu akan mengalir ke seluruh tubuh, mulai dari menghirup udara
sampai ke jantung setelah itu dari jantung akan di sebarkan ke seluruh tubuh.
2.2.3 Mengedarkan Hormon
Tak hanya sekedar mengedarkan darah ke jantung dan di bawa keseluruh tubuh,
ternyata darah juga membawa hormon yang masuk. hormon ini diperoleh karenan
adanya rangsangan atau stimulus dari luar maupun dari dalam diri manusia, setelah
itu darah akan mengangkut hormon-ccchormon itu, dan kelenjar eksokrin akan
mengambil hormon-hormon yang tidak bermanfaat dan dibuangnya melalui
saluran khusus, hormon yang dibuang ini dihasilkan dari hasil sekresi. sedangkan
daraah akan membawa hormon-hormon itu dengan saluran biasa, artinya tidak
melalui aliran khusus seperti yang diperlukan kelenjar eksokrin.
2.2.4 Membawa sisa oksidasi sel tubuh
Fungsi darah selanjutnya adalah membawa sisa-sisa zat yang tidak berguna keluar
dari tubuh. Hal ini bisa dilihat pada saat kamu melakukan proses pernafasan, disini
ada proses pengangkutan oksigen melalui darah sampai ke jantung, dan dari
jantung di proses ke seluruh tubuh, setelah itu dari jantun. karbondioksida akhirnya
dibuang, melalui darah pula dan dihembuskan bersamaan kita menghembuskan
nafas.
2.2.5 Menyerang kuman ataau bakteri yang masuk
Darah juga berfungsi sebagai pengaktif metabolisme tubuh, diatas tadi sudah kita
lihat bahwa adanya beberapa jenis sel-sel dalam tubuh. dan sel-sel itulah yang
menjaga metabolisme tubuh kita. ada sel darah merah dan juga sel darah putih. sel
disini akan menyerang kuman atau benda asing yang masuk ke dalam aliran darah
manusia. bila sel darah itu berhasil melawan benda asing tersebut maka kita tidak
akan terserang penyakit. namun sebaliknya jika sel darah tidak sanggup untuk
melawan benda asing itu maka tubuh akan terserang penyakit.
2.2.6 Menyembuhkan luka
2

Bagian darah yang disebut trombosit adalah bagian darah yang sangat berperan
dalam penyembuhan luka yang ada di kulit ari kita. Trombosit akan mengelurakan
zatnya dan bergabung dengan vitamin K untuk membentuk darah agar darah
menjadi beku. setelah darah membeku makan trombosit dengan perlahan akan
berusaha menuutupi luka yang berada dikulit ari kita, itu sebabnya mengapa kulit
ari yang luka, dapat kembali seperti semula, karena adanya peran darah, lebih
tepatnya peran trombosit pada darah setiap manusia. jika kepingan trombosit yang
ada daalm darah berkurang, maka bisa saja luka tersebut akan sulit di obati, karena
tidak adanya zat-zat yang mampu menutup luka dan membekkukan darah tersebut.
2.2.7 Mengankut karbondioksida
Mengangkut karbon dioksida, karbon dioksida merupakan zat yang tidak
dibutuhkan tubuh, sehingga darah akan mengembalikannya keluar melalui paruparu dan dihembuskannya lagi melalui hidung.
2.2.8 Membuang zat zat sisa ke ginjal dan juga kulit
Zat-zat yang diangkut oleh darah bukanlah zat yang semuannya berguna untuk
tubuh, dalam proses pada sistem ekskresi, disini darah akan memisahkan mana zat
yang berguna bagi tubuh dan manapula zat yang tidak berguna bagi tubuh, jika zat
tidak berguna bagi tubuh, maka zat itu akan di alirkan ke sistem ekresi atau
pembuangan. termasuk ke dalam ginjal dan juga kulit.
2.2.9 Sebagai pengatur suhu tubuh
Hasil dari oksidasi darah akan menghasilkan panas pada tubuh, jika oksidasi itu
baik maka suhu tubuh pula akan menjadi baik.
2.3 Komposisi Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler/Sel darah
(bagian padat darah).
2.3.1 Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki
warana kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan
0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti
lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa. Plasma darah merupakan cairan
darah yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan ke
seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel
tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.Di dalam plasma
darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
a.

Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik

b. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi


c.

Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan


darah.

d. Serum adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil
zat antibodi

yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke

dalam tubuh kita.


3

2.3.2

Sel darah
2.3.2.1
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah
(eritrosit) berfungsi
mengangkut
atau
mengedarkan oksigen dan
karbon
dioksida.
Kemampuan
mengikat
oksigen
dan karbon dioksida
oleh sel darah merah adalah karena adanya hemoglobin. Hemoglobin
adalah suatu protein yang memiliki daya ikat kuat terhadap O 2 dan
CO2.Hemoglobin memiliki dua komponen penyusun, yaitu heme dan
globin.
Eritrosit memiliki bentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua
permukaannya (bikonkaf). Eritrosit memiliki diameter 78 mikrometer
dengan tebal 12 mikrometer. Jumlah eritrosit dalam setiap milimeter
kubik darah adalah 56 juta eritrosit. Hal ini berarti, pada tubuh manusia,
terdapat sekitar 30 miliar eritrosit. Jumlah eritrosit di dalam tubuh
manusia bervariasi, sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan ketinggian
tempat orang tersebut tinggal. Eritrosit diproduksi pada bagian sumsum
tulang. Pembentukan eritrosit disebut eritropoesis. Di dalam peredaran
darah, eritrosit dapat hidup sekitar empat bulan (120 hari). Eritrosit yang
sudah tua atau rusak akan diuraikan di dalam hati. Hemoglobinnya
dipecah menjadi zat besi, bilirubin, dan globin. Zat besi dan globin dapat
digunakan kembali oleh tubuh, sedangkan bilirubin dikeluarkan menjadi
cairan empedu.
2.3.2.2

Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel

darah

putih (leukosit) jauh lebih besar


daripada sel darah merah. Namun
jumlah sel darah putih jauh lebih
sedikit daripada sel darah merah. Pada
orang
dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat
6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel
darah merah, sel darah putih memiliki inti
(nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba
dan dapat menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam
sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).Sel darah putih memiliki
ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid),
berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
4

Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:


2.3.2.2.1 Leukosit Bergranula (Granulosit)
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu
sekitar 60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak
dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna
merah kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi
bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula
mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera
melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang

biak serta menghancurkannya


Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit.
Jumlahnya

sekitar

5%.

Eosinofil

akan

bertambah

jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh


cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil
akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin.
Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari
eosinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur
pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang

rusak.
Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan.
Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa,
itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa,
maka akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat
fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti

2.3.2.2.2

penggumpalan yang disebut heparin.


Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula.
Intiselnya hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit
kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel
darah putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak

dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk antibodi.


Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar
dan berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh
jaringan limfa dan bersifat fagosit.

2.3.2.3

Keping Darah (Trombosit)


5

Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran


yang paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel.
Keping darah dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang
pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 300.000
butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut
trombositosis,

sedangkan

apabila

kurang

dari

200.000

disebut

trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8 hari. Meskipun


demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses pembekuan darah. Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka
tersebut akan menjadi kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka
yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya trombosit akan
menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di
dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan
vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin
menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk
membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera
membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar
lagi.
2.4 Golongan Darah
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan
ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolonganABO dan Rhensus (faktor Rh).
2.4.1

Golongan Darah A
Golongan Darah A hanya memiliki Antigen A pada permukaan membran sel darah

2.4.2

merah dan menghasilkan antibodi terhadap Antigen B.


Golongan Darah B
Golongan Darah B hanya memiliki antigen B pada permukaan membran sel darah

2.4.3

merah dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A.


Golongan Darah AB
Golongan Darah AB memiliki antigen A dan antigen B pada permukaan membran
sel darah merah serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun
antigen B.
6

2.4.4

Golongan Darah O
Golongan Darah O tidak memiliki antigen A maupun antigen B pada permukaan
membran sel darah merah namun dapat menghasilkan antibodi terhadap antigen A
dan antigen B.

2.5 Kelainan pada darah


2.5.1 Anemia
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin sel darah merah hingga di bawah normal sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah yang diperlukan tubuh. Penyakit tersebut dapat
disebabkan dari pendarahan hebat, seperti akibat kecelakaan, berkurangnya
pembentukan sel darah merah, dan meningkatnya penghancuran sel darah merah.
Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena
setiap satu bulan sekali perempuan mengalami pendarahan yang lumayan banyak
yaitu saat menstruasi. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga, dan kepala terasa melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia
berupa tranfusi darah. Salah satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, misalnya bayam, atau
bisa juga dengan mengonsumsi suplemen penambah darah.
2.5.2

Leukemia
Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah. Penyakit tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel darah putih yang tak terkendali. Leukemia terjadi jika proses
pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih dalam sumsum tulang
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Pengobatan yang bisa dilakukan
adalah dengan melakukan kemoterapi, kemoterapi berguna untuk menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker. Selain kemoterapi, penderita leukimia bisa juga
melakukan transplantasi sumsum tulang, namun transplantasi sumsum tulang
adalah proses yang cukup rumit karena memerlukan pendonor sumsum tulang
dengan tingkat kecocokan yang cukup tinggi.

2.5.3

Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit yang bersifat menurun (genetik), maksudnya dapat
diturunkan pada keturunannya. Penderita penyakit ini tidak dapat menghentikan
pendarahan akibat luka karena darahnya sukar membeku. Untuk pengobatan
penderita hemofilia sepertinya agak sulit dilakukan, karena penyakit ini adalah
7

penyakit keturunan. Pada pendarahan yang cukup serius, misalnya saja mengalami
kecelakaan, maka penderita hemofilia bisa saja mengalami kematian karena
darahnya sukar membeku. Sebaiknya para penderita hemofilia berhati-hati dengan
benda-benda tajam ataupun sesuatu yang bisa menyebabkan mereka mengeluarkan
darah. Hemofilia hanya diderita oleh kaum laki-laki, tetapi gen ini dibawa oleh
perempuan.
2.6 Kasus kelainan golongan darah pada manusia
2.6.1 Perubahan golongan darah
Semua yang ada di dunia ini memang bersifat dinamis. Senantiasa berada dalam
perubahan. Demikian juga halnya dengan golongan darah. Sebuah kasus di
Australia membuktikan bahwa hal itu benar adanya. Kisahnya berawal dari sebuah
pasien wanita berusia 15 tahun, yang didiagnosis menderita penyakit liver. Kian
hari tubuhnya kian menguning, yang menandakan semakin parahnya penyakit liver
yang dideritanya. Sedangkan kita tahu bahwa liver mempunyai peranan yang
penting dalam sistem metabolisme dalam tubuh kita. Jadi jika kegagalan organ
liver yang diderita pasien itu dibiarkan terus terjadi, maka akan menyebabkan
kematian. Tim dokter yang menangani pasien tersebut kemudian menyarankan
transplantasi liver. Maka dilakukanlah upaya pencarian donor organ liver yang
sesuai. Setelah beberapa lama, akhirnya tim dokter menemukan donor liver.
Namun yang menjadi kendala, terdapat perbedaan golongan darah antara golongan
darah pasien dengan donor. Pasien mempunyai golongan darah O rhesus negatif,
sedangkan donor mempunyai golongan darah O rhesus positif. Terdapat perbedaan
rhesus antara pasien dan donor. Padahal diketahui bahwa jika ingin melakukan
transplantasi organ, hendaknya dicari yang benar-benar sesuai guna meminimalisir
reaksi penolakan organ donor pada tubuh sang pasien. Namun karena tidak ada
pilihan lain dan mendesaknya waktu, akhirnya transplantasi itu dilakukan juga
dengan setelahnya pasien diberikan obat-obatan untuk menekan reaksi penolakan.
Biasanya pasien membutuhkan waktu sekitar 5 tahun mengonsumsi obat-obatan
tersebut.
Sembilan bulan setelah transplantasi tersebut dengan mengonsumsi obat-obatan
tersebut setiap hari, pasien kembali sakit dan memeriksakan diri ke dokter. Namun
kali ini pasien sakit bukan karena livernya, karena setelah dilakukan pemeriksaan
oleh tim dokter, keadaan liver sang pasien baik-baik saja. Ada hal yang
8

mengejutkan dalam penemuan tim dokter, yaitu golongan darah pasien berubah
menjadi O positif!! Tentunya hal ini sangat mengejutkan di dunia medis, sehingga
tim dokter kembali melakukan pemeriksaan ulang dan pemeriksaan terhadap
golongan darah orangtua pasien. Ternyata hasilnya memang benar, golongan darah
pasien telah berubah.
Tim dokter kemudian melakukan pemantauan selama lima tahun. Dan setelah
keadaan pasien benar-benar baik-baik saja, tim dokter kemudian baru berani
menyatakan ke kalangan medis bahwa benar golongan darah seseorang dapat
berubah. Kejadian ini, bukan pertama kalinya di dunia. Bahkan di Indonesia sendiri
pada tahun 2001 juga pernah terjadi perubahan golongan darah. Seorang pasien
yang semula menderita penyakit anemia sehingga perlu melakukan transfusi darah,
mempunyai golongan darah B. Setelah dilakukan transfusi darah, golongan
darahnya berubah menjadi O. Namun kemudian pasien meninggal karena
penyakitnya tersebut.
Kejadian perubahan golongan darah diduga karena terjadi perubahan dalam
sumsum tulang yang memproduksi sel darah merah. Seperti halnya kasus yang
terjadi pada pasien pertama, setelah menjalani transplantasi liver, tim dokter
menduga sel-sel liver telah mempengaruhi sel-sel sumsum tulang dalam
memproduksi sel darah merah.
Benar tidaknya golongan darah seseorang dapat berubah atau tidak, semua itu
masih membutuhkan penelitian yang panjang. Jika benar golongan darah ternyata
dapat berubah, itu merupakan penemuan yang luar biasa dalam dunia medis. Dan
sangat beguna bagi ilmu kedokteran di kemudian hari.
2.6.2

Hyperbilirubinemia
Perbedaan golongan darah bayi dan ibu bisa menyebabkan bayi baru lahir
mengalami kuning yang hebat dan membahayakan kelangsungan hidup
bayi.Beberapa waktu yang lalu pasangan artis Nirina Zubir dan Ernest Cokelat,
dibuat kalang kabut di rumah sakit. Setelah bayi mungil mereka Zivara dilahirkan,
muncul masalah baru yang tak kalah pelik. Bayi mereka mengalami kuning atau
yang dalam medis disebut juga dengan ikterus oleh hyperbilirubinemia. Kondisi ini
didiagnosis oleh dokter disebabkan ketidakcocokan golongan darah ibu dengan
bayi atau yang dikenal dengan A-B-O incompability. Di mana golongan darah anak
yang berjenis B bereaksi dengan golongan darah ibu yang berjenis O yang

mengalir dalam tubuh anak, sehingga sel darah merahnya mudah pecah dan
meningkatkan konsentrasi bilirubin dalam aliran darah.
Meski secara fisiologis semua bayi dapat mengalami kuning, namun bila tidak
ditangani secara tepat juga dapat berakibat fatal. Kuning yang hebat pada bayi,
bisa menyumbang terjadinya kerusakan sel otak permanen, ujar dr. Setyadewi
Lusyati, Sp.A(K) konsultan neonatologi RSAB Harapan Kita Jakarta
mengingatkan. Inilah mengapa, dokter anak cukup berhati-hati memantau
perkembangan bayi baru lahir, terutama dalam 3 hari setelah dilahirkan. Umumnya
kuning fisiologis baru akan muncul setelah bayi berusia 3 hari. Bila kurang dari itu,
dokter anak akan mengobservasi perkembangan hyperbilirubinemia sembari
melakukan upaya penyinaran. Berkaca pada pengalaman pasangan Nirina-Ernest,
pasangan suami-istri sebaiknya tidak main-main dengan perbedaan golongan
darah. Khususnya istri dengan golongan darah O dan suami bukan O.
Akibat Beda Golongan.
Setidaknya ada 4 golongan darah A, B, AB dan O yang dikenal secara universal.
Keempat golongan ini memiliki kandungan dan karakteristik yang berbeda.
Golongan darah A dikatakan memiliki kandungan antigen A, golongan darah B
memiliki kandungan antigen B, golongan darah AB memiliki antigen B dan
antigen A, sedangkan golongan darah O memiliki anti A dan anti B. Kandungan ini
yang menyebabkan tubuh membentuk antibodi dan menyerang sel darah merah
yang mengandung zat antigen (dianggap sebagai benda asing, red). Pada proses
persalinan, darah ibu yang bergolongan darah O akan berkontak lebih banyak
dengan golongan darah anak. Banyaknya darah janin yang memiliki antigen masuk
sirkulasi darah ibu, membuat sistem imun ibu membentuk kekebalan (antibodi)
terhadap antigen A ataupun antigen B. Kekebalan ini kemudian menyerang darah
anak yang memiliki antigen tersebut sehingga sel darah merah pecah dan menjadi
bilirubin (indirect). Ini dapat mengakibatkan bayi menjadi kuning.
Padahal dalam kondisi normal saja, bayi memiliki potensi peningkatan bilirubin
yang lebih tinggi ketimbang orang dewasa karena sifat sel darah merah bayi lebih
mudah pecah. Namun biasanya, tubuh bayi akan berusaha menstabilkan kadar
bilirubin dengan mekanisme konjugasi oleh hati. Yaitu, upaya mengubah menjadi
10

bilirubin indirect menjadi bilirubin direct yang lebih larut air dan mudah
dikeluarkan alias mengubah bilirubin menjadi cairan empedu serta dikeluarkan
melalui pencernaan dan memberi warna pada feses. Umumnya setelah lewat 10
hari, kuning pada bayi akan hilang seiring kualitas dinding sel darah merah yang
semakin baik dan fungsi hati yang optimal mengkonjugasi bilirubin.
Tak Selalu Transfusi.
Sayangnya, peningkatan kadar bilirubin pada bayi kadangkala tidak bisa ditolerir
oleh tubuh sendiri. Kadar bilirubin pun menumpuk dalam darah terlalu tinggi.
Padahal ambang toleransi bilirubin dalam darah di bawah 15 mg/dl (250 umol/L)
pada bayi cukup bulan dan 12 mg/dl (250 umol/L) pada bayi kurang bulan. Selain
kadar bilirubin yang diperhitungkan, percepatan kenaikan bilirubin pun patut
dipertimbangkan. Dokter anak memiliki patokan untuk menoleransi kenaikan
bilirubin salah satunya dengan melihat manifestasi hyperbilirubinemia dengan
hitungan Kramer. Skor Kramer dihitung dengan melihat ikterus (kuning) yang
menyebar, mulai dari wajah ke leher (K1), wajah ke pusar (K2), wajah dan badan
hingga pangkal paha (K3), wajah ke lutut serta lengan hingga siku (K4) dan
seluruh badan hingga jari tangan serta kaki (K5). Jika telah memasuki level K2 di
hari kedua, maka sudah termasuk tidak normal.
Normalnya bayi usia 3 hari, kuning dapat terjadi dari wajah hingga pusar.
Bila belum berusia 3 hari sudah menunjukkan kuning hingga pusar, maka patut
diwaspadai, ungkap dokter Lusy. Dokter Lusy menambahkan, penilaian kuning
pada bayi ini seringkali tersamar oleh warna kulit bayi baru lahir yang kemerahan.
Inilah sebabnya penilaian kuning bayi baru lahir, sebaiknya dipercayakan pada
petugas medis dan dokter anak yang lebih berpengalaman. Padahal bila kuning
sudah mencapai pusar, bisa diprediksi bilirubin berjumlah sekitar 12 mg/dl. Bila
peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, padahal kuning biasa
berlangsung sampai sekitar hari kelima hingga ketujuh, maka bilirubin mencapai
angka di kisaran 20 hingga 25 mg/dl. Di sinilah orang tua harus waspada. Bila
melewati jumlah 25 mg/dl bisa terjadi ensefalopati bilirubin akut. Yakni resiko
masuknya bilirubin indirect (dalam darah) melewati blood brain barrier dan
merusak sel-sel dalam otak.

11

Selain kerusakan sel otak, peningkatan bilirubin juga dapat diiringi dengan resiko
penurunan hemoglobin (Hb) sebagai akibat banyaknya sel darah merah yang
pecah. Pada kasus Zivara (putri Nirina-Ernest, red) di mana bilirubin terlalu tinggi
dan kenaikan level kuning yang terlalu cepat, dokter kemudian menyarankan
dilakukan transfusi pertukaran darah untuk mengganti darah anak dengan darah
donor (golongan O). Keputusan ini sah saja diambil, mengingat masa depan anak
dipertaruhkan bila kuning tidak segera dikendalikan. Tindakan ini sebenarnya
jarang diambil oleh dokter anak. Menurut dokter Lusy, umumnya untuk kasus
kuning pada bayi baru lahir, masih dapat diupayakan melalui terapi sinar
(phototheraphy). Tujuannya, membantu mengubah bilirubin indirect menjadi
lumirubin yang lebih mudah diubah oleh tubuh bayi. Hanya sekitar 15% kasus
hyperbilirubinemia yang dilakukan transfusi pertukaran darah.
Bisa Akibatkan Cerebral Palsy.
Mengapa hyperbilirubinemia harus ditangani tepat? Dikatakan dokter Lusy, bila
bilirubin indirect terlampau pekat dalam darah, ia mampu menembus blood brain
barrier menuju sel otak, ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen otak.
Sayangnya, sel otak tidak bisa diperbarui layaknya sel tubuh lain. Akibatnya, bisa
menyebabkan cacat permanen pada anak, tegasnya, Kecacatan yang paling
banyak disebabkan hyperbilirubinemia adalah celebral palsy atau kekakuan pada
anggota badan yang disebabkan kerusakan pada pusat pengendali motorik pada
korteks di otak. Selain itu, hyperbilirubinemia juga bisa menyebabkan kerusakan
pendengaran, bila kerusakan sel otak terjadi pada bagian yang mengendalikan
kemampuan mendengar. Tentu saja, tuli akibat hyperbilirubinemia tidak terjadi
spontan namun berupa degradasi kemampuan mendengar.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan
bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Sistem peredaran darah pada manusia merupakan sistem yang tertutup karena selalu
beredar di dalam pembuluh darah saja. Peredaran darah pada manusia juga disebut
sistem peredaran darah ganda karena beredar ke seluruh bagian tubuh serta melewati
jantung sebanyak dua kali.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor
Rh).
Selain itu ada juga kelainan pada darah seperti leukimia, anemia, dll. Selain itu ada juga
kasus kelainan golongan darah pada manusia.
3.2 Saran

13

Saran saya semoga pihak medis dan tim kesehatan lainnya berupaya dalam mengatasi
kelainan pada darah serta golongan darah. Sehingga kasus kasus seperti diatas dapat di
atasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://fendygoo.blogspot.co.id/2014/07/makalah-tentang-darah.html
http://asnawilim.com/ini-berita-baru-tentang-golongan-darah-ibu-dankandungannya/

14

Anda mungkin juga menyukai