Anda di halaman 1dari 116

INOVASI Vol.

7/XVIII/Juni 2006

Majalah INOVASI
ISSN: 0917-8376
Volume 7/XVIII/Juni 2006

RUBRIK dan JUDUL

Halaman No.Hal

EDITORIAL
Penataan Ruang Wilayah: Perjalanan Panjang Bangsa

TOPIK UTAMA
Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan
Tata Ruang di Indonesia
Tata Ruang Nasional dan Kebutuhan Pemahaman Lintas Disipliner
Paradigma Kota Kompak: Solusi Masa Depan Tata Ruang Kota
Air sebagai Parameter Kendali dalam Tata Ruang

4
13
19
28

IPTEK
Memahami Proses Alamiah dalam Rusaknya Lingkungan Delta
Mahakam
Dinamika Stok Ikan: Faktor Penyebab dan Penanggulangannya
Bioteknologi di Indonesia: Kondisi dan Peluang
Mengenal Teknologi Pengurangan Pencemaran Udara Nox dan Sox

31
35
39
45

INOVASI
Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik Molekuler
Elektroforesis

50

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

NASIONAL
Hilangnya Ruang Publik Ancaman bagi Kapital Sosial
Peranan Komisi Pemberantas Korupsi dalam Memerangi Korupsi di
Indonesia
Tes Berkualitas untuk PNS Berkualitas
Keterpaduan Pemerintah dan Masyarakat Mengatasi Kepunahan
Tumbuhan Endemik di Indonesia
Impor Beras: Benarkah Merugikan Petani?; Lakukan Pemetaan
Perberasan Nasional dengan Segera
Melihat Potensi dari Sistem Usaha Tani Kontrak

HUMANIORA
Menuliskan Islam: Refleksi Pemikiran Inklusif Iqbal
Semangat Berhemat Energi: Belajar dari Negara Maju
Menuai Dampak Kegagalan Pendidikan Nasional
KESEHATAN
Ada Gula Ada Kanker
Antisense Oligonukleotide: Potensial Terapi dalam Penyakit
Genetik Akibat Gangguan Splicing

57
59
70
73
77
80

84
88
91

94
98

KIAT
Manajemen Referensi untuk Penulisan Makalah yang Effektif
Hidup di Luar Negeri

102
104

LIPUTAN KHUSUS
Menata Kembali Aceh Pascatsunami

106

TOKOH
Duta Besar RI untuk Jepang, Abdul Irsan, SH

108

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

EDITORIAL
Penataan Ruang Wilayah: Perjalanan Panjang Bangsa
Haris Syahbuddin
Email: harissyahbuddin@yahoo.com
Menurut UU No. 24 tahun 1992, tata
ruang didefinisikan sebagai wujud struktural
dan pola pemanfaatan ruang atau wadah,
baik direncanakan maupun tidak.
Untuk
memberikan manfaat yang luas dan
berkelanjutan terhadap suatu ruang atau
wilayah diperlukan perencanaan terhadap
penataan ruang, yang meliputi ruang daratan,
ruang lautan, dan ruang udara. Meski secara
aktual penataan terhadap ruang laut dan
udara hampir tidak pernah dilakukan, namun
pencantuman kedua ruang tersebut dalam
UU perlu dilakukan, karena secara geopolitik
ketiganya
merupakan
satu
kesatuan
geografis yg tidak dapat dipisahkan dan
berkait
dengan
kedaulatan
negara.
Perencanaan tata ruang sendiri lebih terfokus
pada pemanfaatan ruang daratan itu sendiri,
karena di wilayah inilah tempat manusia dan
makhluk hidup lainnya berinterkasi menjaga
keseimbangan
ekosistem.
Artinya
perencanaan tata ruang tidak dapat
dipisahkan dari usaha-usaha menjaga
kelestarian
lingkungan,
keseimbangan
ekosistem dan bermuara pada tercapainya
kenyamanan
hidup
bagi
segenap
penghuninya.
PBB menetapkan Human Proverty Index
(HPI) yang salah satu parameternya adalah
kelayakan standar hidup (a decent standard
of living) yang diukur berdasarkan kelayakan
akses individu terhadap seluruh peluang
ekonomi. Indikator ini diukur berdasarkan
prosentase jumlah penduduk yang tidak
memiliki
akses terhadap air bersih dan
prosentase jumlah anak-anak yg memiliki
berat badan di bawah usia normal.
Digunakannya akses terhadap seluruh
kesempatan ekonomi dan air
sebagai
indikator adalah cerminan basic need
manusia
untuk
memiliki
kesempatan
mendapatkan pengetahuan, kesempatan
mendapatkan pelayanan kesehatan, dan
kesempatan hidup yang lebih panjang. Salah
satu cara mencapai HPI yang memadai
adalah melalui pemanfaatan ruang yang
effektif dan effisien serta sesuai dengan
potensi daya dukung lahannya.
Perencanaan tata ruang sesungguhnya
tidak dapat dilepaskan dari perencanaan dan
pengaturan tempat baik secara vertikal

maupun horizontal, berskala makro maupun


mikro. Indonesia dengan luas daratan sekitar
1.92 juta km2 atau memiliki ratio kepadatan
penduduk 126/km2, masih memfokuskan diri
pada penataan ruang secara horizontal dan
skala makro. Bila pun ada pendirian
bangunan secara vertikal masih terfokus
pada penataan ruang vertikal ke atas.
Sedangkan keseimbangan penataan ruang
secara horizontal dan penataan ruang vertikal
ke bawah masih belum menunjukkan hasil
optimal. Secara horizontal saja, penataan
ruang menyimpan banyak persoalan serius
untuk dicarikan solusinya. Sedemikian
komplek persoalan penataan ruang ini terkait
keseimbangan antar makhluk hidup, serta
kenyamanan masyarakat yg hidup di
dalamnya, diperlukan ketegasan pemerintah
yang kian berpihak pada kepentingan publik,
untuk menegakkan peraturan yang sudah
beratus jumlahnya. Sangat dirasakan betapa
kepentingan ekonomi jangka pendeklah yg
mengemukan
dalam
menata
ruang.
Pengalihfungsian puluhan bahkan ratusan
situ di sekitar Jabodetabek, kian luas zone
impermeabilitas akibat berkurangnya lahan
terbuka hijau di daerah perkotaan, penutupan
aliran pembuangan/sungai kecil
oleh
bangunan, hilangnya hak publik atas akses
air bersih, klusterisasi zona industri di daerah
hulu dan badan sungai yg berakibat
tercemarnya air sejak hulu, pembuatan jalan
tol yang memutus kebutuhan air irigasi lahan
sawah potensial, atau pembuatan jalan bebas
hambatan yang justru mengekspansi jalan
umum, dll adalah contoh sedemikian kritis
penataan ruang kita. Ujung dari seluruh jenis
ketidaktaatan terhadap tata ruang dan daya
dukung lahan ini adalah dirugikannya hak-hak
masyarakat untuk mendapatkan kenyamanan
hidup yang mereka dambakan. Hampir dapat
dikatakan, negara menjadi tidak berdaya
mengurus rakyatnya dalam hal pemenuhan
hak-hak publik terkait pemanfaatan ruang.
Semangat otonomi daerah dapat pula
menjadi bumerang tersendiri bila salah dalam
memahami
arti
bahwa
sesungguhnya
penataan ruang tidak mengenal batas wilayah
administratif. Sebab lahan sebagai basis
penataan ruang adalah bentang alam dan
merupakan satu kesatuan toposequence

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan


lainnya. Tidak dapat dibayangkan apabila
sinergi penataan ruang antar wilayah tidak
dilakukan, Jakarta akan selamanya mendapat
kiriman banjir bandang dan sampah dari
wilayah Bopunjur, atau Semarang akan
selamanya menjadi kota rob. Kompensasi
wilayah hilir yang umumnya menjadi pusat
bisnis dan ekonomi terhadap daerah hulu
perlu dipikirkan sebagai insentif terhadap
sinergi pembangunan ini. Kekhawatiran
terhadap kian menguatnya otonomi daerah
terhadap kewenangan mengelola suatu
wilayah atau kawasan dan menjaga
ketahanan nasional diduga sebagai salah
satu alasan perlu dilakukan revisi terhadap
UU No. 24 tahun 1992 itu, di mana
pembahasan RUU Penataan Ruang tersebut
hingga ini masih terus dilakukan. Sebab
bukan tidak mungkin kemudian terjadi bahwa
suatu
daerah
bersikeras
melakukan
pengelolaan ruang darat, ruang laut dan
ruang udara sebagai bagian dari zona
ekonomi, sehingga pelintas batas harus
membayar pajak dalam memanfaatkannya.
Kita dapat belajar dari negara negara
yang telah berhasil menata ruangnya dengan
sangat baik dan effisien. Jepang dengan 80%
wilayah terdiri dari pegunungan, dan hanya
20% dataran dengan panjang lereng yang
pendek terhadap garis pantai (potensial
menyebabkan erosi dan banjir), dengan
jumlah pendudukan separuh negeri kita,
mampu memanfaatkan ruang dengan effisien.
Pengembangan zona industri di tepi laut
memberi keuntungan dari sisi effisiensi
transportasi serta menghindari pencemaran
air sungai dan polusi udara bagi kawasan
pemukiman, fasilitas ruang terbuka hijau dan
taman bermain (koen) di setiap kelurahan
atau kecamatan (ku/cho), yang sekaligus
sebagai
zone resapan air dan kolam
penampung air limbah, perencanaan saluran
penyalur dan pengelolaan limbah air rumah
tangga dan industri (water sewage) sebelum
akhirnya dialirkan ke sungai dan laut,
pembangunan pusat bisnis terintegrasi
dengan subway di kedalam puluhan meter di
bawah permukaan tanah, ketersediaan
luasan area bagi pejalan kaki (pedestrian)
dan pengendara sepeda yang manusiawi,
atau konsistensi pemda dalam menyiapkan
lahan bagi hutan untuk seratus tahun
mendatang seperti yg terdapat di kota Kobe,
demikian pula konservasi kawasan lindung.
Dengan demikian kenyamanan hidup menjadi
lebih baik, tanpa mengurangi efektivitas dan
effisiensi aktifitas penduduknya dalam

kegiatan ekonomi, pendidikan, dan lain


sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa
keterlambatan kerja pada iklim yang normal
tidak ditemukan. Seluruh jadwal kegiatan
dapat direncanakan dengan baik dan tepat
waktu.
Kita pun dapat belajar dari Perancis.
Keberadaan subway yang sudah lebih dari
100 tahun dan konservasi arsitektur klasik
setiap bangunan di seluruh kota, khususnya
Paris, menunjukkan taat nya mereka
terhadap peraturan yg dibuat. Keseimbangan
horizontal pun tak luput dari konsep penataan
kota mode dan budaya ini. Di kota Paris, kita
hanya akan menemukan satu gedung
menjulang tinggi yaitu menara Montparnasse,
yang
dalam
tahap
pembangunannya
memerlukan diskusi lebih dari 10 tahun.
Selebihnya bangunan dengan jumlah lantai
tidak lebih dari lima, dikelilingi oleh ruas jalan
yang tertata secara diagonal, saling bersilang
rectangular. Atau bila kita ke arah Selatan
Perancis, di kota Monpellier kita dapat melihat
bagaimana pemerintah lokal membangun
jalur kereta dalam kota (Metro) dari Mosson
ke Port Marianne persis di antara barisan
pohon Sycamore yang telah berusia lebih dari
50 tahun dan tetap tumbuh di sisi kanan dan
kiri jalurnya.
Dari contoh di atas dapat
dikemukan di sini bahwa penataan ruang
merupakan entry point menuju efektivitas dan
effisiensi pengelolaan lingkungan untuk
kesejahteraan
masyarakat.
Selain
itu,
nampak bahwa penataan ruang merupakan
cerminan perjalanan panjang budaya suatu
bangsa, dan juga cerminan konsistensi dari
rencana yang telah dibuat minimal 50 tahun
sebelumnya. Dikatakan sebagai perjalan
budaya suatu bangsa, karena penataan
ruang yang baik telah menjadi kebutuhan
setiap individu. Dengan demikian kontrol
terhadap pemanfaatan suatu ruang dilakukan
oleh seluruh lapisan masyarakat, yang
sebelumnya dilibatkan secara aktif dalam
proses perencanaan.
Sesungguhnya lah kita telah memiliki
seluruh modal dasar tersebut. Masyarakat
yang cinta dan butuh akan lingkungan yang
terpelihara, kemudian warisan budaya baik
masyarakat Sumatera, Jawa hingga Papua.
Borobudur sebagai warisan budaya nenek
moyang, telah memberi pelajaran bahwa
dalam
penataan
ruang
terdapat
keseimbangan di dalam struktur bangunan itu
sendiri,
dan
keseimbangan
terhadap
lingkungannya. Sekarang yang dibutuhkan
adalah membangkitkan kembali kesadaran,
idealisme dan ketaatan para pejabat publik

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

sebagai
pemegang
wewenang
penuh
pengalokasian wilayah terhadap rencana tata
ruang yang telah dibuat berdasarkan daya
dukung lahan, keterbukaan pemerintah
terhadap
rencana
pemanfaatan
suatu
kawasan, dan kontrol terhadap pemanfaatan
suatu ruang yang dilakukan oleh masyarakat,
yang sejak dini dilibatkan secara aktif dalam
proses perencanaan. Para wakil rakyat di
lembaga legislatif dituntut untuk tidak segan

mempelajari
dinamika
peraturan
dan
pemanfaatan ruang wilayah di setiap
kabupaten/kota, sehingga proses pengendali
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sejak
dari unit terkecil penataan ruang wilayah.
Sehingga di masa datang tidak ada lagi
pemanfaatan
ruang
hanya
semata
berdasarkan pertimbangan ekonomi dan
mengabaikan faktor lingkungan dan hak-hak
publik.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

UTAMA
Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung
Perencanaan Tata Ruang di Indonesia
Dwi Nowo Martono, Surlan, Bambang Tedja Sukmana
Kedeputian Penginderaan Jauh LAPAN, Jakarta
Email: nowo2003@yahoo.com
1. Latar Belakang
Perencanaan
Tata
Ruang
wilayah
merupakan
suatu
upaya
mencoba
merumuskan usaha pemanfaatan ruang
secara optimal dan efisien serta lestari bagi
kegiatan usaha manusia di wilayahnya yang
berupa pembangunan sektoral, daerah,
swasta dalam rangka mewujudkan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang ingin dicapai
dalam kurun waktu tertentu.
Penyusunan tata ruang merupakan tugas
besar dan melibatkan berbagai pihak yang
dalam menjalankan tugas tidak terlepas dari
data spasial. Data spasial yang dibutuhkan
dalam rangka membuat suatu perkiraan
kebutuhan atau pengembangan ruang jangka
panjang adalah bervariasi mulai dari data
yang bersifat umum hingga detail. Bentuk
data spasial untuk kegiataan penataan ruang
umumnya berupa
peta digital dan peta
analog yang masing-masing mempunyai
karakteristik dan spesifikasi yang berbeda,
dimana jenis dan ruang lingkup serta
kedetailan rencana tata ruang sangat
menentukan
Berkaitan dengan kesiapan data spasial
untuk mendukung tata ruang, ada beberapa
titik kritis yang perlu mendapatkan perhatian
kaitannya dengan prosedur kerja antara lain:
1. Belum adanya format data dan skala peta
dasar yang baku untuk penyusunan tata
ruang dalam berbagai tingkat. Ada
perbedaan format baku peta dengan
format operasional, demikian juga skala
peta dikaitkan dengan jenis data yang
harus digunakan dan prosedur pengolahan
data.
2. Pengalaman menunjukkan bahwa belum
memadainya kesadaran akan pentingnya
penyediaan data spasial yang akurat dari
kalangan pengguna. Data spasial yang
akurat tidak dilihat sebagai komoditas yang
strategis
untuk
kepentingan
jangka
panjang.
3. Pembuatan atau penyusunan data spasial
skala 1 : 250.000 hingga 1 : 5000 untuk
tata ruang detail dilakukan dengan

anggapan peta sudah tersedia dan tidak


disediakan alokasi biaya untuk pembuatan
peta tersebut. Dampaknya adalah peta
yang digunakan sudah kadaluarsa.
4. Pada berbagai rencana kegiatan, ketelitian
peta yang dibutuhkan kadang-kadang
bukan merupakan hal yang utama, yang
diutamakan adalah penyebaran temanya.
Informasi lokasi dan batas-batas fisik lebih
diutamakan (bukan kepastian koordinat),
sedangkan dalam beberapa hal misalnya
infrastructure
management
kepastian
lokasi harus dicirikan dengan ketepatan
koordinat.
Kelengkapan dan kebenaran (kualitas)
input data spasial akan sangat berpengaruh
pada hasil atau keluarannya. Tanpa adanya
data spasial yang memadai dalam arti
kualitas planimetris dan informasi kualitatif,
maka proses pengambilan keputusan tidak
dapat dilaksanakan secara benar dan
bertanggung jawab.
2. Penginderaan
Jauh
Pengembangan Wilayah

untuk

Suatu wilayah baik di pedasaan maupun di


perkotaan menampilkan wujud yang rumit,
tidak teratur dan dimensi yang heterogen.
Kenampakan wilayah perkotaan jauh lebih
rumit dari pada kenampakan daerah
pedesaan. Hal ini disebabkan persil lahan
kota pada umumnya sempit, bangunannya
padat, dan fungsi bangunannya beraneka.
Oleh karena itu sistem penginderaan jauh
yang diperlukan untuk penyusunan tata ruang
harus disesuaikan dengan resolusi spasial
yang
sepadan.
Untuk
keperluan
perencanan tata ruang detail, maka
resolusi spasial yang tinggi akan mampu
menyajikan data spasial secara rinci. Data
satelit seperti Landsat TM dan SPOT dapat
pula digunakan untuk keperluan penyusunan
tata ruang hingga tingkat kerincian tertentu,
misalnya tingkat I (membedakan kota dan
bukan kota). hingga sebagian tingkat II
(perumahan, industri, perdagangan, dsb.).

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Sedangkan untuk tingkat III (rincian dari tingkat


II, misalnya perumahan teratur dan tidak teratur)
dan tingkat IV (rincian dari tingkat III, misalnya
perumahan teratur yang padat, sedang, dan
jarang.
Welch (1982) menyatakan bahwa untuk
penyusunan tata ruang perkotaan di Amerika

II

Serikat
dengan memanfaatkan data
penginderaan jauh, menggunakan konsep
hubungan antara resolusi spasial data
penginderaan jauh dan tingkat kerincian data
yang dihasilkan, disajikan pada Gambar 1.

II

IV

Tingkat kerincian

Gambar 1. Hubungan antara resolusi spasial data penginderaan jauh dan kerincian
penggunaan lahan kota di Amerika Serikat (Sumber : Welch, 1982)
Gambar 1 mengisyaratkan bahwa citra
Landsat ETM dengan pixel 15 m dapat
digunakan untuk data penggunaan lahan kota
tingkat kerincian I sampai kerincian tingkat II,
atau untuk membedakan daerah yang secara
fisik berupa perumahan dan non perumahan
terhadap daerah sekitarnya. Untuk kerincian
tingkat III diperlukan resolusi spasial sekitar
1-3 m. dan tingkat kerincian III dan IV
masing-masing diperlukan resolusi spasial
lebih kecil atau sama dengan 1 m. Oleh
karena itu mengacu pendapat Welch, data
satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial
0.7-1.0
m
dapat
digunakan
untuk
memperoleh sebagian data penggunaan
lahan dengan tingkat kerincian III dan IV.

3. Landasan Hukum Penyusunan Tata


Ruang
Struktur
perencanaan pembangunan
nasional yang dicirikan dengan terbitnya
Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tantang
sistem perencanaan nasional, maka kepala
daerah
terpilih
diharuskan
menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) di daerahnya masing-masing.
Dokumen RPJM ini akan menjadi acuan
pembangunan daerah yang memuat antara
lain visi, misi, arah kebijakan dan programprogram pembangunan selama 5 (lima) tahun
ke depan. Dengan demikian terkait kondisi
tersebut, maka dokumen Rancana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang ada juga harus
mengacu pada visi dan misi tersebut.
Dengan kata lain RTRW yang ada
merupakan bagian dari terjemahan visi, misi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

daerah yang dipresentasikan dalam bentuk


pola dan struktur pemanfaatan ruang.
Landasan hukum penyusunan tata ruang di
Indonesia secara umum mengacu pada
Undang-Undang Nomer 24 tahun 1992
tentang penataan ruang. Pedoman ini
sebagai landasan hukum yang berisi tentang
kewajiban setiap Propinsi, Kabupaten dan
Kota untuk menyusun tata ruang wilayah
sebagai arahan pelaksanaan pembangunan
daerah. Kewajiban Daerah untuk menyusun
tata ruang berkaitan dengan penerapan
desentralisasi dan otonomi daerah.
Menindak lanjuti Undang-Undang tersebut
di atas, Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah
Nomor
327/KPTS/M/2002
menetapkan
enam
pedoman
bidang
penataan ruang, meliputi
a. Pedoman penyusunan RTRW propinsi.
b. Pedoman Penyusunan Kembali RTRW
propinsi.
c. Pedoman penyusunan RTRW kabupaten
d. Pedoman penyusunan kembali RTRW
kabupaten.
e. Pedoman penyusunan RTRW perkotaan.
f. Pedoman penyusunan kembali RTRW
perkotaan.
Pedoman seperti tertulis di atas sebagai
acuan bagi para penanggung jawab
pengembangan wilayah propinsi, kabupaten
dan
kawasan
perkotaan.
Pedoman
penyusunan
RTRW
meliputi
kegiatan
penyusunan mulai dari persiapan hingga
proses legalisasi. Hal-hal teknis operasional
yang belum diatur dalam keputusan Menteri
ini diatur lebih lanjut oleh pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24
tahun 1992 tentang penataan ruang, rencana
tata ruang dirumuskan secara berjenjang
mulai dari tingkat yang sangat umum sampai
tingkat yang sangat rinci seperti dicerminkan
dari tata ruang tingkat propinsi, kabupaten,
perkotaan, desa dan bahkan untuk tata ruang
yang bersifat tematis, misalnya untuk
kawasan pesisir, pulau-pulau kecil, jaringan
jalan, dan lain sebagainya.
Mengingat rencana tata ruang merupakan
salah
satu
aspek
dalam
rencana
pembangunan nasional dan pembangunan
daerah, maka tata ruang nasional, propinsi
dan
kabupaten/kota
merupakan
satu
kesatuan yang saling terkait dan dari aspek
substansi dan operasional harus konsistensi.
RTRW nasional merupakan strategi dan
arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah

negara yang meliputi tujuan nasional dan


arahan pemanfaatan ruang antar pulau dan
antar propinsi. RTRW nasional disusun pada
tingkat ketelitian skala 1 : 1.000.000 untuk
jangka waktu selama 25 tahun
RTRW propinsi merupakan strategi dan
arahan kebijaksanaan pemanfaatan runag
wilayah propinsi yang berfokus pada
keterkaitan antar kawasan/kabupaten/kota.
RTRW propinsi disusun pada tingkat
ketelitian skala 1 : 250.000 untuk jangka
waktu 15 tahun.
RTRW
kabupaten/Kota
merupakan
rencana tata ruang yang disusun berdasarkan
perkiraan kecenderuangan dan arahan
perkembangan untuk pembangunan daerah
di masa depan. RTRW kabupaten/kota
disusun pada tingkat ketelitian 1 : 100.000
untuk kabupaten dan 1 : 25.000 untuk daerah
perkotaan, untuk jangka waktu 5-10 tahun
sesuai perkembangan daerah.
4. Ruang Lingkup Analisis Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Berdasarkan landasan hukum
dan
pedoman umum penyusunan tata ruang,
substansi data dan analisis penyusunan
RTRW propinsi dan kabupaten
adalah
sebagai berikut :
4.1. Ruang Lingkup RTRW Propinsi
a. Substansi data dan analisis
- Kebijakan pembangunan
- Analisis regional
- Ekonomi regional
- Sumberdaya manusia
- Sumberdaya buatan
- Sumberdaya alam
- Sistem permukiman
- Penggunaan lahan
- Analisis kelembagaan
b.

Substansi RTRW propinsi


- Arahan struktur dan pola pemanfaatan
ruang
- Arahan pengelolaan kawasan lindung
dan budidaya
- Arahan pengelolaan kawasan
perdesaan, perkotaan dan tematik
- Arahan pengembangan kawasan
permukiman, kehutanan, pertanian,
pertambangan, perindustrian, pariwisata
dan kawasan lainnya.
- Arahan pengembangan sistem pusat
permukiman perdesaan dan perkotaan
- Arahan pengembangan sistem
prasarana wilayah

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

- Arahan pengembangan kawasan yang


diprioritaskan
- Arahan kebijakan tata guna tanah , air,
udara dan sumberdaya alam Lain.
4.2. Ruang Lingkup RTRW Kabupaten
a.
Substansi data dan analisis
- Kebijakan pembangunan
- Analisis regional
- Ekonomi dan sektor unggulan
- Sumberdaya manusia
- Sumberdaya buatan
- Sumberdaya alam
- Sistem permukiman
- Penggunaan lahan
- Pembiayaan pembangunan
- Analisis kelembagaan
b.

Substansi RTRW propinsi


- Rencana struktur dan pola pemanfaatan
ruang
- Rencana pengelolaan kawasan lindung
dan budidaya
- Rencana pengelolaan kawasan
pedesaan, perkotaan dan tematik
- Rencana sistem prasarana wilayah
- Rencana penatagunaan tanah , air,
udara dan sumberdaya alam Lain.
- Rencana sistem kegiatan pembangunan
Secara rinci penjabaran dari tiap-tiap
substansi disajikan pada Tabel 1.
5. Pola Pemetaan Pemanfaatan Ruang
Berwawasan Lingkungan di Indonesia

Adanya peraturan perundang-undangan


penyusunan tata ruang yang bersifat nasional,
seperti Undang-Undang No 25 Tahun 2004
dan Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002
kiranya dapat digunakan pula sebagai dasar
dalam melaksanakan pemetaan mintakat
ruang sesuai asas optimal dan lestari. Untuk
menata ruang yang optimal dengan prinsip
lestari perlu adanya perencanaan yang
holistik antara potensi, kondisi dan kebutuhan
akan sumberdaya ruang. Penyusunan tata
ruang dalam konteks ini bukan sekedar
mengalokasikan tempat untuk suatu kegiatan
tertentu, melainkan menempatkan tiap tiap
kegiatan penggunaan lahan pada bagian
lahan yang berkemampuan serasi dan lestari
untuk kegiatan masing-masing. Oleh karena
itu hasil penyusunan tata ruang bukan tujuan,
akan tetapi sarana. Yang menjadi tujuan tata
ruang ialah manfaat total lahan/ruang dengan
sebaik-baiknya dari kemampuan total lahan
secara sinambung atau lestari.

6. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh


untuk Penyusunan Tata Ruang
Berdasarkan Gambar 2, peranan data
penginderaan jauh dan Sistem Informasi
Geografis (SIG) menjadi semakin jelas.
Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin ke
kanan skala yang dibutuhkan semakin besar,
artinya semakin rinci pula informasi spasial
yang harus dapat diidentifikasi. Hal ini tentu
akan berpengaruh kepada jenis data
penginderaan jauh yang digunakan. Tabel 1
menjelaskan
peranan data penginderaan
jauh dan SIG untuk mendukung penyusunan
peta tata lingkungan, peta tata ruang, peta
tata guna lahan dan peta ddesain guna lahan.
7. Langkah Langkah yang Dilakukan
LAPAN
Dalam
Mendukung
Implementasi Penyusunan Tata Ruang
Penyusunan Tata Ruang tidak terlepas
dari kebutuhan akan tersedianya data spasial
yang akurat , periodik ( 1-5 tahun) dan rinci
sesuai dengan tujuan tata ruang itu sendiri,
untuk propinsi atau kabupaten.
Salah satu alternatif yang paling mungkin
dalam rangka tersedianya data spasial untuk
tata
ruang
secara
cepat
adalah
memanfaatkan teknologi satelit penginderaan
jauh. Secara lebih rinci pemanfaatan data
penginderaan jauh untuk tata ruang disajikan
pada sub bab 6.
Di Indonesia
pemanfaatan teknologi
penginderaan jauh sudah banyak dilakukan
oleh berbagai kalangan, baik institusi
pemerintah:
LAPAN,
BAKOSURTANAL,
BPPT dan lain sebagainya, juga oleh
kalangan perguruan tinggi dan organisasi
swasta. Pada umumnya upaya upaya yang
telah dilakukan untuk sosialisasi pemanfaatan
data penginderaan jauh antara lain meliputi
penguasaan teknologi penginderaan jauh,
pengembangan model-model yang diturunkan
dari data penginderaan jauh, kegiatan
inventarisasi
sumberdaya
alam
dan
mengintegrasikan dengan aplikasi SIG.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Gambar 2. Pola penataan ruang berwawasan lingkungan di Indonesia


Tabel 1. Peranan data penginderaan jauh untuk mendukung penyusunan tata ruang wilayah
Jenis data

Tata lingkungan

Tata ruang

Tata guna lahan

1. Landsat

1.Identifikasi
penggunaan
Lahan dengan
tingkat kerincian
I

1.Identifikasi
penggunaan
Lahan dengan
tingkat
kerincian I-II

Bahan untuk
orientasi wilayah
secara global

2. Acuan Georeference pada


skala 1 : 50.000

2. Acuan Georeference pada


skala 1 :
50.000

(1530 m)

3. Menghitung
proporsi luas
masing masing
penggunaan
lahan.
4. Data dasar
spasial untuk
analisis lanjutan

Desain guna lahan


Bahan untuk
orientasi wilayah
secara global

3.Menghitung
proporsi luas
masing masing
penggunaan
lahan
4. Data dasar
spasial untuk
analisis
lanjutan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Tabel 1. Lanjutan
Jenis data
Tata lingkungan
2. SPOT4
(10 m)
Eros

SDA

Tata ruang
SDA

Tata guna lahan

Desain guna lahan

1. Identifikasi
penggunaan
lahan tingkat
kerincian II III
2. Acuan Georeference
sampai skala
1 : 25.000.
3. Menghitung
proporsi luas
penggunaan
lahan tingkat
kerincian II III
4. Titik atau garis
kontur dengan
interval sampai
12.5 m
5.Data Dasar
spasial untuk
pengolahan
atau analisis
lanjutan

3. SPOT 5
( 2.5 m)
Ikonos,
Quick Bird
( 0.71 m)

SDA

1.Identifikasi
penggunaan lahan
tingkat kerincian III
-IV
2. Acuan Georeference sampai
skala lebih besar
10.000
3.Menghitung
proporsi luas
penggunaan lahan
tingkat kerincian III
-IV
4. Informasi garis
kontur detail
5. Data dasar
spasial
pengolahan atau
analisis lanjutan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

LAPAN sebagai instansi pemerintah yang


mempunyai kompetensi untuk menyediakan
data
penginderaan
jauh
dan
memanfaatkannya dalam berbagai aplikasi
dalam skala nasional, sejak tahun 2000 telah
membangun dan menyusun berbagai model
aplikasi untuk berbagai kegiatan seperti
pertanian, kehutanan, iklim, geologi, tata
ruang dan lain sebagainya. Berbagai jenis
data dari resolusi rendah (NOAA, GMS dan
MODIS) sampai resolusi spasial tinggi baik
sensor pasif maupun aktif ( SPOT-5, IKONOS,
QUICK BIRD) juga digunakan untuk
mengembangkan model model aplikasi yang
lebih luas dan lebih dalam.
Untuk aplikasi data penginderan jauh
terkait tata ruang dalam rangka mendukung
ketersediaan data spasial, LAPAN telah
melakukan inventarisasi informasi spasial
penutup lahan skala 1:100.000 seluruh
Indonesia berbasis citra Landsat ETM.
Demikian juga untuk berbagai wilayah
prioritas telah tersedia informasi yang relatif
rinci berdasarkan data citra SPOT-5, IKONOS
dan QUICK BIRD. Berbagai contoh aplikasi
untuk tata ruang disajikan pada Gambar
Lampiran 1-3.
8. Penanganan Masalah
dengan Data Spasial

yang Berkaitan

Dalam menangani masalah ketersediaan


data spasial yang up to date, salah satu data
spasial yang saat ini banyak digunakan
sebagai data dasar untuk penyusunan tata
ruang adalah informasi spasial yang
diturunkan dari data penginderaan jauh. Data
penginderaan jauh mempunyai berbagai jenis
dan tingkat ketelitian, disamping itu data
penginderaan jauh juga dapat memberikan
data real time serta selalu diperbaharui.
Teknologi
penginderaan
jauh
mampu
menyediakan data mulai dari skala 1 :
1000.000 sampai dengan 1 : 5000. Oleh
karena itu pemanfaatan informasi spasial dari
data penginderaan jauh untuk tata ruang
telah mencakup seluruh skala dan sangat
fleksibel
disesuaikan
dengan
tujuan
penyusunan tata ruang, apakah untuk tingkat
nasional, propinsi, kabupaten atau detail
teknis.
Tidak tersedianya informasi spasial yang
ideal untuk mendukung seluruh ruang lingkup
analisis penyusunan tata ruang baik dalam
aspek kuantitatif dan kualitatif bagaimanapun
harus ditutupi dengan pemanfaatan data
satelit
penginderaan
jauh
yang

dikombinasikan dengan data spasial lainnya


melalui pendekatan SIG. Salah satu
pendekatan cerdas untuk mengoptimalkan
pemanfaatan data satelit penginderaan jauh
adalah
melakukan
kombinasi
data
penginderaan jauh dengan data kontur dari
Suttle Radar Topographic Mission (SRTM)
dan data koordinat planimateris dari Global
Positioning System (GPS) untuk memperolah
informasi yang lebih akurat serta informasi
morfometri (kemiringan lereng, panjang
lereng dan bentuk lereng serta ketinggian
relatifnya) sesuai dengan skala yang
dibutuhkan. Sedangkan aspek kualitatif yang
merupakan
informasi
penutup
lahan/penggunaan lahan dapat digunakan
sebagai informasi kualitatif
terkini untuk
mendukung perencanaan tata ruang dengan
tambahan kegiatan verifikasi lapangan
(ground truth). Verifikasi lapangan akan
sangat efektif hasilnya jika dilakukan oleh
mereka yang memahami dan menguasai
kondisi wilayah bersangkutan. Hal ini akan
sangat efisien dan efektif apabila terjalin
pelaksanaan kerjasama antara instansi
penyedia data satelit penginderaan jauh
dengan instansi pengguna, khususnya
pemerintah daerah guna menghasilkan
informasi keruangan yang diturunkan dari
citra satelit yang diverifikasi secara bersama.
9. Penutup
Dimasa yang akan datang diharapkan
seluruh pemangku kepentingan (stake holder)
yang terlibat dalam penyusunan tata ruang,
baik
di
tingkat
propinsi
maupun
kabupaten/kota
dapat
memanfaatkan
keunggulan teknologi penginderaan jauh dan
sistem informasi geografis untuk mendukung
penyusunan tata ruang. Dengan demikian
minimnya atau ketidaktersediaan data spasial
yang selama ini menjadi kendala utama
dalam penyusunan tataruang dapat dengan
cepat teratasi.
Pustaka
[1] Anonimus. 1993. Remote Sensing Note.
Japan Association on Remote Sensing.
University. Of Tokyo
[2] Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional.
2004. Peraturan Perundang-Undangan
Bidang Penataan Ruang. Buletin Tata
Ruang. Jakarta.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

10

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

[3] Hadi Sabari.Y.. 2000. Struktur Tata


Ruang Kota. Pustaka Pelajar Offset.
Yogyakarta
[4] Larz T. Anderson. 2000. Petunjuk Dalam
Persiapan Perencanaan Kota. Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota. Fakultas
Teknik.
Universitas
Diponegoro.
Semarang.
[5] Maskun. Soemitro. 1996. Penataan
Ruang dan Pembangunan Perkotaan
dalam kerangka Otonomi Daerah.
Proceding. CIDES. Jakarta

[6] Nurmandi. 1999. Manajemen Perkotaan.


Lingkaran Bangsa. Yogyakarta
[7] Socki. B.S.. 1993. The Potential of Aerial
Photos for Slum and Squatter Settlement
Detection and Mapping. Asian-Pasific
Remote Sensing Journal. Vol.5. No.2.
Bangkok.
[8] Sugeng Martopo, Tejoyuwono. 1987.
Pembangunan Wilayah Berwawasan
Lingkungan. Kumpulan Makalah Kursus
SEPADYA. Yogyakarta.

Lampiran

Gambar Lampiran 1. Contoh aplikasi data spasial untuk mendukung tata ruang skala 1:2.500

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

11

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Gambar Lampiran 2. Contoh aplikasi data spasial untuk mendukung tata ruang skala 1:50.000

Gambar Lampiran 3. Contoh aplikasi data spasial untuk mendukung tata ruang skala 1:100.000

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

12

UTAMA

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Sistematika Tata Ruang Nasional dan Kebutuhan


Pemahaman Lintas Disipliner
Hengky Abiyoso
Ketua Lembaga CENREDS
Yayasan Pengembangan Planologi dan Arsitektur
Untuk Kewiraswastaan Wilayah Tertinggal
(Center for Enhancement of Entrepreneurship, Urban and Regional Development Studies).
Email: cenreds@yahoo.com
1. Pendahuluan
Tata
ruang
dengan
banyak
sistematika yang serba abstrak termasuk
di dalamnya adalah masalah lintas bidang
menyangkut
kepentingan
seperti
pelestarian lingkungan hidup, kepentingan
penataan ruang budidaya bagi kegiatan
produktif pemenuhan kebutuhan hidup
manusia, kepentingan tata ruang mukim
dan ruang sistem mobilitas manusia,
bahkan
juga
menyangkut
masalah
kepentingan
kedaulatan
negara,
pertahanan dan keamanan. Dari semua
kepentingan itu, sesuatu yang terbanyak
dan cukup rumit variabelnya adalah yang
menyangkut sistem tata ruang mukim
manusia serta sistem ruang mobilitasnya.
Hal ini lebih umum disebut sebagai tata
ruang sistem kota serta sistem jaringan
jalan. Demikian rumit dan penting
keduanya, sehingga sering citra tentang
tata ruang di mata masyarakat tercermin
dari ukuran tentang apa yang dapat
dihasilkan
oleh
sistem
ini
bagi
kesejahteraan masyarakat.
2. Sistematika Sederhana Tata Ruang
Berkait masalah tata ruang nasional
kita, demikian banyak pihak sangat
berkepentingan,
diantaranya
adalah
masyarakat intelektual seperti dari sains
ilmu lingkungan, ilmu kehutanan, ilmu
pertanian, planologi, arsitektur, dan
sebagainya.
Dari demikian banyak sistematika
tentang tata ruang, salah satu yang paling
sederhana berkait dengan prioritas tujuan
adalah sistematika tata ruang menurut
tujuan-tujuannya yang pro-ekologi dan
pro-populasi1). Bila yang pertama adalah
untuk tujuan pelestarian dan perlindungan
alam serta lingkungan, yang terakhir ini

adalah menyangkut tata ruang untuk


aktivitas dan permukiman manusia serta
tata ruang untuk kawasan budidaya bagi
penopang kebutuhan hidup manusia.
Namun demikian, tata ruang propopulasi
harus tunduk dan tidaklah boleh
samasekali bertentangan pelaksanaannya
dengan azas pro-ekologi.
Masyarakat ilmu lingkungan sangat
berkepentingan untuk memastikan bahwa
ruang di bumi ini dipergunakan oleh
manusia
tanpa
terjadi
perusakanperusakan yang serius di dalamnya,
seperti menyangkut ancaman hilangnya
species-species tertentu tanaman akibat
penggundulan
hutan
yang
akan
berdampak pada hilangnya species lain
karena terputusnya mata rantai makanan,
atau kontrol atas polusi udara yang akan
mengancam
lapisan
ozon
dan
meningkatnya
suhu
global,
dan
sebagainya. Masyarakat ilmu pertanian
dan kehutanan berkepentingan atas ruang
bagi budidaya pertanian serta hutan
industri
dalam
rangka
pemenuhan
kebutuhan hidup manusia. Namun dalam
praktek lapangan ruang-ruang budidaya
ini
banyak
bersinggungan
bahkan
bertumpang-tindih dengan ruang-ruang
konservasi.
Sebagai negara agraris, sebagian
besar masyarakat kita berkecimpung
dengan kegiatan pertanian, perkebunan
serta hutan tanaman industri, dimana
peningkatannya yang bersifat ekstensif
dan agresif dapat mengancam upaya
pelestarian
lingkungan,
utamanya
menyangkut
area-area
pegunungan,
tempat dimana sumber air dan kestabilan
lereng-lereng dapat terancam, serta
bahaya air bah dan longsor dapat
menimbulkan kerugian jiwa maupun
kerusakan lingkungan yang mahal.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

13

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Sementara
itu
ruang-ruang
bagi
permukiman, kegiatan serta mobilitas
manusia juga memerlukan pengaturan
tersendiri. Bila tidak, maka berbagai
kebutuhan mukim, kegiatan serta mobilitas
manusia dapat bertumpang tindih dengan
kebutuhan ruang-ruang konservasi serta
ruang-ruang budidaya.
Ruang-ruang
bagi
kebutuhan
konservasi alam dapat dipandang sebagai
relatif permanen dan variasi jenis
eksploitasi ruangnya dapat dipandang
sebagai mendekati nol berkait dengan
tujuan pelestariannya maka ia tak
dieksploitasi. Sementara itu eksploitasi
ruang-ruang budidaya bagi kebutuhan
hutan industri serta kegiatan pertanian
dapat dipandang sebagai intensif, namun
variasi pola eksploitasi ruangnya dapat
dikatakan sederhana, terbatas atau nyaris
permanen. Sebuah area hutan industri
yang diperuntukkan bagi budidaya hutan
pinus misalnya, selama belasan atau
puluhan tahun pola eksploitasinya nyaris
tak akan berubah, demikian juga dengan
area bagi budidaya pertanian, perkebunan,
perikanan atau peternakan. Sebaliknya,
variasi kebutuhan ruang bagi pemukiman, 4.
aktivitas serta mobilitas manusia adalah
demikian sangat kompleksnya.
3. Multi Fungsi Sistem Kota
Kebutuhan mukim manusia bervariasi
dari yang sangat sederhana seperti rumah
di ladang, secara ekstensif berupa rumah
vila di luar kota dengan pekarangan yang
luas sampai yang sangat intensif berupa
apartemen dengan lantai ganda di tengah
kota.
Kebutuhan ruang beraktivitas manusia
dapat berupa ruang bagi produktivitas
seperti pabrik, kantor, toko, pasar, sekolah
atau studio. Kebutuhan ruang bagi
pengembangan
diri
adalah
seperti
lembaga-lembaga sekolah, universitas,
balai diklat dan kebutuhan akan ruang
bagi waktu senggang adalah seperti
taman-taman, tempat rekreasi, museum,
teater, sarana olah raga dan sebagainya.
Sementara itu kebutuhan ruang untuk
mobilitas manusia dapat dimulai dari jalan
setapak, jalan arteri, jalan bulevar, jalan
simpang susun, jalan tol, bandara,
terminal dan sebagainya.

Bila kebutuhan ruang bagi keperluan


konservasi alam serta budidaya pertanian
dan hutan seperti tak mengenal hierarkhi,
tak demikian halnya dengan ruang
kebutuhan mukim dan aktivitas bagi
manusia. Mendekati lahan-lahan budidaya
pertanian dan hutan sebagai tempat
aktivitas utama atau profesinya, manusia
cenderung tinggal relatif mengumpul pada
satuan-satuan ruang
yang disebut
sebagai desa.
Kemudian dari sekian banyak satuan
permukiman desa akan
diperlukan
sebuah pusat layan yang disebut sebagai
kota kecamatan. Setelah itu konstelasi
sejumlah desa dan kota kecamatan itu
akan membutuhkan sebuah pusat layanan
yang disebut sebagai kota kabupaten.
Jenjang di atasnya adalah kemudian kota
menengah yang membawahi beberapa
kota kabupaten, kemudian kota besar atau
kota metropolis yang dapat membawahi
sebuah propinsi, serta terakhir adalah kota
megapolitan yang tak jarang harus
melayani beberapa kota metropolitan.
Aglomerasi,
Tertinggal

Wilayah

Maju

dan

Sehubungan dengan pemusatanpemusatan aktivitas


manusia yang
cenderung
mengumpul
karena
pertimbangan keuntungan skala ekonomi
atau keuntungan dari lokasi yang saling
berdekatan satu sama lain antar unit-unit
ekonomi yang disebut sebagai keuntungan
aglomerasi,
maka
kemudian
kecenderungan dari permukiman manusia
itu adalah serba memusat, yang kemudian
disebut sebagai sistem kota.
Dampaknya adalah kemudian muncul
apa yang disebut sebagai wilayah-wilayah
maju,
tempat
dimana
kepadatan
penduduk membentuk satuan-satuan kota
besar kecil yang jaraknya serba efisien,
unit-unit ekonominya saling berdekatan
serta dalam jumlah yang ideal itu akan
semakin menggembirakan pasar, dimana
dengan itu investasi-investasi semakin
dipandang sangat menguntungkan apabila
diputuskan untuk diletakkan pada wilayahwilayah padat seperti itu, dan keadaan itu
lebih lanjut memicu lagi datangnya arus

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

14

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


migrasi penduduk dari wilayah-wilayah
miskin.

Tata ruang sistem kota juga


membutuhkan tingkat-tingkat (hirarkhi)
perencanaan, seperti di tingkat nasional
dibutuhkan sistem kota secara nasional
menyangkut besaran dan jarak yang
terpadu (national city size distribution
system) yang akan mendukung sistem
makro ekonomi nasional secara terpadu
pula. Selanjutnya adalah kebutuhan
perencanaan intraregional yang terpadu,
dan di bawahnya lagi adalah keperluan
perencanaan pada tingkat lokal.

Pada sisi lain dari wilayah maju


muncul pula apa yang disebut sebagai
wilayah tertinggal, dimana sebaliknya,
keadaannya adalah
serba kepadatan
penduduknya yang relatif rendah, satuansatuan sistem kotanya adalah kota-kota
relatif kecil yang sangat tersebar dan
dengan jarak saling berjauhan serta
kurang efisien, sehingga akan kurang
menguntungkan bagi investasi. Sering
terjadi keputusan lokasi investasi serta 5. Kompleksitas Tata Ruang Sistem Kota
keputusan bermukim dari penduduk di
dan Kerjasama Lintas Sektor
wilayah tertinggal itu cenderung berpindah
Secara internal tata ruang sistem kota
menuju
ke wilayah maju karena
sangat lah kompleks, demikian pula
kemudahan hidup yang lebih banyak
dengan masalah eksternal lainnya.
didapatkan di sana daripada keadaan di
Secara internal, karena tata ruang kota
wilayah tertinggal itu. Keadaan seperti ini
menyangkut
sistem serta ketahanan
sangat merugikan bagi kinerja makro
perekonomian serta sistem perencanaan
ekonomi nasional, karena pada wilayah
kesempatan kerja nasional, ada beberapa
tertinggal banyak sekali potensi-potensi
hal yang menarik untuk diperhatikan yaitu:
terpendam terpaksa tak dapat digali dan
dimanfaatkan.
Pertama, terdapat kebutuhan secara
nasional akan perencanaan sistem kota
Sementara sebaliknya, pada wilayah
secara nasional yang integrated.
sangat maju pasokan berbagai jasa
sejenis sering
melebihi
kebutuhan,
Kedua, karena perkembangan teori
sehingga terjadi apa yang disebut sebagai
ilmu perencanaan ruang dengan
duplikasi dan kesiasiaan. Pada area
demikian juga teori tentang sistem kota
yang sama dapat muncul demikian banyak
adalah sangat multiinterpretatif, berakibat
pusat perbelanjaan, sehingga beberapa di
di antara para pakar keruangan terdapat
antaranya akhirnya akan tutup karena
bermacam multiinterpretasi yang sangat
kekurangan pengunjung. Pembangunan
bervariasi atas teori keruangan serta teori
jalan layang dan kemacetan lalulintas
perkotaan
yang
sama.
Hal
ini
terus
saling
berpacu,
padahal
mengakibatkan
adanya
pertentangan
pembangunan itu seharusnya dapat lebih
pendapat yang tajam dan menjadi salah
dialokasikan pada sektor lainnya.
satu faktor yang belum dapat disinergikan
sebagai satu kesatuan utuh sebagai
Situasi-situasi
seperti
itu
sumbangan kemajuan ilmu tata ruang kota
membutuhkan
intervensi-intervensi
bagi pembangunan nasional serta sistem
perencanaan seperti tentang bagaimana
kota secara nasional.
situasi ketimpangan itu dapat diredakan,
dimana perkembangan wilayah tertinggal
Ketiga, dapat dikemukakan di sini
dapat dirangsang agar dapat mengalir
bahwa seandainya boleh menggunakan
migrasi dan relokasi investasi dari wilayah
pembading dengan perkembangan ilmu
maju dapat terjadi. Dengan kata lain, tata
lainnya, maka ilmu perencanaan ruang
ruang
bagi
kebutuhan
aktivitas,
adalah seperti kurang beruntung. Tidak
pemukiman serta mobilitas manusia atau
jarang ilmu ini di golongkan pada ilmu-ilmu
disebut kebutuhan akan tata ruang sistem
yang
tidak
begitu
leluasa
untuk
kota adalah yang paling kompleks
dikomersialkan. Atau dengan perkattan
dibanding dengan kebutuhan akan tata
lain ilmu ini lebih pantas untuk
ruang bagi kebutuhan konservasi sistem
disumbangkan bagi negara, bangsa dan
ekologi serta budidaya pertanian dan
kemanusiaan.
hutan.
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

15

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Hipotesa keruangan beserta studi
lengkapnya seperti tentang perlunya
Indonesia memiliki countermagnet city
seukuran Jabodetabek di kawasan timur
Indonesia, tidak akan pernah memenuhi
pangsa pasar atau terjual, dan penulisnya
telah akan bersyukur bila kajian tersebut
perlahan-lahan mulai dapat diterima oleh
seluruh bangsa dan bersama-sama
diupayakan konkretisasinya, walau untuk
itu
harus
dilalui
berbagai
proses
perdebatan yang cukup panjang.
Ketika hasil studi ilmu perencanaan
kota
memiliki
peluang
untuk
dikomersialkan, tidak dapat dipungkiri
bahwa kemudian terjadi praktik praktik
komersialisasi
yang
kurang
dapat
dipertanggungjawabkan. Hal ini kemudian
menimbulkan kesan masyarakat bahwa
pembangunan sistem kota di Indonesia
kemudian menjadi sangat buruk.
Akibat salah arah dari segelintir para
perencanaan kota tersebut, yang berakibat
kurang mendukung upaya pembangunan
wilayah serta sistem kota yang integrated
secara nasional itu, maka selain citra
pembangunan sistem kota menjadi buruk,
bersama industri ia tak kurang juga
kemudian
dimusuhi
oleh
banyak
masyarakat
intelektual
dari
bidang
pertanian dan perdesaan.
Kota tidak mampu memberikan kesan
pusat
kewiraswastaan,
pusat
intelektualitas serta pusat kemajuan
seperti Singapura, Tokyo, New York atau
Toronto.
Yang
terjadi
kemudian
munculnya kota-kota baru arogan serta
industri berorientasi Jawa sentrisme atau
Jabotabek
sentrisme.
Kompleks
perumahan di seputar kota metropolitan
seperti Jakarta, Surabaya atau Bandung
terlihat memakai tembok keliling, gerbang,
satpam serta tak jarang juga gaya
eksklusivisme penghuninya, dimana setiap
jengkal daripada kota milik developer itu
harus dibeli atau diangsur dengan KPR.
Sering lahan pertanian yang subur harus
beralih fungsi untuknya, padahal kelebihan
tenaga kerja pertanian di desa seharusnya
dapat ditampung di kota. Akhirnya nampak
bahwa perencana tentang kota untuk
rakyat belum lah mencapai titik yang
diharapkan.

Strategi
pemanfaatan
kelebihan
tenaga kerja di sektor pertanian dan
perdesaan seharusnya dapat dikelola
dengan lebih rapi pada sektor perkotaan
dan industri serta jasa, sambil terus
meningkatkan kinerja sektor pertanian.
Kerjasama antara masyarakat pertanian
dan perkotaan
seharusnya dapat lebih
akrab, erat, dan bukan sebaliknya. Desa
dan kota seharusnya saling tergantung
dan saling membutuhkan.
Tidak kalah penting adalah peranan
lembaga terkait dalam mensinergikan
sumberdaya antar desa dan kota. HKTI
misalnya, harus mampu berbicara tentang
rural
development
bahkan
urban
development bagi pengelolaan kelebihan
tenaga kerja di desa,
bekerjasama
dengan planolog dan arsitek. Selain itu,
perhatian pada wilayah perbatasan adalah
sesuatu yang serius untuk tak mengulang
kasus penggeseran patok batas negara di
hutan Kalimantan atau lepasnya pulau
Sepadan, Ligitan serta tenggelamnya
beberapa pulau kecil di perbatasan
dengan Singapura karena bisnis ilegal
pengerukan pasir laut yang membawa
resiko dampak pergeseran batas negara
yang dapat merugikan Indonesia.
6. Langkah Perbaikan ke Depan

Kedepan
apakah
yang
dapat
disumbangkan oleh masyarakat pemerhati
masalah tata ruang bagi perbaikan sistem
serta pelaksanaannya agar tata ruang
nasional dapat memberikan hasil konkrit
pada kesejahteraan masyarakat?
Pertama harus diingat bahwa masalah
tata ruang nasional kini ditangani oleh oleh
Badan Eksekutif yang disebut BKTRN 2)
(Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional).
Berdsarkan Keppres No. 62 Th. 2000
secara terstruktur terdiri dari Ketua :
Menko Perekonomian, Wakil Ketua :
Menteri PU, Sekretaris : Ketua Bappenas,
Anggota : Menteri Pertanian, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Pertahanan,
Menteri Otonomi Daerah dan Ketua BPN.
Bahwa terdapat banyak keluhan
menyangkut intransparansi serta berbagai
kebijakan tata ruang yang tidak tepat
seperti tentang Strategi Kapet yang

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

16

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


dapat dibahas setiap hari setiap saat
dianggap sebagai tidak tepat guna,
secara terhormat dan setara dengan
adanya usulan tata ruang terpadu
BKTRN.
kawasan kota megapolitan oleh Gubernur
DKI dan bukan oleh BKTRN, sistem
hirarkhi kota yang tak jelas, serta banyak
keluhan
lain,
menunjukkan
ketidakterpaduan
pada
sistem
dan
1). Seperti uraiannya dapat dibaca pada
kebijakan tata ruang nasional kita.
artikel atau makalah Wawasan Tata
Ruang oleh Prof. Djoko Sudjarto pada
Bila eksekutif memiliki badan BKTRN,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
adakah DPR memiliki badan kontrolnya
Edisi Juli 1992 terbitan Jurusan Teknik
yang definitif? Para pengurus BKTRN
Planologi, ITB, maka terdapat demikian
masing-masing memiliki partner kerja
banyak definisi tentang tata ruang, seperti
Komisi di DPR 3) yang jelas sejak dari
misalnya yang dikemukakan oleh Lynch
Menko Perekonomian, Menteri PU, Ketua
dan Rodwin (1958), Foley (1964, 1967),
Bappenas yang masing-masing berpartner
(Wheaton, 1967), Weber (1967), Porteous
dengan Komisi Vi, V dan XI. Anggota
(1977), Wetzling (1978), Rapoport (1980),
BKTRN seperti Menteri Pertahanan,
Chadwick (1981), I Made Sandy (1986),
Menteri Dalam Negeri, Ketua BPN dan
Soenaryono
Danujo
(1987)
dan
Menteri Pertanian adalah partner kerja dari
sebagainya.
Komisi I, II dan IV. Lalu bagaimana
seharusnya rapat kerja tata ruang nasional
Sejauh ini penulis belum menemukan
antara eksekutif dan DPR? Adakah harus
apakah sebelumnya sistematika tataruang
selalu terdapat rapat gabungan Komisi I, II,
sebagai pro-ekologi dan pro-populasi ini
IV, V, VI XI dan seluruh pengurus serta
telah pernah dikemukakan
oleh para
anggota
BKTRN,
atau
akankah
pakar sains keruangan atau belum.
masalahnya disederhanakan
menjadi
Penulis samasekali bukan merasa dalam
sekedar rapat kerja antara seorang Ketua
kapasitasnya sebagai pakar, namun
BKTRN Menko Perekonomian dan Komisi
sekedar sebagai seorang aktivis LSM
VI saja?
dalam bidang pengabdian sosialisasi
tataruang bagi rakyat maupun bagi dialog
Dengan terkadinya perbaikan sistem
lintas disiplin ilmiah selama lebih dari 10
demokrasi dan legislasi dalam sistem
tahun, mendapatkan bahwa tataruang
pemerintahan dan kehidupan kita, seperti
bukanlah sesuatu yang mudah dipahami.
dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan
Tak hanya oleh masyarakat awam, namun
Korupsi), walau telah terdapat badan
bahkan
oleh
banyak
masyarakat
badan
seperti
Mahkamah
Agung,
intelektual dari disiplin ilmiah lain seperti
Kejaksaan
serta
Kepolisian
oleh
misalnya ilmu hukum, ilmu agama, teknik
Pemerintah. Kemudian dibentuk pula
industri, ilmu pertanian dan sebagainya.
Komisi
Yudisial,
tempat
dimana
Penulis mendapatkan, bahwa semakin
masyarakat
dapat
melaporkan
batasan atau sistematika keruangan
keraguannya atas kinerja badan peradilan,
disajikan sesuai tatabahasa dan visi dari
Komisi Kejaksaan bagi alat kontrol
para pakar itu, maka ia seperti semakin
Lembaga Kejaksaan, dan kelak Komisi
tak mudah dipahami oleh masyarakat
Kepolisian bagi alat kontrol Lembaga
bahkan disiplin ilmiah lain selain daripada
Kepolisian, dan sebagainya.
tataruang itu sendiri.
Bila kita ingin menapak kesuasana
perbaikan sistem tata ruang nasional yang 2). BKTRN (Badan Koordinasi Tata Ruang
Nasional) yang dibentuk dengan Keppres
lebih konkrit, Komisi Nasional Independen
No. 75 tahun 1993, adalah bentuk
yang mengontrol masalah Kebijakan Tata
peningkatan dari sebuah Tim Kerja yang
Ruang Nasional4) kita adalah salah satu
semula dinamai sebagai Tim Kordinasi
alternatif
yang
sudah
selayaknya
Pengelolaan Tata Ruang Nasional yang
diperhatikan dan dilaksanakan dengan
diketuai oleh Ketua Bappenas dengan
sungguh sungguh. Diperlukan forum yang
beberapa
Menteri
terkait
masalah
konkrit atas masalah tataruang nasional,
tataruang sebagai anggotanya (Keppres
tempat dimana kapan saja masalah itu
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

17

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


No. 57 Tahun 1989). Badan ini kemudian
pada masa Presiden Abdurrahman
diubah
susunan
kepengurusannya
(Keppres No. 62 Tahun 2000) seperti bila
semula ketuanya adalah Ketua Bappenas,
maka kini adalah Menko Perekonomian,
Wakil Ketuanya adalah Menteri PU, dan
Sekretaris
BKTRN
adalah
Ketua
Bappenas.
Anggota-anggota
BKTRN
adalah Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pertahanan, Menteri Pertanian, Menteri
Negara Lingkungan Hidup, Menteri
Negara Otonomi Daerah dan Kepala
Badan Pertanahan Nasional. Badan ini
memiliki Tim Teknis yang diketuai oleh
Menteri PU.
3).

Tentang bidang-bidang yang dibawahi


oleh Komisi-Komisi di DPR serta
hubungan kerjanya dengan menterimenteri
kabinet
terkait,
susunan
selengkapnya kiranya dapat diperiksa
antara lain pada website Humas
Sekretariat Jendral DPR-RI.

4). Komisi
Nasional
Independen
yang
mengontrol masalah Kebijakan Tata
Ruang Nasional atau dapat disingkat
menjadi Komisi Nasional Tata Ruang
adalah pemikiran penulis tentang perlunya

dibentuk
semacam
Komisi
adhoc
sebagaimana sebelumnya telah terdapat
Komisi-Komisi seperti itu seperti Komnas
HAM, Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan,.
KPK dan sebagainya, dimana bidangbidang seperti itu dipandang seperti masih
kurang
dapat ditangani dengan lebih
efektif oleh 11 Komisi-Komisi DPR yang
ada, dimana bila 11 Komisi di DPR seperti
lebih
merupakan
cerminan
tempat
kedudukan partai-partai politik peserta
Pemilu, sedangkan Komisi adhoc atau
Komisi Khusus yang umumnya lebih
bersifat teknis, dimaksudkan lebih berisi
pakar-pakar dibidang dimaksud.
Dari demikian banyak (l.k. 45
buah) Komisi Nasional yang ada, tak
semuanya dipandang bekerja efektif dan
justru sering digerutui masyarakat sebagai
membebani anggaran negara, sehingga
dalam beberapa kesempatan penulis
menyampaikan bahwa Komisi Tata Ruang
bila perlu didirikan dan dikerjakan secara
sukarela, atau Komisi-Komisi ad-hoc
sebaiknya Datang dan Pergi atau Aktif
dan Non-Aktif sesuai kadar urgensi atau
kegawatan masalahnya, agar tak terus
menerus membebani anggaran negara.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

18

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

UTAMA

Paradigma Kota Kompak: Solusi Masa Depan Tata Ruang Kota?


Muhammad Sani Roychansyah
Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, FT UGM
Kolaborator Riset pada Department Architecture and Building Science,
Universitas Tohoku
E-mail: sani@hjogi.pln.archi.tohoku.ac.jp

1. Latar Belakang dan Perkembangan Ide


Kota Kompak
Dewasa
ini,
masalah
keberlanjutan
(sustainability issues) merambah di semua
bidang kehidupan manusia, tak terkecuali
pada pembangunan segitiga lingkungansosial-ekonomi kota. Seperti terlihat pada
Gambar 1. tuntutan bahwa perkembangan
pada sebuah kota mulai 2 dasa warsa
terakhir ini harus aspiratif terhadap kebutuhan
dan eksitensi masa depan ini, dijawab
dengan beberapa kata kunci seperti: efisiensi,
intensifikasi, konservasi, revitalisasi di dalam
upaya menyelaraskan pembangunan kembali
kota (sustainable urban redevelopment
movement)
Lingkungan
maksimalisasi efisiensi
energi; konservasi
sumber daya alam dan
habitat; minimalisasi
kerusakan/bencana
KOTA
Positif secara keruangan
Berwawasan lingkungan
Efisien bagi transport
Bermanfaat dari sisi sosial
Vital bagi pembangunan
ekonomi
Sosial
meningkatkan kualitas
hidup; mendorong
kesetaraan sosial

Ekonomi
Mendorong eksistensi
ekonomi lokal,
ketersediaan
kesempatan kerja

Gambar 1. Tujuan pembangunan berkelanjutan dan implementasinya dalam


konteks kota
Di sisi lain, meskipun dalam konsep
operasionalnya sangat beragam, dewasa ini
di dunia strategi kota kompak (compact city

strategy) dipandang sebagai alternatif utama


ide
pengimplementasian
pembangunan
berkelanjutan dalam sebuah kota [2][3][5].
Sebagai akibatnya, ide ini diadopsi oleh
banyak kota di dunia, utamanya di negaranegara maju. Kecenderungan pengadopsian
ide ini, di samping membawa efek positif
pada wacana pembangunan berkelanjutan,
tetapi banyak pula yang diterapkan apa
adanya
tanpa
mempertimbangkan
permasalahan kota yang ada dan kekhasan
sebuah kota.
Ide kota kompak ini pada awalnya adalah
sebuah respon dari pembangunan kota acak
(urban
sprawl
development),
seperti
ditunjukkan perbedaannya pada Tabel 1. Dan
sangat mungkin ini adalah siklus berulang
perkembangan kota dan tarik menarik
kepentingan pada fungsi kota sejak 2 abad
terakhir ini, silih berganti antara memusat dan
menyebar (centrist dan de-centrist), seperti
telah disinyalir oleh Breheny [1]. Pilihan
kompak atau tidak kompak dalam menjawab
masalah
keberlanjutan
dalam
sebuah
organisme
kota
sebenarnya
sangat
bergantung pada kecenderungan, perilaku,
kapasitas, fleksibiltas, dan tentunya kebijakan
dalam sebuah kota. Yang kiranya cukup
penting
adalah
optimalisasi
tingkat
kekompakan kota (city compactness level)
dalam menjawab tantangan ini (lihat Gambar
2.).
Tak bisa dipungkiri, saat ini adalah era kota
berkelanjutan. Sebagai contoh Inggris di
mana isu sekaligus kebijakan kota kompak ini
telah hampir berjalan lebih kurang 2 dasa
warsa. Dari tahapan kecenderungan evolusi
kota pun, kebijakan sustainable cities lewat
program urban renaissance saat ini adalah
reaksi dari konsep garden cities dan new
cities di era utopian planning yang telah
terbukti
banyak
tak
sejalan
dengan
pembangunan berkelanjutan. Begitu
pula
di Jepang, program urban

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

19

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Tabel 1. Perbandingan antara pembangunan acak dan pembangunan terkendali
Aspek
Kepadatan
Pola
pertumbuhan
Guna lahan
Skala

Layanan
komunitas
Tipe komunitas
Transportasi

Disain jalan

Disain bangunan
Ruang publik

Biaya
pembangunan
Proses
perencanaan

Pembangunan Acak
(Sprawl Development)
Kepadatan rendah
Pembangunan pada peri-peri kota,
ruang dan ruang hijau, melebar
Homogen, terpisah-pisah
Skala besar (bangunan yang lebih
besar, blok, jalan lebar), kurang
detil, artikulasi bagi pengendara
mobil
Shopping mall, perjalanan mobil,
jauh, sukar untuk ditemukan
Perbedaan rendah, hubungan
antar anggota lemah, hilangnya ciri
komunitas
Transportasi yang berorientasi
pada kendaraan pribadi, kurang
penghargaan pada pejalan kaki,
sepeda, dan transit publik
Jalan didisain untuk
memaksimalkan volume
kendaraan dan kecepatannya
(collector roads, cul de sac)
Bangunan jauh terletak/ditarik ke
belakang (set back), rumah tunggal
yang terpencar
Perujudan kepentingan pribadi
(yards, shopping malls, gated
communities, private clubs)
Biaya yang tinggi bagi
pembangunan baru dan biaya
layanan publik rutin
Kurang terencana, hubungan
pelaku pembangunan dan aturan
lemah

redevelopment dengan salah satu kota


kompak sebagai alternatif utama strateginya
saat
ini
adalah
reaksi
logis
dari
perkembangan kota pasca Perang Dunia ke-2
sampai era menggelembungnya ekonomi
Jepang di pertengahan tahun 1980-an
(bubble economic) di bawah sistem modern
urban planning mereka.
tingkat kekompakan

s0

t0

F (kompak)=(internal, eksternal)

s0+1

t0+1

Factor internal:
kapasitas
fleksibilitas
kebijakan

s0+2

t0+2

s0+3

t0+3

Pembangunan Terkendali
(Anti-Sprawl Development)
Kepadatan tinggi
Pembangunan pada ruang-ruang
sisa/antara, kompak
Mixed, cenderung menyatu
Skala manusia, kaya dengan
detil, artikulasi bagi pejalan kaki
Main street, jalan kaki, semua
fasilitas mudah ditemukan
Perbedaan tinggi dengan
hubungan yang erat, karakter
komunitas tetap terpelihara
Transportasi multi-sarana,
penghargaan pada pejalan kaki,
sepeda, dan transit publik
Jalan didisain untuk
mengakomodasikan berbagai
macam kegiatan (traffic calming,
grid streets)
Bangunan sangat dekat dengan
jalan, tipe tempat tinggal beragam
Perujudan kepentingan publik
(streetscapes, pedestrian
environment, public park and
facilities)
Biaya yang rendah bagi
pembangunan baru dan biaya
layanan publik rutin
Terencana dan hubungan pelaku
pembangunan dan aturan baik
(community based)

Meskipun begitu, karena ide yang masih


relatif baru dan sedikitnya rujukan serta
contoh nyata keberhasilannya, membuat
daftar panjang perdebatan hingga kini.
Beberapa klaim bahwa kota kompak akan
mengurangi ketergantungan pada mobil
pribadi, perlindungan pada daerah peri-peri
dan daerah hijau, akses yang lebih baik
kepada fasilitas dan layanan kota, dijawab
dengan
kekhawatiran
membumbungnya
harga lahan dan properti dalam kota,
tergusurnya orang-orang yang mempunyai
lemah akses, dan hilangnya preferensi pribadi.

Ruang
Waktu

Faktor eksternal:
kecenderungan
jaringan

Gambar 2. Tingkat optimalisasi kota kompak


tergantung pada ukuran kota

2. Atribut Kota Kompak


Masalah utama yang terjadi pada
penerapan ide kota kompak saat ini adalah
anggapan bahwa ide ini bisa secara instan
diterapkan tanpa melihat kasus per kasus
permasalahan yang dihadapi oleh sebuah
kota, di samping keharusan penyesuaian

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

20

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


terhadap karakter kota. Simulasi beberapa
kebijakan transport dan tata guna lahan yang
erat dengan ide kota kompak ini menunjukkan
pentingnya melihat kondisi perkembangan
kota (pola pergerakan/transport, pola tata
guna lahan), selain juga optimalisasi
kebijakan antara yang bersifat tarik dan tekan
(pull-push policies) [8].
Tabel 2. Total konsumsi energi dari transport
kota di Kota Sapporo, Jepang tahun 20002030 (ribu liter/hari)
Kebijakan
2000 2015 2030
Do Nothing (DN)
352
370
377
Road Pricing (RP)
352
293
285
Transit Oriented Dev. (TOD)
352
256
248
Public Trans. Priority (PTP)
352
221
215
Urban Boundary (UB)
352
277
288
Cordon Line (CL)
352
244
228
UB+RP
352
299
311
UB+PTP
352
222
226
RP+TOD
352
231
223
RP+PTP
352
192
187
TOD+PTP
352
212
230

Tabel 2. menunjukkan bahwa kebijakankebijakan transport dan tata guna lahan yang
erat dengan ide kota kompak telah
menghasilkan kecenderungan pengurangan
jumlah konsumsi energi dari transport kota
20% atau lebih. Bahkan bila kombinasi antar
kebijakan berhasil, seperti pada kombinasi
Road Pricing (bersifat tekan) dan Public
Transport Priority (bersifat tarik) bisa
mengurangi sekitar 50% konsumsi energi dari
transport kota dalam jangka 30 tahun
penerapannya.
Penaikan
densitas penduduk

Pengkonsentrasian
kegiatan

Karakter
Proses
menuju
kompak)

Kota
Kompak

Intensifikasi
Transportasi Ruang
umum

Komunitasyang
Berkelanjutan

Waktu
Pertimbangan skala
dan akses kota

Masa Lalu

Kesejahteraan
sosial-ekonomi

Saat Ini

Proses

Masa Depan

Gb.3. Seting definisi kota kompak


Lebih jauh untuk mengetahui bagaimana
pengimplementasian kota kompak pada
sebuah kota, kita perlu mengetahui atributatribut pentingnya.
Seperti diilustrasikan
melalui Gambar 3, kota kompak diartikan
sebagai sebuah strategi kebijakan kota yang

sejalan
dengan
usaha
perujudan
pembangunan berkelanjutan untuk mencapai
sebuah sinergi antara kepadatan penduduk
kota yang lebih tinggi pada sebuah ukuran
ideal sebuah kota, pengkonsetrasian semua
kegiatan kota, intensifikasi transport publik,
perujudan
kesejahteraan
sosial-ekonomi
warga kota menuju peningkatan taraf dan
kualitas hidup kota.
Di sini keenam atribut itu tidak bisa
dipisahkan
dan
semestinya
saling
mendukung keberadaan kota kompak.
Sebagai misal sebuah kota yang padat-rigid
dan mempunyai besaran (skala) ideal untuk
mencapai semua penjuru kotanya, tetapi
memiliki
ketimpangan
sosial-ekonomi
penduduk yang jelas dan masih sangat
tergantung pada kendaraan pribadi, belumlah
cukup untuk digolongkan sebagai kota
kompak. Sebaliknya, kota dengan sistem
transport yang maju, dengan ekonomi warga
yang tinggi pula, skala kotanya pun ideal,
namun pusat kota itu sendiri akan menjadi
senyap di malam hari dan hari libur sebab
warga kota lebih memilih tinggal di wilayah
luarnya, belum bisa digolongkan ke dalam
kategori kota kompak pula.
Pada Gambar 4. diilustrasikan keenam
atribut kota kompak ini. Usaha kenaikan
kepadatan
penduduk
dan
lingkungan
tentunya terkait dengan optimalisasi lahan
dan infrastruktur dalam kota. Dengan
demikian, usaha ini pun akan mempunyai
efek positif untuk melindungi lahan-lahan
subur di luar kota. Kenaikan densitas
penduduk ini perlu disertai dengan usaha
penyatuan berbagai macam kegiatan dalam
area yang sama (mixed use development),
sehingga penduduk yang tinggal di mana pun
di dalam kota akan mampu terlayani secara
baik oleh sebuah sistem unit ini. Sistem
transportasi umum yang intensif akan
membantu dalam menyelesaikan masalah
kerusakan lingkungan dalam kota akibat
transportasi manusia, selain mendorong
berbagai kegiatan kota lebih aktif.
Atribut selanjutnya yaitu pertimbangan
besaran dan akses kota mutlak diperlukan.
Atribut ini juga sebagai pengendali jarak
maupun waktu tempuh kegiatan kota
sekaligus
usaha
untuk
memudahkan
pengkoordinasian (smart urban management).
Target kota kompak itu sendiri adalah atribut
ke-5 yaitu kesejahteraan sosial-ekonomi
setiap penduduk kota yang kian meningkat

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

21

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Penaikan penduduk dan lingkungan
Kepadatan penduduk dan lingkungan binaan (bangunan) tinggi, efisiensi bagi penggunaan
lahan dan infrastruktur kota

Pengkonsentrasian kegiatan
Kesatuan dari banyaknya ragam kegiatan, akses makin mudah terutama bagi pejalan kaki

Intensifikasi transportasi umum


Berkurangnya ketergantungan pada mobil pribadi, meningkatnya jumlah pejalan kaki dan
penggunaan transportasi umum, wawasan lingkungan

Pertimbangan besaran dan akses kota


Turunnya waktu tempuh, berkurangnya jarak tempuh, akses dan efektivitas dalam kota lebih
baik

Target kesejahteraan sosial-ekonomi


Kualitas hidup makin baik, performa hidup sehari-hari makin mudah

Proses (perbaikan) menuju kompak


Masa depan kota cenderung lebih kompak, didukung oleh berbagai program yang sesuai dan
dilakukan secara intensif

Gambar 4. Ilustrasi tampilan atribut kota kompak (kiri: performa yang tidak direkomendasikan,
kanan: performa yang direkomendasikan)

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

22

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Tabel 3.Keuntungan dan kerugian ide kota kompak
Atribut
Kenaikan kepadatan
penduduk dan
lingkungan

Pengkonsentrasian
kegiatan

Intensifikasi
transportasi umum

Pertimbangan
besaran dan akses
kota

Target
kesejahteraan
sosial-ekonomi

Keuntungan
Aglomerasi ekonomi, pengurangan
kebutuhan perjalanan dan waktu,
preservasi lahan pertanian atau
lahan-lahan hijau terbuka,
penanggulangan degradasi
lingkungan, tata guna lahan yang
hemat energi, performa untuk
kegiatan ekonomi rendah
Penyediaan fasilitas dan
infrastruktur kota efisien,
pendistribusian servis dan barang
lebih merata, gaya dan budaya
hidup semakin variatif, vitalitas
sosial-ekonomi naik
Transportasi umum yang lebih
baik, energi untuk transportasi
lebih hemat, pengurangan
ketergantungan pada mobil
pribadi, naiknya alternatif akses
dan pilihan perjalanan dalam kota
Skala kota yang mudah dicapai
bagi semua moda transportasi,
pengurangan jarak bepergian,
servis dan fasilitas yang lebih
mudah, kontrol pembangunan
secara tepat
Interaksi sosial meningkat, sedang
pemisahan sosial bisa diturunkan,
penurunan perbedaan
kelas/sosial, penurunan angka
kejahatan, interaksi sosial yang
lebih baik

(better quality of life). Aspek sosial


pada
atribut ini pun adalah interaksi sosial
yang harmonis pada semua lapisan
masyarakat di tengah kota. Atribut terakhir
yakni proses menuju sebuah keadaan yang
lebih baik. Atribut ini didasari oleh kenyataan
bahwa sebuah kota kompak adalah sebuah
target kondisi yang harus dilalui tahunan
karena menyangkut perubahan mendasar
pada sebuah kota melalui proses panjang
penerapan serangkaian kebijakan kota.
Seperti telah disinggung di depan,
meskipun ide dasar kota kompak ini telah
menjadi sebuah model terpopuler untuk
mewujudkan sebuah kota berkelanjutan
dewasa ini dan berbagai upaya penerapan
modelnya tengah banyak diujicobakan, di sini
perlu pula disebutkan dampak negatif yang
mungkin ditimbulkannya. Dalam Tabel 3 di
atas selain keuntungan yang telah banyak
disinggung, penerapan sebuah kota kompak
secara alami juga mampu mengakibatkan
beberapa kerugian, seperti: bertambah
mahalnya lahan di dalam kota; kekhawatiran

Kerugian
Harga lahan dan properti naik,
berkurangnya perumahan layak,
berkurangnya beberapa ameniti
kota, biaya operasi dan
perawatan naik, sedikit
bermasalah dalam akses ke
ruang hijau
Kualitas hidup masa depan masih
diperdebatkan, pembangunan
berbiaya tinggi jika strategi
pembangunan kotanya benarbenar baru, pengurangan kualitas
kesehatan, kondisi lebih
overcrowded
Kualitas dan penyesuaian
lingkungan, ditengarai tetap
banyak kemacetan dan tambahan
polusi udara
Cengkraman sentralisasi kota
akan lebih kuat, rintangan pada
komunikasi dan jaringan
(network)
Berkurangnya ruang hunian,
displasi bagi kelas sosial yang
lemah, menurunnya faktor privasi
dalam kota

kualitas hidup yang berkurang dengan


adanya
upaya
menaikkan
kepadatan
penduduk dalam kota; serta kemungkinan
tergusurnya penduduk yang mempunyai
akses lemah, termasuk orang berusia lanjut
dan para miskin. Dengan kebijakan yang
tepat dan berasas pada keadilan bagi semua
warga kota, ekses merugikan tersebut tentu
dapat diminimalisasi.
3. Implementasi Strategi Kota Kompak:
Belajar dari Mancanegara
Pada beberapa negara, terutama negaranegara maju, ide dasar kota kompak itu telah
berhasil diusung ke dalam tingkat aplikasi
pada sebuah atau beberapa kebijakan kota.
Hal ini karena sifat responsif mereka terhadap
isu-isu model pembangunan berkelanjutan
(terutama gagasan wawasan lingkungan
dalam kota kompak ini) dan rintangan mereka
pada aspek kesejahteraan masyarakat kota
relatif kecil. Selain itu, beberapa perencana

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

23

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


meyakini secara tradisional kota-kota periode
terdahulu, terutama di daratan Eropa, adalah
bertipe kompak.
Amerika Serikat, Eropa dengan Inggris dan
Belanda sebagai pelopornya, Australia, dan
Jepang adalah negara-negara yang saat ini
secara intensif mengaplikasikan kebijakan
kota kompak dalam perencanaan ruang
kotanya. Di tataran negara berkembang sejak
satu dasa warsa terakhir, diskusi kota
kompak pun telah berlangsung dan dicoba
diaplikasikan ke dalam perencanaan kotanya.
Dhaka, Delhi, Bangkok, Teheran, Kairo, Cape
Town, Hongkong, Taiwan, dan banyak kota di
Amerika Latin adalah banyak kota yang
dilaporkan telah mengadopsi ide kota kompak
melalui gerakan kembali ke pusat kota ini [2]
[4] [6].
3.1. Urban Renaissance di Inggris
Di bawah program berjuluk Urban
Renaissance atau pembangunan kembali
kota, Pemerintah Inggris menitikberatkan ide
kota kompak sebagai bagian ide dasar
kebijakan yang ditempuh di dalamnya [10]. Ini
berlaku aktif sejak awal tahun 1990-an,
hampir berbarengan dengan program sejenis
di Belanda. Pada tahun 1998, sebuah Urban
Task Force di bawah arsitek terkenal, Richard
Rogers, dibentuk untuk lebih mengkonsepkan
beberapa
strategi
di
dalamnya
dan
mensosialisasikannya
secara
nasional.
Hasilnya diharapkan dapt terlihat 25 sampai
30
tahun
kemudian.
Program
ini
dilatarbelakangi oleh masalah depopulasi
yang dikhawatirkan jika terus berlanjut akan
membawa kolapnya kota-kota di Inggris.
Pusat Kota

Gambat 5. Hubungan antar unit wilayah


dalam sebuah kota kompak (modifikasi dari
versi Inggris di Urban Task Force, [10])
Visi dasar dari program ini yaitu
memberdayakan komunitas local (local
community based program) yang mampu
membangun komunitasnya secara atraktif
(attractive
community)
dalam
sebuah
lingkungan yang terjaga dan berkelanjutan
(well kept sustainable way) dan memiliki
layanan lingkungan yang baik (good quality
service) dengan seluruh potensi yang dimilki
untuk kesejahteraan bersama (prosperity
sharing). Ini juga salah satu strategi untuk
menarik penduduk untuk kembali tinggal di
dalam kota. Dalam konsep tata ruangnya,
seperti diilustrasikan dalam Gambar 5, visi
dalam sebuah komunitas lokal ini juga secara
integral ditransformasikan ke dalam cakupan
kota.
3.2. Urban Redevelopment di Jepang
Di Jepang, program sejenis dengan label
Urban Redevelopment mulai menjadi
patokan
pembangunan
berwawasan
lingkungan, terutama dijalankan melalui
pembangunan kembali ke pusat kota. Secara
prinsip
bertujuan
sama,
yakni
mengoptimalkan
pembangunan
yang
dikonsentrasikan di dalam kota. Bedanya di
Inggris
karena
bersifat
nasional
penerapannya hampir seragam pada semua
tataran lokal. Di Jepang, program ini bersifat
kuasi-nasional dengan interpretasi model
penerapannya yang sangat beragam di
berbagai kota di Jepang. Meskipun begitu, ide
yang sejalan dengan perujudan kota kompak
masih menjadi ide inti dari program ini.

Komunitas lokal

Distrik Kontrol

Jaringan,
layanan, dll.

r=20 menit jalan kaki

Batas kota

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

24

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Kota Aomori

Kota Fukui

Tepi Air (Waterfront)


Sekola
h

Pusat
Kota

Akses
jalan

Fasilitas
Umum

Fasilitas
Taman Harian

Dalam

Tengah

Luar

Transport
Hub

Tempat
Kerja

Permukiman

Kota Kobe

Kota Sendai

Lingkungan
Kesejahteraan lingkungan
berbasis pembangunan
komunitas lokal

Komunitas berbasis
pembangunan
tenaga kerja

4. Tantangan ke Depan Kota Kompak di


Indonesia

Kota
Kompak
Ekonomi
Wilayah

Komunitas

Sekarang

Densitas ekonomi
berbasis promosi
tempat kerja

Environment

Compact
Town
Environment

Regional
Economic

Community
Compact
Town

Compact
Town
Compact
Town

Environment

Compact
Town
Community

Regional
Economic

Compact
Town

Alternatif 1

Compact
Town
Community

pembangunan
kembali
(urban
redevelopment). Di tingkat lokal wilayah
melalui
sistem
perencanaan
berbasis
komunitas
(machi
zukuri),
terminologi
pengkonsentrasian kegiatan semacam kota
kompak ini pun telah pula menjadi
pengetahuan umum sehari-hari. Ini pula yang
menyebabkan kesadaran untuk hidup lebih
baik dan dukungan terhadap kebijakankebijakan pemerintah Jepang pada program
ini pun terlihat positif.

Alternatif 2

Regional
Economic

Gambar 6. Ragam penerapan konsep kota


kompak pada beberapa kota di Jepang
(modifikasi dan kompilasi dari Koide, [6] dan
Kaidou, [5])
Seperti terlihat pada Gambar 6, tipe
penerapan konsep kota kompak di Jepang
sangat lah bervariasi. Kota Aomori di utara
Pulau Honshu yang sangat bersalju pada
musim dingin, menampakkan kemajuan cepat
pada pengkonsentrasian kegiatan di sekitar
stasiun di pusat kota kurang dari 5 tahun
belakang ini [7]. Kota Fukui di daerah
Hokuriku di sebelah barat lebih menitikkan
perujudan kota kompak melalui kebijakan
TOD (transit oriented development) yakni
pembangunan hanya diperkenankan pada
jalur-jalur transportasi umum. Kota Kobe
selepas gempa pada tahun 1995 juga telah
menyesuaikan
tata
ruangnya
kembali
terkonsentrasi di pusat kota dan kompak
serta diawali dengan konsep serupa mulai
dari wilayah lokalnya. Sedangkan Kota
Sendai menjalankan pembangunan kembali
ke pusat kota melalui kebijakan TOD dan
kebijakan pengoptimalan transportasi umum
semacam park and ride bagi penduduk yang
datang dari wilayah peri-perinya.
Di kota-kota ukuran menengah dan besar
lainnya, pembangunan apartemen dan
kondominium pun terlihat diprioritaskan di
daerah-daerah CBD (central business district)
dan beberapa kawasan (lama) yang
dioptimalkan kembali melalui program
revitalisasi
(urban
revitalization)
atau

Berdasar analisis Jenks dan Burgess [4],


ide kota kompak masih jauh penerapannya
pada
negara-negara
berkembang,
dikarenakan mereka masih menghadapi
masalah lebih serius pada pemenuhan
kebutuhan dasar hidup dan lapangan
pekerjaan
mereka
dibanding
prioritas
perujudan
pembangunan
berkelanjutan.
Hampir semua masalah yang terjadi di
banyak negara berkembang ini berpangkal
pada performa ekonomi mereka yang lebih
rendah dari pada negara maju pada
umumnya. Seperti di Kalkuta, India atau
Dhaka, Bangladesh, dari segi kepadatan
penduduk dan penggunaan transportasi tak
bermotor sehari-hari sebenarnya telah
memenuhi
syarat
pembangunan
berkelanjutan. Tapi sayang, hal ini bukan
merupakan
hasil
penerapan
sebuah
kebijakan, tapi lebih diakibatkan masalah
ekonomi seperti rendahnya pendapatan per
kapita mereka.
Meskipun demikian, beberapa inovasi
pemerintah lokal seperti yang terjadi di
Bangkok dan Hongkong, serta banyak negara
di Amerika Latin untuk membangun kotanya
sejalan dengan isu terhangat ini menjadi
catatan tersendiri bahwa kebijakan ini pun
bisa secara positif memacu timbulnya
peningkatan performa ekonomi di wilayahwilayah itu. Diskusi dan pengangkatan tema
pembangunan berwawasan lingkungan ini
sebenarnya sedikit banyak telah tampak di
beberapa kota di Indonesia, meskipun masih
jauh dari ideal, terutama pada tataran
implementasi yang bersungguh-sungguh.
Apalagi, pembangunan yang sebenarnya
bertujuan memberi manfaat bagi peningkatan
taraf hidup masyarakat kota ini, masih saja
sering menjadikan rakyat kecil sebagai pihak
terakhir yang mengenyam manfaatnya, kalau

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

25

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


pun tidak boleh disebut sebagai korban atau
pun tumbal pembangunan.
Dari sini terlihat bahwa kota-kota di
Indonesia masih jauh dalam mengantisipasi
pembangunan berkelanjutan. Konsep ini
seharusnya lah segera direspon dan
dituangkan secara integral dan terpadu pada
semacam cetak biru pembangunan (tata
ruang) kota. Tentunya cara pandang terhadap
pembangunan perkotaan dan tata ruang
untuk saat ini juga perlu diubah sesuai
fenomena global ini. Selain itu, parameter
keberhasilan harus secara tegas ditentukan
untuk mempercepat pencapaian target dan
kesungguhan bertindak (political will), seperti:
penurunan jumlah kendaraan pribadi dalam
satuan waktu, penurunan konversi lahan hijau
ke area perumahan per satuan waktu,
peningkatan pembangunan rumah susun atau
peningkatan peremajaan kampung per satuan
waktu, dan sebagainya. Hal ini tentu harus
diikuti pula oleh penegakan hukum yang kuat
dari aparat yang berwenang. Tanpa ini,
pembangunan apa pun hanya akan dirasakan
oleh kalangan yang bisa memanfaatkan
lemahnya aturan dan penerapan hukum.
Selanjutnya yang perlu menjadi perhatian
adalah pemasyarakatan budaya hidup vertikal
(vertical living culture) kepada masyarakat.
Adanya anggapan bahwa kurang berartinya
hidup di rumah susun, apartemen, atau
karena tidak terdapat kepemilikan tanah di
dalamnya, perlu segera dikikis. Masyarakat
lemah akses, seperti para manula dan para
miskin juga harus mendapat prioritas bagi
keberlangsungan hidup mereka secara lebih
baik
di
tengah-tengah
kota.
Sistem
pembiayaan pembangunan yang berbeda
berdasar kemampuan masyarakat perlu
menjadi prioritas pemikiran sebelum bertindak.
5. Penutup
Paradigma pembangunan tata ruang kota
berkelanjutan dengan ide utama seperti
perujudan kota kompak terlihat semakin
menjadi kebutuhan tak terpisahkan dalam
pembangunan kota-kota di dunia dewasa ini.
Hal ini bisa dilihat dari pemanfaatan ide ini
yang tidak saja diterapkan di negara maju,
tetapi telah pula merambah negara-negara
berkembang. Namun begitu, apakah model
kota ini akan menjadi solusi jitu masa depan
tata ruang kota tampaknya juga memerlukan
pembuktian lebih jauh, meskipun ada indikasi
awal bahwa penerapan kebijakan ini relevan

bagi kota-kota yang telah mencoba


menerapkannya.
Hal
ini
disebabkan
penerapan model kota kompak ini masih
sangat terbatas (model availability) dan
memerlukan waktu yang cukup panjang (long
term observation), maka perlu kehati-hatian
untuk mendiskusikan implikasi hasilnya.
Penerapan kebijakan kota kompak ini pun
tak bisa dipisahkan dari karakter masingmasing kota. Meskipun bertujuan sama,
belum tentu kota satu dan lainnya mempunyai
hasil yang sama dalam pengimplementasian
sebuah kebijakan yang sama. Setiap kota
adalah organisme yang spesifik dengan
karakter yang spesifik pula. Upaya penerapan
kebijakan ini memerlukan sebuah kajian
mendalam dan panjang. Selain untuk
mensimulasikan kebijakan-kebijakan yang
tepat, upaya ini juga dalam rangka
memperkecil dampak negatif yang bisa
ditimbulkan oleh sebuah model kota kompak.

6. Daftar Pustaka
[1] Breheny, M., (1992) The Contradictions of
The Compact City: a Review, dalam
Breheny M. J., ed. (1992) Sustainable
Development and Urban Form, European
Research in Regional Science, 2, Pion,
London, 138-159.
[2] De Roo, G. and Miller, D. (2000) Compact
City and Sustainable Urban Development:
A Critical Assessment of policies and
Plans from an International Perspective,
Ashgate, Aldershot.
[3] Jenks, M.; Burton, E.; Williams, K., eds.
(1996) The Compact City: A Sustainable
Urban Form?, E & FN Spon, London
[4] Jenks, M.; Burgess, R., eds. (2000)
Compact Cities: Sustainable Urban
Forms for Developing Countries, E & FN
Spon, London.
[5] Kaidou, K. (2002), Compact City:
Towards an Image of Society in
Sustainable City (Kompakuto Shiti,
Jizokukanouna Shakai no Toshizou wo
Motomete), Gakugei Publisher, Kyoto,
dalam Bahasa Jepang.
[6] Koide, K. (2001) Compact City as a Policy,
and Its Implementation in some Japanese
Cities, dalam Japanese Journal of Real
Estate Sciences, 2001, Vol. 15, No. 3, 5663.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

26

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


[7] Nikkei Shinbun, April 24, 2006, Shou, Juu,
Sei Machi Naka He: Konpakuto Shiti no
Kasoku (Commerce, Housing, Policy,
Back to the Central City: Compact City
Implementation)
[8] Roychansyah, M. S., Ishizaka, K., Omi, T.
(2003) A Study on New Urbanism:
Learning
from
Japanese
Urban
Conditions and Its Issues, dalam
Proceedings of International Symposium
on City Planning, Sapporo, August 2003,
1-11.
[9] Roychansyah, M.S. (2005), A Study on
Characterizing and Evaluating Cities

toward Implementations of Compact City


Strategy (Konpakuto Shiti Senryaku no
Kanten kara no Toshi Tokusei no Haaku
to Hyouka ni Kansuru Kenkyuu), Disertasi
Doktor di Universitas Tohoku, Sendai,
tidak dipublikasikan.
[10] Urban Task Force (2002) Towards an
Urban Renaissance: Final Report of the
Urban Task Force Chaired by Lord
Rogers of Riverside, the Department of
the Environment, Transport, and Regions
(DoE), London.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

27

UTAMA

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Air sebagai Parameter Kendali dalam Tata Ruang


Rachmat Fajar Lubis
Graduate School of Science and Technology, Chiba University, Japan
E-mail : fajarlubis@graduate.chiba-u.jp
Perencanaan dan pengelolaan tata ruang
sangatlah diperlukan sebagai pedoman
bagi perencanaan pembangunan. Tujuanya
agar penataan lingkungan hidup dan
pemanfaatan sumber daya alam dapat
dilakukan secara aman, tertib, efisien dan
efektif. Dalam melaksanakan pembangunan,
penggunaan sumber daya alam dilakukan
secara
terencana,
rasional,
optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya, dengan
mengutamakan
sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Di samping itu harus
memperhatikan pula kelestarian fungsi,
keseimbangan lingkungan hidup dan
keanekaragaman hayati guna mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Suatu rencana tata ruang haruslah
memadukan dan menyerasikan tata guna
tanah, air, dan sumberdaya alam lainnya.
Semua unsur itu dipadukan dalam satu
kesatuan tata lingkungan yang harmonis,
dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan
perkembangan kependudukan yang serasi.
Karena itu, rencana tata ruang disusun
melalui pendekatan wilayah dengan
memperhatikan sifat lingkungan alam dan
lingkungan sosial.
Perilaku
pembangunan
yang
tidak
mendukung
ekosistem
lingkungan
menyebabkan penataan ruang wilayah juga
terfragmentasi dan tidak saling mendukung.
Pertumbuhan ekonomi jangka pendek yang
tidak lagi memperhatikan rencana jangka
panjang yang berwawasan lingkungan,
merupakan penyebab utama kerusakan
lingkungan sekitar. Pada akhirnya hal ini
akan
sangat
berpengaruh
terhadap
percepatan pembangunan bangsa.
Tulisan ini hanya mencoba membahas
salah satu parameter kendali utama dalam
perencanaan tata ruang yaitu air atau
seringkali disebut sebagai sumberdaya air.

Dampak Tata Ruang terhadap Siklus Air


Pengembangan tata ruang sangatlah
berdampak terhadap siklus air yang ada di
wilayah tersebut. Siklus air yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah siklus hidrologi,
yaitu siklus kesetimbangan antara air hujan,
air permukaan dan air tanah.
Dampak yang secara kualitatif sudah terjadi
antara lain [2]:
Penataan ruang di daerah perkotaan:
Perubahan fungsi lahan menjadi jalan,
tempat parkir dan bangunan lainnya akan
mengakibatkan
perubahan
nilai
evapotransrasi dan pola mikroklimat. Untuk
air permukaan akan mengakibatkan
penambahan aliran permukaan (runoff),
banjir di daerah hilir. Sedangkan untuk air
tanah dapat mengurangi besaran infiltrasi
air ke dalam tanah, besaran air tanah dan
aliran dasar di sungai (base flow) yang
berasal dari air tanah.
Penataan ruang di daerah pedesaan:
Peningkatan erosi dan sedimentasi yang
dapat berakibat pada berkurangnya tingkat
kesuburan lahan serta potensi bencana
alam. Dan pencemaran dari air permukaan
terhadap sungai, danau dan rawa.
Penataan ruang di daerah industri dan
pertambangan:
Potensi terbesar adalah pada masalah
pencemaran baik untuk air sungai maupun
air tanah. Potensi permasalahan lainnya
adalah kerusakan pada daerah aliran
sungai dan kawasan resapan mata air.
Penataan ruang untuk pengembangan
kawasan baru:
Perencanaan wilayah pemukiman baru
sangat memerlukan perhitungan mengenai
ketersediaan air yang akurat, secara
kuantitas dan kualitas. Banyak contoh
kasus ketersediaan air cukup memadai
secara kuantitas tetapi tanpa didukung oleh
kualitas yang baik. Akibatnya wilayah
tersebut ditinggalkan dan terbengkalai.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

28

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Mengacu
pada
permasalahanpermasalahan di atas maka air sebagai
paramater kendali dalam tata ruang
sangatlah penting. Baik dari aspek kuantitas
maupun kualitas.
Paramater
Kuantitas

Kendali

Kualitas

dan

yang berkesinambungan (conjunctive use).


Secara sederhana berarti suatu upaya
untuk
memanfaatkan
sekaligus
mengupayakan sumber air tetap tersedia
dan tidak berkurang.
Model
di
bawah
ini
mencoba
menggambarkan
bagaimana
upaya
pemanfaatan sumber daya air haruslah
diselaraskan dengan upaya konservasinya.

Untuk aspek kuantitas, kata kunci


permasalahan utama adalah penggunaan

Gambar 1. Model penataan ruang berdasarkan upaya konservasi sumberdaya air


(Modifikasi dari Department of Water Resources, California 2006)

Untuk
aspek
kualitas,
kata
kunci
permasalahan utama adalah pencegahan
polusi atau lebih spesifik kita sebut
pencemaran air. PP no 20/1990 [1]
mendefinisikan pencemaran air sebagai:
"Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya (Pasal 1,
Angka 2).

sebelum
aktivitas
penataan
ruang
dilakukan, seringkali tidak didapatkan.
Akibatnya, sangat sulit menyatakan bahwa
sumber daya air di daerah ini tercemar
atau memang secara alami memiliki
komposisi seperti yang dikeluhkan setelah
penataan ruang berjalan.
Paramater Kendali Tata Ruang.

Hal terpenting untuk menyatakan daerah


ini tercemar atau tidak adalah harus ada
data dengan rentang waktu yang informatif.

Teknik penataan ruang yang lain adalah


dengan cara memberi bobot atau nilai
kuantifikasi terhadap sumberdaya air untuk
setiap zonasi tata ruang. Cukup banyak
klasifikasi yang telah diajukan. Teknik
pemilihan metode klasifikasi yang tepat,
perlu dilakukan dengan memperhatikan
aspek kekhasan kondisi alam setempat.

Hal ini yang seringkali sulit. Data awal yang


menggambarkan kondisi sumber daya air

Sebagai contoh untuk daerah yang kaya


dengan sungai atau air permukaan, maka

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

29

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

air permukaan ini haruslah dijadikan


sebagai bobot terbesar sehingga penataan
ruang akan mengikuti pola konservasi dan
eksploitasi air permukaan yang paling
efisien. Sebaliknya pada daerah yang
sumberdaya airnya didominasi oleh air
tanah atau air hujan maka pembobotan
haruslah dilakukan dengan bobot terbesar
pada aspek utama tersebut.
Salah satu kelemahan utama dari teknik
pembobotan ini adalah skala pembobotan
wilayah. Pembobotan ini akan berlangsung
efektif pada skala tata ruang yang detail
seperti 1:10.000 atau lebih kecil.

masing wilayah dan kepentingan budi daya


manusia. Tulisan ini mencoba memberikan
gambaran bahwa untuk mengintegrasikan
seluruh parameter kendali harus disertai
dengan pemahaman yang mendalam
tentang masing-masing parameter.
Daftar Pustaka
[1] , 1990 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20, tentang
Pengendalian Pencemaran Air
[2]
Randolph J, 2004, Environtmental
Land Use Planning and Management,
Island Press, p 36-52.

Kesimpulan
Upaya perencanaan tata ruang perlu
memperhatikan
parameter-parameter
kendali yang berbeda-beda. Perbedaan ini
sangat ditentukan oleh kekhasan masing-

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

30

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

IPTEK

Memahami Proses Alamiah Degradasi


Lingkungan Delta Mahakam
Salahuddin Husein
Anggota Mailing List Lautan-Quran@yahoogroups.com
Kandidat Ph.D Geologi di Universiti Brunei Darussalam
Email: shddin@yahoo.com
1. Pendahuluan
Sebaran hutan mangrove di dataran Delta
Mahakam, yang terletak di Propinsi
Kalimantan Timur, mengalami degradasi akut.
Kawasan yang memiliki arti penting bagi
lingkungannya tersebut telah digantikan oleh
ribuan hektar tambak udang semenjak krisis
moneter di tahun 1997, yang didorong oleh
harga udang eksport yang melejit. Setelah
periode kemakmuran yang sangat singkat
tersebut, hanya sekitar 5 tahun dan dimana
sebagian besar keuntungan lari kepada
investor luar, penduduk setempat kini
menghadapi lingkungan yang rusak. Kualitas
air minum menurun, ternak udang terkena
penyakit, erosi pantai dan sungai meningkat,
konflik
horisontal
penggunaan
lahan
meruncing, dan potensi perikanan di kawasan
hutan mangrove merosot drastis. Ditengahtengah fokus upaya penyelamatan lingkungan
di kawasan tersebut, tulisan ini mencoba
melihat proses-proses alamiah yang turut
berperan dalam perubahan tersebut.

habitat bagi beragam jenis biota laut.


Penduduk
setempat
sudah
lama
memanfaatkan kawasan ini sebagai areal
tangkapan ikan, udang, dan kepiting.
Kekayaan ekosistem Delta Mahakam sangat
didukung oleh lokasi delta tersebut yang
terletak di tepi barat Selat Makassar, sebuah
selat yang sangat penting bagi iklim dan
ekonomi dunia. Melalui selat inilah, arus laut
antara Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia mengalir dan kaya akan zat-zat nutrisi.
Arus laut yang dikenal di dunia sebagai
Indonesian throughflow atau Arus Lintas
Indonesia (Arlindo) tersebut telah pernah
dikupas di dalam majalah ini [1].

2. Peran Hutan Mangrove


Delta Mahakam terbentuk dari hasil
sedimentasi Sungai Mahakam, sebuah sungai
terpanjang di Kalimatan Timur, selama ribuan
tahun. Luas datarannya adalah sekitar 1700
km2 yang terbagi menjadi 4 zona vegetasi,
yaitu: hutan tanaman keras tropis dataran
rendah, hutan campuran tanaman keras dan
palma dataran rendah, hutan rawa nipah dan
hutan bakau (Gambar 1). Dua zona vegetasi
yang
terakhir,
karena
penyebarannya
tergantung pada keberadaan air laut,
seringkali disebut bersama-sama sebagai
hutan mangrove, dan menutupi 60% luas
dataran delta. Sistem perakaran hutan
mangrove yang kokoh mampu menahan
empasan ombak dan mencegah abrasi pantai,
membuatnya
berfungsi
sebagai
zona
penyangga (buffer zone).
Ekosistem

hutan

mangrove

merupakan

Gambar 1. Zonasi tumbuhan di Delta Mahakam

3. Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove


Luas hutan mangrove di Delta Mahakam
semula diperkirakan mencapai 1000 km2,
namun saat ini yang tersisa hanya 20 % [3].
Sekitar 80 % lainnya telah musnah dibabat

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

31

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

dan berganti menjadi ribuan hektar tambak


udang dengan produksi sekitar 5600 ton per
tahun [8] (Gambar 2 dan 3).

mangrove terhadap penurunan daya dukung


fisik pesisir dapat dikategorikan menjadi 3 hal,
yaitu peningkatan laju abrasi, intrusi air laut,
dan penurunan potensi perikanan.

Selama ini, pengaruh pembabatan hutan

Gambar 2. Citra satelit SPOT meliputi sebagian Delta Mahakam. Warna merah mengindikasikan
tutupan vegetasi, termasuk hutan mangrove. (a) Tahun 1992, tambak udang hanya meliputi 4 %
dari luas hutan mangrove. (b). Tahun 1998, tambak udang telah merusak 41% dari luas hutan
mangrove. (c) Inset dari daerah di dalam kotak bergaris putih pada gambar (b), menunjukkan pola
tambak yang berkembang di kawasan tersebut.

sungguh
mengejutkan,
karena
menunjukkan adanya peningkatan laju
abrasi pantai sebesar 10 kali lipat akibat
rusaknya hutan mangrove.
Dewasa ini, penduduk di bagian hilir daerah
aliran sungai (DAS) Mahakam semakin
sering mengalami intrusi air laut terhadap
sumur-sumur mereka dan menyebabkan air
sumur menjadi berasa payau. Hampir setiap
musim kemarau intrusi airlaut masuk
puluhan kilometer dari garis pantai dan juga
diduga
menyebabkan
semakin
menghilangnya berbagai jenis ikan air tawar.

Gambar 3. Proses perubahan lahan secara


drastis di Delta Mahakam sebagai dampak krisis
moneter. Perubahan paling besar dialami oleh
hutan nipah (dimodifikasi dari Bourgeois et al.,
[2]).

Semenjak tahun 1996, laju abrasi diperkirakan mencapai sekitar 1.4 km2 per tahun;
semen-tara sebelumnya hanya sekitar 0.13
km2 per tahun [8]. Angka-angka tersebut

Kegiatan pertambakan di Delta Mahakam


telah melebihi daya dukung lingkungan.
Ketika
luas
areal
mangrove
yang
dialihfungsikan melebihi 20%, masalah
degradasi lingkungan mulai muncul yang
berdampak pada kematian udang hingga
kegagalan panen [6]. Diperkirakan kematian
udang tersebut antara lain disebabkan oleh
pencemaran pakan udang, penggunaan
benih udang yang tidak bebas penyakit dan
sistem sanitasi tambak yang buruk.
Kegagalan
panen
tambak
tersebut
kemudian berakibat pada terpicunya konflik
horisontal antara dua pelaku utama
ekonomi utama daerah tersebut, yaitu
petani tambak dan perusahaan industri

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

32

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

minyak dan gas bumi. Petambak mengklaim


bahwa polusi dan limbah buangan dari
perusahaan yang menjadi penyebabnya.
Sedangkan perusahaan mengatakan telah
menggunakan teknik eksploitasi dan
pengelolaan limbah yang aman terhadap
lingkungan.
Hancurnya ekosistem mangrove juga
berakibat punahnya kawasan memijah dan
pembesaran untuk beragam jenis ikan di
Delta Mahakam dan kawasan laut di
sekitarnya. Kondisi tersebut mengakibatkan
merosotnya produksi perikanan pesisir.
Menurut pengakuan seorang nelayan,
sebelum marak pembukaan tambak tahun
1999, mereka bisa menangkap ikan bawal
sekitar 20 kilogram per hari. Namun, saat ini,
untuk mendapat 10 kilogram bawal per hari
sudah cukup sulit [7]. Bahkan para pencari
bibit udang sudah mengeluh karena hasil
perolehan bibit terus mengalami penurunan.
4. Pengaruh Proses Alamiah
Secara
alamiah
Delta
Mahakam
menghadapi naiknya muka air laut yang
menyebabkan
pengaruh
energi
laut
semakin kuat dan laju abrasi pantai
semakin meningkat. Secara umum, proses
naiknya air laut tersebut disebabkan oleh
dua faktor, yaitu pemanasan global dan
penurunan geologis. Semenjak abad ke 20,
diperkirakan akan terjadi kenaikan muka
airlaut sebesar 3 mm/tahun akibat
pemanasan global [5]. Sebelumnya,
kenaikan muka air laut akibat penambahan
volume air laut di kawasan tersebut
diperkirakan hanya sebesar 0.8 mm/tahun
[11]. Secara geologis, Delta Mahakam juga
terus-menerus
mengalami
penurunan
permukaan daratan (land subsidence)
dengan kecepatan sekitar 0.5 mm/tahun [9].
Hal ini terjadi karena sekitar 80 % dari
volume delta tersebut tersusun oleh
endapan lumpur yang bersifat mudah
terpadatkan. Selain itu, Delta Mahakam
terletak pada kawasan tektonik aktif,
dimana kerak bumi mengalami pergerakan
secara vertikal, membuat proses penurunan
daratan tersebut menjadi semakin signifikan.
Hasil
analisa
geomorfologi
dan
sedimentologi
menunjukkan
proses
penurunan geologis tersebut diperkirakan
sekitar 2.7 mm/tahun [4].
Sungai Mahakam sebetulnya adalah jenis
sungai pasang-surut dimana pengaruh
proses pasang surut dari laut mencapai

jarak 140 km dari garis pantai ke arah hulu.


Bahkan pada musim kemarau yang sangat
ekstrim, seperti yang terjadi pada
penghujung tahun 1982, pengaruh pasang
surut tersebut mampu mencapai 360 km
dari garis pantai [10]. Debit rerata air laut
yang terbawa masuk ketika pasang dapat
mencapai 2,5 kali lebih besar daripada debit
rerata air tawar Sungai Mahakam, dan
analisa dinamika arus menunjukkan bahwa
transportasi sedimen pada bagian muara
delta adalah bergerak ke arah daratan [4].
Data-data tersebut menunjukkan bahwa
secara alamiah pengaruh laut terhadap
delta dan DAS Mahakam bagian hilir adalah
besar dan signifikan.
Meskipun demikian, berkurangnya hutan
mangrove di kawasan delta membuat
pengaruh proses pasang-surut tersebut
semakin dominan dan menyebabkan air laut
semakin mudah masuk ke arah daratan dan
membawa kembali limbah dari DAS
Mahakam. Hal ini cukup mudah dipahami
karena luasan hutan mangrove Delta
Mahakam
yang
dapat
menampung
sementara air laut saat pasang semakin
berkurang.
5. Penutup dan Saran
Ternyata hilangnya zona penyangga pesisir
kawasan hutan mangrove akibat industri
tambak disertai oleh proses penurunan
delta secara alamiah karena faktor geologis.
Kombinasi faktor antropogenik dan alamiah
tersebut menyebabkan degradasi kualitas
lingkungan berlangsung sangat cepat.
Limbah-limbah dari DAS Mahakam, yang
mestinya mampu dibuang ke laut lepas,
akhirnya terperangkap di kawasan delta
yang semakin terbuka terhadap energi laut
yang semakin menguat. Untuk itu
diperlukan studi lingkungan yang integral
dan multidisiplin, yang tidak hanya meliputi
kawasan Delta Mahakam saja, namun juga
mempelajari perubahan lingkungan di
sepanjang daerah aliran Sungai Mahakam.
Menghadapi rusaknya hutan mangrove,
sebaiknya
dilakukan
langkah-langkah
praktis. Diperlukan penetapan status
perlindungan pada areal mangrove yang
masih utuh dan dilanjutkan dengan
rehabilitasi kawasan yang telah rusak.
Pemerintah diharapkan menyusun kembali
perencanaan tata ruang untuk kawasan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

33

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Delta Mahakam. Dalam mengatasi konflik


kepenting-an, pemerintah harus berfungsi
sebagai peneng-ah dan semua stakeholder
dilibatkan dalam mencari solusi terbaik.
Faktor sosial harus diperhatikan mengingat
budidaya tambak tersebut menyangkut
mata pencarian penduduk.
Badan pengelola terpadu perlu diaktifkan
kembali untuk mencegah kerusakan Delta
Mahakam lebih lanjut. Selama ini ijin
pembukaan tambak hanya diberikan oleh
kepala desa tanpa wewenang dari pihak
diatasnya. Secara organisasi, pelestarian
kawasan delta semesti-nya dikendalikan
oleh Departemen Kehutanan. Sedangkan
potensi
perikanan
dan
budidayanya
ditangani oleh Departemen Kelautan dan
Per-ikanan.
Pemerintah
pusat,
melalui
Program
Kemitraan Bahari yang telah digulirkan
beberapa tahun lalu oleh Departemen
Kelautan dan Perikanan bekerjasama
dengan
Universitas
Mulawarman,
Samarinda,
berupaya
mendorong
pembangunan ekonomi berbasis lingkungan
di wilayah tersebut. Sebetulnya bukan tidak
mungkin untuk menjadikan kawasan Delta
Mahakam sebagai tempat tujuan wisata,
apalagi delta ini sungguh unik dari sisi
geologi sebagai contoh delta modern di
kawasan tropis.
Dan yang paling utama demi kelestarian
alam berkesinambungan adalah perlunya
upaya peningkatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingya
pelestarian hutan mangrove. Salah satu
cara yang dapat ditempuh adalah dengan
memasukkan materi tersebut sebagai
muatan lokal di dalam kurikulum sekolah,
seperti yang telah dirintis dan berhasil baik
oleh
beberapa
lembaga
swadaya
masyarakat di Tiwoho, Taman Laut
Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Untuk
itu diperlukan darma bakti para cerdikcendikia muda negeri ini.
6. Daftar Pustaka
[1] Bernawis, L.I., 2005, Indonesia;
Mengapa Laut Kita Istimewa Untuk Interaksi
Laut-Atmosfer? Inovasi, vol.4/XVII/Agustus
2005, pp. 36-38.
[2] Bourgeois R, Gouyon A, Jesus F,
Levang P, Langeraar W, Rahmadani F,

Sudiono E, Sulistiadi B. 2002. A Socio


Economic and Institutional Analysis of
Mahakam Delta Stakeholders, Final Report.
Total. 107 pp.
[3] Creocean, 2000. Mahakam Delta 1999
envi-ronmental baseline survey. Total
Indonsie report, 98 pp.
[4] Husein, S., in prep. Modern Sediment
Dynamics and Depositional Systems of the
Mahakam Delta, Indonesia. Unpublished
Ph.D. thesis. Universiti Brunei Darussalam.
[5] IPCC, 2001. Climate Change 2001:
The Scientific Basis. Contribution of
Working Group I to the Third Assessment
Report of the Intergovernmental Panel on
Climate Change [Houghton, J.T.,Y. Ding,
D.J. Griggs, M. Noguer, P.J. van der Linden,
X. Dai, K. Maskell, and C.A. Johnson (eds.)].
Cambridge University Press, Cambridge,
United Kingdom and New York, NY, USA,
881pp.
[6] Kompas, 5 April 2001. Dihutankan
Kembali, 60.000 Hektar Tambak di Delta
Mahakam
[7] Kompas,
13
November
2003.
Mangrove Ditebang Nelayan Sulit Dapat
Ikan.
[8] Levang, P., 2002. Mangroves, shrimps
and punggawa. A historical analysis of the
development of the Mahakam Delta (EastKalimantan). PT Win and TotalFinaElf report,
36 p.
[9] Roberts, H. and Sydow, J., 2003. Late
Quaternary stratigraphy and sedimentology
of the offshore Mahakam Delta, East
Kalimantan (Indonesia). In: F.H. Sidi, D.
Nummedal, P. Imbert, H. Darman and H.W.
Posamentier (eds.). Tropical deltas of
Southeast Asia: sedimentology, stratigraphy
and petroleum geology. SEPM Special
Publication 76, pp. 125-145.
[10] Schuettrumpf, R., 1986. Hydrological
monography of the Mahakam River.
Technical
Cooperation
for
Area
Development, Kutai District, East Kalimatan.
[11] Tjia, H.D., 1996. Sea-level changes in
the tectonically stable Malay-Thai Peninsula.
Quaternary International 31, pp. 95-101.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

34

IPTEK

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Dinamika stok ikan:


Faktor Penyebab dan Alternatif Penanggulangannya
Eko Sri Wiyono
Staf pengajar FPIK IPB Bogor,
kandidat doktor dari Tokyo University of Marine Science and Technology,
dan anggota ISTECS chapter Jepang.
E-mail: eko_ipb@yahoo.com
Alimuddin
Staf pengajar FPIK IPB Bogor,
kandidat doktor dari Tokyo University of Marine Science and Technology,
dan anggota ISTECS chapter Jepang.
E-mail: alimuddin_alsani@yahoo.com
Pada awal perkembangan perikanan dunia,
beberapa ahli beranggapan bahwa stok ikan
laut sangat besar dan memiliki daya pulih
(recovery) yang cepat sehingga bisa
dieksploitasi secara besar-besaran dalam
jangka waktu relatif yang lama. Namun
kenyataannya, hanya dalam jangka waktu
sekitar 20 tahun, stok ikan laut dunia sudah
berkurang sekitar 80% [1] dan saat ini
kondisinya sudah mengkhawatirkan.
1. Overfishing
Pada awal tahun 1950-an, FAO mencatat
adanya pertumbuhan sektor perikanan yang
sangat cepat, baik di belahan bumi bagian
utara maupun di sepanjang pantai negaranegara yang saat ini dikenal sebagai negara
berkembang. Dimana-mana penangkapan
berskala
industri
yang
umumnya
menggunakan trawl (ada juga dengan purse
seining dan long-lining) berkembang dan
berkompetisi dengan perikanan skala kecil
atau tradisional (artisanal fisheries) yang
berperalatan sederhana. Persaingan yang
tidak seimbang ini sangat jelas terlihat di
perairan dangkal (kedalaman 10-100 m) di
daerah tropis.
Perikanan tradisional
menjadikan ikan tangkapan mereka untuk
konsumsi penduduk lokal, sedangkan
perikanan skala besar menggunaan trawl
dengan udang sebagai target utama untuk
ekspor dan membuang hasil tangkapan
yang tidak memiliki nilai ekonomis (by-catch).
Dalam periode tahun 1950-an hingga 1960an, peningkatan usaha penangkapan telah
meningkatkan jumlah hasil tangkapan yang
sangat besar dan melebihi laju petumbuhan
umat manusia [2]. Hal ini telah membuat
para penyusun kebijakan dan politisi

menjadi percaya bahwa penambahan


jumlah kapal yang cepat dan tak terkendali
telah melipat-gandakan jumlah tangkapan
dalam waktu singkat serta menurunkan hasil
tangkapan
dalam
jangka
panjang.
Kegagalan perikanan tangkap pertama kali
dilaporkan untuk kasus anchovy di Peru
pada tahun 1971-1972. Pada awalnya,
hancurnya perikanan anchovy ini sering
dikaitkan dengan kejadian alam El Nio.
Namun demikian, data yang terkumpul
menunjukkan bahwa jumlah tangkapan
aktual (sekitar 18 juta ton), yang telah
melebihi dari apa yang dilaporkan yaitu 12
juta ton menunjukkan bukti lain. Terbukti,
runtuhnya perikanan anchovy tersebut
adalah lebih banyak karena pengaruh
overfishing.
Pada pertengahan tahun 1970-an, total
tangkapan ikan di Atlantik utara juga telah
menurun. Trend penurunan yang cepat
lebih jelas terlihat pada akhir tahun 1980-an
dan diawal tahun 1990-an sebagian besar
stok ikan cod menjadi habis di New England
dan Canada bagian timur.
Kondisi stok ikan laut di kawasan AsiaPasifik juga tidak jauh berbeda. Kawasan
Asia-Pasifik
yang
saat
ini
menjadi
penyumbang terbesar produksi ikan dunia
juga sudah mulai overfishing. Dalam 25
tahun terakhir, penurunan stok ikan di
kawasan Asia-Pasifik sekitar 6-33% [3].
Lebih lanjut, diperkirakan bahwa stok ikan
laut dunia saat ini yang bisa dimanfaatkan
untuk meningkatkan produksi tinggal hanya
24%.
Sekitar
52%
stok
sudah
termanfaatkan secara maksimal dan tidak

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

35

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

mungkin dieksploitasi lebih lanjut,


dan
sisanya adalah sudah overeksploitasi atau
stoknya sudah menurun [4].
Salah satu jalan yang mungkin bisa
ditempuh untuk membantu pemulihanan
stok ikan laut akibat overfishing adalah
dengan
cara
menurunkan
kapasitas
penangkapan.
Disadari betul bahwa
penambahan
kapasitas
armada
penangkapan merupakan
salah
satu
ancaman
terhadap
kelangsungan
sumberdaya laut, dan juga penangkapan itu
sendiri.
Perubahan perahu skala kecil berteknologi
rendah menjadi kapal besar berteknologi
tinggi, subsidi pemerintah, kebijakan openacces pada beberapa wilayah perairan
dunia, dan beberapa aspek ekonomi lainnya
telah disadari meningkatkan kapasitas
penangkapan ikan. Peningkatan kapasitas
penangkapan ikan yang tak terdeteksi
seperti perubahan alat bantu penangkapan
seperti echosounder, GPS, dsb. juga
diyakini
telah
mendorong
tingkat
overcapacity dibeberapa wilayah perairan.
2. Faktor Iklim
Selain karena overcapacity, perubahan
lingkungan diperkirakan menjadi salah satu
penyebab penurunan drastis stok ikan di
Laut Atlantik Utara atau di dunia seperti
yang dilaporkan dalam pertemuan ahli
biologi perikanan beberapa waktu yang lalu
di London [5]. Perubahan lingkungan yang
dimaksud terutama adalah peningkatan
suhu permukaan laut.
Ekosistem laut,
khususnya di Atlantik Utara, sangat mudah
terpengaruh dampak fluktuasi kondisi alam
dibanding
dengan
yang
diperkirakan
sebelumnya.
Projek penelitian Global Ocean Ecosystem
Dynamics
(GLOBEC)
telah
berhasil
mengidentifikasi mekanisme alam yang
mengatur
dinamika
populasi
dan
produktivitas laut. Mereka menduga bahwa
penurunan stok ikan laut yang turun secara
drastis sebagai akibat dari kesalahan
mengimplementasikan ilmu ekologi dan
ekonomi dalam dekade terakhir.
Para ahli eko-biologi GLOBEC telah
menemukan respon biologi terhadap
perubahan lingkungan dalam ekosistem laut
dari laut Baltik hingga Antartika. Terbukti

bahwa perubahan biologis dalam 10 tahun


terakhir
telah
memberikan
pengaruh
terhadap kelimpahan sumberdaya alam.
Tim juga menemukan pengaruh variasi suhu
air dan kekuatan angin terhadap rantai
makanan (food web) di Atlantic utara.
Kepunahan
dan
kegagalan
dalam
memulihkan populasi ikan herring di laut
Baltik dan stok ikan cod di Newfoundland,
Canada (yang penangkapan- nya telah
dihentikan) menunjukkan bahwa faktor lain
selain penangkapan telah berperan besar
dalam menjamin kelestarian sumberdaya
ikan.
Okrh
sebab
itu,
dalam
mengembangkan
kebijakan
perikanan
berkelanjutan, penentuan berapa banyak
ikan yang hilang akibat penangkapan dan
berapa yang diakibatkan oleh faktor
lingkungan merupakan hal yang sangat
penting. Sebab, bila kita salah memprediksi
hal itu, akan berdampak serius terhadap
masyarakat.
Perubahan iklim dan faktor lingkungan,
selain berdampak terhadap overfishing, juga
diyakini sebagai penyebab penurunan stok
ikan dunia. Telah diketahui sejak dulu
bahwa variasi iklim dapat mempengaruhi
restoking burayak (juvenile), khususnya
ikan-ikan yang hidup di daerah sekitar pantai.
Musim pemijahan dan kelimpahan burayak
telah diduga setiap tahun melalui survey dan
data penangkapan.
Informasi ini telah
terintegrasi dengan pengaruh iklim dan
karenanya
dapat
digunakan
untuk
menentukan kuota penangkapan yang
optimal.
3. Pengaruh Akuakultur
Penggunaan ikan hasil tangkapan dari alam
sebagai bahan pakan ikan budidaya menjadi
tekanan langsung terhadap stok ikan di alam
[6]. Budidaya ikan laut yang umumnya
bersifat karnivora membutuhkan suplemen
minyak ikan yang diekstraksi dari ikan laut
sebagai sumber asam lemak esensial untuk
pertumbuhan
dan
perkembangannya.
Akuakultur juga mungkin bisa menyebabkan
hilangnya stok ikan di alam secara tidak
langsung
melalui
perubahan
kondisi
lingkungan, pengumpulan benih alam,
interaksi rantai makanan, introduksi jenis
ikan asing dan penyakit yang menyerang
populasi ikan alami, dan polusi nutrient [2].
Naylor dan kolega memberikan alternatif
yang sangat bagus untuk menanggulangi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

36

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

tantangan serius yang dihadapi akuakultur.


Menurut
mereka,
usaha
akuakultur
selayaknya
dilakukan
dengan
membudidayakan ikan dengan tingkat tropik
rendah (rendah pada rantai makanan);
mengurangi input tepung ikan dan minyak
ikan dalam pakan; pengembangan sistem
budidaya terintegrasi; dan praktek budidaya
ramah lingkungan. International Centre for
Living Aquatic Resources
Management
(ICLARM) mendukung penuh pendekaran
tersebut dan menambahkan poin kelima:
memberikan akses untuk konsumen miskin
dan produsen skala kecil. Pengembangan
pulau-pulau kecil mungkin juga bisa
dijadikan sebagai penyangga rusaknya stok
ikan laut yang juga bisa dijadikan tumpuan
mata pencaharian masyarakat. Akuakultur
dapat juga me-restocking populasi ikan
terumbu karang yang nilainya mahal yang
telah berkurang karena overfishing [7].
Pelepasan burayak hasil budidaya juga
dapat membantu pemecahan masalah
sedikitnya ikan kecil yang berhasil bertahan
di area penangkapan. Cara seperti itu telah
dilakukan untuk 90 jenis ikan di Jepang
dalam 30 tahun terakhir ini, khususnya untuk
kasus kerang-kerangan (scallop) dan bulu
babi (sea urchin). Akuakultur dan pemulihan
stok perlu terus dilakukan, dan melanjutkan
restoking dengan pengawasan yang ketat.
4. Alternatif Penanggulangan
Berdasarkan ulasan di atas, diperlukan
usaha untuk membangun kembali ekosistem
laut, dan kemungkinan pemulihan ekologi
secara praktis untuk laut yang dapat
berdampingan dengan usaha pemanfaatan
sumber daya laut untuk konsumsi umat
manusia. Satu hal yang perlu dicatat disini
bahwa tidak ada yang bisa meyakinkan
bahwa sumberdaya laut mampu memenuhi
kebutuhan manusia yang populasinya terus
bertambah.
Pola
konvensional
yang
digunakan untuk menganalisa sumberdaya
perikanan, dan untuk mengatur jumlah
tangkapan, diyakini tidak mampu untuk
menghambat laju kerusakan sumberda ikan.
Kapitalisasi penangkapan
secara global
telah berdampak pada penurunan stok
secara gradual, ikan yang berumur panjang
dari ekosistem laut, telah tergantikan oleh
ikan dengan siklus pendek dan invertebrate,
dan merubah rantai makanan menjadi lebih
sederhana dan penurunan kapasitas daya

dukung seperti bentuk sebelumnya.


Bila trend ini ingin dihentikan, maka
dibutuhkan pengurangan
penangkapan
secara besar-besaran, dengan dukungan
peraturan penangkapan yang efektif.
Dibutuhkan suatu kemauan politik yang kuat
untuk hal ini, namun dalam kenyataannya
masih minim kemauan ke arah ini, sebagai
akibatnya jumlah wilayah penangkap yang
kolaps semakin banyak, dan ikan tangkapan
terus mengalami penurunan.
Tingginya
ketidakpastian
pengelolaan
penangkapan telah menjadi salah satu
penyebab hilangnya beberapa stok ikan.
Karena itu disarankan untuk melakukan
penutupan fishing grounds guna mencegah
overeksploitasi dengan cara membuat batas
maksimum volume tangkapan (upper limit
on fishing mortality). Marine protected
areas (MPAs), dengan kombinasi usaha
kuat untuk menjaga area yang bisa
dieksploitasi, telah menunjukkan hasil positif
untuk mengembalikan penurunan stok (2).
Pada beberapa kasus, MPAs telah berhasil
digunakan untuk memproteksi spesies lokal,
memulihkan biomassa, dan sedikit menjaga
populasi ikan di luarnya dengan melepas
ikan burayak (juvenile) atau ikan dewasa.
Meskipun migrasi ikan menjadi titik
kelemahan dari MPA, namun tetap akan
membantu memulihkan spesies ikan dengan
menghindarkan kerusakan akibat trawl, dan
menurunkan
kematian
ikan
burayak.
Penggunaan zona larangan-tangkap dalam
MPAs akan menjadi lebih efektif bila
didukung dengan teknologi tinggi seperti
monitoring dengan satelit, yang saat ini
digunakan
untuk
meningkatkan
hasil
tangkapan.
Lebih lanjut, MPAs yang mencakup suatu
habitat laut mungkin juga akan mampu
mencegah kepunahan stok ikan tertentu,
mirip dengan kehutanan dan habitat darat
lainnya yang telah bisa menjaga spesies liar.
Hal ini akan menuntun kepada identifikasi
pola reservasi yang akan menjadi contoh di
daerah perikanan terdekat, dan selanjutnya
mempengaruhi komunitas pantai dan
masyarakat sekitarnya yang tertarik dalam
reservasi sumber daya ini.
Sekali lagi, bahwa ikan hasil tangkapan dan
populasi alami untuk menyuplai kebutuhan
penduduk
dunia
adalah
tidak
tak
terbatas.
Dengan
demikian,
sudah
seharusnya usaha lain difokuskan untuk

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

37

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

mengembalikan populasi ikan alami yang


turun drastis dengan melakukan restoking
besar-besaran
dan
mengurangi
total
kapasitas penangkapan. Pengelolaan yang
tepat terhadap ikan laut di alam akan
menghasilkan kemajuan yang berarti, tetapi
sayangnya, hal ini membutuhkan pre-kondisi
seperti keinginan politik untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan dan
membuat persetujuan antar negara untuk
penggunaan laut secara bersama.
5. Penutup
Dari uraian singkat di atas, jelas bahwa stok
ikan dipengaruhi oleh berbagai factor baik
yang berasal dari dalam maupun luar sistem
perikanan.
Perikanan budidaya yang
diharapkan sebagai alternatif sumber
produksi ikan, ternyata belum mampu
memenuhi harapan.
Mengingat masih
besarnya ketergantungan sumber ikan dari
laut, maka langkah pengelolaan perikanan
ke depan harus mempertimbangkan semua
aspek yang terlibat dalam sistem perikanan
tersebut. Suatu metode pendekatan yang
mendekati dengan tujuan tersebut adalah
Marine protected areas (MPAs).
MPAs
yangb dilengkapi dengan indikator-indikator
yang lebih mudah dipahami dan bernilai
secara ekologi diharapkan akan mampu
mengembalikan
kerusakan
ekosistem
perikanan yang mengalami kerusakan
selama ini.

Daftar Pustaka
[1] Myers, R.A. and B. Worm, 2003, Rapid
world
depletion
of
predatory
fish
communities, Nature, 423, 280-283.
[2] Pauly, D., V. Christensen, S. Guenette,
T.J. Pitcher, U.R. Sumaila, C.J. Walters, R.
Watson, and D. Zeller. 2002, Towards
sustainability in world fisheries, Nature, 418,
689-695.
[3] FAO, 2004. Ovefishing on the increase
in
Asia-Pacific
seas.
http://www.fao.org/newsroom/en/news/2004/
49367/index.html
[4] FAO, 2005. Depleted fish stocks require
recovery
efforts.
http://www.fao.org/newsroom/en/news/2005/
100095/
[5] Schiermeier, Q., 2004, Climate findings
let fishermen off the hook. Nature, 428, 4.
[6] Naylor, R.L., R.J. Goldburg, J.H.
Primavera, N. Kautsky, M.C.M. Beveridge, J.
Clay, C. Folke, J. Lubchenco, H. Mooney,
and M. Troell, 2000, Effect of aquaculture on
world fish supplies, Nature, 405, 1017-1024.
[7] Alimuddin dan E.S. Wiyono. 2005.
Domestikasi laut atau restocking? INOVASI
Vol. 5/XVII/November 2005.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

38

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

IPTEK

Bioteknologi di Indonesia: Kondisi dan Peluang


Arief Budi Witarto
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
E-mail: witarto@yahoo.com
Kemajuan bioteknologi di dunia sangat pesat sehingga dipercaya sebagai gelombang baru
ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bioteknologi modern lahir tahun 1970 dan
mengalami revolusi karena perubahan paradigma pemanfaatan materi hayati dari tingkat
seluler ke tingkat molekuler. Perkembangan mulai dari rekayasa genetika, rekayasa protein
sampai rekayasa jaringan semua didasari oleh teknologi yang berdasar pada pengetahuan
biologi molekuler tadi. Indonesia memulai pengembangan bioteknologi tahun 1985 dan
terus berkembang sampai sekarang dengan penguasaan utama bidang pertanian. Dengan
semakin banyaknya sektor industri di Indonesia yang ikut masuk ke bioteknologi selain
yang sudah ada yaitu pertanian dan ditambah sekarang dengan farmasi, kosmetika dan
pangan, maka peluang bioteknologi di Indonesia semakin besar di masa datang.
Penyediaan SDM bioteknologi Indonesia menjadi lebih penting dirasakan oleh karena itu.
1. Pendahuluan
Bioteknologi, sering didengar tapi mungkin
jarang dirasakan manfaatnya di Indonesia.
Bila pun pernah diketahui, produk
bioteknologi
modern
seperti
kapas
transgenik tahan hama yang ditanam
secara terbatas di Sulawesi Selatan
beberapa tahun lalu, justru mendatangkan
protes akan keselamatan lingkungannya
oleh sebagian masyarakat. Sementara
berita yang didengar di luar negeri,
bioteknologi adalah teknologi masa depan
[1]. Gelombang kedua ekonomi dunia
setelah teknologi informasi. Bagaimana
jadi?
.
2. Memahami Bioteknologi
Bioteknologi adalah ilmu tua yang menjadi
muda berkat sebuah revolusi ilmu
pengetahuan. Sudah sejak 8000 tahun
yang
lalu,
bangsa
Mesir
kuno
menggunakan sejenis mikroba yeast
Saccharomyces atau ragi untuk pembuatan
roti dan minuman anggur [2]. Ragi itu
merubah gula dalam cairan anggur menjadi
alkohol. Dalam adonan roti, gelembung gas
yang dihasilkan dalam proses fermentasi,
membuat roti jadi empuk sehingga enak
dimakan. Penggunaan mikroba lainnya
dikenal dalam pembuatan keju seperti jenis
Roquefort, Gorgonzala, Brie dan yang
mungkin lebih terkenal, jenis Camembert di
pusat pembuatan keju dunia yaitu Swiss. Di
sini mikroba mold Penicillum roqueforti atau
kapang berperan merubah komposisi susu
menjadi berbagai aroma dan warna. Lebih

dekat kepada kita, nenek moyang bangsa


Indonesia telah menggunakan kapang yang
lain yaitu Rhizopus untuk membuat tempe
dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan
mikroba atau mikroorganisme pada tingkat
sel untuk tujuan pangan. Sehingga ilmu tua
bioteknologi adalah penggunaan jasad
renik atau makhluk hidup secara umum
pada tingkat sel atau disebut seluler [3].
Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970an dengan munculnya teknologi DNA
rekombinan. Istilah DNA rekombinan
mungkin sudah pernah didengar tapi
samar-samar maknanya. Ilmuwan dari
Universitas Kalifornia di San Fransisco
(UCSF) bernama Herbert Boyer berhasil
mengembangkan teknologi canggih untuk
dapat
memotong
rantai
DNA
lalu
menyambungnya lagi. Tetapi karena materi
DNA berukuran sangat kecil, hal ini tidak
dapat dibuktikan dengan melihat langsung
karena jumlahnya juga sangat sedikit.
Masih dari daerah yang sama yaitu propinsi
Kalifornia-AS, seorang ilmuwan lain dari
Universitas Stanford bernama Stanley
Cohen menemukan cara bagaimana
memasukkan materi DNA berbentuk
lingkaran atau plasmid ke dalam sel. Walau
tinggal berjarak hanya 60 km saja,
keduanya tidak pernah bisa bertemu
sehingga dapat menyatukan teknologi yang
dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun
1972, keduanya bertemu di sebuah
pertemuan ilmiah, ribuan kilometer dari
tempat mereka tinggal dan bekerja di
Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang sudah
disambung lagi dengan teknologi Boyer

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

39

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

dapat diperbanyak dengan memasukkan ke


dalam sel bakteri dengan teknologi Cohen.
Karena bakteri berkembang biak sangat
cepat, DNA yang telah dimasukkan pun jadi
banyak dalam waktu singkat, sehingga
dapat dicek keberadaannya dengan mudah
[4]. Inilah inti dari teknologi DNA
rekombinan.
Teknologi saja tidak bermakna ekonomi
tanpa ada satu kegunaan. Biasanya bukan
ilmuwan yang punya gagasan ekonomi tapi
usahawan [5]. Untungnya seorang pebisnis
yang juga tinggal di Kalifornia bernama
Robert Swanson mendengar keberhasilan
dua ilmuwan itu yang tidak pernah
dipublikasikan di koran tapi hanya di jurnal
ilmiah saja dan melihat peluang bisnis yang
besar. Peluang bisnis apa sebenarnya yang
ada? Insulin adalah hormon berbentuk
protein yang sangat dibutuhkan manusia
untuk mengatur kadar gula/glukosa dalam
darah. Sistem pengaturan yang rusak,
menyebabkan manusia menderita penyakit
Diabetes Mellitus (DM). Penderita DM harus
secara rutin menyuntikkan insulin ke dalam
tubuhnya karena sudah tidak bisa
memproduksi sendiri. Dari mana datangnya
insulin itu? Dari pankreas sapi. Untuk itu
perusahaan farmasi dunia selama ini harus
mengumpulkan ribuan sapi hanya untuk
mendapatkan sekian mg insulin bagi
penderita DM. Karena insulin adalah protein
dan protein dibuat dengan informasi dari
DNA, maka pengusaha Swanson melihat
kemungkinan membuat insulin rekombinan
dengan bakteri yang telah direkayasa
genetika menggunakan teknologi temuan
Cohen dan Boyer itu. Maka lahirlah pada
tahun 1976, masih juga di Kalifornia,
perusahaan bioteknologi modern pertama di
dunia yaitu Genentech (singkatan dari
Genetich Engineering Technology) yang
memproduksi protein-protein rekombinan
seperti insulin, hormon pertumbuhan, dll [6].
DNA dan protein yang kita dengar di atas
adalah dua dari empat molekul biologi
penyusun sel. Dua lainnya adalah
karbohidrat dengan contoh yang sudah
disebutkan adalah glukosa, selain itu juga
sukrosa yang menjadi komponen utama
gula manis dan satu lagi adalah lipid atau
minyak. Pengunaan molekul-molekul biologi
itu, bahkan sampai kepada kemampuan
memanipulasi atau merekayasa adalah
revolusi teknologi yang menyebabkan
lahirnya bioteknologi modern. Jadi ada

perubahaan dalam bioteknologi tua menjadi


bioteknologi modern yaitu perubahan
penggunaan materi hayati dari tingkat sel
atau seluler ke tingkat molekul atau
molekuler.
Teknologi DNA rekombinan bukanlah satusatunya tetapi memang adalah tonggak
utama dari lahirnya bioteknologi modern.
Beberapa tonggak penting lainnnya dimulai
dari penemuan fenomena pewarisan sifat
oleh Gregor Mendel (tahun 1866),
keyakinan bahwa materi genetik adalah
DNA oleh Oswald Avery (1944), dugaan
struktur double helix DNA oleh Watson dan
Crick (1953), penemuan mRNA oleh Monod
dan Jacob (1961), pengungkapan kode
genetik oleh Khorana dan Nirernberg (1966),
inovasi teknologi hibridoma oleh Milstein
dan
Kohler
(1974),
pengembangan
teknologi pembacaan sekuen DNA oleh
Maxam dan Gilbert (1977) sampai
penemuan teknologi penggandaan DNA,
PCR oleh Karry Mullis (1983). Semua ini
biasanya tercakup dalam kuliah biologi
molekuler yang memang menjadi fondasi
dari bioteknologi modern [7].
3. Perkembangan Bioteknologi
Perkembangan bioteknologi setelah lebih
dari 30 tahun diawali dengan teknologi
rekayasa genetika ini menjadi semakin
cepat. Dalam dogma sentral atau
pemahaman dasar ilmu biologi diketahui
bahwa cetak biru kehidupan DNA
menyimpan
informasi
yang
pemanfaatannya
dilakukan
melalui
perubahan informasi itu ke materi baru yaitu
RNA. Proses ini disebut transformasi.
Selanjutnya RNA juga dirubah informasinya
ke dalam materi akhir yaitu protein dalam
proses translasi. Dari alur informasi dalam
dogma sentral itu bisa dipahami bahwa
rekayasa DNA/genetika membawa implikasi
pada perubahan RNA sebagai materi
pertengahan maupun kepada protein
sebagai produk akhir. Hanya sepuluh tahun
dari lahirnya rekayasa genetika/teknologi
DNA rekombinan, lahirlah teknologi baru
dalam kancah bioteknologi yaitu rekayasa
protein [8]. Rekayasa protein saat ini
menjadi andalah bioteknologi modern
karena produk-produk bioteknologi yang
beredar luas di masyarakat umumnya
berbentuk protein seperti obat-obat dari
jenis hormon, antibodi sampai alat-alat
diagnosa
penyakit
untuk
aplikasi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

40

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

kedokteran/
kesehatan maupun untuk
aplikasi pangan seperti protein BMP/bone
morphological protein dalam susu bubuk
bahkan ke kosmetika seperti collagen
dalam shampoo dan protease dalam pasta
gigi.
Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki
aktivitas enzimatik seperti enzim yaitu
ribozyme melahirkan teknologi baru dalam
bioteknologi yaitu rekayasa RNA. Walaupun
belum semaju teknologi rekayasa genetika
dan rekayasa protein karena materi RNA
umumnya mudah hancur dan berumur
pendek, perkembangan teknologi rekayasa
RNA semakin jadi perhatian. Misalnya
penggunaan teknologi RNA interference
untuk mematikan fungsi gen tertentu
terbukti lebih efektif daripada pematian gen
pada tingkat DNA menggunakan teknologi
knock-out gen misalnya.
Yang lebih menghebohkan sekarang
adalah lahirnya teknologi kloning. Teknologi
kloning dapat dibagi menjadi dua yaitu
teknologi kloning terapi dan teknologi
kloning reproduksi [9]. Teknologi kloning
terapi yang legal dan didukung semua
negara karena manfaatnya untuk membuat
jaringan dan organ sebagai ganti dalam
pencangkokan jaringan atau organ yang
rusak.
Sementara
teknologi
kloning
reproduksi ditentang dunia termasuk PBB
karena bertujuan membuat individu baru
serupa yang berakibat sosial luas.
Teknologi kloning terapi semakin menjadi
kenyataan setelah ilmuwan Korea Selatan
baru-baru ini berhasil membuat sel syaraf,
sel pembuluh darah dan sel kulit yang dapat
menggantikan sel-sel rusak seperti pada
penderita Parkinson contohnya Muhammad
Ali petinju dan Michael J. Fox artis film Back
to the Future yang sel syaraf otaknya mati
sehingga menjadi pikun dan tidak dapat
beraktifitas normal [10]. Untuk kedepannya,
sel-sel itu perlu dibentuk menjadi jaringan
atau kumpulan sel dengan fungsi sama
seperti jaringan kulit, jaringan tulang rawan
dll. Cangkok jaringan ini yang sebenarnya
lebih banyak diperlukan karena umumnya
bagian tubuh yang berada di luar, lebih
peka
terhadap
penolakan
dalam
pencangkokan. Misalnya penderita luka
bakar hanya dapat menerima kulit dari
tubuhnya sendiri tidak dapat dari donor lain.
Rekayasa jaringan adalah teknologi dalam
bioteknologi yang dimulai tahun 1987 oleh
ilmuwan MIT yaitu Langer dan Vacanti
untuk membuat jaringan-jaringan baru

dengan
tujuan
transplantasi/
pencangkokan [6]. Menggunakan polimer
biodegradable dalam media pembiakkan
khusus, dibuat cetakan yang mirip dengan
jaringan baru yang akan dibentuk.
Selanjutnya ditanamkan ke dalam cetakan
itu sel-sel yang menjadi tunas lalu dibiakkan
sampai menjadi jaringan yang sempurna.
Menggunakan teknologi rekayasa jaringan,
jaringan manusia yang paling rumit yaitu
jaringan tulang rawan pembentuk telinga
telah berhasil dibuat dan ditanamkan di atas
punggung tikus telanjang/nude mouse yang
telah dimatikan sistem kekebalannya.
Telinga tersebut sama sekali tidak ditolak
oleh tubuh tikus dan menempel dengan
sempurna. Inilah kemenangan teknologi
jaringan yang banyak dinanti pasien
transplantasi, bukan untuk menyakiti hewan.
4. Perkembangan Bioteknologi sebagai
Ilmu di Indonesia
Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985,
pemerintah Indonesia telah menjadikan
bioteknologi
sebagai
prioritas
pengembangan iptek yang dilakukan oleh
Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi
(RISTEK) [11]. Selanjutnya sejak tahun
1988, bioteknologi sudah masuk dalam
REPELITA
juga
sebagai
prioritas
pembangunan khususnya bidang iptek.
Perkembangan
terbaru
dari
sisi
kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada
tahun 2000 lalu, bioteknologi juga muncul
sebagai bidang prioritas dalam Jakstra
Ipteknas yang dilanjutkan dengan Renstra
Ipteknas.
Dalam
implementasi/penerapan
dari
kebijakan itu, pada tahun 1990 mulai
dipikirkan pembentukan SDM bioteknologi
yaitu dengan pembentukan PAU atau Pusat
Antar Universitas bidang bioteknologi di
UGM bidang bioteknologi kedokteran, ITB
bidang bioteknologi industri dan IPB bidang
bioteknologi pertanian. Kerjasama antar
lembaga
pendidikan
dan
penelitian
pemerintah juga mulai digesa dengan
penunjukan pusat pengembangan atau
center of excellence dengan tiga bidang
utama yaitu bioteknologi pertanian dengan
anggota PAU Bioteknologi IPB, Pusat
Penelitian Bioteknologi-LIPI, bioteknologi
kedokteran dengan anggota UI/Lembaga
Biologi Molekul Eijkman dengan PAU
Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri
dengan anggota PAU Bioteknologi ITB dan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

41

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

BPPT. PAU-PAU di universitas juga


ditugaskan
untuk
mencetak
SDM
bioteknologi dengan pembentukan program
studi pasca sarjana S-2 dan S-3
bioteknologi. Riset tanpa dana, menjadi tak
bermakna. Maka sejak tahun 1992 dana
riset kompetitif terbesar di Indonesia yaitu
RUT/Riset
Unggulan
Terpadu
yang
dikoordinasi oleh RISTEK dan diemban
pelaksanaan administrasinya oleh LIPI,
memasukkan bioteknologi sebagai salah
satu program tersendiri yang dibiayai.
Selain RUT ada pula skema dana kompetitif
serupa
yaitu
RUTI/untuk
tingkat
internasional dan RUK/kemitraaan untuk
kerjasama lembaga riset dengan swasta.
Usaha-usaha
antara
pemerintah
menggandeng swasta ini membuahkan
hasil antara lain berdirinya Konsorsium
Bioteknologi Indonesia/KBI dengan anggota
lembaga pemerintah, penelitian, pendidikan
dan swasta industri farmasi dan pangan
khususnya. Selain beberapa lembaga yang
telah disebut di atas, lembaga pemerintah
yang aktif mengembangkan bioteknologi
lainnya adalah departemen teknis yaitu
Departemen
Pertanian
lewat
Badan
Penelitian dan Pengembangannya seperti
Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan
Sumber
Daya
Genetik
Pertanian
(Balitbiogen) yang berkantor di Bogor.

bidang
pertanian,
perkembangan
industri/bioindustri
Indonesia
justru
sebaliknya. Seperti contoh di pendahuluan,
bioteknologi pertanian dengan pemanfaatan
tanaman transgenik oleh perusahaan
seperti Monsanto/Monagro Kimia, banyak
mendapat
tantangan.
Sehingga
pemanfaatan bioteknologi pertanian kita
masih bersandar pada bioteknologi tingkat
tua yaitu pemanfaatan pada tingkat seluler
bukan molekuler. Contohnya adalah industri
kultur jaringan yang berkembang baik
dalam
industri
kehutanan
dengan
kebutuhan penyediaan bibit tanaman untuk
reboisasi maupun untuk estetika seperti
bunga-buga
untuk
pajangan
seperti
anggrek, dsb. Kultur jaringan adalah
pembuatan bibit dan perbanyakannya
menggunakan permainan komposisi media.
Yang digunakan bisa segala sumber organ
tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb
jadi lebih luas dari teknologi pembibitan
konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi
adalah sel penyusun organ itu untuk
berubah menjadi tanaman sempurna
melalui hormon-hormon dalam media yang
digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi
tingkat tua, bukan bioteknologi modern.

5.
Perkembangan
Bioteknologi
Industri/Bioindustri di Indonesia

Bioteknologi pangan, cukup berkembang


dengan baik walau belum tereksploitasi
secara optimal. Misalnya komposisi kecap
yang membedakan rasa, warna dan
bau/flavor sangat dipengaruhi oleh jenis
kedelai sebagai bahan baku dan juga
mikroba yang digunakan. Sementara ini
semua masih dilakukan secara tradisional
walau secara penelitian sudah ada yang
mulai mengarah pada pemanfaatan flavornya. Demikian pula berbagai buah dan
produk pertanian untuk pangan baik
sebagai perasa seperti vanili maupun
pewarna dan bau yang banyak dieksploitasi
oleh industri flavor Eropa dan Amerika di
Indonesia,
juga
makin
merasakan
pentingnya bioteknologi modern. Selain
flavor, kebutuhan yang besar adalah enzim
dan protein yang banyak digunakan dalam
proses pembuatan produk pangan seperti
enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak
terkecuali dengan pemanfaatan baru di
kosmetik dan kebersihan seperti munculnya
pasta gigi yang mengurangi detergen
dengan mengganti protease, shampoo
dengan komposisi protein collagen, dll.

Apabila perkembangan bioteknologi secara


keilmuwan di Indonesia kuat khususnya di

Sektor industri yang semakin besar


cakupan penggunaan bioteknologinya di

Himpunan
bioteknologi
juga
mulai
bermunculan baik yang formal atau nonformal misalnya Perhimpunan Bioteknologi
Pertanian Indonesia, Jaringan Peneliti
Bioteknologi Indonesia, dsb. Tak kurang
pula jurnal-jurnal baik yang spesifik maupun
yang lebih luas seperti Indonesian Journal
of Biotechnology yang berkantor di PAU
Bioteknologi-UGM, sekarang berganti nama
menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM, dsb.
Upaya
terakhir
pemerintah
untuk
mendorong
kemajuan
bioteknologi
Indonesia adalah rencana pembentukan
lokasi khusus
di pulau Rempang,
berdekatang dengan pulau Batam, sebagai
wilayah khusus pengembangan dan
komersialiasasi bioteknologi farmasi dan
pertanian [12,13]. Usaha ini dikenal dengan
istilah bio-island.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

42

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Indonesia adalah industri farmasi. Mungkin


hal ini tidak terlalu didengar karena
sebagian besar komponen industri farmasi
masih impor dan produk-produk obat untuk
bioteknologi masih dinikmati oleh kalangan
berpunya di kota besar saja. Obat-obat
untuk pengobatan dan pendukung terapi
kanker
misalnya,
seperti
hormon
eritropoietin, hormon growth colony,
stimulting factor, antibodi spesifik, dsb
adalah contoh-contoh obat yang sekali
suntik sekian juta rupiah harganya. Kalau
obat resep seperti disebutkan, tidak pernah
diiklankan di media massa, tapi alat
kedokteran untuk diagnosa bisa diamati.
Misalnya alat diagnosa penyakit DM yang
harus mengukur kadar gula darahnya
secara teratur menggunakan alat pengukur
gula darah, sudah mulai diiklankan di media
massa cetak nasional sejak beberapa tahun
terakhir [14]. Komponen utama dalam
perangkat elektronik ini adalah enzim yang
mengubah molekul glukosa menjadi sinyal
elektronik.
Perusahaan farmasi nasional baik yang
BUMN seperti PT Kimia Farma, Tbk dan PT
Kalbe Farma juga mulai melirik kebutuhan
produk obat bioteknologi. PT Kimia Farma
menggandeng LIPI dan lembaga riset
Jerman, Fraunhofer untuk mengembangkan
teknologi produksi obat-obat berbasis
protein yang labih murah dengan teknologi
molecular farming [15]. PT Kalbe Farma
menggandeng lembaga riset Kuba dan
Eropa
dengan
membentuk
anak
perusahaan
bernama
Innogen
yang
berkantor di Singapura.
6. Prospek dan Tantangan
Dengan
uraian
di
atas,
prospek
perkembangan bioteknologi di Indonesia
terlihat semakin jelas. Pertama, untuk
pendidikan S-1, bioteknologi tidak harus
berarti memiliki pengalaman eksperimen
rekayasa
genetika.
Karena
fondasi
bioteknologi adalah pemanfaatan molekul
biologi baik DNA, protein, dst. Maka
pengalaman eksperimen biokimia mulai dari
isolasi protein/enzim dan karakterisasinya
juga penting. Termasuk juga tingkatan
bioteknologi tua seperti pemanfaatan sel
untuk bioreaktor, kultur jaringan dsb juga
penting. Pengalaman di tingkat S-1 bisa
ditingkatkan dengan ke tingkat S-2 dan S-3
untuk penguasaan materi bioteknologi yang
lebih
dalam
dan
luas.
Penelitian

bioteknologi bisa dilakukan pada umumnya


di lembaga penelitian Indonesia sendiri
yang sudah mengarah ke bioteknologi
modern seperti LIPI, Eijkman, Balitbiogen,
dan sebagainya.
Dengan mulai masuknya industri farmasi ke
ranah
bioteknologi,
maka
peluang
memasuki lapangan kerja dengan keahlian
bioteknologi semakin besar selain yang
sudah ada selama ini untuk industri pangan
dan pertanian. Termasuk yang baru adalah
industri kosmetika yang juga maju pesat.
Lembaga pemerintah terkait produk obat
dan pangan yaitu Badan POM dalam
penerimaan pegawai tahun 2005 juga mulai
mencari
alumni
bioteknologi
yang
menunjukkan semakin banyaknya produk
obat, termasuk vaksin dan pangan yang
berbasis bioteknologi
Tantangan terbesar adalah penyediaan
SDM terampil dan berwawasan bioteknologi
luas. Umumnya bioteknologi di Indonesia
berlandaskan bidang keilmuwan pertanian
atau ilmu alam baik biologi atau kimia.
Sedikit seperti di UI ada yang berbasis
kedokteran. Di luar negeri, negara maju
seperti Jepang, bioteknologi bisa saja
berbasis keteknikan. Bahkan negara
berkembang sekalipun seperti Malaysia,
beberapa universitasnya juga memiliki
departemen bioteknologi berbasis pertanian
dan teknik sekaligus. Semakin besarnya
kebutuhan di Indonesia belum diikuti
dengan penyediaan SDM bioteknologi yang
mumpuni tersebut. Saat ini tidak dipungkiri,
para
ilmuwan
peneliti
dan
doktor
bioteknologi Indonesia masih sebagian
besar almuni LN. Jadi merupakan
tantangan besar melahirkan SDM produk
DN yang lebih tahu kondisi dan permasalah
lokal
Daftar Pustaka
[1] Arief B. Witarto. 2005. Bioteknologi,
sebuah gelombang ekonomi baru. Harian
Bisnis Indonesia, 14 Juni 2005.
[2] Informasi dari Microsoft Encarta versi
2004
[3] Arief B. Witarto. 2005. Pengantar
bioteknologi.
Ceramah
undangan
di
Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta, 5
Februari 2005.
[4] Arief B. Witarto. 2004. Bioteknologi
siapa takut? Ceramah undangan di SMA
Negeri 1 Depok, Depok, 20 Februari 2004.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

43

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

[5] Arief B. Witarto. 2004. Mengenal lebih


jauh bioteknologi. Ceramah undangan di
Pelatihan Bioteknologi untuk Profesi
Kedokteran di RS Kanker Dharmais,
Jakarta, 27 September 2004.
[6] Arief B. Witarto. 2003. Bioteknologi
kedokteran: Dari rekayasa genetika sampai
rekayasa jaringan. Ceramah undangan di
Seminar Kesehatan dan Kloning di Fakultas
Kesehatan Masyarakat-UI, Depok, 14 Juni
2003.

[7] Arief B. Witarto. 2004. Rekayasa


genetika. Materi kuliah pasca sarjana S-2
Kimia peminatan bioteknologi di Jurusan
Kimia, FMIPA-UI, Depok, semester ganjil
2004
[8] Arief B. Witarto. 2003. Bermain
dengan protein. Harian Kompas, 21
November 2003.
Arief B. Witarto. 2002. Kloning anak
manusia dan bisnis. Harian Kompas, 21
April 2002.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

44

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

IPTEK

Mengenal Teknologi Pengurangan Pencemaran Udara NOx dan SOx


Agung Sudrajad
Mahasiswa Program Doktor Universitas Kobe Fakultas Maritim, Staff Pengajar Universitas
Darma Persada Fakultas Teknologi Kelautan
Emisi NOx dan SOx merupakan emisi
utama dari kendaraan bermotor dan
angkutan barang seperti kapal laut. Tulisan
ini merupakan kelanjutan dari tulisan
sebelumnya dengan judul Pencemaran
Udara Suatu Pendahuluan (INOVASI Vol.
5/VVII/November 2005). Dalam tulisan ini
akan dijelaskan beberapa regulasi yang
diberlakukan
untuk
mengurangi
pencemaran udara di dunia dan di
Indonesia serta penjelasan teknologi
terbaru dalam mengurangi kedua emisi ini.
1. Beberapa
Regulasi
Pencemaran Udara

Tentang

Di bawah ini dijelaskan beberapa regulasi


(keputusan menteri) yang diberlakukan di
Indonesia dan di beberapa Negara
mengenai batasan pencemaran udara.

kg HC + NOx sebesar 0.5 gr/km, Kelas II


1250 kg <RM 1700 kg HC+NOx sebesar
0.5 gr/km, dan kelas III RM.1700 kg
ditetapkan HC+NOx sebesar 0.7 gr/km
Kendaraan kategori M dan N berbahan
bakar minyak diesel
Untuk kendaraan 2.5 ton dan penumpang
5 ditetapkan HC + NOx sebesar 0.7 gr/km.
Kendaraan penumpang > 2.5 ton dan
barang 3.5 ton tempat duduk 6-8
ditetapkan sebagai berikut: Kelas I RM
(Reference Mass; berat kosong kendaraan
+ 100 kg massa) 1250 kg HC + NOx
sebesar 0.7 gr/km, Kelas II 1250 kg <RM
1700 kg HC+NOx sebesar 1.0 gr/km, dan
kelas III RM.1700 kg ditetapkan HC+NOx
sebesar 1.2 gr/km
Kendaraan kategori M, N, dan O

A. Regulasi oleh KLH Indonesia


Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia telah mengeluarkan beberapa
regulasi dalam hal ini keputusan menteri
yang berkaitan tentang baku mutu emisi di
tanah air. Antaranya adalah Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 13 tahun
1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak dan Keputusan Menteri No.
141 tahun 2003 dan No. 35 tahun 1993
tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor. Dalam regulasi itu
dapat dicatat beberapa hal seperti dalam
table di bawah ini [2]:
Kendaraan kategori M dan N berbahan
bakar bensin
Yaitu kendaraan penumpang orang dan
barang . Untuk kategori kendaraan ini
ditetapkan bahwa untuk kendaraan 2.5
ton dan penumpang 5 ditetapkan HC +
NOx sebesar 0.5 gr/km. Kendaraan
penumpang > 2.5 ton dan barang 3.5 ton
tempat duduk 6-8 ditetapkan sebagai
berikut: Kelas I RM (Reference Mass; berat
kosong kendaraan + 100 kg massa) 1250

Kendaraan angkutan orang > 8 orang


sampai 5 ton dan angkutan barang 3.5 12
ton serta kendaran gandeng/penarik/tempel
3.5 ton lebih ditetapkan CO sebesar 4.0
gr/kWh, sementara HC+NOx sebesar 7.0
gr/kWh
Tabel 1. Emisi gak buang kendaraan
kategori L
Kategori kendaraan
Emisi gas buang
L1
Kendaraan
beroda
dua, CO 1.0 gr/km
kapasitas
silinder HC+NOx
1.2
mesin < 50 cm3
gr/km
L2
Kendaraan
beroda
tiga, CO 3.5 gr/km
kapasitas
silinder HC+NOx
1.2
mesin < 50 cm3
gr/km
L3
Kendaraan CO 5.5 gr/km
beroda
dua, HC 1.2 gr/km
kapasitas silinder > 0.3 gr/km
50 cm3
CO 5.5 gr/km
L3 kapasitas silinder HC 1.0 gr/km
150 cm3
NOx 0.3 gr/km
L4, L5 kendaraan
beroda
tiga CO 7.0 gr/km
kapasitas silinder > HC 1.5 gr/km

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

45

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


50 cm3 (motor bakar
cetus api)
L4, L5 kendaraan
beroda
tiga,
kapasitas silinder >
50cm3 (motor bakar
penyalaan kompresi)

NOx 0.4 gr/km

CO 2.0 gr/km
HC 1.0 gr/km
NOx 0.65 gr/km

Nitrogen Oxide (NOx)


Hydrocarbons (HC)
Carbon Monoxide (CO)
Particulate Matter (PM)
Smoke

9.2 g/kWh
1.3 g/kWh
11.4 g/kWh
0.54 g/kWh
20/50% opacity

C. Regulasi oleh IMO

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.


13 Tahun 1995 menjelaskan tentang emisi
gas buang berasal dari sumber tidak
bergerak seperti diperlihatkan di bawah ini
[3]:

International Maritime Organization (IMO)


mengatur standar minimum emisi NOx dan
SOx dalam ANNEX VI regulasi 13 dan 14
[1]. Regulasi 13 menjelaskan batasan emisi
NOx dari kapal seperti di bawah ini :

Tabel 2. Emisi gas buang dari sumber tidak


bergerak
Emisi
gas
Sumber
buang
SO2
750
Baku mutu Pembangkit
mg/m3
listrik
tenaga
uap
800
NO2
berbahan bakar batubara
mg/m3
800
SO2
3
Baku mutu untuk industri mg/m
semen
1000
NO2
mg/m3
800
SO2
Baku mutu untuk industri mg/m3
NO2
baja
1000
mg/m3
SO2
800
Baku
mutu
untuk
mg/m3
kegiatanindustri pulp &
1000
NO2
kertas
mg/m3

Tablel 4. Standar minimum emisi NOx dan


SOx
NOx
Limit
Crankshaft speed (n) rpm
(g/kWh)
Less than 130
17
130-1999
4.5 x n-0.2
2000 or more
9.8

B. Regulasi oleh EPA


Environmental Protection Agency (EPA)
adalah badan pengawas pencemaran
udara yang dibentuk oleh pemerintah
Amerika Serikat. Tujuan dari organisasi ini
adalah untuk menjaga agar udara dan
lingkungan di negara ini menjadi bersih.
Tugas badan ini adalah sebagai penyusun
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
lingkungan dan juga sebagai pusat
informasi dan pendidikan di bidang
lingkungan. Tabel 3. di bawah ini
memperlihatkan peraturan yang dikeluarkan
oleh EPA untuk motor penggerak di kapal
dengan daya lebih dari 560KW. Peraturan
lain dapat dilihat dan dipelajari lebih lanjut
dalam situs EPA di www.epa.gov [4]
Tabel 3. EPA untuk Marine Engine >560KW
by 2000 year
Unsur
Besaran

Dengan ketentuan sebagai berikut:


1. Peraturan ini berlaku untuk:
- Masing-masing kapal dengan daya
output 130 KW yang dipasang pada
kapal yang dibangun setelah 1
Januari 2000.
- Setiap mesin diesel dengan daya
output
130
KW
yang
telah
dikonvensikan setelah 1 Januari 2000.
2. Peraturan ini tidak berlaku untuk:
- Mesin yang dalam keadaan darurat,
mesin yang dipasang pada sekoci
penyelamat
ataupun
disemua
peralatan untuk keadaan bahaya.
- Mesin yang diletakkan pada kapal
yang
memiliki
pelayaran
yang
terbatas, atau kapal tersebut telah
memiliki bendera dari administrasi
dalam mengendalikan emisi NOx.
Sementara itu regulasi 14 yang berisi
peraturan tentang batasan emisi SOx
menjelaskan:
1. Kandungan sulfur di dalam bahan bakar
yang digunakan pada kapal tidak boleh
melebihi 4.5% m/m
2. Kandungan emisi SOx yang ada di
kapal harus tetap dikontrol pada saat
kondisi: kandungan emisi gas buang
yang dikeluarkan oleh kapal tidak boleh
lebih dari 1.5% m/m, dan total emisi
yang dikeluarkan dari mesin hasil
proses pembakaran dari setiap mesin
diesel tidak boleh lebih dari 6 g

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

46

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


SOx/kWh atau lebih sedikit dari berat
emisi SO2.
2. Metode Utama dalam Mengurangi
Emisi NOx
Di bawah ini dijelaskan beberapa teknik
dalam mengurangi emisi NOx:
Penggunaan
Nitrogen

Bahan

Bakar

Rendah

Penurunan kadar nitrogen dalam bahan


bakar akan secara otomatis mengurangi
pembentukan emisi NOx. Karena tidak
mudah untuk mengurangi begitu saja nilai
nitrogen dalam bahan bakar, karenanya
alternatif lain adalah penggunaan bahan
bakar metanol yang bebas nitrogen.
Emulsi
Penggunaan air yang dicampurkan dalam
bahan bakar saat ini telah banyak dilakukan.
Penggunaan bahan bakar campuran ini
dapat mengurangi emisi NOx karena
terjadinya proses ledakan mikro (micro
explosion) dalam proses pembakaran.
Ledakan mikro ini terajdi karena perbedaan
titik didih antara kedua fluida.

Humidifikasi
Proses humidifikasi adalah dengan
menyemprotkan air ke dalam aliran udara
masuk pada motor penggerak. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk menurunkan suhu
udara yang masuk kedalam ruang bakar
yang
pada
akhirnya
temperature
pembakaran dapat diturunkan. Teknik ini
diketahui dapat menurunkan emisi NOx
sampai 50%.
Miller System
Teknik ini dilakukan pertama kali oleh
pabrik mesin Wartsila-NSD Sulzer yaitu
pada saat proses langkah hisap waktu
terbukanya katup hisap diatur sedemikian
mungkin lebih lama agar kompresi rasio
dapat diturunkan. Dengan teknik ini akan
diperoleh penurunan temperatur udara dan
tekanan udara saat proses pembakaran
sehingga NOx dapat diturunkan. Penurunan
dengan penggunaan sistem ini mencapai
20%. Sistem ini semakin populer diterapkan
terutama bagi motor penggerak yang
menggunakan turbocharger.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

47

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Low Nitrogen Content Oil Fuels
Non Petroleum Liquid Fuel
Fuel

Gas Fuels
High Cetane Rating
Emulsification

Exhaust Gas Recirculation


Primary NOx
Control Options

Charge Air

Charge Air Temp. Control


Humidification
Fuel Pumps & Injection System
Injection Timing

Combustion

Injection Rate Shaping


Miller System
Direct Water Injection

Gambar 1. Diagram beberapa metode utama penurunan NOx

3. Metode Utama dalam Mengurangi


Emisi SOx dari Motor Diesel

ketat dalam pengawasan pemakaian


bahan bakar bagi penggerak utama.

Mengontrol batasan kandungan sulphur


dalam bahan bakar

De-sulphurisation

MARPOL ANNEX VI mengamanatkan


batasan kandungan sulphur dalam bahan
bakar untuk penggerak di kapal dan
industri sebesar 4.5% m/m. Begitu juga
EU membatasi batasan sulphur bagi motor
diesel di jalan raya sebesar 0.05%m/m
(500 ppm). Bahkan di masa mendatang
akan lebih diturunkan menjadi 350 ppm
atau bahkan 50 ppm. Umumnya
kandungan sulphur minyak mentah adalah
antara 0.1 sampai 5 %, sehingga untuk
menurunkan
kandungannya
akan
tergantung dari sumber dan cara
pengolahan minyak mentah itu sendiri.
Dalam pemakaian saat ini bahan bakar
residu umumnya memiliki kandungan
sulphur antara 1.5-3.5% m/m. Kecuali
untuk kawsan-kawasan tertentu yang lebih

De-shulpurisation
adalah
proses
pengolahan kembali produk bahan bakar
untuk mengurangi kandungan sulphurnya.
Walau proses ini membutuhkan biaya yg
tinggi namun ada keuntungan yang
diperoleh
dari
proses
ini
yaitu
didapatkannya sulphur untuk membantu
proses industri terkait, misal industri
detergen, pulp, kulit dan lain sebagainya.
4. Metode Sekunder
Emisi NOx dan SOx

Pengurangan

Metode sekunder pengurangan emisi ini


ditujukan lebih kepada memberikan efek
positip
kepada
lingkungan
secara
keseluruhan. Efek positip yang diperoleh
dari penurunan emisi yang dihasilkan dari
metode ini tidak boleh memberikan beban
kepada lingkungan lain seperti adanya

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk
Dunia

48

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


sampah material dari produksi /proses
yang dilakukan. Kontrol emisi dengan
menggunakan metode sekunder ini
banyak dilakukan pada sektor industri dan
juga perkapalan disebabkan oleh semakin
ketatnya regulasi lingkungan. Berikut 2
macam metode sekunder yang saat ini
banyak diterapkan:
1. Selective Catalytic Reduction (SCR)
untuk mengurangi emisi NOx
Prinsip utama sistem Selective Catalytic
Reduction (SCR) adalah penggunaan
urea ((NH2)2CO) atau amoniak (NH3).
Bahan ini diinjeksikan ke dalam aliran
gas buang, dan NOx akan berubah
menjadi N2 dan uap air. Reaksi kimia
yang terjadi seperti tertera di bawah ini:
2NO + 2NH3 + 1/2O2 2N2 + 3H2O
6NO2 + 8NH3 7N2 + 12H2O
Efisiensi dari sistem SCR ini sangat
berarti untuk mengurangi emisi NOx
yaitu
sebesar
90-95%
dan
menghasilkan nitrogen dan uap air yang
tidak berbahaya bagi lingkungan.
2.Seawater Exhaust Gas Scrubber untuk
mengurangi emisi SOx
Prinsip utama sistem ini adalah
mendinginkan gas buang sampai pada
titik embun dari gas buang tersebut dan
mengakibatkan terjadinya kondensasi
pada SOx. Saat terjadinya pendinginan
akibat kontak gas buang dengan air laut,
dimana air laut adalah asam natural

dengan pH 8.1, terjadi kombinasi kerja


yaitu netralisasi dan pengenceran gas
buang. Sistem ini awalnya banyak
digunakan sebagai sistem untuk desulphurisasi dalam industri, namun saat
ini banyak digunakan untuk aplikasi
penurunan SOx di kapal. Dalam suatu
kasus, emisi SOx menurun dari 497
ppm menjadi 48 ppm dengan pH water
scrubber menurun dari 8.01 menjadi
2.95, dari sifat basa menjadi sifat asam
[5].

Daftar Pustaka
[1]

[2]

[3]

[4]
[5]

IMO, Annex VI MARPOL 73/78


Regulation for the Prevention of Air
Pollution from Ships and NOx
Technical
Code.
International
Maritime
Organization,
London,
1998.
Keputusan Menteri No. 35 tahun
1993, Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 141 tahun 2003tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor.
Keputusan
Menteri
Lingkungan
Hidup No. 13 tahun 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
US EPA, Control of Emissions of Air
Pollution , US Code of Federal
Regulation, 1998.
Wright AA, Exhaust Emissions from
Combustion Machinery, The Institute
of Marine Engineer, London, 2000.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

49

INOVASI

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik Molekuler


Elektroforesis
Sudarmono
Pusat Konservasi Tumbuhan Ex situ - Kebun Raya Bogor - Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI)
Program Doktor di Kebun Raya, Universitas Osaka City, Osaka, Jepang
E-mail: s_darmono@yahoo.com
1. Pendahuluan
Tahun 2002-2003 mungkin tahun dimana
Pemerintah Indonesia ibarat `makan buah
simalakama` dalam hal penentuan izin
penambangan di kawasan Hutan Lindung [5];
[6], bagaimana tidak apabila Pemerintah tidak
mengijinkan 22 perusahaan pertambangan
maka Pemerintah dinilai melanggar kontrak
yang dilakukan sebelum turun UU No. 41 th
1999. Namun pada penjelasan Pasal 38
dalam hal pelarangan pertambangan terbuka
dikawasan hutan lindung dimungkinkan dapat
dilakukan dengan ketentuan khusus secara
selektif. Kata `selektif` mungkin bisa
ditafsirkan secara subyektif seperti `analisa
kami` atau `menurut kami`. Untuk mengatasi
psywar atas conflict of interest mengatasi
masalah penambangan di wilayah Hutan
Lindung maka perlu adanya independensi
ilmu pengetahuan melalui investigasi aspek
kuantitatif-kualitatif banyaknya kandungan
tambang dan banyaknya kandungan unsur
mahluk hidup langka yang dilindungi. Untuk
itu era saat ini perkembangan teknologi dan
teori dasar statistik sangat cepat dan
beraneka ragam teknik analisa yang
ditawarkan baik yang sifatnya gratis atau
bayar dengan kartu kredit via internet-internet.
Selain itu berkaitan dengan kemajuan
teknologi maka analisa terhadap tumbuhan
lebih cenderung melalui pendekatan unsur
genetik (kualitatif) daripada analisa deskriptif
(berbentuk daftar tumbuhan, hewan atau
mikroorganisme)
yang
sewaktu-waktu
berubah. Sifat kualitatif memungkinkan

organisme yang kecil sekalipun seperti lumut,


plankton, dll terdeteksi endemik atau langka
atau akan punah. Oleh karena itu pendekatan
penelitian seperti Isozim Elektroforesis [14],
kromosom (faktor keturunan di dalam sel
mahluk hidup), dan DNA (urutan genetik
dalam
kromosom),
mutlak
diperlukan.
Perkembangan
dunia
molekuler
pada
tumbuhan semakin cepat seiring dengan
cepatnya tingkat kepunahannya, sehingga di
negara seperti Amerika, Jepang dan Inggris
sudah mengembangkan database DNA.
Begitu juga dengan pengembangan bank
benih dan bank gen.
Analisa kromosom meskipun termasuk
dasar dari analisa organisme sudah jauh
berkembang kearah analisa mikrosatelit dan
poliploidi bahkan genome in situ hybridization
(GISH). Akhirnya dunia molekuler modern
berkembang ke sektor enzim, protein, dan
DNA (deoxyribose nucleic acid) atau RNA
(ribose nucleic acid) tergantung pada tujuan
dan sasaran yang ingin dicapainya.
2. Prinsip Dasar
Modern

Penelitian

Molekuler

Apabila berbicara tentang modern tidak


lepas dari alat canggih dan mahal, sehingga
untuk Indonesia yang sedang tertimpa
berbagai masalah seperti bencana alam, flu
burung, banjir, kemiskinan, dll menjadikan
penelitian sebagai kendala utama. Namun
yang perlu dipertimbangkan adalah efisiensi
dan efektifitasnya untuk jangka panjang.
Sekedar perbandingan bisa dilihat pada Tabel.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

50

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Table1. Perbandingan metode penelitian untuk biosistematik tumbuhan
Metode
Penelitian

Biaya **)

Tingkat
keberhasilan

Sampel
per hari*

murah

tinggi

25

Analisa
tingkat
polimorfis*
-

sedang

tinggi

50

tinggi

Kromosom
Enzim/
protein
ISSR/micros
atelit-DNA
RAPD-DNA

sedang

tinggi

50

tinggi

Cukup mahal

rendah

50

RFLP-DNA

Cukup mahal

tinggi

20

AFLP-DNA
SSCP-DNA
Sekuens-DN
A

Cukup mahal
Cukup mahal

medium
tinggi

50
25

menengah
Rendahmenengah
menengah
tinggi

Mahal sekali

tinggi

20

menengah

rendah

Bahan
kimia
berbahaya
Tdk ada

menengah

Ada

Ketrampilan*

Rendahmenengah
rendah

Ada

rendah

Ada

menengah
menengah

Ada
Ada

tinggi

Ada

Ada

Sumber: Pengamatan pribadi dan *[4]; **) alat dan bahan kimia
Analisa molekuler secara modern yaitu
pemaparan bahan genetik menggunakan alat
yang dikenal sebagai Elektroforesis dan ini
membutuhkan
kemampuan
listrik
dan
pendingin yang memadai. Selain itu faktor
bahan kimia yang dibutuhkan dan alat-alat
yang dipakai beragam. Prinsip dasar
elektroforesis yaitu bahwa setiap genom
tumbuhan
(enzim/protein
dan
DNA)
mempunyai
berat
yang
berbeda-beda
sehingga kecepatan bergeraknya pada media
gel juga berbeda-beda dan hal ini hanya
dapat dilihat melalui pewarnaan (trouble
shooting).
Sebelum elektroforesis bahan ekstrak
(biasanya daun muda bisa juga serbuk sari,
rimpang atau spesimen kering herbarium)
musti yang segar meskipun bisa tahan 1
minggu sampai 4 bulan bila disimpan pada
suhu -40C. Kemudian diteteskan pada wick
gel untuk elektroforesis vertikal dan dengan
kertas filter pada elektroforesis horisontal. Alat
elektroforesis untuk enzim/protein biasa
dibikin sendiri dengan fiberglas, Sistem
elektroforesis yaitu penggunaan arus listrik
dari arus negatif ke arus positif melalui media
gel untuk menggerakkan bahan genetik
(running). Namun pendeteksian alel enzim
(bagian dari kromosom yang menentukan
warna, bulu, rasa, dll) individu tumbuhan tidak
hanya sampai running saja masih perlu
dinampakkan dengan pewarna (staining).
Pada isozim melalui pewarna bahan kimia
sistem enzim yang terdaftar pada Sistem
Penamaan Biokimia International (Enzyme
Comission atau EC). Mengingat bahwa bahan

pewarna terdiri dari bermacam-macam bahan


kimia maka pemakaiannya juga disesuaikan
dengan kemampuan laboratorium yang ada.
Selain itu juga tingkat kesesuaian spesies
tumbuhan tersebut, karena pada setiap
spesies
terkadang
berbeda-beda
kecocokannya (muncul tidaknya pita alel).
Apabila pita alel tampak jelas maka analisa
kuantitatif menjadi mudah karena alel akan
mudah terbaca (lihat Gambar 1).
Untuk ekstraksi isolasi DNA berbeda
dengan enzim dimana saat pemurnian DNA
kondisi alat dan bahan diusahakan steril dan
lingkungan tempat kerja serta sarung tangan
tidak boleh terkontaminasi. Selain itu pada
DNA memerlukan PCR (Polymerase Chain
Reaction)
sebelum
elekroforesis
yang
berperan dalam penggabungan pasangan
DNA dengan bantuan primer dan enzim
bakteri pada suhu tertentu. Harganya cukup
mahal, akan tetapi dengan adanya PCR maka
analisa ikatan tunggal DNA bisa dilakukan
dengan metode ISSR (inter-simple sequence
repeat) atau mikrosatelit, RAPD (random
amplified polimorphic DNA), RFLP (restriction
fragment length polymorphism), dan AFLP
(amplified fragment length polymorphism).
Perkembangan biologi molekuler modern
belakangan ini, memungkinkan para ahli
taksonomi memanfaatkan data DNA sebagai
"penanda molekuler" yang cukup signifikan.
Dengan ISSR/mikrosatelit, RAPD, RLFP,
sebagian kecil fragmen DNA dari genom
tumbuhan dapat diamplifikasikan untuk
mendapatkan sejumlah besar fragmen DNA,
sehingga dengan teknik elektroforesis pada

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

51

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


C
Aat-1
Aat-2

B
B

Gambar 1. Tingginya heterozigositi pada dimerik sistim enzim AAT populasi Salvia
japonica di Kisaichi. Arah arus listrik dari atas (-/katoda) ke bawah (+/anoda). Alel
hitam (AA, AB, BB) sebagai lokus Aat-1 dan alel putih (AA, BB, CC, BC) sebagai
lokus Aat-2. (Dokumentasi pribadi, 2004)

1
2
3
4

Gambar 2. Pita tetra (4 pita) pewarnaan perak nuclearDNA-SSCP dengan primer


ITS320F/556R pada gel dg Gliserol 10 %, 300 volt selama 4 jam pada 8 spesies Salvia
(Lamiaceae). Gerakan arus listrik dari atas (negative) ke bawah (positif). (Dokumentasi
pribadi, 2006)
gel agaros pemunculan fragmen DNA
tersebut dapat dideteksi secara konsisten
dan menjadi data yang dapat digunakan
untuk kerja pada taksonomi tumbuhan tinggi.
Perkembangan biologi molekuler modern
belakangan ini, memungkinkan para ahli
taksonomi memanfaatkan data DNA sebagai
"penanda molekuler" yang cukup signifikan.
Dengan ISSR/mikrosatelit, RAPD, RLFP,
sebagian kecil fragmen DNA dari genom
tumbuhan dapat diamplifikasikan untuk
mendapatkan sejumlah besar fragmen DNA,
sehingga dengan teknik elektroforesis pada
gel agaros pemunculan fragmen DNA
tersebut dapat dideteksi secara konsisten
dan menjadi data yang dapat digunakan
untuk kerja pada taksonomi tumbuhan tinggi.
Metode SSCP pada prinsipnya sama dengan
ikatan ganda pada Filogeni bedanya pada
SSCP separuh jalan atau hanya 1 kali PCR

pada panjang DNA sekitar 200-300 basa


nukleotid dan selanjutnya dirunning (selama
3 sampai 10 jam tergantung tumbuhannya)
secara vertikal dengan gel poliakrilamid
kemudian baru diwarnai dengan pewarna
perak (lihat Gambar 2). Namun untuk metode
filogeni memerlukan alat sekuens yang
mahal sekali sehingga bisa menganalisa
ikatan DNA secara urutan pada ikatan Adenin
(A) dengan Timin (T) dan Guanin (G) dengan
C (Citosin) pada setiap mahluk hidup.
3. Beberapa Metode Penelitian dengan
Elektroforesis, Teknik dan Tujuannya
Akhir-akhir ini sudah berkembang
berbagai macam metode penelitian atau
penanda (marker) genetik sesuai dengan
perkembangan teknologi modern. Beberapa
metode penelitian untuk dunia tumbuhan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

52

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


sebagian besar mencoba untuk memaparkan
bahan genetik seperti enzim/protein, dan
DNA/RNA. Metode penelitian terhadap enzim
(istilah lain isozim) atau protein dapat
dilakukan
dengan
alat
elektroforesis
horizontal ataupun vertikal yang bergerak
dari arus negatif (katoda) ke positif (anoda).
Karena bahan genetik tersebut sensitif
terhadap panas listrik maka pada saat
running harus didalam pendingin (antara 4
sampai 20C), biasanya memakan waktu 3-4
jam (250-300 volt). Untuk selanjutnya apabila
menggunakan elektroforesis horizontal maka
gel tepung setebal 1 cm dipotong lembaran
menjadi 6 lembar (6 sistem enzim) dan
diwarnai sehingga muncul pita sesuai denga
sistem enzim yang dipakai. Prinsip
pewarnaan ini sama pada elektroforesis
vertikal hanya bedanya bahan kimia gelnya
berbahaya terhadap tubuh karena bersifat
karsinogen
atau
penyebab
kanker
(poliakrilamid). Penelitian enzim umumnya
dilakukan terhadap populasi suatu tumbuhan
dimana sampel yang diperlukan antara 7-50
sampel tiap populasi tergantung luasnya
populasi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini
secara spesifik untuk menganalisa terjadinya
perubahan variasi genetik, keragaman
genetik, struktur genetik, arus gen (gene
flow), bahkan hibrid antar populasi. Implikasi
penelitian enzim dapat juga mengarah pada
makin punahnya suatu populasi [2] atau
terjadinya
perkawinan
antar
populasi
sehingga terbentuk hibrid baru [19]; [1].
Metode penelitian elektroforesis yang
lainnya umumnya untuk mendeteksi DNA
seperti analisa sidikjari (fingerprinting) yaitu
ISSR atau mikrosatelit, RAPD, RFLP dan
AFLP. Namun untuk mendeteksi adanya pita
DNA musti mengikatkan DNA ikatan tunggal
dengan sejumlah primer (umumnya 20 basa
nukleotid pemancing pasangan basa sampel
penelitian; biasanya perusahaan bahan
genetik menerima pesanan primer ini).
Primer tersebut belum tentu dapat sesuai
dengan sampel tumbuhan yang diteliti
sehingga perlu adanya coba-coba (trial by
error) yang tentunya memakan biaya dan
waktu. Akhir-akhir ini yang sering dipakai
yaitu ISSR/mikrosatelit dan AFLP, karena
hasil dan analisa polimorfisnya (pita DNA)
jelas (Tabel). Selain itu suhu dalam PCR
pada saat proses pengikatan (ada 3 tahap
yaitu
pemecahan,
pengikatan
dan

pemanjangan) harus sesuai. Selanjutnya


dirunning pada gel agaros (elektroforesis
mini kapasitas 25 sampel pada 100 volt)
selama 20-40 menit. Untuk mengetahui pita
genetiknya sebelum difoto dengan alat
fotografi UV (ultra violet) maka gel harus
direndam terlebih dahulu pada isotop
ethidium
bromide
(EtBr).
Umumnya
penggunaan metode ini untuk mengetahui
adanya penyimpangan genetik, hubungan
dekat secara genetik, ataupun variasi genetik
yang ada. Memang hampir mirip dengan
penelitian enzim hanya disini untuk setiap
populasi biasanya 2-5 sampel saja.
SSCP (single strand conformation
polymorphism) masih berkembang dan
ternyata sebagai metode yang dapat
mendeteksi mutasi gen [7], hybrid, ataupun
penyimpangan gen lainnya dengan hasil pita
jelas dan tajam. Hampir sama dengan tekhik
running dengan PCR diatas namun
dilanjutkan
dengan
pemaparan
menggunakan alat yang mirip elektroforesis
pada enzim (vertikal) sehingga ikatan tunggal
pada primer terpilih akan menampakkan pita
tunggal (daerah DNA kloroplas RbcL), pita
ganda (daerah DNA kloroplas antara
TrnL-TrnF), ataupun pita tetra (Gambar 2)
pada daerah DNA nuclear ITS (Pengamatan
pribadi, 2006). Analisa terhadap SSCP
mudah apabila hanya penampakan visual
saja, akan tetapi [17] telah mencoba untuk
mengetahui wilayah hibrid antara spesies
Pinus (Pinaceae) dengan menggunakan
rumus indeks hibrid sehingga bisa diketahui
tinggi rendahnya kandungan DNA pewaris
Ibu
dan
pewaris
induk.
Sekuens
Filogeni-DNA menggunakan ikatan ganda
(double
stranded)
DNA
sehingga
penggunaan PCR dua kali dan penampakan
DNAnya akan terlihat melalui komputer yang
dihubungkan dengan alat sekuens DNA atau
Sequencer ABI Prism (Gambar 3). Untuk
mengolah data lebih lanjut maka perlu
adanya perangkal lunak (softwear) yang
dapat di download gratis melalui internet
seperti BioEdit, ChromasPro, dll., yang
umum dipakai McClade, dan selanjutnya
menggunakan Program PAUP, MrBayes,
Mega, atau Treeview, dll. Hasil akhir berupa
bentuk pohon filogeni yang mencerminkan
keterkaitan sampel (takson) satu sama lain,
apakah itu hubungan kekerabatan atau
adanya
kelompok/spesies/marga
atau

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

53

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


bahkan keluarga (Famili) baru yang terbentuk.
Seringnya
berimplikasi
pada
revisi
kekerabatan marga atau sub-marga bahkan

revisi total nama marga [16] atau nama


keluarga.

Gambar 3. Penampakan sebagian (no. 265-289 basa nukleotid) hasil sekuens DNA Salvia
pygmaea (Lamiaceae) pada komputer dimana C=cytosine warna Biru, G=guanine warna
hitam, A=adenine warna hijau, dan T=thymine warna merah (Dokumentasi pribadi, 2006)
4. Prospek di Masa Datang
Akhir-akhir ini para peneliti sistematik
tumbuhan menerapkan pendekaan beberapa
metode elektroforesis untuk mendeteksi
tingkat kepunahan suatu tumbuhan bahkan
mampu memprediksikan suatu kejadian
pengecilan/penyusutan populasi [8] atau
pengucilan/isolasi geografi [7] bahkan
terjadinya suatu spesies atau marga
tumbuhan baru. Hasil analisa dari dua
metode atau lebih bisa lebih valid, selain itu
juga efisien dengan alat elektroforesis yang
sama. Prospek elektroforesis di Indonesia
baru pada tahap enzim namun kini beberapa
Lembaga Penelitian seperti Puslit Zoologi
(LIPI), BPPT, Lembaga Eijkman, mungkin
juga beberapa Universitas besar sudah
memiliki Sequencer-DNA. Sehingga tidak
lama lagi publikasi-publikasi tentang DNA
akan bertebaran di Jurnal-jurnal. Apalagi
Indonesia
sebagai
negara
kepulauan
mempunyai potensi unggul dalam hal
keragaman genetik sehingga potensi isolasi
spesies pada tiap pulau mengarah pada
pembentukan genetik baru akan terdeteksi
melalui penelitian ini. Asumsi ini sudah jelas
dengan ditemukannya garis Wallace yang
berkaitan dengan perbedan flora dan fauna
antara Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan dan
Bali sebagai wilayah Barat dan Sulawesi,
Kep. Maluku dan Papua sebagai wilayah
Timur. Pembuktian pola kekerabatan genetik
antar pulau, spesies, populasi, atau varitas
yang ada dimana kemungkinan terjadinya
pergeseran genetik (genetic drift), mutasi

atau perkawinan silang membentuk hibrid


ataupun introgresi dapat ditentukan dengan
morfologi dan SSCP [18], morfologi dan
RAPD [3], isozim dan filogeni-DNA [12];
kromosom dan DNA [15], dll.
Namun begitu satu aspek penelitian
dengan satu fokus famili tumbuhan akan
memperdalam pengetahuan kita tentang
suatu behaviour (tingkah laku) genetik
tumbuhan itu, untuk skala Internasional
dibutuhan saat ini. Misalnya di Negara maju
seperti
Amerika
yang
pengetahuan
molekulernya begitu pesat akan mengenal
Soltis dan Soltis sebagai ahli filogeni basal
Angiosperm,
Jeff
Doyle
(Fabaceae),
Kathleen Pryer (Ferns), dll. [13]. Beberapa
peneliti di Indonesia dikenal beberapa nama
seperti Johannis Mogea (Palmae), Elizabeth
(Bambu), dan Mien Rifai (Jamur).
5. Kesimpulan
Bertambah
dan
punahnya
suatu
tumbuhan masih menjadi misteri alam dan ini
harus ada bukti secara genetik bukan lagi
hanya sekedar daftar atau deskripsi morfologi
tumbuhan. Ilmu sistematika tumbuhan
berkembang
pesat
kearah
teknologi
molekuler modern, beberapa metode analisis
genetik tidak lagi sekedar jumlah kromosom
namun sudah jauh kearah enzim, protein,
alel, DNA dan RNA. Permainan teknologi
tidak hanya alat atau mesin teknologi
penelitian namun juga analisa data dengan
komputer ataupun gabungan keduanya
menjadikan penelitian sebagai sesuatu yang

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

54

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


sangat mahal. Namun sebenarnya semua itu
tergantung pada tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai seperti pada penelitian
tumbuhan apakah itu suatu penemuan baru
ataukah
hanya
sekedar
pengulangan
penelitian sebelumnya. Tentunya semua itu
tergantung pada peneliti sendiri dan
efektifitasnya dari penelitian tersebut. Untuk
itu bagi Indonesia yang merupakan nergara
terkaya ke-2 dalam hal keragaman genetik di
dunia tidaklah sia-sia bila penelitian
molekuler modern mulai diterapkan. Bila
kerjasama suatu penelitian bisa dilaksanakan
antar lembaga penelitian atau Perguruan
Tinggi niscaya masalah finansial bukan suatu
kendala untuk maju.
Daftar Pustaka
[1] Aparicio, A, R.B. Albaladejo, M. Porras
and G. Ceballos. 2000. Isozyme
evidence for natural hybridization in
Phlomis (Lamiaceae): Hybrid origin of the
rare P.x margaritae. Annals of Botany 85:
7-12.
[2] Ellstrand, N.C. and Elam, D.R. 1993.
Population genetic consequences of
small population size: Implication for
plant conservation. Annual Rev. Ecol.
Syst.(24): 217-237.
[3] Gonzalez-Rodriguez,
A.
2004.
Morphological and RAPD analysis of
hybridization between Quercus affinis
and Q. laurina (Fagaceae), two Mexican
red oaks. Am. J. of Bot. 91(3):401-409.
[4] Karp, A. and K.J. Edwards. 1995.
Molecular Techniques in the analysis of
the extent and distribution of genetic
diversity. IPGRI, CGIAR. 1-12
[5] Kompas, 29 Januari 2002; Purnomo tetap
upayakan pertambangan di Hutan
Lindung.
[6] Kompas, 02 Juli 2003. Cacat hukum, izin
penambangan di Kawasan Hutan
Lindung.
[7] Koch, M. and K-G. Bernhard. 2004.
Comparative biogeography of the
cytotypes
of
annual
Microthlaspi
perfoliatum (Brassicaceae) in Europe
using isozymes and cpDNA data: refugia,
diversity
centers,
and
postglacial
colonization. Am. J. of Bot., 91(1):
115-124.
[8] Martin-Lopes, P., H. Zhang and R.

Koebner. 2001. Detection of single


nucleotide mutations in wheat using
single strand conformation polymorphism
gels.
Plant
Mol.
Biol.
Reporter
19:159-162.
[9] Maideliza, T. and H. Okada. 2004.
Evidence of reduction of gen flow
between two cytotypes of Ranunculus
silerifolius
Lev.
(Ranunculaceae)
revealed with allozyme and intersimple
sequence repeat polymorphisms. Plant
Species Biology 19: 23-31.
[10] Ouborg, N.J. and R. van Treuren, 1994.
The significance of genetic erosion in the
process of extinction. IV. Inbreeding load
and heterosis in relation to population
size in the mint Salvia pratensis.
Evolution, 48(4): 996-1008.
[11] Qian, W., S. Ge, and D-Y. Hong. 2001.
Genetic variation within and among
populations of a wild rice Oryza granulate
from China detected by RAPD and ISSR
markers.
[12] Riesberg,
L.H.,
S.M.
Beckstrom-Sternberg, A. Liston, and D.M.
Arias, 1991. Phylogenetic and systematic
inferences from chloroplast DNA and
isozyme variation in Helianthus sect.
Helianthus (Asteraceae). Syst. Bot.,
16(1): 50-76
[13] Soltis, D.E. and P.S. Soltis, 2003. The
Role of phylogenetics in comparative
genetics.
Plant
Physiology,
132:
1790-1800.
[14] Sudarmono. 2005. Konservasi tumbuhan
dengan pendekatan genetik populasi.
INOVASI 4(XVII):33-35.
[15] Turner, M.W. 1996. Systematic study of
the genus Brazoria (Lamiaceae), and
Warnockia (Lamiaceae), a new genus
from Texas. Pl. Syst. Evol., 203: 65-82.
[16] Walker, J.B., K.J. Sytsma, J. Treutlein,
and M. Wink, 2004. Salvia (Lamiaceae)
is not monophyletic: implications for the
systematics, radiation, and ecological
specializations of Salvia and tribe
Mentheae. Am. J. of Bot., 91(7):
1115-1125.
[17] Watano, Y, A. Kanai, and N. Tani. 2004.
Genetic structure of hybrid zones
between Pinus pumila and P. parviflora
var. pentaphylla (Pinaceae) revealed by
molecular hybrid index analysis. Amer. J.
of Bot. 91 (1): 65-72.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

55

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


[18] Watano, Y., M. Imazu and T. Shimizu.
1996. Spatial distribution of cpDNA and
mtDNA haplotypes in a hybrid zone
between Pinus pumila and P. parviflora
var. pentaphylla (Pinaceae). J. Plant Res.,
109: 403-408.
[19] Wyatt, R and S.B. Broyles. 1992.
Hybridization
in
North
American

Asclepias.
III.
Isozyme
evidence.
Systematic Botany: 17(4): 640-648.
[20]Yatabe, Y., D. Darnaedi and N. Murakami.
2002. Allozyme analysis of cryptic
species in the Asplenium nidus complex
from West Java, Indonesia. J. Plant Res.,
115: 483-490.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

56

NASIONAL

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Hilangnya Ruang Publik: Ancaman bagi Kapital Sosial di Indonesia


Rudy
Fakultas Hukum Universitas Lampung
Graduate School of International Cooperation Studies, Kobe University
E-mail: rechtboy@yahoo.com
1. Pendahuluan
Dalam salah satu program televisi
Jepang beberapa saat yang lalu, ditayangkan
beberapa usaha partisipasi masyarakat
dalam mengatasi berbagai permasalahan di
lingkungannya. Philadelpia dan Birmingham
dijadikan fokus utama dalam acara tersebut,
digambarkan
usaha
di
dua
kota
menghasilkan keluaran yang berbeda-beda.
Philadelpia dengan pemisahan yang begitu
nyata antara lingkungan miskin dan kaya
gagal melakukan suatu usaha kolektif untuk
memecahkan masalah-masalah yang terjadi.
Kegagalan tersebut juga ditandai dengan
adanya konflik antara warga kulit putih yang
mayoritas kaya dengan warga kulit hitam
yang mayoritas miskin.
Kemudian
digambarkan
suasana
Birmingham pada 10 tahun lalu dimana
taman-taman kota dipenuhi para wanita tuna
susila, yang mencoretkan gambaran buram
bagi masyarakat. Saat ini Birmingham
mencapai keberhasilan yang menakjubkan,
kesenjangan ekonomi berkurang sangat
pesat dan bahkan hampir tidak dijumpai lagi
wanita tuna susila yang berkeliaran di
taman-taman kota. Kemajuan tersebut
merupakan pencapaian luar biasa yang
dicapai atas usaha masyarakat dimulai dari
prakarsa sampai usaha yang dijalankan oleh
masyarakat
lokal.
Mungkin
kita
bertanya-tanya mengenai kekuatan apakah
yang begitu hebatnya sehingga dapat
membangkitkan dan menggerakan serta
membimbing mereka menuju keberhasilan
dan faktor apakah yang menyebabkan
kegagalan daripada usaha masyarakat lokal
di Kota Philadelpia. Kekuatan tersebut tidak
lain adalah kekuatan masyarakat dalam
bentuk kapital sosial.

2. Kapital
Sosial:
Kekuatan
Menggerakkan Masyarakat

yang

Kapital sosial adalah kekuatan yang


menggerakkan masyarakat, terbentuk melalui
berbagai interaksi sosial masyarakat dengan
institusi
sosial.
Menurut
salah
satu
penggagas kapital sosial, Robert Putnam,
kapital sosial adalah bagian dari organisasi
sosial berupa hubungan sosial dan rasa
saling percaya yang memfasilitasi koordinasi
dan kerjasama untuk kepentingan bersama
[1].
Kekuatan kapital sosial ini diakui
mempunyai pengaruh mulai dari peningkatan
perekonomian [2], sampai dengan terciptanya
masyarakat sipil (civil society) [3]. Hasil
penelitian Putnam di Italia menggambarkan
adanya korelasi positif antara kapital sosial
dan kinerja pemerintah daerah. Putnam
menyimpulkan
bahwa
kapital
sosial
mempunyai
peranan
penting
dalam
penciptaan pemerintahan daerah yang
responsif dan efisien yang ditandai dengan
adanya masyarakat yang kuat dan dinamis
[4].
Arus balik kekuasaan dari pusat ke
daerah dalam kerangka desentralisasi tidak
pelak mensyaratkan partisipasi lokal dalam
pembangunan daerah dan kapital sosial
merupakan kekuatan tidak terlihat yang dapat
mendorong keberhasilan partisipasi lokal
tersebut. Dengan demikian penting sekali
bagi pemerintah daerah memahami ide
kapital
sosial
dalam
implementasi
kebijakan-kebijakan
di
daerah
dalam
kerangka desentralisasi.
Meskipun tidak ada suatu kesepakatan
mengenai definisi umum bagi kapital sosial,
terdapat suatu persamaan pandangan bahwa
hubungan yang mutual, kepercayaan dan
norma sosial lainnya mempunyai peranan
penting dalam peningkatan kapital sosial.
Selain hubungan formal dalam masyarakat
dan bentuk formal dari kontak sosial seperti
misalnya yang terjadi melalui organisasi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

57

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


masyarakat,
kelompok
spiritual
dan
keagamaan, partai politik, klub olahraga dan
lain sebagainya, hubungan sosial informal
yang terjadi di masyarakat seperti interaksi
sosial antara masyarakat dalam satu
lingkungan, kelompok pertemanan dan
kelompok informal lainnya juga merupakan
komponen penting dari kapital sosial. Kunci
yang paling menentukan dalam penguatan
kapital sosial adalah interaksi yang intens
antar warga masyarakat, dan disinilah peran
ruang publik tampil ke muka.

Karena meskipun terbuka untuk umum, mall


tetap menampilkan wajah yang privat dimana
di dalamnya orang yang ada di
sana
cenderung berasal dari kalangan ekonomi
tertentu [5].
Tidak adanya kontak dan
interaksi sosial sebagai prasyarat bagi
penguatan kapital sosial merupakan alasan
utama mengapa ruang publik tidak dapat
tergantikan
oleh
mall
atau
pusat
perbelanjaan.

3. Kapital Sosial dan Ruang Publik

Desentralisasi mensyaratkan adanya


masyarakat sipil yang dinamis dan kapital
sosial dapat dikatakan sebagai bumbu utama
dari pembentukan masyarakat sipil yang
dinamis tersebut. Kebijakan desentralisasi
oleh pembuat dan pelaksana kebijakan di
daerah harus senantiasa diarahkan bagi
penguatan kapital sosial demi terciptanya
masyarakat sipil yang dinamis tersebut.
Keberadaan ruang publik sebagai media
penguatan kapital sosial harus disadari benar
oleh pembuat kebijakan dan salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah menjaga dan
mengarahkan kebijakan tata ruang wilayah
dan perencanaan kota untuk selalu
menghormati arti penting ruang publik ini.

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu


responsif, demokratis dan bermakna [3].
Responsif dalam arti ruang publik harus
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan
kepentingan luas. Sementara demokratis
berarti ruang publik seharusnya dapat
digunakan oleh masyarakat umum dari
berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan
budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi
fisik manusia. Dan terakhir bermakna yang
berarti ruang publik harus memiliki tautan
antara manusia, ruang, dunia luas, dan
konteks sosial.
Dengan karakteristik ruang publik
sebagai tempat interaksi warga masyarakat,
tidak diragukan lagi arti pentingnya dalam
menjaga dan meningkatkan kualitas kapital
sosial. Namun sayangnya, arti penting
keberadaan ruang-ruang publik tersebut di
Indonesia lama kelamaan diabaikan oleh
pembuat dan pelaksana kebijakan tata ruang
wilayah sehingga ruang yang sangat penting
ini lama-kelamaan semakin berkurang.
Ruang-ruang publik tersebut yang selama ini
menjadi tempat warga melakukan interaksi,
baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa
dipungut biaya, seperti lapangan olah raga,
taman kota, arena wisata, arena kesenian,
dan
lain
sebagainya
lama-kelamaan
menghilang digantikan oleh mall, pusat-pusat
perbelanjaan, ruko-ruko dan ruang-ruang
bersifat privat lainnya.
Mall atau pusat-pusat
perbelanjaan
tidak akan pernah dapat benar-benar menjadi
ruang publik meski dewasa ini tempat-tempat
tersebut sering dijadikan sebagai lokasi
bertemu, bertukar informasi, atau sekedar
tempat rekreasi melepas kepenatan seusai
menghadapi berbagai rutinitas pekerjaan.

4. Kesimpulan

Pustaka
[1] Putnam, R.D. 1995, 'Bowling alone:
America's declining social capital',
Journal of
Democracy 6:1, January
1995 pp65-78
[2] Hayami,
Y,
1997,
Development
Economic: From the Poverty to the
Wealth of Nations, Oxford: Clarendon
Press.
[3] Putnam, R.D., 1993, Making Democracy
Work, Civic Traditions in Modern Italy,
Princeton University Press, New Jersey.
[4] Carr, S, 1992, Public Space, Van
Nostrand Reinhold Company, New York.
[5] Kusumawijaya, M, (2004)
Tunggang Langgang. Jakarta

Jakarta

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

58

NASIONAL

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Peranan Komisi Pemberantas Korupsi dalam Memerangi Korupsi di


Indonesia
Azhar
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
JSPS Fellow, Graduate School of Law, Hokkaido University., Sapporo, Japan
E-mail: aazhar_2000@yahoo.com

1. Pendahuluan
Perang terhadap korupsi merupakan fokus
yang sangat signifikan dalam suatu negara
berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak
ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah
satu unsur yang sangat penting dari
penegakan hukum dalam suatu negara
adalah perang terhadap korupsi, karena
korupsi merupakan penyakit kanker yang
imum, meluas, permanen dan merusak
semua sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk perekonomian serta
penataan ruang wilayah
Di Indonesia Korupsi dikenal dengan istilah
KKN singkatan dari korupsi, kolusi dan
nepotisme. Korupsi sudah menjadi wabah
penyakit yang menular di setiap aparat
negara dari tingkat yang paling rendah hingga
tingkatan yang paling tinggi. Korupsi secara
sederhana
dapat
diartikan
sebagai
penggunaan
fasiltas
publik
untuk
kepentingan pribadi dengan cara melawan
hukum [3].
Berdasakan laporan tahunan dari lembaga
internasional ternama, Political and Economic
Risk Consultancy (PERC) yang bermarkas di
Hongkong, Indonesia adalah negara yang
terkorup nomor tiga di dunia dalam hasil
surveinya tahun 2001 bersama dengan
Uganda. Indonesia juga terkorup nomor 4
pada tahun 2002 bersama dengan Kenya.
Sedangkan Pada tahun 2005 PERC
mengemukakan bahwa Indonesia masih
menjadi negara terkorup di dunia [12].
Transparansi Internasional menempatkan
Indonesia sebagai negara sepuluh besar
yang terkorup didunia dalam hasil surveynya
(www.transparancy.org).
Korupsi di Indonesia bukanlah hal yang
baru dan menjadi endemik yang sangat lama
semenjak pemerintahan Suharto dari tahun
1965 hingga tahun 1997.
Penyebab
utamanya karena gaji pegawai negeri
dibawah standar hidup sehari-hari dan sistem
pengawasan yang lemah. Secara sistematik

telah diciptakan suatu kondisi, baik disadari


atau tidak dimana gaji satu bulan hanya
cukup untuk satu atau dua minggu.
Disamping lemahnya sistem pengawasan
yang ada memberi kesempatan untuk
melakukan korupsi.
Sehingga hal ini
mendorong para pegawai negeri untuk
mencari tambahan dengan memanfaatkan
fasilitas publik untuk kepentingan pribadi
walau dengan cara melawan hukum
Selain itu, sistem peradilan pidana
Indonesia tidak berjalan efektif untuk
memerangi korupsi. Sehingga pelaku korupsi
terbebas dari jeratan hukum. Menurut Bank
dunia bahwa korupsi di Indonesia terjadi
dimana-mana diberbagai level golongan
pegawai negeri sipil, tentara, polisi dan politisi
bahkan sudah melanda kelembagaan seperti
Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) yang seharusnya
bertugas untuk memberantas korupsi [8].
Kejadian tersebut di atas menyebabkan
protes dan penolakan dari masyarakat luas
terhadap pemerintahan Suharto maupun para
penggantinya. Adanya korupsi dimana-mana
dan timbulnya perasaan jengkel karena
keadilan yang dinantikan masyarakat tak
kunjung tiba, ditambah lagi keadaan ekonomi
rakyat kian parah.
Indonesia Corruption
Watch mengemukakan bahwa hal tersebut di
atas menghasilkan krisis ekonomi di
Indonesia yang berujung dengan kejatuhan
rezim Suharto.
Reformasi nasional tahun 1998 yang
berhasil menjatuhkan pemerintahan Suharto
pada bulan Mei 1998 tidak serta merta
mengeliminasi korupsi. Walaupun Presiden
berikutnya setelah era Suharto berjanji untuk
memerangi korupsi tetapi hanya sedikit sekali
kemajuan yang dicapai untuk memerangi
korupsi. Bahkan para presiden penganti
Suharto telah tercemari skandal korupsi
seperti pengumpulan dana politik secara
melawan hukum.
Banyak para pejabat
negara telah terlibat dalam skandal korupsi
termasuk para pejabat tinggi negara, petinggi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

59

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Golkar, anggota DPR dari Partai Demokrasi


Indonesia Perjuangan (PDI-P) [43].
Dalam kampanye pemilihan Presiden pada
tahun 2004 yang lalu Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono mengusung dan
berjanji untuk memerangi korupsi sebagai
tujuan utamanya. Jawaban untuk memerangi
korupsi merupakan harapan seluruh bangsa
Indonesia minus koruptor. Hal inilah yang
menarik pemilih untuk memilihnya dan
berhasil mengalahkan Megawati
Sebelumnya telah di bentuk Komisi
Pemberantas
Korupsi
(KPK)
untuk
memerangi
korupsi
sekaligus
untuk
menjawab tantangan ketidak berdayaan
sistem peradilan pidana di Indonesia. KPK
secara resmi dibentuk dengan adanya UU.
Nomor 30 tahun 2002 dan setelah terpilihnya
pimpinan dan Ketua KPK pada tanggal 16
Desember 2003 [9]. Sebelum kita membahas
peranan KPK dalam memerangi korupsi di
Indonesia, kita akan bahas dulu kondisi
pemerintahan di Indonesia
2. Pemerintahan
Pemerintahan yang baik adalah suatu
pemerintahan yang berdasarkan hukum,
meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas
terhadap pelayanan pada masyarakat dan
memerangi korupsi [2]. Pemerintahan yang
baik masih merupakan suatu impian di
Indonesia.
Kita dapat lihat bagaimana
buruknya pelayanan umum di Indonesia.
Masyarakat luas dan bahkan Presiden Susilo
Bambang Yudoyono sendiri sepulang dari
Malaysia mengaku malu dan dipermalukan
disuatu forum di Kuala Lumpur karena
seorang investor dari Thailand mengeluhkan
aparat
imigrasi
Indonesia
mencar-cari
masalah ketika dia akan berkunjung ke
Indonesia. Belum lagi Pejuang devisa (TKI
danTKW) Indonesia yang berada didalam dan
diluar negeri diperas dan diperdagangkan
oleh aparat Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi serta aparat Imigrasi [16]. Awal
tahun
2006,
terbongkarnya
kasus
pembobolan uang negara sebanyak Rp 150
milyar yang dilakukan pengusaha dengan
cara memalsukan dokumen ekpor/faktur
bekerjasama dengan Faisal Siregar, Kepala
Kantor dan empat pejabat di Kantor
Pelayanan Pajak dan aparat bea cukai
mencairkan restitusi pajak [24]. Hal ini telah
mereka lakukan puluhan tahun yang lalu

Nampaknya warisan kebobrokan dari


pemerintahan Suharto masih dan mangkin
akan terus berlanjut di Indonesia. Walaupun
ada juga sisi positipnya pada waktu
pemerintahan Suharto seperti stabilitas dan
keamanan tetap terjamin pada waktu itu, tidak
ada kelangkaan dan kenaikan BBM yang
membuat masyarakat sekarat. Selanjutnya,
kita akan membahas beberapa institusi
pemerintah yang mempunyai peran penting
dan tanggung jawab penuh untuk memerangi
korupsi
seperti
Peradilan,
Kepolisian,
Kejaksaan, Partai Politik dan DPR/Parlemen.
2.1. Peradilan
Sistem peradilan di Indonesia adalah salah
satu lembaga yang terkorup yang dikenal
dengan mafia peradilannya. Jadi lembaga
negara ini tidak bisa diharapkan untuk
memerangi korupsi.
Jual beli perkara
terhadap putusan telah terjadi di berbagai
tingkat seperti Pengadilan Negeri (PN),
Pengadilan Tinggi (PT) dan bahkan terhadap
benteng utama dan terakhir penjaga keadilan
yaitu Mahkamah Agung (MA). Memahami
kebusukan yang terjadi di peradilan, maka
pada tanggal 20 Desember Presiden Susilo
Bambang
Yudhoyono
mencanangkan
reformasi peradilan di MA. Acara ini dihadiri
oleh seluruh unsur pimpinan MA, hakim
agung, seluruh ketua pengadilan tingkat
pertama, banding, pejabat tinggi lainnya dan
wakil dari negara sahabat. Belum lagi hilang
dari ingatan gong reformasi peradilan
dicanangkan,
terjadi
pemerasan
yang
dilakukan oleh Mathius B Situru, Panitia
Pengganti di PN Jakarta Pusat dengan cara
memperlambat pemberian salinan putusan
dan meminta uang agar salinan baru bisa
diberikan [26]. Kemudian, Jammes Darsan
Tony dan komplotannya (Peneliti di Litbang
dan staf di MA) sedangkan penitera
pengganti dan hakim PN Jakarta Selatan
memeras saksi dalam kasus korupsi P.T.
Jamsostek
[22],[25].
Kasus
ini
menyebabkan ditetapkan tersangka dan
ditahannya panitera pengganti, Andrian
Jimmy Lumanauw dan Hakim Herman
Alossitandi, Ketua Majelis Hakim perkar P.T.
Jamsostek [38]. Sebelumnya, penangkapan
advokat Syafiudin Popon, Ramdhan Rizal dan
M. Sholeh, dua panitera PT Jakarta [23].
Kasus Probo Sutedjo yang melibatkan uang
miliyaran rupiah dengan tersangka pengacara
Harini Wijoso, pagawai MA, jaksa, hakim
bahkan melibatkan Hakim Agung [18]. Belum

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

60

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

lagi banyaknya kasus illegal loging dan


hutang terhadap negara yang dikalahkan oleh
pengadilan.
Nampaknya transaksi uang
dalam dunia peradilan menunjukkan bahwa
mafia peradilan memperdagangkan hukum
dan kewenangan adalah realitas yang tak
perlu dibantah lagi. Hal tersebut membuat
masyarakat curiga dan tidak menghormati
lembaga peradilan. Sulit untuk membuat
masyarakat percaya bahwa peradilan adalah
tempat untuk mencari keadilan dan tidak
memihak. Kalau kita lihat fakta-fakta dan
khususnya terhadap korupsi yang dilakukan
oleh mantan presiden Suharto, keluarga, para
pejabat seperti mantan Jaksa Agung M
Rachman, Ketua DPD Ginanjar Kartasasmita,
kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) seperti Syamsul Nursalim, Samadikun
Hartono, Agus Anwar, Bambang Sutrisno,
Andrian Kiki Ariawan, Eko Adi putranto,
Sherny Konjongiang, David Nusa Wijaya,
Sudjiono Timan dan Prayogo Pangestu.
Disadari bahwa gaji para hakim pada
umumnya
rendah
dibanding
dengan
kekuasaan yang mereka miliki.
Sebagai
contoh seorang yang baru diterima sebagai
hakim hanya menerima gaji lebih kurang dua
juta rupiah.
Namun, dari awal yang
bersangkutan memulai karir sebagai hakim,
mereka didorong untuk melakukan praktek
korupsi karena harus bermodal dulu untuk
menjadi hakim. Bukan rahasia umum bahwa
untuk diterima menjadi hakim, mereka harus
memberikan uang sogokan yang besar.
Bahkan dalam seleksi hakim agung pun telah
beredar kabar isu suap dikalangan DPR [17].
Begitu juga halnya dengan Kejaksaan,
merupakan lembaga yang sering mendapat
tudingan yang sama. Disamping itu dalam
hal penganan beberapa kasus Kejaksaan
Agung cenderung bertindak diskriminatif,
seperti Kasus Dana Abadi Umat (DAU) hanya
difokuskan kepada Said Agil Husin Al
Munawar (mantan Menteri Agama) diputus 5
tahun oleh pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) [40], Taufik Kami (Direktur Jenderal
di Departeman Agama) dan empat auditor
Badan Pemeriklasaan Keuangan (BPK) [27].
Sedangkan dalam sidang dan surat dakwaan
terungkap aliran dana kepada Sekretaris
Jenderal BPK, membiayai anggota Komisi VI
DPR untuk memantau penyelenggaraan haji,
dan pendidikan hakim agama ke Mesir tidak
diusut sama sekali
Berbagai reformasi telah dilakukan untuk
memperbaiki sistem peradilan.
Telah
beberapa
hal
yang dilakukan untuk

mereformasi MA dan pengadilan di Jakarta


dengan berbagai mutasi. Bahkan mantan
Presiden Gus Dur (1999-2001), walaupun
ditentang oleh DPR pada saat itu atas calon
yang diusulkan untuk Ketua dan Wakil ketua
MA. Reformasi di MA dengan menggantikan
separuh hakim karir dengan profesional yang
bersih dari korupsi [34]
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas
dalam rangka mengawasi perilaku para hakim
telah dibentuk Komisi Yudisial (KY) pada
tanggal 8 Juni 2005 berdasarkan Undangundang Nomor 22 tahun 2004 tentang KY.
Para hakim mulai diawasi oleh KY semenjak
Presiden melantik tujuh anggotanya pada
tanggal 2 Agustus 2005. Menurut KY bahwa
kinerja para hakim masih berada pada level
yang rendah [20]. Hal ini berdasarkan jumlah
laporan masyarakat yang telah mencapai 400
laporan semenjak Komisi Judisial bekerja
lebih kuran 3 hingga 4 bulan. Dari jumlah
tersebut 37 laporan telah selesai diperiksa
dan sebagaian besar telah menghasilkan
rekomendasi tentang adanya pelanggaran
kode etik oleh para hakim. Namun, laporan
dari KY belum diperhatikan oleh MA [30]. KY
juga mengusulkan untuk melakukan seleksi
ulang terhadap 49 hakim agung yang ada di
MA. Karena Menurut Busyro Muqodas,
Ketua Mahkamah Yudisial bahwa MA
merupakan puncak dari peradilan di
Indonesia, sementara kasus-kasus suap yang
terjadi di MA merupakan representasi dari
lemahnya manajemen serta kepemimpinan di
MA [21].
Nampaknya, usulan seleksi ulang hakim
agung mendapat tanggapan positip dari
presiden Susilo Bambang Yuoyono, bahkan
telah memerintahkan Menteri Hukum dan
HAM untuk men-drive tentang usulan dari KY.
Praktisi hukum, Adnan Buyung Nasution ikut
mendukung usulan KY tersebut. Usulan KY
merupakan revolusi besar di badan peradilan
dan didukung oleh politisi dari Ketua DPR,
Fraksi PDI-P, Partai Keadilan Sejahtera.
Namun, usulan seleksi ulang hakim agung
tersebut ditentang keras oleh Ikatan Hakim
Indonesia dengan alasan pelecehan terhadap
49 hakim agung dan anggota DPR yang
menyeleksi mereka. Penolakan seleksi ulang
ini menimbulkan kecaman dari Lembaga
Bantuan Hukum Jakarta.
Pada saat
bersamaan Wakil Ketua DPR, Zainal Maarif
menyarakan sebaiknya Presiden menerbitkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang (PERPU) sebagai dasar untuk
menyeleksi ulang 49 hakim agung [31].

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

61

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Kondisi peradilan di Indonesia betul-betul


hancur dan pada titik yang paling rendah dan
tidak bisa diharapkan oleh masyarakat yang
ingin mencari keadilan. Ini berarti negara
hukum di Indonesia hanyalah ilusi belaka,
bilamana lembaga peradilan tidak dibenahi.
Praktik korupsi dan mafia peradilan di
Indonesia sudah dalam kondidsi yang darurat.
Untuk
membersihkan
peradilan
harus
dilakukan dengan cara yang luar bisa seperti
dengan PERPU untuk menyeleksi ulang
hakim agung di MA. Pemberantasan teroris
yang hanya menimbulkan korban 180
dilakukan dengan PERPU, maka koruptor
juga perlu diatasi dengan PERPU, karena
koruptor di peradilan telah meluluh lantakan
citra negara hukum, memiskinkan rakyat dan
menghancurkan perekonomian bangsa.
Belum selesai gonjang ganjing usulan
Komisi untuk menguji ulang Hakim Agung,
terbongkar bahwa secara diam-diam, Bagir
Manan, Ketua MA dengan SK Nomor
KMA/119/SK/VI/2005 pada 20 Juni 2005,
memperpanjang usia pensiun dirinya dan
sembilan Hakim Agung (Susanti Adi Nugroho,
Titiek Nurmala Siagian, M Bahaudin Qoudry,
Parman
Suparman,
Kaimuddin
Salle,
Iskandar Kamil, Sudarno, dan German
Hoediarto). Hal ini mengundang kritik dari
berbagai pihak, baik dari lembaga swadaya
masyarakat maupun akdemisi. Karena dalam
Pasal 13 Undang-undang No 22 tahun 2004
tetang KY diatur, bahwa kewenangan KY
adalah
mengusulkan
Hakim
Agung.
Selanjutnya Pasal 14 menyatakan Dalam hal
berakhir masa jabatan Hakim Agung, MA
menyampaikan kepada KY daftar nama
Hakim Agung yang bersangkutan dalam
jangka waktu paling lambat enam bulan
sebelum berkahirnya masa jabatan tersebut.
Disamping
itu
dalam
pertimbangan
perpanjangan pensiun disebut para hakim
yang diperpanjang mempunyai prestasi kerja
yang luar bisa. Sebaiknya di uji ulang para
Hakim Agung dan diganti ketua maupun wakil
ketuanya. Lagi-lagi masyarakat Indonesia
dikejutkan dan dikecewakan dengan putusan
Hakim PN Jakarta Selatan yang memvonis
bebas mantan Direksi Bank Mandiri, ECW
Neloe, Iwayan Pugeg dan Sholeh Taspiran
[29], yang kemudian diikuti dengan vonis
bebas direksi PT CGN, yakni Edyson, Saiful
Anwar, dan Diman Ponijan.
Ada perkembangan terakhir menarik
terhadap Tipikor yang dilantik Presiden pada
bulan Juli 2004 berdasarkan UU. No 30 tahun
2002 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Putusan majelis hakim Pengadilan Tipikor


membuat gentar dan menciutkan nyali para
pelaku korupsi. Beberapa terdakwa korupsi
yang mencoba mencari keadilan ke tingkat
pengadilan
yang
lebih
tinggi
justru
mendapatkan hukuman lebih berat. Sebagai
contoh Abdullah Puteh, mantan Gubernur
Nangroe Aceh Darussalam, pada pengadilan
tingkat pertama dihukum 10 tahun dan denda
Rp500 juta subsider enam bulan kurungan
serta membayar ganti rugi Rp3.687 miliar.
Pada putusan banding menguatkan putusan
pengadilan
tingkat
pertama
dan
menyebabkan tertangkap tangan Tengku
Safiudin Popon, salah seorang pengacaranya
dan panitera PT DKI Jakarta Ramadhan Rizal,
beserta uang suap Rp250 juta.
MA
menjatuhkan hukuman 10 tahun dan denda
Rp500 juta subsider enam bulan serta uang
pengganti sebesar Rp 6.654 miliar. Apabila
tidak dilaksanakan Jaksa penuntut umum
diperintahkan menyita harta benda Puteh.
Nasib yang sama dialami juga oleh
Muhammad Harun Let Leta, mantan Kepala
Bagian Keuangan Dirjen Hubungan Laut dan
Tarsisius Walla, mantan Sekretaris Dirjen
Perhubungan laut
Fenomena
baru
ini
menyebabkan
terpidana korupsi yang kasusnya ditangani
KPK kecut dan gentar untuk mengajukan
banding terhadap vonis pengadilan Tipikor.
Sehingga Mulyana W Kusuma yang telah
memasukkan memori banding mengurungkan
niatnya dan mencabut memori banding dari
PN Jakarta Pusat. Sikap ini pun diikuti oleh
Hamdani Amin, Kepala Biro Keuangan KPU,
Susongko Suhardjo, Pelaksana Harian
Sekretaris Jenderal KPU. Hal ini dilain pihak
dapat mendorong membangun keyakinan
pencari keadilan, yang percaya bahwa
putusan di Pengadilan Tipikor memenuhi rasa
keadilan dan kinerja pengadilan korupsi baik.
Tapi bukan berarti gejala ini menandai
hilangnya mafia peradilan secara keseluruhan.
Untuk itu diharapkan kepada seluruh
masyarakat
untuk
terus
memberikan
perhatian dan pengawasan pada Pengadilan
Tipikor dan peradilan pada umumnya
2.2. Kepolisian
Selama ini kepolisian berada dalam
angkatan bersenjata, namun telah mandiri
semenjak tahun 2000, dalam rangka untuk
memperkuat fungsi menjaga kemanan dan
ketertiban masyarakat.
Seperti peradilan,
kepolisian mengalami krisis kepercayaan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

62

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

dimata
masyarakat.
Korupsi
yang
berkembang dilembaga kepolisian dari hal
yang terkecil seperti pengurusan Surat Izin
Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan,
pelanggaran lalu lintas, hingga illegal logging,
perjudian, pencurian, bisnis narkoba dan obat
bius,
penjambretan,
perampokan,
penyelundupan pasir timah, BBM, kendaraan
bermotor sudah biasa dilakukan oleh aparat
kepolisian dari pangkat yang paling rendah
hingga pangkat yang tinggi.
Masyarakat
yang mengalami tindak kejahatan memilih
untuk tidak melaporkan ke polisi karena
adanya
rasa
takut
dari
masyarakat
disebabkan prosesnya berbelit-belit, makan
waktu dan bisa jadi megalami pemerasan
oleh polisi
Hal tersebut terjadi dilingkungan kepolisian
karena para polisi yang melakukan tindak
kriminal bisa berkelit dan tidak ada suatu
lembaga yang mengawasi para polisi.
Dengan
demikian,
seperti
peradilan
kepolisian bukanlah merupakan lembaga
yang bisa diharapkan untuk memerangi
korupsi karena di dalam lembaga kepolisian
sendiri penuh dengan korupsi. Bahkan pada
kenyataannya banyak aparat kepolisian yang
terlibat dalam perjudian illegal, premanisme
dan pelacuran di seluruh wilayah Indonesia.
Kondisi yang tidak kondusif di lingkungan
kepolisian di atas mendorong Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono mengambil langkah
mengganti pucuk pimpinan kepolisian,
disamping karena dituntut untuk mengatasi
masalah kelangkaan BBM dikarenakan ulah
penyelundup, penimbun dan pengoblos [36].
Kelangkaan BBM sudah pada tingkat
meresahkan masyarakat dan membuat
masyarakat panik.
Kemudian, Presiden
dalam pidato pelantikan Jenderal Sutanto
sebagai Kapolri baru menekankan tugas
polisi untuk memerangi korupsi, perjudian,
kejahatan jalanan serta menyelesaikan
masalah-masalah didaerah. Kapolri Sutanto
dalam paparannya di depan DPR mengakui
wajah Polri masih jauh dari harapan
masyarakat. Bahkan dia menegaskan bahwa
aparat penegak keamanan yang berwatak
sipil yang melindungi, mengayomi, dan
melayani masyakat masih sebatas cita-cita.
Dia juga menambahkan bahwa dimata
masyarakat sosok polisi masih tampil arogan,
senang
menggunakan
kekerasan,
diskriminatif, tidak responsif, dan belum
profesional
[14].
Sehari
setelah
pelantikannya, dia memerintahkan jajarannya
untuk melakukan razia dan penutupan

tempat-tempat perjudian dan peredaran gelap


narkoba.
Di bawah kepemimpinan Jenderal Sutanto,
David Nusa Widjaya, terpidana delapan tahun
dalam kasus pembobolan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI) yang melarikan diri
ditangkap Tim Pemburu Koruptor di San
Fransisco, Amerika [39].
Teroris bisa
ditumpas dengan tertembaknya tokoh utama
teroris
Indonesia
Dr.
Azhari
dan
tertangkapnya beberapa anggota teroris.
Kemudian perjudian kian menyusut di
masyarakat. Begitu juga dengan premanisme
kian berkurang karena sikap tegas pucuk
pimpinan
kepolisian.
Pemberantasan
Narkoba melaju dengan luar biasa dengan
tertangkapnya para produsen dan tempat
pembuatan narkoba di beberapa kota di
Indonesia. Selanjutnya penindakan perwira
dilingkungan aparat kepolisian yang nakal
mampu menyentuh perwira tinggi. Dalam
waktu tidak terlalu lama Kapolri melakukan
pergantian terhadap pejabat Polri yang
diduga bermasalah yaitu Kapolwil Bogor,
Kombes Bambang Wasgito, Kombes Ciptono
dan Inspektur Pengawasan Umum Polri
Komisari Jenderal Binarto yang diduga
memberi perintah kepada Komisari Besar
Toni Suhartono Kasat Polairud Polda Jatim
dalam kasus pelepasan kapal tongkan
pengangkut 100 ton solar selundupan [32].
Kasus yang terbaru yang terjadi yaitu
keterlibatan beberapa Jenderal Markas Besar
Kepolisian dalam kasus penyidikan BNI.
Karena tersangka kasus pembobolan BNI
seebanyak
Rp1.7 triliun
menyebutkan
adanya tiga jenderal yang terlibat [4].
Sehingga ditetapkan sebagai tersangka dan
ditahannya Komisari Jenderal Suyitno
Landung, mantan Kepala Badan Reserse dan
Kriminal Markas Besar Polisi Republik
Indonesia (Kabareskrim Mabes POLRI),
Brigadir Jenderal Samuel Ismoko, mantan
Direktur Ekonomis Khusus pada Bareskrim
Mabes Polri, Komisari polisi Irman Santoso,
mantan Kanit II Perbankan Direktorat
Ekonomi Khusus Bareskrim dan 16 penyidik
di Mabes Polri yang terlibat [5]. Namun, hal
tersebut tidak membuat jera para polisi untuk
melakukan penyimpangan dimana satu
perwira pertama dan dua bintara Polisi Sektor
Setiabudi Jakarta menggelapkan barang bukti
sebesar 100.000 (seratus ribu) US dolar juta
dari kasus yang ditanganinya, membuat
geger Polisi Daerah Metro Jaya, dan polisinya
sudah diproses [24]

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

63

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Walaupun demikian terobosan yang


dilakukan pihak kepolisian terhadap debitor
nakal BLBI tanpa melalui proses hukum akan
menjadi preseden buruk bagi koruptor lain.
Alasan pemerintah dengan mengatakan
mereka debitor kooperatif tidak bisa diterima
dengan akal sehat, karena mereka melarikan
uang bertahun-tahun keluar negeri dan
menyebakan krisis ekonomi tahun 1998.
Kedatangan ketiga debitor bernama James
Januardi, Ulung Bursa dan Lukman Astanto
yang mewakili Atang Latief ke Istana
Presiden yang diakui oleh Kepala Kepolisian
Republik Indonesia merupakan tanggung
jawabnya menimbulkan banyak kecurigaan
dan tanda tanya [40]. Menurut mantan Ketua
MPR Amien Rais, dulu waktu Tommy
Soeharto bertemu Gus Dur (KH Abdurrahman
Wahid) di Hotel Borobudur saja, orang
gempar. Padahal pertemuan di tempat netral.
Bayangkan, sekarang tiga konglomerat hitam
masuk ke pusat kekuasaan. Artinya, ada
orang-orang yang menjadi fasilitator [28].
Pihak kepolisian sangat diskriminatif dalam
menangani perkara korupsi. Karena koruptor
kasus kecil langsung diproses hukum. Tapi,
yang merugikan negara hingga triliunan
rupiah bisa dimaklumi dengan alasan ada niat
mengembalikan uang ke kas negara. Kalau
yang kasusnya besar sampai triliunan, niat
mengembalikan dulu baru proses hukum.
Tapi, yang kecil-kecil langsung diproses
hukum.
Dengan kedatangan ketiga
pengemplang BLBI yang diantar oleh pejabat
Kepolisian yang berbintang itu bisa merusak
citra lembaga kepresidenan.
Alasan yang diberikan Jaksa Agung bahwa
mekanisme penyelesaian perkara BLBI sudah
jelas karena ditangani oleh tiga Presiden dan
Presiden Yudhoyono hanya melanjutkan saja
kebijakan yanga ada bahwa mereka yang
kooperatif memperoleh Surat Keterangan
Lunas (SKL) dan selanjutnya Kejaksaan
Agung
mengeluarkan
Surat
Perintah
Penghentian Penyidikan (SP3), adalah
sangat bertententangan dengan azas hukum
pidana bahwa pengembalian dana BLBI tidak
menghapuskan perbuatan pidana oleh pelaku
BLBI.
Sebaliknya tindakan dan keberanian
Jenderal Sutanto membersihkan institusi
kepolisian dari pelaku korupsi sebelum
menata perilaku masyarakat, merupakan
suatu tindakan nyata yang patut didukung
oleh segenap masyarakat yang telah lama
mengimpi-impikan
mempunyai
aparat
penegak keamanan yang berwatak sipil yang

melindungi, mengayomi, dan melayani


masyarakat. Hal ini ternyata membawa angin
segar dalam merebut kembali citra institusi
yang dipimpinnya. Diharapakan pembenahan
di
kepolisian
terus
membersihkan,
memperbaiki
diri
dan
meningkatkan
peningkatan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Usaha untuk membangun Kepala Polisi
Republik Indonesia menjadi institusi penegak
keamanan yang berwatak sipil, melindungi,
mengayomi, dan melayani masayarakat
menjadi pudar setelah terbongkarnya kasus
pengintelan yang dilakukan aparat intel Polisi
Daerah Metro Jaya terhadap anggota DPR-RI
dari Fraksi PKS dan Fraksi PDI-F yang ingin
mengawasi proses impor beras yang
dilakuakn oleh pemerintah dari negara
Vietnam. Hal ini merupakan cara-cara yang
keji dan kotor Orde Baru dalam melibas
lawan politik. Sudah barang tentu melewati
dan menyalahi tugas serta kewenangan dan
juga penyalahgunaan kekuasaan (abuse of
power) yang serius. Sayangnya penyelesaian
masalah ini hanya Kombespol Sukamto
Handoko, direktur Intelkam Polda Metro Jaya,
dicopot dari jabatannya. Padahal seharusnya
ada pihak yang lebih tinggi perlu dimintai
pertanggung jawabannya [6].
2.3. Partai Politik dan Parlemen
Partai politik dapat diartikan sebagai alat
untuk
menyampaikan
aspirasi
dan
kepentingan masyarakat pada umumnya.
Pada zaman Suharto, partai politik dibatasi
hanya tiga partai dimana GOLKAR yang
mendominasi pemilihan umum dan partai
lainnya hanya sebagai pelengkap atau
peramai serta tidak mempunyai peran apaapa. Dengan adanya gelombang reformasi
bulan Mei 1998, maka terjadilah perubahan
yang
revolusioner
dalam
bidang
ketatanegaraan dan perubahan undangundang tentang partai politik.
Hal ini
memberikan kebebasan masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum dan
mendirikan partai politik. Tingginya harapan
masyarakat terhadap peranan partai politik
dan meningkatnya demokrasi dilengkapi
dengan transparansi, negara hukum dan
akuntabilitas.
Sayangnya partai yang besar anggotanya
masih didominasi oleh orang-orang yang
karirnya dan besarnya dari dalam lingkungan
orde baru. Mereka terdiri dari mantat birokrat,
mantan pengurus GOLKAR, pensiunan militer

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

64

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

dan polisi begitu juga dalam bidang bisnis


dan politik. Momen reformasi yang yang
berhasil mendudukkan PDI-P menjadi
mayoritas di parlemen dan Ketua Umumnya,
Megawati
berhasil
menjadi
Presiden
Indonesia yang ke empat tidak dimanfaatkan
secara optimal untuk memerangi korupsi.
Bahkan Partai Golkar yang dulunya
merupakan GOLKAR telah menjadi partai
terbesar yang mendapak kursi di parlemen
pada pelihan umum anggota DPR tahun 2004.
Partai-partai besar sudah dikenal masyarakat
luas terlibat dalam money politic dari pusat
hingga ke daerah.
Media
massa
maupun
Indonesian
Corruption Watch telah memberitakan bahwa
mayoritas anggota DPR dari berbagai partai
telah
menerima
suap
dari
lembaga
pemerintah dan sektor swasta untuk
menentukan atau memasukkan anggaran [35].
Lebih lanjut komisi tertentu di DPR yang
berhubungan
dengan
anggaran
dan
pembangunan merupakan tempat basah
yang bisa terjadinya transaksi suap untuk
meluluskan anggaran. Masih ingat bahwa
tiga anggota DPR RI dikenai sanksi oleh
Badan Kehormatan (BK) DPR karena terlibat
percaloan proyek dana bencana alam yang
dianggarkan pemerintah tapi mereka hanya
dikenakan sanksi ditarik oleh fraksinya dari
anggota Panitia Anggaran DPR [15].
Pemborosan uang rakyat yang dilakukan 15
orang anggota DPR RI yaitu melakukan
kunjungan mubazir ke mesir dengan kedok
studi
banding
tentang
perjudian
mencengangkan rakyat karena diberbagai
tempat rakyat Indonesia sedang ditimpa
musibah gempa, Tsunami yang belum selesai
penanggulannya dan shock karena kenaikan
BBM yang lebih dari 100 persen [1].
Dalam hasil survei yang dilakukan Gallup
International yang dilansir oleh
Todung
Mulya Lubis, Ketua Dewan Transparancy
International
Indonesia,
dalam
rangka
memperingati hari anti korupsi bahwa partai
politik
merupakan
lembaga
terkorup
sedangkan parlemen/DPR di Indonesia
menjadi lembaga terkorup kedua bersama
polisi dan bea cukai [19].
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
tidak kalah bersaing dalam mengikuti jejak
DPR RI mela kukan money politk dan korupsi.
Bahkan beberapa DPRD bersama-sama
dengan pemerintah daerah menjual aset
pemerintah daerah ke pihak swasta dengan
harga dibawa standar (Nilai Jual Objek Pajak)
begitu juga korupsi berjemaah yang dilakukan

dalam menggunakan dana operasional [33].


Jual beli suara dalam pemilihan kepala
daerah telah dilakukan dari dahulu. Namun,
hal ini telah berubah semenjak diadakannya
pemilihan langsung terhadap kepala daerah
Pada kenyataannya partai politik, DPRD
dan DPRRI lembaga negara yang paling
sarat dengan korupsi dan money politic
dibanding dengan institusi lainnya. Hal inipun
diakui oleh Jusuf Kalla, Agung Laksono yang
merasa malu bahwa dua lembaga yang
dipimpinnya oleh hasil survei yang dilansir
Transparancy
Internasinal
Indonesia
dinyatakan lembaga terkorup rangking satu
dan dua [5]. Untuk itu diperlukan perhatian
khusus oleh pemerintah maupun lembaga
swadaya
masyarakat
yang
punya
akuntabilitas untukk terus mengawasi dan
mencemati partai politik dan parlemen.
3. Peranan Komisi Pemberantas Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
adalah lembaga negara yang dalam
melaksakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun (Pasal 3 [41]). Tujuan
dibentuknnya KPK tidak lain adalah
meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi.
KPK dibentuk karena institusi
(Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Partai
Politik dan Parlemen) yang seharusnya
mencegah korupsi tidak berjalan bahkan larut
dan terbuai dalam korupsi. Pemberantasan
tindak pidana korupsi yang terjadi sampai
sekarang belum dapat dilaksanakan secara
optimal. Oleh karena itu pemberantasan
korupsi perlu ditingkatkan secara professional,
intensif, dan berkesinambungan.
Karena
korupsi telah merugikan keuangan negara,
perekonomian negara, dan menghambat
pembangunan nasional.
Begitu parahnya
maka
korupsi
di
Indonesia
sudah
dikategorikan sebagai tindak pidana luar
biasa (extra ordinary crime).
Cara
penanganan korupsi harus dengan cara yang
luar biasa. Untuk itulah dibentuk KPK yang
mempunya wewenang luar biasa, sehingga
kalangan hukum menyebutnya sebagai suatu
lembaga super (super body)
Awal pembentukan KPK dengan semangat
yang tinggi untuk memberantas korupsi,
namun beberapa bulan terbentuk nampaknya
KPK dibiarkan untuk mati suri. Hal tersebut
terjadi karena kesalahan pemerintah dan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

65

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

DPR pada waktu itu yang tidak serius


memfasillitasi KPK untuk membangun infra
struktur yang kuat. Hal ini terbukti dengan
KPK tidak punya penyidik sendiri, tidak punya
pegawai,
tidak
punya
gedung
yang
representatif dan tidak punya peralatan serta
infra struktur untuk bergerak cepat
Dalam tahun pertama menjalankan
peranannya sebagai ujung tobak memerangi
korupsi, KPK menghadapi beberapa kendala
yang klasik antara lain keterlambatan
pencairan dana dari pemerintah. Hal ini
mengundang kritik miring dari berbagai pihak
seperti Munarman, Ketua Yayasan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) bahwa
KPK hanya mencari-cari alasan apabila
ditagih tentang kinerja pimpinan KPK. Dia
juga
menambahkan
bahwa
sulitnya
memberantas korupsi karena pemerintah
khususnya pejabat-pejabat yang berwenang
dalam memberantas korupsi sama sekali
tidak memiliki kemauan politik (political will).
Selanjutnya Satya Arinanto, dosen Hukum
Tata
Negara
Universitas
Indonesia
mengatakan tidak ada upaya KPK dalam
menjalankan
peranannya
memberantas
korupsi bukan karena faktor keterlambatan
dana, karena KPK juga dapat dana dari donor
luar negeri maupun bantuan asistensi dari
partnership. Tidak ada kinerja KPK karena
semata-mata pemimpin KPK bukan orang
yang terbaik [11].
Faktor lain yang
menghambat adalah kosongnya posisi
Sekretaris Jendera KPK hampir delapan
bulan
setelah
dibentuk,
sehingga
mengganggu jalannya roda administrasi.
Sebenarnya hal ini bisa ditanggulangi dengan
mengangkat Pelaksana Tugas Sekretaris
Jenderal
Karena hampir setengah setahun tidak
menunjukkan kinerjanya maka KPK menuai
keritik tajam dari pakar hukum Prof Dr.
Achmad Ali, yang juga anggota Komisi
Nasional HAM dan praktisi hukum Bambang
Widjayanto mengatakan bahwa KPK lebih
menempatkan diri seperti akademisi, dan
menjadi institusi wacana yang terlalu
mengada-ada [13]. Prof Dr. Andi Hamzah
menekankan bahwa dalam enam bulan
pertama KPK baru mau mencari apa yang
harus dikerjakan [10].
Sebenarnya untuk melakukan peranannya
KPK diberikan kewenangan yang luar biasa
seperti yang diatur dalam Pasal 6 butir b, c, d
dan e UU. No. 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi [41]

bahwa lembaga ini dapat bertindak mulai


dari:
1. mensupervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan tindak pidana
korupsi;
2. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi
3. melakukan tindakan pencegahan korupsi
4. memonitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Dalam menangani kasus KPK diberi
kewenangan memperpendek jalur birokrasi
dan proses dalam penuntutan. Jadi KPK
mengambil sekaligus dua peranan yaitu tugas
Kepolisian dan Kejaksaan yang selama ini
tidak berdaya dalam memerangi korupsi
Disamping itu KPK diberi kewenangan
untuk melakukan pengawasan, penelitian,
atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenang yang
berkaitan dengan pemberantasan korupsi dan
instansi
yang
dalam
melaksanakan
pelayanan publik (Pasal 8 Ayat (1) [41]).
Selanjutnya KPK mengambil alih kasus
korupsi yang sedang ditangani kepolisian
atau kejaksaan apabila:
1. laporan masyarakat mengenai tindak
pidana korupsi tidak ditinjaklanjuti;
2. proses penanganan tindak pidana korupsi
tidak ada kemajuan/berlarut-larut/ tetunda
tanpa alasan yang bisa dipertanggung
jawabkan;
3. penanganan tindak pidana korupsi
ditujukan untuk melindungi pelaku korupsi
yang sesungguhnya;
4. penanganan tindak pidana korupsi
mengandung unsur korupsi;
5. Adanya hambatan penanganan tindak
pidana korupsi karena campur tangan
dari eksekutif, yudikatif atau legislatif;
atau
6. keadaan
lain
yang
menurut
pertimbangnan kepolisian atau kejaksaan,
penanganan tindak pidana korupsi sulit
dilaksanakan secara baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
KPK juga diberi kerwenangan untuk
melakukan penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan tindak pidana korupsi yang (Pasal
11 [41]):
1. melibatkan aparat pengak hukum,
penyelengara negara dan orang lain yang
ada kaitannya dengan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh aparat
pengak hukum dan penyelengara negara;
2. mendapat perhatian dan meresahkan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

66

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

masyarakat; dan/atau
3. menyangkut kerugian negara paling
sedikit Rp1.000.000.000 (satu miliar
rupiah).
Untuk memerangi tindak pidana korupsi yang
dikategorikan sebagai tindak pidana luara
biasa (extra ordinary crime), maka KPK diberi
tambahan kewenangan yang tidak dimiliki
instititusi lain yaitu:
1. melakukan penyadapan dan merekam
pembicaraan;
2. memerintahkan kepada instansi yang
terkait
untuk
melarang
seseorang
berpergian keluar negeri;
3. meminta keterangan kepada bank atau
lembaga keuangan lainnya tentang
keadaan keuangan tersangka atau
terdakwa yang sedang diperiksa;
4. memerintahkan kepada bank atau
lembaga
keuangan
lainnya
untuk
memblokir rekening yang diduga hasil
dari korupsi milik tersangka, terdakwa,
atau pihak lain yang terkait;
5. meminta data kekayaan dan data
perpajakan tersangka atau terdakwa
kepada instansi terkait;
6. menghentikan sementara suatu transaksi
keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan
sementara perizinan, lisensi serta konsesi
yang dilakukan atau dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa yang diduga
berdasarkan bukti awal yang cukup ada
hubungannya dengan tindak pidana
korupsi yang sedang diperiksa;
7. meminta bantuan interpol Indonesia atau
instansi penegak hukum negara lain
untuk
melakukan
pencarian,
penangkapan, dan penyitaan barang
bukti diluar negeri;
8. meminta bantuan kepolisian atau instansi
lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan,
penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan dalam
perkara tindak pidana korupsi yang
sedang ditangani.
Melihat kewenangan KPK, maka tidak
heran kalau kalangan hukum menyebutnya
sebagai
lembaga
super
(superbody).
Disamping itu, peranan KPK melebihi dari
Kepolisian dan Kejaksaan dimana Kepolisian
dan Kejaksaan dapat mengeluarkan Surat
Perintah
Penghentian
Penyidikan
dan
Penuntutan (SPPP) dalam perkara tindak
pidana korupsi, sebaliknya berdasarkan Pasal
40 UU No 30/2002, KPK tidak berwenang
mengeluarkan SPP untuk menghindari

adanya main mata antara tersangka dan


aparat KPK.
Dengan kewenangan yang
super tersebut KPK mampu mengeliminasi
korupsi secara konseptual dan sistematis.
Masyarakat tidak mau tahu akan keluh kesah
KPK bekait dengan kurangya personil
maupun kesendirian KPK dalam menangani
tindak pidana korupsi.
KPK mulai memainkan perannya dengan
mebawa mantan Abdullah Puteh, mantan
Gubernur Nangroe Aceh Darussalam menjadi
tersangka koruspsi pengadaan helikopter.
Tahun 2005 merupakan kejutan dari
pelaksanaan peran KPK dalamm memerangi
korupsi yaitu berhasil menangkap Mulyana
Wira Kusuma, anggota Komisi Pemilihan
Umum (KPU) yang mencoba menyuap salah
seorang auditor BPK. Kasus ini sekaligus
mengungkap praktik korupsi di tubuh KPU
yang menyeret Nazarudin Syamsudin, Ketua,
Rusadi Kantaprawira anggota KPU dan
Pejabat Sekreris Jenderal KPU serta stafnya.
Dalam waktu tidak beberapa lama KPK
menangkap pengacara Abdulah Puteh dan
panitera Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.
Dilanjutkan denga tindakan KPK menangkap
pengacara Probosutejo dan lima pegawai MA
yang terlibat transaksi penerimaan uang suap
sebanyak 6 miliar. Hal ini menyebabkan KPK
menggeledah dan memeriksa tiga hakim
agung, termasuk ketuanya Bagir Manan.
Kemudian Suratno, direktur Administrasi dan
Keuangan RRI dibawa kepengadilan begitu
juga dengan rekanan RRI, Fahrani Husaini
Lagi-lagi masyarakat dikejutkan dengan
perlakuan
diskriminasi
KPK
sewaktu
memeriksa Bagir Manan karena tidak
memanggil Bagir Manan di kantor KPK tapi
malah datang kekantor dan diruangan Bagir
Manan di MA. Hingga kini kasusnya tidak
jelas dan terkesan menguap ditelan awan.
Ketua KPK mengakui dalam kata
sambutan memperingati dua tahun berdirinya
lembaga tersebut bahwa perang terhadap
korupsi
yang
dilakukannya
bagaikan
kesunyian dan kesendirian karena tidak
ada
kemauan
yang
serius
ditingkat
kekuasaan, kecuali kepura-puraan belaka.
Bahkan beberapa kasus di atas tanpa rasa
malu tak jarang koruptor dilindungi dengan
kekuasaan dan cara-cara invisible hand. Dia
menegaskan bahwa ditengah upaya semu
perang terhadap korupsi yang dilakukan KPK,
semua jadi penonton baik eksekutif, legislatif
maupun yudikatif tetap diam terpaku mesti
satu persatu fakta dipertontonkan. Tidak ada
satupun instansi yang mencoba memperbaiki
sistemnya [37].

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

67

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

KPK tidak akan bisa melaksanakan


perannya secara optimal bilamana tidak
didukung oleh keinginan dan tindakan nyata
pemerintah dalam penegakan hukum,
terutama perang terhadap korupsi. Hal ini
terlihat bahwa perombakan kabinet yang
baru-baru ini dilakukan oleh presiden sama
sekali tidak menyentuh sekali bidang
penegakan hukum. Bukankah untuk sudah
disindir oleh Prof Dr. Azyumardi Azra bahwa
ikan membusuk dari kepala, jadi untuk
memerangi korupsi mulailah dari pimpinan
tertinggi di lembaga atau departemen
tersebut. Selama itu tidak dilakukan maka
perang terhadap korupsi tak ubahnya dengan
berperang melawan angin dan hanya retorika
semata-mata

5. Kesimpulan

kejatuhan beberapa presiden terdahulu


karena masyarakat melihat bahwa perang
melawan korupsi yang dicanangkan hanya
retorika
belaka/angin
surga
sehingga
hilangnya
simpati
masyarakat
yang
mengimpikan negara yang bersih, pelayan
umum yang baik dan terbebas dari praktek
korupsi. Hal ini mengakibatkan pil pahit dan
terasa sakit bagi presiden terdahulu. Akan
kah pisang berbuah dua kali? Akan kah
keledai akan terperosok pada lobang yang
sama untuk kedua kali ? Jawabannya dapat
kita lihat langkah nyata yang akan dilakukan
oleh pucuk pimpinan negara tercinta ini.
Daftar Pustaka
[1]
[2]

Dari uraian di atas nampak jelas bahwa


sistem peradilan pidana Indonesia dalam hal
ini Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan gagal
total memerangi korupsi dan tidak dapat
diharapkan
untuk
memerangi
korupsi.
Karena mereka justru terlibat dan terbuai oleh
korupsi. Korupsi sudah merupakan penyakit
yang kronis hampir di setiap institusi
pemerintah hingga disebut dengan extra
ordinary crime. Untuk itu diperlukan suatu
lembaga yang super body memerangi korupsi
di Indonesia. Namun, sayangnya lembaga
super body yang ada seperti KPK tidak
didukung oleh eksekutif, legislatif maupun
yudikatif sehinga kesendirian dan kesepian.
Instansi yang seharusnya memerangi korupsi
hanya jadi penonton belaka dan tidak
berusaha memperbaiki diri.
Sedangka
lembaga negara lainnya masih terus terbuai
dengan korupsi
Dalam
melaksanakan
perannya
memerangi korupsi, KPK masih diskriminatif
karena tidak adanya kemauan di tingkat
kekuasaan, kecuali kepura-puraan. Bahkan
tanpa rasa malu tak jarang koruptor dilindungi
dengan kekuasaan dengan cara-cara invisible
hand. Di samping, tidak adanya keinginan
untuk
memanfaatkan
momen
untuk
memperbaiki sistem masing-masing instansi
walaupun sudah dipertontonkan fakta demi
fakta oleh KPK.
Hal ini terbukti tidak
dilakukannya pergantian pimpinan institusi di
bidang penegakan hukum. Bukankah kita
dapat melihat pergantian pucuk pimpinan
Kepolisian berhasil memperbaiki kinerja, citra,
pengayoman, perlindungan dan pelayanan
masyarakat. Dari beberapa fakta sejarah

[3]

[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]

Antara, Desember 2005,


www.antara.co.id
Camdessus, Michel. 1999. Good
Governance: The IMFs Role.
www.imf.org/
Hamilton-Hart, Natasha. 2001. Anti
Corruption Startegies in Indonesia.
Bulletin of Indonesian Economic Studies
37 (1):65:82.
Jawa Pos, 29 Desember 2005,
www.jawapos.com
Jawa Pos, 8 Januari 2006,
www.jawapos.com
Jawa Pos, 12 Februari 2006,
www.jawapos.com
Kompas, 5 Maret. 2003,
www.kompas.com
Kompas, 21 Oktober 2003,
www.kompas.com
Kompas, 17 Desember 2003,
www.kompas.com
Kompas, 7 Mei. 2004,
www.kompas.com
Kompas, 24 Mei 2004,
www.kompas.com
Kompas, 19 Maret, 2005,
www.kompas.com
Kompas, 29 April, 2005,
www.kompas.com
Kompas, 4 Juli 2005,
www.kompas.com
Kompas, 14 Desember, 2005,
www.kompas.com
Kompas, 15 desember 2005.,
www.kompas.com
Kompas, 15 Desember 2005,
www.kompas.com
Kompas, 21 November 2005,
www.kompas.com
Kompas, 23 Desember 2005,

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

68

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

www.kompas.com
[20] Kompas, 30 Desember 2005,
www.kompas.com
[21] Kompas, 4 Januari 2006,
www.kompas.com
[22] Kompas, 9 Januari 2006,
www.kompas.com
[23] Kompas, 11 Januari 2006,
www.kompas.com
[24] Kompas, 13 Januari 2006,
www.kompas.com
[25] Kompas, 16 Januari, 2006,
www.kompas.com
[26] Kompas, 18 Januari 2006,
www.kompas.com
[27] Kompas, 23 Januari 2006,
www.kompas.com
[28] Kompas, 14 Pebruari 2006,
www.kompas.com
[29] Kompas, 20 Pebruari 2006,
www.kompas.com
[30] Kompas, 30 Desember 2006,
www.kompas.com
[31] Media Indonesia, 10 Januari 2006,

www.mediaindo.co.id
[32] Republika, 9 Desember 2005
[33] Sriwijaya Post, 3 Januari 2005,
www.indomedia.com
[34] StraitTimes, 26 Agustus 2000,
www.straitstime.asial.com.sg/
[35] StraitTimes, 29 November 2001,
www.straitstime.asial.com.sg/
[36] Suara Pembaharuan, 8 Juli 2005,
www.suarapembaharuan.com
[37] Suara Pembaharuan, 4 Januari 2006,
www.suarapembaharuan.com
[38] Suara Pembaharuan, 9 Januari 2006,
www.suarapembaharuan.com
[39] Suara Pembaharuan, 19 Januari 2006,
www.suarapembaharuan.com
[40] Suara Pembaharuan, 7 Februari 2006,
www.suarapembaharuan.com
[41] Undang-undang No 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
[42] Undang-undang No 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial.
[43] Tempo, 23-29 April, 2002

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

69

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

NASIONAL

Tes Berkualitas untuk PNS Berkualitas


Ida Syafrida Harahap, SH.*
Email: ida.harahap@transparansi.or.id
Beberapa waktu lalu penulis sempat gusar
melihat huru-hara dalam tes CPNS yang
dilaksanakan secara serentak di seluruh
belahan nusantara. Huru-hara di sini bukan
menggambarkan keributan antara para CPNS,
tetapi keruwetan, kesibukan, kehebohan dan
beragam makna lain dapat menggambarkan
semrawutnya sistem rekruitmen para calon
abdi negara tersebut.
Di awali dengan serentaknya open
rekruitmen dari berbagai instansi pemerintah.
Informasi ini dapat diakses di media massa,
situs instansi terkait, di papan pengumuman
masing-masing instansi, maupun hanya
melalui mailing list yang merupakan sarana
komunikasi praktis saat ini. Bagi mereka yang
memiliki sanak famili di lingkungan instansi
pemerintah tertentu, informasi lebih cepat
diperoleh.
Bahkan
sebelum
resmi
disebarluaskan, mereka sudah menyiapkan
berbagai berkas-berkas yang diperlukan.
Selanjutnya kesibukan beralih di kantor
disnaker, kepolisian dan rumah sakit negeri
atau puskesmas. Karena para calon CPNS ini
disyaratkan memiliki Kartu Kuning dari
disnaker setempat, Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK), serta surat keterangan
sehat dari dokter. Ada pula beberapa instansi
yang mengharuskan para pelamar memiliki
sertifikat komputer dan toefl (bahasa Inggris).
Hasilnya dalam waktu singkat ribuan surat
keterangan dikeluarkan dengan proses super
cepat. Padahal di hari-hari biasa, kita harus
bolak-balik untuk melengkapi kekurangan
syarat yang diberikan di instansi pemberi surat
keterangan
tersebut.
Bahkan
sertifikat
komputer dan toefl secara ajaib dapat
diperoleh dalam waktu satu hari, tanpa kursus.
Kehebohan tidak berhenti di situ saja,
karena setelah syarat data pribadi dilengkapi,
maka lamaran harus di antar sendiri ke
instansi terkait, setelah sebelumnya pelamar
mengambil formulir yang harus dilengkapi.
Antrian panjang pun mewarnai berbagai kantor
pemerintahan. Tak sedikit kasus saling dorong,
saling sikut, bahkan ada yang pingsan karena
kekurangan oksigen. Copet pun turut

meramaikan sejarah proses rekruitmen CPNS


2006 tersebut.
Sesaat perjuangan ratusan ribu pelamar
berhenti, karena masih menunggu panggilan
apakah pelamar lolos tes administrasi atau
tidak. Jika tidak lolos, artinya besarnya biaya
mereka untuk mengurus berbagai persyaratan
tersebut harus diikhlaskan tanpa hasil. Dulu
proses penantian ini sudah sarat akan kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN). Namun
sekarang, penulis yakin masih tetap mewarnai
seleksi administrasi CPNS 2006.
Jika lolos administrasi barulah perjuangan
untuk meraih kemenangan sebagai CPNS
berlanjut. Ada sebuah produk yang unik
melalui sebuah iklan online, sebagai berikut:
"HEBOH !! Sebuah Produk yang
akan membantu para peserta Tes
Seleksi Penerimaan CPNS Periode
ini. E-Book Jurus Super CPNS
adalah terobosan baru dalam
mengerjakan soal-soal ujian CPNS
dengan
metode
Cerdas
dan
Ringkas..." ........dengan harga Rp
44.000,00.
Ada pula situs khusus yang mempromosikan
tentang e-book soal-soal tes CPNS. Mirisnya,
situs ini memberi iming-iming sebagai berikut:
Bayangkan bagaimana rasanya jika
hal ini anda alami !
Bayangkan jika anda jadi PNS maka
Anda tidak usah repot-repot ingin
mengikuti tes lagi (karena jadi PNS
sudah cukup nyaman dan tentram)
Bayangkan jika anda jadi PNS maka
masa depan anda lebih terjamin
Bayangkan jika anda jadi PNS maka
anda tidak takut akan terkena PHK
(Anda pernah dengar PNS di PHK?)
Bayangkan karir anda akan benarbenar terprogram dan terjamin
Bayangkan walaupun Anda tidak
bekerja pun gaji tidak dipotong,
pensiun tetap digaji, bahkan sudah

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

70

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


almarhum pun ahli waris masih berhak
menerima hasil jerih payah anda.
Tidak salah memang, karena kesalahan
ada pada sistem birokrasi kita seperti yang
dinyatakan dalam situs tersebut.
Membaca iklan tersebut penulis bertanyatanya, bagaimana bisa produsen menawarkan
soal-soal yang belum dikeluarkan oleh instansi
pemerintahan. Kesimpulannya ada dua
kemungkinan. Pertama, dari tahun ke tahun
soal yang dikeluarkan sama, baik secara
substansi maupun jenis soalnya. Kedua, iklan
ini hanya bualan semata, cari untung, tidak
bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sebenarnya ada satu kemungkinan lagi, tetapi
rasanya ini seharusnya berlaku hanya untuk
masa lalu, yaitu soal sudah bocor, karena ada
jual beli soal dari oknum PNS yang
mengetahui tentang soal tersebut.
Jika kemungkinan pertama yang terjadi,
siapapun yang pernah tes CPNS pasti sudah
bisa menggambarkan isi soal tes tersebut.
Jumlahnya banyak, dikerjakan dalam waktu
yang singkat, tetapi secara kualitas tidak ada
korelasinya dengan tugas dari seorang PNS
dikemudian hari. Untuk soal psikotest pun
menurut penulis kualitasnya masih sangat
rendah untuk ukuran calon PNS.
Untuk
kemungkinan
kedua,
maka
pemasang iklan yang harus di mintai
pertanggungjawabannya. Tapi kemungkinan
ini sangat kecil sekali. Kemungkinan ketiga
rasanya lebih masuk akal, karena KKN di
negeri ini masih sangat kasat mata. Oknum
pemerintah tidak malu-malu lagi untuk
membisnikan rahasia negara. Tetapi sekali lagi,
ini hanya kemungkinan dalam kacamata
penulis.
Gambaran hari H tes CPNS sudah penulis
lukiskan di awal tulisan ini. Semrawut, tidak
tertata, seakan tidak ada konsep untuk
pelaksanaan
tes
ini.
Panitia
tidak
memperhitungkan, dengan peserta yang
berjumlah ratusan ribu, tentu harus tersedia
sarana dan prasarana yang menunjang. Untuk
waktu tes selama kurang lebih lima jam,
seharusnya standar tempat pelaksanaan tes
harus lebih manusiawi. Namun yang terjadi
adalah, calon CPNS dibiarkan mengerjakan
soal di bawah terik matahari, dengan posisi
duduk yang sangat tidak nyaman. Hal ini tentu
akan
mengganggu
konsentrasi
untuk
mengerjakan soal. Banyak peserta tes yang
pingsan, sesak nafas, pusing dan yang pasti
kepanasan. Untuk peserta di kota besar

umumnya memang memilki fasilitas ruang


yang lebih memadai untuk manampung semua
peserta tes. Bahkan ruangannya pun ber AC.
Sehingga kondisi semrawut tersebut lebih
banyak dialami di daerah yang memiliki sedikit
gedung mewah.
Seharusnya untuk melaksanakan sebuah
program yang besar dan berdampak untuk
jangka panjang, pemerintah sudah memiliki
konsep dengan berbagai kemungkinan yang
akan terjadi. Harus ada upaya preventif jika
terdapat kesalahan dalam penerapan konsep.
Namun jika melihat kejadian minggu lalu,
dapat dipastikan panitia penyelenggara tidak
memiliki konsep tes CPNS yang jelas dan
berkualitas.
Jika ditarik lebih luas, maka rekruitmen
CPNS merupakan salah satu harapan baru
terbentuknya sebuah sistem birokrasi yang
jauh lebih baik dari pada saat ini. Secara
kuantitas sudah teruji, bahwa PNS di
Indonesia sangat lebih dari kata banyak.
Dengan perbandingan antara SDM yang ada
terhadap kinerja yang selama ini tampak,
maka hasilnya adalah minus. Rekruitmen
tahun ini memang memberi prioritas untuk
karyawan honorer yang selama ini telah
mengabdi di instansi pemerintahan. Namun
panitia tetap memberi kesempatan pada
banyak orang untuk mengikuti tes. Sehingga
diperlukan reformasi dari berbagai sistem
rekruitmen yang telah diterapkan.
Pertama, jika pengumuman bisa dilakukan
secara online, maka untuk efektifitas sistem,
pengiriman data pribadi dapat dilakukan
melalui email, berdasarkan standar form yang
ada di masing-masing instansi. Untuk surat
lamaran dengan tulis tangan dan bermaterai,
rasanya bukan lagi syarat yang memiliki
urgensi. Jika untuk kepastian hukum, maka
surat pernyataan dapat diberikan pada saat
pelamar
memasuki
tahap
wawancara.
Demikian halnya dengan syarat-syarat ijasah
maupun keterangan lainnya. Hal ini juga akan
meringankan beban panitia yang harus
memeriksa semua berkas yang jumlahnya
jutaan lembar. Padahal dari banyak rumor
yang bisa dipercaya, subjektivitas tetap
berperan dalam seleksi administrasi tersebut.
Bahkan dari photo saja, seseorang dapat
kehilangan kesempatan untuk menjadi calon
CPNS.
Kedua, panggilan calon CPNS dapat
melalui email, telepon dan surat, bahkan sms,
yang sebelumnya dinformasikan kepada

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

71

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


pelamar, tanpa memberatkan pelamar. Model
seperti ini akan mengurangi pos anggaran
untuk pengiriman surat panggilan, yang
seringkali disalahgunakan. Pemanggilan ini
juga disertai dengan memberikan nomor ujian
serta informasi lain yang mengenai tes CPNS.
Sehingga calon CPNS tidak perlu lagi
berdesak-desakkan untuk mengambil nomor
tes.
Ketiga, soal tes harus disesuaikan dengan
kualifikasi pekerjaan dan dasar keilmuwan
masing-masing pelamar. Selain itu harus ada
standar soal yang layak diberikan bagi
seorang calon penyelenggara negara. Soal
harus berkualitas dan bermanfaat bagi calon
dikemudian hari, pada saat dia bekerja di
instansi terkait. Jenis soal boleh sama dari
tahun ke tahun, tetapi tidak dengan substansi
yang sama.
Keempat, pelaksanaan tes rasanya tidak
efektif jika dilakukan secara serentak, dalam
waktu lima jam non stop. Serentaknya
pelaksanaan ini dulunya untuk menghindari
satu orang melamar pada beberapa instansi
pemerintahan. Kemudian dengan tes secara
serentak diharapkan dapat mengurangi calocalo dari okmum PNS yang melakukan jual
beli kursi di instansi mereka. Namun
kenyataannya, tidak sedikit pelamar yang
menggunakan joki. Sehingga di saat yang
bersamaan mereka dapat mengerjakan soal di
tempat lain untuk instansi yang berbeda. Jika
orang yang bermodal, maka dia bisa
mnggunakan beberapa joki sehingga tes
CPNS layaknya sistem perjudian baru. Di sini
tidak lolos, bisa jadi di lain tempat diterima.
KKN ternyata tetap marak, meskipun tes
dilaksanakan secara serentak. Karena bejat
tetap saja bejat. Pasti ada celah di mana
sistem tidak mampu melacak adanya indikasi
korup. Terlebih jika konsep yang ada tidak

didasarkan pada reformasi sistem secara


koheren.
Tawaran penulis, tes dapat dilakukan
dalam kurun waktu satu sampai dengan dua
minggu secara bergantian. Hal ini guna
mensiasati kekurangan sarana dan prasarana.
Di samping itu sistem ini akan mengurangi
anggaran untuk pengawas tes CPNS. Karena
sekali lagi, ini merupakan celah untuk terjadi
korupsi di instansi terkait. Untuk mencegah
seseorang melamar di dua tempat sekaligus,
maka sistem pendaftaran dilakukan secara on
line, sehingga akan mudah bagi panitia untuk
melakukan pengecekan nama pelamar. Jika
ada suatu daerah yang tidak memiliki jaringan
internet, maka pelamar dimungkinkan untuk
menyerahkan atau mengirimkan lamaran.
Kemudian instansi terkait bertanggungjawab
untuk memasukkan data pelamar ke dalam
standar form yang ada.
Tes CPNS harus memiliki tujuan sebagai
proses penjaringan para calon penyelenggara
negara yang memilki integritas dan kualitas
yang unggul, melalui proses rekruitmen yang
transparan dan akuntabel. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, masyarakat harus dilibatkan
sebagai pengawas eksternal mulai dari proses
pengumuman lowongan, hingga pada tahap
akhir tes. Keterlibatan masyarakat diharapkan
mampu mengeliminir terjadinya praktek KKN
yang seringkali mewarnai hari-hari seleksi
CPNS. Konsep yang berkualitas dari para
penyelenggara
seleksi
CPNS,
akan
melahirkan PNS yang berkualitas. Hasilnya,
bangsa kita akan bebas dari aparat
pemerintahan yang tidak memiliki etika.

* Penulis adalah alumni Fakultas Hukum


Universitas Brawijaya.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

72

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

NASIONAL

Perlunya Keterpaduan Pemerintah dan Masyarakat Mengatasi Kepunahan


Tumbuhan Endemik di Indonesia
Sudarmono
Pusat Konservasi Tumbuhan Ex situ-Kebun Raya Bogor-LIPI
Mahasiswa Program Doktor di Kebun Raya, Universitas Osaka City, Osaka, Jepang
E-mail: s_darmono@yahoo.com
1. Pendahuluan
Akhir-akhir ini hampir setiap hari pada
beberapa surat kabar selalu dengan judul
kerusakan hutan atau hutan di Indonesia
punah, bahkan Hutan Sumatra tahun 2005
habis [5], 15 tahun lagi Hutan di Indonesia
punah [4], Hutan Kalimantan rusak dalam 10
tahun [7], Kerusakan hutan di Papua terparah
di Indonesia [6], hal itu juga menjadi judul
yang hampir sama pada surat kabar yang
lainnya seperti Indonesia alami kerusakan
lingkungan tercepat di dunia [10]. Sebenarnya
apa yang sedang terjadi dengan kerusakan
hutan 2,8 juta ha/tahun dan akibatnya
terhadap isi hutan di Indonesia (lihat Tabel 1)
Tabel 1. Nomor urut keragamannya,
kisaran kekayaan dan kepunahan beberapa
kategori jenis mahluk hidup penghuni hutan
Indonesia di tingkat dunia*
No. urut
Kategori

negara

penghuni

terkaya

hutan

keragaman
nya*

Kisaran
kekayaan

Tingkat

nya dari

kepunahan

keseluruh

hingga 2006

an di

(spesies)

dunia

STB

10 %

27.500

SB

17 %

1.539

SM

12 %

515

SA
5
16 %
270
Catatan: STB: spesien tumbuhan berbunga; SB: spesies
burung; SM: Spesies mamalia; SA: spesies
amfibia. Sumber: [4] dan [13]*

Jurnal Nature terbitan Amerika [10],


mengungkapkan 2 hotspot (Sundaland dan
Wallacea) sebagai wilayah Indonesia yang
termasuk wilayah dengan keanekaragaman
spesiesnya menuju pada kerusakan habitat
(biodiversity
hotspots).
Spesies
yang
dimaksud tentunya spesies endemik dapat
berupa flora, fauna maupun mikroorganisma
yang hanya terdapat di areal tertentu dan
tidak terdapat di areal lainnya. Besarnya

kepunahan berkisar antara 2,9 sampai 12


spesies tumbuhan endemik setiap 100 km2.
Hal ini menunjukkan bahwa penanganan
terhadap hutan saja masih belum terealisir
apalagi tumbuhan endemik yang ada
didalamnya, sangat mendesak.
Tiga lokasi utama di Indonesia yang
memiliki tingkat kekayaan spesies tinggi yaitu
Papua (tingkat kekayaan spesiesnya tinggi,
endemismenya tinggi), Sulawesi (tingkat
kekayaan spesies sedang, endemismenya
tinggi), dan Kalimantan (tingkat kekayaan
spesiesnya tinggi, endemismenya sedang).
Melihat tingkat endemisme tumbuhan di
Indonesia yang begitu tinggi namun hingga
kini PETA TUMBUHAN ENDEMIK masih
belum ada. Meskipun begitu baru-baru ini
BirdLife (LSM Internasional) menerbitkan
Peta
lokasi
spesies
yang
terancam
kepunahan [9]. Karena tidak adanya
pemetaan yang jelas terhadap lokasi
tumbuhan endemik, akibatnya tidak ada
prioritas konservasi tumbuhan di Indonesia
secara riil maka simpang siur mengenai
usaha yang sudah dilakukan dan masih terus
berlangsungnya tingkat kepunahan sebagai
hal yang tragis. Konsep yang telah digulirkan
Pemerintah tahun 2003 tentang Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(Gerhan)
merupakan
upaya
positif
menanggulangi permasalahan kerusakan
hutan dan lahan [8] bahkan dengan
dicanangkannya tanggal 21 Januari menjadi
Hari Tanam Pohon Nasional. Namun
realisasinya memang lebih berat seperti
diungkapkan oleh Menteri Kehutanan [8]
dimana untuk periode 2003-2007 yang
rencananya hingga 2007 yg realisasi pada
tahun 2004 baru 50% yang akan dilanjutkan
tahun 2005. Artinya beban tahun berikutnya
menjadi
lebih
berat
belum
evaluasi
keberhasilanya setelah 5 tahun kemudian,
mengingat
faktor
pemeliharaan
dan
perawatan juga tidak bisa diabaikan begitu
saja. Keberhasilan penanaman juga perlu
mempertimbangkan
apakah
masyarakat
setempat dilibatkan, apakah jenis tumbuhan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

73

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

tersebut berguna bagi masyarakat setempat,


apakah tumbuhan itu sesuai untuk daerah
tersebut, dll. Untuk itu perlu adanya penelitian
yang melibatkan Universitas atau Lembaga
Swadaya Masyarakat dan tentunya pihak
Pemerintah terkait. Diperlukan pembagian
tugas yang jelas dari berbagai instansi yang
merasa punya kewenangan tentang hutan
Indonesia sehingga diharapkan peta prioritas
perlindungan kekayaan keanekaragaman
hayati dapat disusun efektif dan sebagai
masukan bagi Pemerintah untuk membuat
konsep kebijaksanaan dimasa mendatang.
Aspek penelitian untuk jenis-jenis tanaman
yang hanya tumbuh di tempat tertentu
(tumbuhan endemik) juga mendesak untuk
dipikirkan sebelum terjadi kepunahan seiring
dengan perkembangan pembukaan lahan
untuk berbagai macam kepentingan seperti
perkebunan,
industri
kayu,
pertanian,
pemukiman, dll. berlangsung lebih cepat
daripada pertumbuhan tanaman itu sendiri
2. Lembaga-lembaga
yang
dengan Hutan Indonesia

Berkaitan

Pemerintah
Indonesia
mempunyai
kewajiban untuk melindungi seutuhnya hutanhutan yang ada dari perusakan yang tidak
bertanggung jawab pada wilayah yang
merupakan habitat tumbuhan endemik secara
serius.
Lembaga
Pemerintah
seperti
Departemen
Kehutanan,
Departemen
Pertanian, Lembaga Riset yaitu Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai
Scientific
authority,
Universitas,
atau
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
Perusahaan Industri yg mendapat manfaat
dari penggunaan hutan serta masyarakat di
sekitar wilayah konservasi sangat penting
perannya dalam usaha perlindungan tersebut.
Meskipun sudah ada badan dunia yang
menangani masalah kepunahan tumbuhan
seperti International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN) atau
World Wildlife Fund (WWF) dan International
Centres of Plant Diversity and Endemism
(ICPDE). Departemen Kehutanan yang
mengelola
hutan
secara
keseluruhan
semestinya melindungi areal-areal habitat
tumbuhan endemik. Sayangnya bahwa daftar
areal tumbuhan endemik yang sangat penting
masih belum jelas, yang ada hanya daftar
tumbuhan berkayu (annual trees), sedangkan
untuk kategori tumbuhan semusim (perennial),
dua musim (biannuall) atau tumbuhan
berbunga (flora of wild flowers) dan tumbuhan

tingkat rendah (jamur, ganggang dan lumut)


belum ada daftarnya.
Berkaitan dengan
pengelolaan wilayah disekitar kawasan
konservasi maka Departemen Pertanian
berkewajiban membina masyarakat sekitar
untuk
membudidayakan
tanaman
dan
memenuhi kebutuhan hidup sendiri sehingga
tidak tergantung hanya pada hutan wilayah
konservasi.
Dimana saat ini perhatian
terhadap masyarakat sekitar hutan masih
belum optimal, akibat adanya saling lempar
tanggungjawab
antara
Departemen
Kehutanan dan Departemen Pertanian dalam
hal pembinaan. Sebagai contoh yaitu
pengelolaan di kawasan Zona Penyangga
yang merupakan batas dari bentangan unit
Kawasan Konservasi belum ada konsep yang
jelas. Tanpa pembinaan pengelolaannya oleh
Departemen Pertanian (Petugas Penyuluh
Pertanian) yang merupakan ujung tombak
pembinaan pertanian berkesinambungan
maka mustahil masyarakat sekitar kawasan
bisa menjadi petani yang konsisten justru
sebaliknya menjadi petani subsisten atau
berpindah-pindah
Meskipun
demikian,
tanggungjawab
Pemerintah terhadap usaha konservasi sudah
cukup baik dengan adanya wilayah Taman
Nasional, Cagar Alam [2], yang ditangani oleh
Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen
Kehutanan di Jakarta. Hutan Lindung dan
Arboretum yang ditangani oleh Pemerintah
Daerah setempat. Semua areal tersebut
dikategorikan sebagai areal Konservasi In situ,
dimana tumbuhan dengan habitat aslinya
tetap lestari. Sedangkan untuk Konservasi Ex
situ dimana dengan membuat hutan buatan
yang tentunya dengan tumbuhan yang
diambil dari habitat aslinya dan bukan
merupakan tumbuhan hasil budidaya, juga
sudah dikembangkan Kebun Raya, yang
salah satunya ditangani oleh LIPI melalui
Pusat Konservasi Ex situ-Kebun Raya yaitu
Kebun Raya Bogor dan KR Cibodas, Jawa
Barat (secara berurutan untuk tumbuhan
dataran rendah-basah dan dataran tinggibasah), KR Purwodadi-Malang, Jawa Timur
(untuk tumbuhan dataran rendah-kering), dan
KR Bedugul, Bali (untuk tumbuhan dataran
tinggi-lembab) serta Kebun Botani, Papua
oleh Pusat Penelitian Biologi (LIPI).
Beberapa Pemprop setempat seperti Jambi
dengan Kebun Raya Bukit Sari dan Jawa
Tengah dengan Kebun Raya Baturraden,
Purwokerto. Pihak Universitas juga tidak
kalah perannya dengan membuat Hutan
Percobaan seperti Haurbentes (IPB), Kebun
Percobaan milik Universitas (UGM, UNS,

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

74

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Universitas Mulawarman). Tingkat kepedulian


juga diperlihatkan oleh LSM atau badan
swasta seperti Kebun Buah Mekar Sari,
Kebun Tanaman Obat Nyonya Meneer,
Kebun Tanaman Obat Rengganis, Kebun
Trubus, dan lain-lain serta yang dikelola oleh
perorangan. Antusias dari masyarakat pecinta
tanaman (LSM) sudah cukup tinggi dan
dukungan Pemerintah melalui LSM hibrid
dengan masyarakat seperti Yayasan Kebun
Raya Indonesia, Yayasan KEHATI, Nature
Biodiversity (NBIN), dan lain-lain. LSM
kerjasama Internasional seperti International
Network Plant Conservation (INetPC),
International Association Botanical Gardens
(IABG), Conservation International (CI), World
WildLife Fund (WWF), Flora and Fauna
International, Forest Watch, dan lain-lain. Ada
juga kalangan eksklusif seperti Komisi
Nasional Plasma Nutfah (KNPN), Persatuan
Biologi
Indonesia
(PBI),
Penggalang
Taksonomi Tumbuhan Indonesia, dan lainlain. Semakin banyaknya lembaga swadaya
masyarakat yang berkaitan dengan kecintaan
terhadap tumbuhan merupakan hal yang
wajar sebagai konsekwensi dari luasnya
wilayah hutan di Indonesia, yang bersama
dengan 10 negara lain meliputi 60 % dari luas
hutan dunia
[12].
Sayangnya tenaga
Penjaga Hutan (Jagawana) yang ada masih
dibawah standar ideal. Seperti dikutip pada
Jurna Celebes, bahwa untuk pengamanan
hutan di Propinsi Sulut masih sangat terbatas,
dimana jumlah Jagawana tidak mendukung
dengan luas hutan, dimana satu petugas
jagawana mengamankan sekitar 450 km2
hutan [3]. Pengawasan bersama oleh
masyarakat dengan informasi yang baik akan
menunjang kelancaran aparat kehutanan
dalam menanggulangi penebangan liar
(illegal logging) dan pelanggaran wilayah
tebangan oleh perusahaan kayu serta oleh
perorangan atas suruhan cukong-cukong
kayu gelondongan. Sanksi hukum yang tegas
bagi para perusak hutan dan sanksi disipliner
bagi oknum aparat Pemerintah yang
membantu perusakan hutan merupakan
cermin dari keseriusan Pemerintah
3. Aspek Pendidikan dan Penelitian Masih
Sangat Kurang
Hal yang sangat penting sebenarnya tidak
hanya sekedar melindungi atau mengawasi
wilayah
konservasi
tapi
juga
aspek
pendidikan dan penelitian mengenai isi hutan
itu. Aspek penentuan kategori punah atau

terancam punahnya suatu jenis tumbuhan,


implikasi pemasukan suatu spesies kedalam
Daftar Kategori sudah ada ketentuannya
seperti tercantum pada IUCN RED LIST
Categories Book versi Indonesia [1].
Sehingga pendekatan aspek kuantitatif pada
pengkategorian kepunahan suatu spesies
tumbuhan menjadi jelas. Apabila hal tersebut
telah dilakukan penelitian lebih lanjut baik itu
aspek
taksonomisnya
(spesies
baru),
ekologisnya
(kondisi
habitatnya
dan
fragmentasinya), biosistematisnya (analisa
genetik berdasarkan urutan taksonnya), dan
lain-lain secara terpadu, maka tindakan
selanjutnya
adalah
kriteria
sebagai
berikut: mempunyai populasi yang kecil,
adanya penurunan yang tajam pada jumlah
individu di alam, atau daerah penyebaran
yang terbatas (endemik). Selanjutnya kriteria
dari tingkat paling mendesak; punah (extinct),
punah di alam (extinct in the wild), resiko
kepunahan ekstrim (critically endangered),
punah (endangered), langka (vulnerable), dan
lower risk. Terhadap jenis tumbuhan yang
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
tersebut wajib dilakukan upaya konservasi.
4. Kesimpulan
Mengingat laju kerusakan akan lebih cepat
daripada laju penghutanan kembali maka
keterpaduan bersama dari Pemerintah dan
masyarakat dengan pendekatan jemput bola
(Pemerintah terkait terjun langsung ke
masyarkat)
dan
berkomunikasi
serta
memberikan informasi kebijaksanaan sangat
efektif
untuk
jangka
panjang.
Perlu
ditingkatkan
penelitian
hutan
secara
kuantitatif, kualitatif dan aspiratif baik oleh
Pemerintah terkait, LSM dan Perguruan
Tinggi serta sosialisasi hasilnya melalui
seminar-seminar juga publikasi sebagai dasar
pengambilan kebijaksanaan oleh Pemerintah
dalam hal RTRWN tadi. Masyarakat masih
sebatas memahami isi hutan sekedar kayu
yang bisa dijual padahal didalamnya
terkandung kekayaan yang tidak ternilai.
Antara lain, selama ini banyak spesies
tumbuhan baru yang ditemukan di hutan
Indonesia masih didominasi oleh peneliti
asing. Hutan Indonesia bagaikan `surga` bagi
para peneliti asing sebagai contoh banyak
spesies
baru
dari
Indonesia
yang
dipublikasikan pada Jurnal Internasional
tentang spesies baru seperti Kew Bulletin,
Flora Malesiana, Brittanica, Blumea, dll.,
namun ditulis oleh peneliti asing tanpa

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

75

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

satupun ada nama orang Indonesia.


Bagaimanapun juga rasa nasionalisme yang
diterjemahkan dengan kalimat cinta tanah air
musti dikembangkan menjadi cinta tanah air
dan tanaman
Daftar Pustaka
[1] Anonim, 1998. IUCN RED LIST
Categories Book versi Indonesia. Kebun
Raya Bogor Press.Bogor.
[2] Anonim, 1997. PP NOMOR 47 TAHUN
1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah
Nasional/RTRWN.
Dept.
Kehutanan RI, Jakarta.
[3] Jurnal
Celebes
(04
Juli
2003),
Pemerintah
Diminta
Tinjau
Izin
Pertambangan di Kawan Hutan Lindung.
[4] Kompas, 12 Maret 2006. 15 Tahun
lagi Hutan di Indonesia akan Punah.
http://kompas.com/utama/news/0603/12/1
60414.htm.
[5] Kompas, 05 November 2003. Tanpa Aksi
Nyata,Tahun 2005 Hutan di Sumatra
Habis.
http://kompas.com/utama/news/0311/05/1
50736.htm
[6] Kompas, 28 Oktober 2003 Kerusakan
Hutan di Papua Terparah di Indonesia
http://kompas.com/utama/news/0310/28/0
45634.htm

[7] Kompas, 09 Juni 2005. Hutan Kalimantan


Rusak
Dalam
10
Tahun
http://kompas.com/teknologi/news/0506/0
9/143514.htm
[8] Kompas, 02 Juni 2005. GNRHL Efektif
bila Penghacuran Hutan Dihentikan.
http://kompas.com/utama/news/0401/21/1
60253.htm
[9] Kompas, 13 Desember 2005. Dipetakan,
habitat 800 spesies yang terancam punah.
http://kompas.com/teknologi/news/0512/1
3/123145.htm
[10] Myers et al. 2000, Biodiversity Hotspots
for Conservation Priorities. Nature Vol.
403. 24 Febr. 2000.
[11] Media Indonesia Online, 03 Maret 2006.
http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=
94019.
[12] Press
release
2001.
http://www.indonesiamissionny.org/press/pr061801.htm.
Permanent Mission of The Republic of
Indonesia To the United Nation, New
York, USA.
[13] Primack, R., Bray, D. and Ponciano, I.
(Eds). 1998. Timber, Tourists and
Temples.
Conservation and
Development in the Maya forest of Belize,
Guatemala and Mexico. Island Press,
Washington, DC.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

76

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

NASIONAL

Impor Beras: Benarkah Merugikan Petani?


Soekartawi
Guru Besar Universitas Brawijaya Malang
Email: soekartawi@yahoo.com
Begitu kebijakan impor beras diumumkan
Presiden 5 Januari 2006 yang lalu, maka
meledaklah pemberitaan soal ini. Banyak koran
memberitakannya dengan judul yang dicetak tebal.
Pendapat dari berbagai kalangan pun muncul.
Lebih seru lagi sumber berita justru lebih banyak
dari Jakarta, apakah itu politisi, tokoh masyarakat
atau lainnya. Saya sebenarnya menunggu
komentar teman-teman para peneliti mikro
pedesaan yang barangkali mampu menjembatani
perbedaan pendapat antara impor dan tidak impor
beras ini.
Gemuruhnya pemberitaan soal impor beras
hampir sama serunya dengan berita soal banjir.
Hanya bedanya, bencana banjir disertai dengan
data yang konkrit, sementara soal beras, masingmasing sumber berita mendasarkan pada datanya
atau pendapatnya sendiri-sendiri, yang juga belum
tentu didukung oleh fakta yang konkrit. Tak ayal,
terjadilah kesimpangsiuran. Sebenarnya justru
disitulah isu sebenarnya, yaitu simpang siurnya
soal data perberasan nasional. Kita (pengamat)
dan/atau lembaga yang terkait dengan beras
mempunyai data sendiri-sendiri.
Saya bahkan khawatir, jangan-jangan ibarat
buah maka yang diketahui hanya kulit-kulitnya
saja, sedangkan dalamnya buah itu sendiri tidak
diketahui secara pasti. Karena itulah, maka dalam
beberapa tulisan saya di Kompas [1],[2],[3], dan
Surabaya Post [4] saya sudah menyarankan agar
perorangan atau lembaga terkait yang menangani
beras ini, seperti BPS, BULOG, DEPTAN dan
DEPPERINDAG (atau boleh ditambah lagi dengan
peneliti masalah-masalah perberasan, HKTI,
PERPADI atau lainnya) agar duduk bersama.
Tujuannya adalah untuk mempersatukan persepsi,
kemudian tampil di hadapan mass media secara
bersama untuk menjelaskan situasi perberasan
nasional. Disamping itu, maksud yang lain juga
agar
lembaga
pemerintahan
tersebut,
kredibilitasnya tidak menurun dimata masyakat.
1. Peringatan
Peringatan soal kebijakan buka-tutup impor
beras ini sebenarnya sudah banyak diketahui.

Begitu pula untung dan ruginya kalau kita


mengimpor. Saya dan teman-teman dari Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang, bekerja
sama dengan PERPADI, menyelenggarakan
Seminar dan Lokakarya Nasional tentang Peran
Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha
Beras
Indonesia
(PERPADI)
dalam
Mensukseskan Ketahanan Pangan Nasional di
Unibraw Malang, Maret 2003. Dalam makalah
saya pada seminar tersebut telah di singgung
panjang lebar isu perberasan nasional sekarang
ini, yaitu: (a) Masalah fluktuasi harga, yaitu
adanya jurang perbedaan (gap) antara harga
dasar pembelian gabah pemerintah dengan harga
yang ada di tingkat petani yang berpotensi
munculnya fluktuasi harga gabah, (b) Masalah
terjadinya impor beras yang bersamaan (atau
hampir bersamaan) dengan saat panen raya, (c)
Masalah yang berkaitan dengan kebijakan tarif,
kredit dan sistim cadangan beras, dan (d) Adanya
selundupan beras yang hampir tiap tahun terjadi
[5].
Lebih lanjut dalam makalah tersebut juga
dijelaskan beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengantisipasi masalah perberasan
nasional, yaitu; (a) Produksi dan produktivitas
gabah yang dihasilkan petani, masih relatif rendah.
Hal ini bukan saja disebabkan karena rata-rata
luas usahatani sawah yang semakin menyempit,
tetapi penggunaan sarana produksi juga tidak
efisien ditambah lagi harga input yang tinggi
(mahal). Dengan demikian usatani padi di luasan
yang sempit itu kurang memberikan keuntungan
yang tinggi. Selanjutnya, (b) Karena 60% lebih
beras diproduksi di Jawa, maka untuk memenuhi
kebutuhan beras nasional, maka masalah
distribusi dan pemasaran beras, juga menjadi
masalah perberasan kita.
Sehubungan dengan hal itu, saya sarankan
untuk memberlakukan apa yang disebut
dengan PARAS (Paket Agribisnis Perberasan).
Uraian tentang PARAS telah dibahas secara rinci
di dalam makalah tersebut [5]. Dalam PARAS
diharapkan akan ada keterpaduan antara
subsistem sarana produksi, usahatani, pasca

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

77

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


panen (termasuk distribusi dan pemasaran) dan
subsistem pendukungnya yang lain.
2. Impor Merugikan Petani?
Hampir semua pemberitaan di koran
berbunyi,...dengan kebijakan impor, maka
pemerintah tidak ada kepemihakan ke petani...,
Harian Kompas, 9/1/2006, bahkan membuat judul
berita Impor Beras Picu Konflik, Kepentingan
Masyarakat dan Petani Diabaikan. Pertanyaan
yang perlu dibuktikan adalah siapa yang berkonflik
dan kepentingan petani yang mana.
Sekitar 25-30 tahun lalu, saya bersama
teman-teman IPB (Prof. Sayogyo, Prof. Gunawan
Wiradi, Prof. Suntoro, Prof. Rudy Sinaga, dkk),
UGM (Prof. Widodo, dkk) UNEJ (Prof. Kabul
Santoso, dkk) dan Unibraw (saya, Prof. Suradi,
Prof. Burhan, dkk) terlibat dalam penelitian yang
sifatnya mikro (dalam kurun waktu yang relatif
lama) yang disebut Survey Agro-Ekonomi (SAE)
kemudian setelah selesai dilanjutkan dengan
penelitian Studi Dinamika Pedesaan (SDP).
Penelitian ini sangat menarik, karena mengamati
secara rinci perubahan beberapa desa (dan
tingkat kehidupan petani) di Pulau Jawa dari bulan
ke bulan, dari musim ke musim, dan dari tahun ke
tahun.
Hasilnya?, terjadi perubahan yang begitu
cepat, terutama di daerah penghasil utama padi.
Beberapa bulan lalu, saya sempatkan singgah di
satu desa yang saya teliti 25 tahun lalu tersebut.
Hasilnya betul-betul menakjubkan, di mana telah
terjadi perubahan dengan amat cepat. Bukan saja
rata-rata pemilikan lahan sawah yang semakin
menyempit, tetapi banyak petani sudah ditendang
oleh kemajuan jaman. Petani berubah status
menjadi buruh tani atau lari ke kota mencari
penghasilan dari sumber lain. Lahan pertanian
berubah fungsi menjadi bangunan. Akibatnya,
kepadatan penduduk meningkat tajam, dan daya
dukung pedesaan sudah tidak mampu lagi
menyangga penduduk yang mendiaminya.
Coba kita ambil kasus sensus pertanian 1973
yang menunjukkan jumlah petani kecil (gurem)
yang rata-rata penguasaan lahan pertaniannya
seluas 0,27 ha berjumlah 45,6% dari total usaha
pertanian. Kini (32 thn kemudian), bisa jadi 0,27
ha itu sudah menyempit menjadi 0,10 ha saja atau
bahkan kurang dari itu. Selanjutnya konsukensi
terhadap petani padi adalah usahataninya tidak
efisien, produksi perhektar rendah, sehingga
pendapatan petani juga kecil sekali. Hasil
penelitian SDP (1979) menunjukkan bahwa
pendapatan rumah tangga petani padi gurem (di

strata desa dataran rendah persawahan) hanya


Rp 153,-/jam kerja atau 7 kali lipat dibawah
pendapatan rumah tangga petani yang tidak
gurem yang sebesar Rp1.059,-/jam kerja.
Implikasinya adalah begitu setelah panen, maka
sebagian besar padi dijual semuanya oleh petani
gurem. Kasus sekarang ini bisa jadi seperti itu,
walaupun harga sudah naik Rp 4000/kg padahal
harga beli pemerintah adalah Rp 3550/kg; namun
yang menikmati bukanlah petani padi khususnya
petani kecil. Lantas siapa?, jawabannya adalah
para orang kaya di pedesaan atau para pedagang
padi. Sehingga petani yang semula memproduksi
padi lama kelamaan juga akan membeli beras
dipasaran karena padinya sudah dijual. Tentunya
dengan harga yang berlaku di pasar yang sudah
membumbung tinggi tersebut.
Kembali ke berita Kompas 9/1/2006
bahwa impor beras memicu konflik?, siapa yang
konflik?, tentu bukan petani, tetapi pedagang padi
atau pedagang beras. Hal ini disebabkan tidak
teraturnya
pemasokan
beras
sehingga
menyulitkan pedagang dalam menentukan harga
jual alias kesulitan menaksir keuntungan.
Menyulitkan pengusaha
beras antar daerah
(kecamatan, kabupaten atau propinsi) atau
bahkan pengusaha beras antar pulau. Mereka
pasti disibukkan oleh masalah ketidakpastian ini.
Akibatnya, mereka mengambil sikap diam untuk
sementara sambil menunggu kembali mapannya
perberasan nasional. Karena itu, bisa dimengerti
kalau harga beras sekarang membumbung tinggi.
Agar bisa kembali ke keseimbangan semula, satusatunya memang harus mengimpor, khususnya
untuk iron stock.
Perlu dicatat, beras tidak sama dengan
komoditi yang lain. Volume beras di pasar
internasional hanya sekitar 5 persen saja,
sehingga ekspor-impor beras menjadi lebih
banyak ditangai G to G (antar pemerintah).
Artinya, walaupun kita punya uang, tidak mudah
untuk melakukan impor. Kalau 5 Januari 2006
diumumkan mengimpor beras, kemudian terus
kita dapat beras dari Vietnam dalam waktu yang
tidak lama, maka itu kemungkinannya sudah ada
komitmen sebelumnya.
Juga perlu dicatat bahwa Indonesia adalah
produsen beras yang besar dan sekaligus
merupakan konsumen beras yang juga besar.
Jadi kalau orang mempermasalahkan mengapa
kita melakukan impor atau tidak, maka perlu dicari
alasan yang valid (sahih). Dalam teori
perdagangan internasional, angka patokan yang
dipakai apakah suatu negara melakukan impor
atau tidak adalah menggunakan patokan yang

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

78

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


biasanya disebut Tingkat Proteksi Nominal atau
Nominal Protection Rate atau disingkat dengan
akronim NPR. Angka ini dihitung dengan cara
membandingkan antara selisih harga di dalam
negeri dengan harga border (harga yang termasuk
biaya asuransi dan transport atau sering disebut
harga CIF), dengan harga border dikalikan 100
persen.
Untuk kasus perberasan di Indonesia, maka
harga di dalam negeri (yang biasa dipakai dalam
perhitungan) adalah harga di pasar beras
Cipinang, sedangkan harga border dipakai harga
CIF (cost, insurance and freight) ditambah lima
persen biaya pemasaran yang dihitung dari harga
FOB (free on board) di Bangkok untuk beras 25
persen broken (setara dengan beras kualitas tiga
di pasar induk Cipinang), ditambah dengan 7,5
persen biaya asuransi dan transport. Harga beras
di Pasar Cipinang dijadikan barometer harga
perberasan nasional karena banyaknya beras
yang diperdagangkan di pasar itu.
Dengan menggunakan angka patokan NPR
seperti itu, dan diasumsikan tarif bea masuk impor
adalah nol, maka diperoleh trend angka NPR yang
unik. Kita ambil contoh yang agak ekstrim yaitu
data impor beras dari bulan Januari 1998 sampai
dengan September 1998. Dengan melakukan
analisis NPR, maka diketahui bahwa angka NPRnya adalah negatif berkisar antara angka 15
sampai 62. Ini artinya bahwa harga beras di luar
negeri adalah lebih tinggi sebesar 15-62 persen.
Dengan analisa seperti ini, maka dapat dibuat
justifikasi tidak melakukan impor karena harga
beras di luar negeri terlalu mahal. Logikanya, baik
pemerintah maupun swasta tentu tidak melakukan
impor.
Sebaliknya kalau menggunakan data setelah
itu (Oktober 1998 sampai Mei 1999), angka NPR
adalah justru positif berkisar antara 5-53 persen.
Artinya harga beras di pasar luar negeri memang
lebih rendah. Dengan angka patokan ini dapat
diketahui, harga di pasar luar negeri, Bangkok,
adalah lebih rendah sekitar 5-53 persen.
Logikanya, baik pemerintah maupun swasta dapat
melakukan impor beras karena mereka tugasnya
memang mencari untung.
Dari uraian singkat ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap kali ada pemikiran
mengimpor beras, maka diperlukan analisa yang
komplit, memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhinya
termasuk
faktor
atau
perhitungan angka NPR, FOB dan CIF.

3. Penutup
Sekali lagi saya mohon lembaga yang terkait
dengan perberasan termasuk mereka yang
mempermasalahkannya seperti DPR, HKTI atau
LSM lainnya ini agar dapat duduk bersama dan
berdiskusi untuk memecahkan masalah ini. Selain
itu
juga
diharapkan
teman-teman
yang
mempunyai penelitian mikro soal beras ini
terutama yang pengamatannya dalam waktu yang
relatif lama, ikut pula bergabung. Kemudian
hasilnya diumumkan secara terbuka melalui
televisi atau media cetak.
Dalam diskusi, jangan hanya membahas
masalah kuantitas beras (impor sekian ribu ton,
misalnya), tetapi juga analisa NPR (Nominal
Protection Rate), di mana dalam menghitung NPR
biasanya sudah menggunakan harga di tingkat
FOB (Free On Board) dan harga CIF (Cost,
Insurance & Freight). Sebab pengalaman masa
lalu (thn 1998), impor yang dilakukan bulan-bulan
Januari s/d September 1998, justru angka NPRnya negatif sekitar 15-62. Ini artinya harga beras
impor lebih tinggi sebesar 15-62 persen dari pada
harga di dalam negeri.
Daftar Pustaka
[1] Soekartawi,
2000,
Kebijakan
Baru
Perberasan Nasional, Harian Kompas 22
Maret 2000.
[2] Soekartawi, 2002, Rakyat Jangan Lagi
Dipaksa Makan Nasi (Beras). Harian
Kompas 6 Juni 2002.
[3] Soekartawi, 2005, Banjir Beras di Sentra
Produksi (Komentar), Harian Kompas 24
September 2005.
[4] Soekartawi, 2005, Menyambut Hari Pangan
Oktober 2005: Upaya Membuat Petani
Tangguh, Harian Surabaya Post 25 Oktober
2005.
[5] Soekartawi dan N. Hanani, 2003, Menuju
Paket Agribisnis Perberasan di Indonesia.
Makalah disampaikan pada Seminar dan
Lokakarya Nasional dengan tema Peran
Persatuan
Penggilingan
Padi
dan
Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI)
dalam Mensukseskan Ketahanan pangan
Nasional yang diselenggarakan oleh
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di
Gedung Widyaloka Malang pada 28
Februari 1 Maret 2003.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

79

NASIONAL

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Melihat Potensi dari Sistem Usaha Tani Kontrak


Kuntoro Boga Andri
Staf peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pertanian RI; Mahasiswa program Doctor di The United Graduate
of Agricultural Sciences, Kagoshima University.
E-mail: kuntoro_boga@hotmail.com

1. Pendahuluan
Adanya liberalisasi pasar, perubahan pola
konsumsi manusia serta terjadinya perubahan
teknologi mengakibatkan meningkatnya produksi
dan perdagangan produk-produk pertanian
bernilai tinggi seperti benih, produk hortikultura,
rempah-rempah dan beberapa jenis sayuran
tertentu. Watts dan Goodman [5] menyebutkan
hal ini sebagai lahirnya negara-negara pertanian
baru dimana ekspor komoditas pertanian
tradisional seperti serealia, gula dan sebagainya
mengalami penurunan, sedangkan disisi lain
proporsi ekspor komoditas non tradisional seperti
sunkis Brazil ataupun sayuran eksotik dari
negara tropis dan sejenisnya semakin
meningkat.
Peningkatan ekspor produk-produk bernilai
tinggi tersebut diikuti pula dengan tumbuh
suburnya sektor supermarket terutama di negara
berkembang yang mengalami transformasi pasar
bahan pangan [15].
Perkembangan pasar
ekspor dan industri supermarket tersebut
ternyata disebabkan oleh perkembangan pola
kontrak
usahatani
antara
perusahaan-perusahaan
agribisnis
dengan
petani-petani
kecil
di
negara-negara
berkembang [7][15].
Keterkaitan tersebut
sepertinya terus berkembang sejalan dengan
berlanjutnya perkembangan liberalisasi pasar.
Pada masa-masa awal komersiaslisasi
pertanian dekade 70-an, masalah pokok dari
para petani Indonesia adalah membawa dan
menawarkan hasil produk mereka ke pasar dan
belajar bagaimana memulai suatu usaha bisnis
pertanian. Hal tersebut terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Saat ini yang menjadi
masalah utama bagi para petani adalah kesulitan
akan akses terhadap informasi pasar yang
akurat disamping rendahnya harga produk
pertanian [1][16]. Ditengah kondisi seperti yang
dipaparkan diatas, sistem usahatani kontrak
ternyata dapat berkembang sedemikian pesat,
khususnya dengan kemampuan menerobos
berbagai kendala yang dihadapi sektor pertanian.
Meskipun pada saat yang bersamamaan masih

timbul
berbagai
pertanyaan,
siapakah
sesungguhnya yang diuntungkan dengan
suksesnya sistem kerjasama usahatani ini,
petanikah atau perusaahaan agribisnisnya saja
[4][8][19].
2. Usahatani Kontrak di Indonesia: Kasus Jawa
Timur
Dengan terciptanya suatu sistem pemasaran
yang baik dimana petani khususnya pemilik
modal kecil dapat memperoleh keuntungan,
meskipun tidak akan menyelesaikan seluruh
persoalan tapi hal tersebut tentu sangat
membantu mereka. Suatu sistem pemasaran
yang baik dan efisien telah terbukti membawa
banyak keuntungan bagi para petani. Hal
tersebut
umumnya
melalui
upaya
meminimalisasi berbagai ganguan, mengurangi
jumlah pihak yang terlibat dalam transaksi, serta
memastikan bahwa harga yang terbentuk
benar-benar transparan [9]. Oleh sebab itu,
dengan tujuan utama menghilangkan hambatan
yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan pasar
serta mengurangi tingkat inefisensi, selama satu
dekade terakhir ini, suatu sistem usahatani
kontrak telah berkembang dengan pesatnya dan
menyebar diberbagai sentra-sentra produksi
pertanian kita. Hal ini berkaitan secara langsung
dengan meningkatnya permintaan akan kualitas
standar yang memadai bagi sektor agro-industri,
para eksportir produk-produk non-tradisional,
serta kebutuhan akan pemenuhan bahan
mentah bagi industri pengolahan pangan.
Menelaah usahatani kontrak lebih mendalam,
keberadaan dari sistem ini telah memberikan
harapan yang lebih baik bagi para petani
khususnya dalam pemecahan beberapa kendala
yang mereka hadapi mulai dari proses produksi
hingga pasca panen. Karena skema ini
sesungguhnya
merupakan
suatu
proses
mengintegrasikan tanpa menyatukan mulai dari
sub-sistem produksi sampai dengan pascapanen
termasuk prosesing dan pemasaran didalamnya.
Dengan maksud agar tercipta efisiensi yang lebih
baik dalam keseluruhan kegiatan agribisnis.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

80

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Pada prinsipnya, agro-industri memiliki


beberapa cara untuk dapat memperoleh bahan
mentah yang mereka butuhkan. Pada satu sisi
ekstrim mereka bisa hanya mengandalkan pada
pasar spot saja untuk membeli berbagai
komodititas yang dibutuhkan dan bersandar
pada mekanisme pasar. Disisi ekstrim pilihan
lainnya
mereka
bisa
secara
vertikal
mengintegrasi seluruh sitem yang ada, misalnya
membangun suatu usaha perkebunan sendiri
dimana mereka mampu memproduksi komoditi
yang dibutuhkan dengan mempekerjakan para
buruh upahan. Sedangkan sistem usahatatani
kontrak merupakan suatu institusi yang berada
ditengah-tengah atau diantara kedua sisitem
tersebut, dimana diciptakan suatu skema untuk
dapat membuat perjanjian atau kontrak yang
dapat mengontrol unsur-unsur produksi tanpa
harus saling memliliki unsur tersebut.
Di Jawa Timur, usahatani kontrak telah
digunakan secara luas oleh banyak industri
pengolahaan dan perusahaan agribisnis untuk
berproduksi atau mendapatkan suplai bahan
mentah yang mereka butuhkan. Beberapa contoh
yang dapat dilihat saat ini seperti misalnya dalam
industri perususuan, PT Nestle telah sejak lama
melakukan kontrak usaha dengan koperasi susu
yang ada di wilayah ini dalam wadah GKSI. Contoh
lain juga didapat dalam usahatani tanaman padi,
kedelai dan jagung dimana beberapa koperasi
pertanian ataupun kelompok tani secara langsung
memilih mengusahakan produksinya dalam
sebuah kontrak tertulis dengan beberapa
perusahaan swasta. Kasus yang sama juga dapat
dijumpai pada komoditas sayuran untuk memenuhi
pesananan outlet supermarket. Produksi untuk
beberapa jenis benih hibrida seperti jagung, padi
dan tanaman hortikultura yang dikerjakan oleh
perusahaan-perusahaan besar seperti PT
PIONEER, PT BISI dll juga diperoleh melalui
jalinan kontrak dengan kelompok tani dan koperasi.
Selain itu beberapa contoh serupa juga ditemukan
pada komoditas-komoditas yang dibutuhkan oleh
sektor-sektor industri seperti tembakau, kapas,
tebu dan coklat yang banyak diproduksi melalui
kerjasama kontrak dengan petani lokal setempat
[6][10][11][13].

Jenis komoditas
Kedelai
Ubi kayu
2. Hortikultur
Sayuran
Buah
3. Tanaman Industri
Tebu
Tembakau
Kelapa
Kapas
Coklat
Empon-empon
(jamu)
Sengon dan bamboo
4. Ternak
Sapi perah
Ayam
5. Perikanan

Lokasi kabupaten dimana terdapat


usahatani kontrak
Pasuruan, Jember,
Bondowoso

Jumlah
lokasi
2
1

Pasuruan, Probolinggo, Kediri, Magetan,


Jember, Sampang, Malang, Batu
Pasuruan, Gresik, Pacitan, Trenggalek

Malang, Probolinggo, Kediri,


Bondowoso, Jember
Jember
Pacitan,
Pacitan,
Kediri,

3
2
1
1
1
1

Bondowoso, Magetan

Bojonegoro, Malang, Pasuruan, Blitar


Malang, Probolinggo
Kediri, Probolinggo, Banyuwangi, Blitar

4
2
4

Source: Kuntoro Boga and Shiratake [10]

Berdasarkan observasi lapang yang dilakukan,


pada tahun 2003, sistem usahatani kontrak antara
petani dan perusahaan agribisnis dapat ditemukan
di 22 kabupaten dalam wilayah Jawa Timur dari
total keseluruhan 38 kabupaten/kota yang ada
(Tabel 1). Kurang lebih terdapat 44 perusahan
agribisnis yang beroperasi di wilayah ini tercatat
melakukan kontrak usahatani dengan koperasi
atau kelompok tani lokal untuk memproduksi lebih
dari 28 jenis komoditas pertanian.
Di wilayah ini, sistem usahatani kontrak
menjadi semakin populer dan berkembang
dalam satu dekade terakhir khususnya pada
beberapa jenis komoditi. Secara khusus, kontrak
merupakan hasil dari tiga factor rasionalisasi
yang muncul yaitu masalah kualitas, waktu dan
resiko. Untuk beberapa industri pengolahan,
perusahaan membutuhkan kekhususan kualitas
dan jenis untuk produknya, serta harus tersedia
tepat waktu saat dibutuhkan. Sebagai contoh,
dalam beberapa tahun terakhir salah satu
perusahaan rokok terbesar Indonesia yang
berlokasi di Jawa Timur, PT Gudang Garam
telah melakukan kontrak usahatani dengan para
petani tembakau disekitar wilayah Kediri guna
menjamin kualitas dan kuantitas yang mereka
butuhkan secara akurat [6]. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, industri pengolahan
susu Nestle menjalin kontrak usahatani dengan
koperasi susu di Jawa Timur untuk memastikan
bahwa standar produk susu yang mereka
butuhkan dapat terpenuhi dengan kapasitas
Tabel 1. Distribusi daerah usahatani kontrak di Jawa
jumlah yang stabil [11]. Beberapa pabrik gula di
Timur dan komoditas yang diusahakan
wilayah ini juga menjalin kontrak produksi tebu
Jenis komoditas
Lokasi kabupaten dimana terdapat
Jumlah
usahatani kontrak
lokasidengan KUD-KUD untuk memastikan waktu
1. Tanaman pangan
panen dan ketersediaan suplai bahan baku guna
14
Padi
Pasuruan, Malang, Gresik, Lamongan,
kontinuitas produksi mereka [13].
Magetan, Tulungagung, Ngawi, Blitar,
Tuban, Nganjuk, Banyuwangi, Sampang,
Untuk komoditas sayuran, awalanya sistem
Pamekasan, Sumenep
ini
hanya berlaku pada produksi beberapa
Jagung
Malang, Gresik, Probolinggo, Blitar,
6
tanaman yang bernilai komersial tinggi dan
Jember, Nganjuk
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

81

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

dikerjakan oleh petani dalam jumlah yang


terbatas. Seperti misalnya pada beberapa jenis
sayur
untuk
keperluan
ekspor
yang
membutuhkan input mahal serta resiko tinggi,
contohnya okra, kacang kapri, asparagus dll.
Juga komoditas yang dibutuhkan oleh industri
pengolahan makanan seperti cabai, wortel, daun
lik ataupun bawang merah. Namun saat ini
cakupan jenis komoditi usahatani kontrak
nampaknya semakin meluas dan semakin umum
digunakan untuk berbagai tanaman sayuran
tradisional yang diserap bagi keperluan seperti
outlet rumah makan, supermarket ataupun
sektor lain yang berhubungan dengan
produk-produk pertanian.

keuntungan dari situasi yang mungkin merugikan


pihak lainnya.
Misalnya, petani kecil akan
berpikiran bahwa perusahaan mitranya akan
menawarkan harga yang sangat rendah di pasar,
atau perusahaan khawatir bahwa penjual (petani
kecil) akan berkolusi yang bisa mengakibatkan
naiknya harga. Kontrak secara tertulis yang
menyebutkan kewajiban masing-masing pihak
diharapkan bisa mengatasi permasalahan
tersebut.
Kekhususan aset mencerminkan
resiko yang berkaitan dengan proteksi biaya
terluang pada pabrik-pabrik pengolahan,
sistem-sistem logistik atau pengembangan pasar,
atau untuk petani-petani kecil merupakan biaya
proteksi investasi pada permesinan dan
teknologi tertentu. Dengan demikian, kedua
belah pihak akan berusaha untuk memproteksi
3. Mengapa Usahatani Kontrak?
investasi mereka melalui kontrak.
Biaya transaksi juga terdapat dalam
Usahatani kontrak antara perusahaan
agribisnis besar dengan petani-petani kecil usahatani kontrak. Menurut Dietrich [2], biaya
seperti yang banyak ditemukan di Jawa Timur transaksi yang terjadi dalam kontrak antara
merupakan hubungan khusus antar pihak-pihak perusahaan agribisnis dan petani bisa dibedakan
yang memiliki aset dan kapasitas organisasi menjadi empat kelompok yaitu : (i) biaya
yang sangat berbeda. Untuk memahami model perencanaan, negosiasi dan implementasi
usahatani kontrak sangat penting mengetahui kontrak, (ii) biaya-biaya yang terjadi akibat
bagaiman hubungan yang khusus tersebut bisa penyimpangan pelaksanaan kontrak, (iii) biaya
terjadi terutama bila dikaitkan dengan model atau operasi yang berkaitan dengan pengendalian
tipe struktur pemasarannya. Pendekatan biaya pelaksanaan kontrak, dan (iv) biaya ikatan agar
transaksi tampaknya bisa digunakan untuk masing-masing mematuhi kontrak. Perusahaan
akan melakukan kontrak apabila biaya-biaya
tujuan tersebut.
Williamson [20] mengembangkan teori yang transaksi tersebut lebih rendah dari pada biaya
berbasis biaya untuk memahami keputusan yang dikeluarkan untuk mendapatkan suplai di
suatu perusahaan untuk melakukan transaksi. pasar biasa atau melalui model perkebunan.
Menurutnya, struktur yang akan terjadi dalam Selain mempertimbangkan biaya transaksi,
pemasaran adalah yang meminimumkan biaya untuk mencari mitra usaha petani kecil,
transaksi bagi semua pihak yang terlibat. Dalam perusahaan juga harus mempertimbangkan
teori ini, biaya transaksi merupakan fungsi dari biaya produksi.
Dengan teori yang sama, pihak petani kecil
tiga unsur penting dalam pemasaran yaitu :
rasionalitas yang mengikat, oportunisme dan bisa memperoleh keuntungan pengurangan
kekhususan aset dimana tanpa unsur-unsur biaya-biaya seperti : (i) masuk ke pasar, (ii)
tersebut pemasaran hanya akan berupa sistem mendapatkan kredit, (iii) kesempatan kerja bagi
tukar menukar yang tidak disertai dengan tenaga kerja dalam keluarga, (iv) menghadapi
adanya kegiatan-kegiatan produktif yang resiko, dan (v) memperoleh informasi pasar dan
Oleh karena itu, kontrak harus
berintegrasi vertikal maupun horizontal. Dietrich teknologi.
[2] menjelaskan tentang permasalahan biaya menarik bagi petani kecil yang tidak memiliki
transaksi dalam pertanian yang cukup bisa akses kredit, pasar tenaga kerja dan tidak bisa
memenuhi kondisi skala ekonomi dalam
menjelaskan tentang aplikasi pendekatan ini.
Rasionalitas yang mengikat (bounded mendapatkan informasi dan akses pasar.
rationality) menjelaskan perbedaan dalam hal Petani-petani kecil tersebut juga penting bagi
informasi antara calon pembeli dan calon penjual. perusahaan karena rendahnya biaya produksi,
Misalnya, perusahaan agribisnis memiliki terutama dalam menghasilkan produk-produk
informasi yang baik tentang pasar yang tidak bernilai tinggi yang memerlukan tenaga kerja
dimiliki oleh petani kecil, dan petani kecil akan intensif.
mendapatkan informasi yang merupakan
peluang yang dihasilkan dari kontrak yang 4. Dampak yang Mungkin Timbul dan Isu
Selanjutnya
mereka buat. Oportunisme akan terjadi ketika
ada peluang-peluang untuk memperoleh
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

82

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Dampak
usahatani
kontrak
terhadap
kesejahteraan
petani
sebenarnya
masih
kontroversial. Sejumlah pengamat mengatakan
bahwa perusahaan agribisnis hanya mau bekerja
sama dengan petani skala besar saja sehingga
petani-petani kecil menjadi semakin tersingkir
[12]. Dampak negatif lainnya adalah potensi
terperangkapnya petani-petani kecil dalam
kontrak, timbulnya dampak sosial yang negatif
dari cash economy, makin sempitnya pasar
lokal karena kontrak mengakibatkan produksi
lokal menjadi terdesak, penyimpangan kontrak
dan keprihatinan pada sikap negatif perusahaan
multi nasional seperti yang banyak terjadi di
negara-negara berkembang [12][17].
Lebih-lebih lagi, yang memprihatinkan adalah
pengaruh
kontrak
terhadap
sumberdaya
keluarga petani, terutama dalam alokasi tenaga
kerja dalam keluarga dan tingginya tingkat
penggunaan
bahan-bahan
kimia
dalam
usahatani [14][18]. Segi positif dari kontrak
biasanya berupa manfaat yang diperoleh petani
dalam bentuk pertambahan keuntungan maupun
penerimaan keuntungan baru. Pada umumnya,
manfaat kontrak diperoleh dari semakin baiknya
akses terhadap pemasaran, kredit, teknologi,
pengelolaan resiko yang lebih baik, perbaikan
ketenaga kerjaan dalam keluarga, dan yang
secara tidak langsung adalah pemberdayaan
wanita dan pengembangan budidaya secara
komersial [3][4][8].
Daftar Pustaka
[1] Azahari, D.H., 1998, Recent Developments
in the Agricultural Sector in Indonesia, Paper
presented at IFA Regional Conference for
Asia and Pacific, Hong Kong, 7-10
December 1998.
[2] Dietrich, M., 1994, Transaction Cost
Economics and Beyond, Routledge, London.
[3] Eaton, C. and A.W. Shepherd, 2001,
Contract Farming: Partnerships for Growth,
FAO Agricultural Services Bulletin 145, Food
and Agricultural Organisation, Rome.
[4] Glover, D. and K. Kusterer, 1990, Small
Farmers, Big Business: Contract Farming
and Rural Development, Macmillan, London.
[5] Goodman D. and M.J. Watts (eds) , 1997,
Globalising Food: Agrarian Questions and
Global Restructuring, Routledge, London.
[6] Hafsah, M.J, 1999, Kemitraan Usaha:
Konsepsi dan Strategi,
Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
[7] Jaffee, S., 1994, Exporting High Value Food
Commodities, Washington, DC: World Bank.
[8] Key, N. and D. Runsten, 1999, Contract
farming,
smallholders,
and
rural

development in Latin America: the


organisation of agroprocessing firms and the
scale of outgrower production, World
Development 27(2):381-401.
[9] Kohls, R. L., and Uhl, J.N, 1980, Marketing of
Agricultural Products,
Fifth Edition,
Macmillan Publishing Co., Inc., New York.
[10] Kuntoro Boga Andri and Y. Shiratake, 2003,
Existence, Type and Opportunities of
Contract Farming in East Java, Bulletin of the
Faculty of Agriculture, Saga University, No.
88.
[11] Kuntoro Boga Andri and Y. Shiratake, 2005,
Empirical Study of Contract Farming System
Conducted by Dairy Cooperatives in East
Java, Indonesia. Review of Agricultural
Economics, Journal Edited by the Kyushu
Society of Agricultural Economics Vol. 55,
No.2, 2005, pp. 73-84.
[12] Little, P.D. and M.J. Watts (eds), 1994, Living
under Contract: Contract Farming and
Agrarian Transformation in Sub-Saharan
Africa, Madison, University of Wisconsin
Press.
[13] Patrick I.W., 2004, Contract Farming in
Indonesia: Smallholders and Agribusiness
Working Together, ACIAR Technical Reports
54, Canberra, Australia.
[14] Raynolds, L.,
2002, Wages for wives:
Renegotiating Gender and Production
relations in contract farming in the Dominican
Republic, World Development 30(5):
783-798.
[15] Reardon, T. and J. Berdegu, 2002, The
rapid rise of supermarkets in Latin America:
challenges
and
opportunities
for
development, Development Policy Review
20(4):371-388.
[16] Shepherd, A.W., and A.J.F. Schalke, 1995,
An Assessment of the Indonesian
Horticultural Market Information Service,
AGSM Occasional Paper No. 8, FAO of the
UN, Rome.
[17] Singh, S., 2000, Theory and practice of
contract farming: a review, Journal of Social
and Economic Development 3(2):255-263.
[18] Singh, S., 2002, Multi-National Corporations
and Agricultural Development: A Study of
Contract Farming in the Indian Punjab,
Journal of International Development
14:181-194.
[19] Warning, M., and W. S. Hoo, 2000, The
Impact of Contract Farming on Income
Distribution: Theory and Evidence, Paper
Prepared for Presentation at the Western
Economics Association International Annual
Meetings.
[20] Williamson, O.E., 1979, Transaction cost
economics: the governance of our
contractual relations, Journal of Law and
Economics 22:233-262.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

83

HUMANIORA

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Menuliskan Islam: Refleksi Pemikiran Inklusif Iqbal


Asiandi
Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jawa Tengah,
Mahasiswa S2 Asia University (THMU) Taiwan Republic of China
E-mail: asiandi2004@yahoo.co.uk

Sesungguhnya sudah masanya bagi kita


saat ini untuk memelihara asas-asas Islam
(Muhammad Iqbal).
Kalimat pembuka tulisan ini adalah
himbauan Muhammad Iqbalfilsuf dan
penyair Islamyang banyak menghasilkan
karya dalam bidang puisi, filsafat, hukum,
pemikiran Islam dan kebudayaan. Himbauan
ini dituliskan Iqbal dalam rangka menjawab
pertanyaan; mungkinkah cara filsafat rasional
yang murni untuk agama?[3].
Himbauan Iqbal ini dilatarbelakangi oleh
kesadarannya bahwa sudah selama 500 tahun
terakhir ini pemikiran dalam Islam praktis
terhenti setelah masa-masa kejayaannya
berlalu. Dan di saat vakum ini menyebabkan
tertariknya dunia Islam ke arah Barat. Sesuatu
yang menurut Iqbal tidak dapat disalahkan,
karena memang kebudayaan Barat (Eropa)
pada hakekatnya dari segi intelektualnya
merupakan perkembangan lanjutan dari
beberapa fase yang sangat penting dari
kebudayaan Islam. Menurutnya, yang perlu
kita khawatirkan hanyalah bahwa kulit luar
kebudayaan Eropa yang menyilaukan itu
dapat juga menjerat langkah kita dan boleh
jadi gagal dalam mencapai intisari yang
sebenar-benarnya dari kebudayaan itu.
Dalam pandangan Iqbal, berabad lamanya
sewaktu umat Islam dalam berada dalam
kepulasan intelektual, Eropa telah benar-benar
berpikir ke arah masalah-masalah besar yang
sejak dahulu telah menarik perhatian filsuffilsuf dan sarjana-sarjana Islam. Eropa telah
berhasil memunculkan pandangan-pandangan
baru dan persoalan-persoalan lama diolah di
bawah cahaya pengalaman baru, dan
persoalan-persoalan baru pun bermekaran di
mana-mana. Ilmu pengatahuan maju dengan
pesatnya dan ini mempengaruhi angkatan
muda Islam di Asia dan Afrika yang
menghendaki suatu pengupasan baru tentang
kepercayaan mereka.
Oleh karena itu, Iqbal menegaskan
perlunya menyelidiki kembali kebangkitan
Islam
serta
menganalisis
ulang
apa
sesungguhnya yang dipikirkan Eropa dan
sampai di mana kesimpulan-kesimpulan yang
telah dicapainya itu bisa membantu kita dalam
mengadakan revisi, jika perlu melakukan
rekonstruksi atas pikiran agama dalam Islam.

Tentu saja revisi yang dimaksudkan di sini


tidak sama artinya dengan melakukan
penafsiran tentang Islam yang keluar dari
bingkai kaidah berpikir yang tersurat dan
tersirat di dalam kandungan Al-Quran dan AlHaditssehingga bertindak sekehendak hati
sekedar memenuhi hasrat hawa nafsu. Revisi
dimaksudkan
lebih
kepada
upaya
memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dalam
menafsirkan dan mengaplikasikan ajaran
agama ke dalam sendi-sendi kehidupan,
mereposisi
ulang
kepada
jalur
yang
sesungguhnya
dan
merekonstruksikan
kembali pemikiran agama yang mencerahkan
bukan menyesatkan.
Penjelasan ini hendak menegaskan
kepada segenap kaum muslimin agar tidak
menciptakan rekam jejak yang keluar jalur
pemikiran Islam, tetapi sebaliknaya selalu
mengarahkan pandangan dan pedomannya
kepada Al-Quran dan Al-Hadits dengan
penguasaan yang paripurna dan bukan
dengan penggalan-penggalan interpretasi
yang
menyesatkan
untuk
selanjutnya
menularkan ide busuk seperti kanker yang
menggerogoti kesehatan tubuh. Ide yang
ditularkan semestinya haruslah ide yang sehat
dan mampu membangkitkn kesadaran dalam
menjalankan kemurnian beragama.
Ide
haruslah
maslahat
dalam
kemanfaatannya, sebab ide dalam pandangan
Iqbal adalah unsur yang vital dalam agama.
Sedangkan agamadalam pandangan Prof.
Whitehead seperti dikutip Iqbaladalah suatu
kebenaran umum yang membawa akibat
merubah watak manusia bila benar-benar
dipegang dan dipahami sepenuh-penuhnya.
Karena perubahan watak dan tuntutan hidup
manusia adalah tujuan pokok bagi agama,
maka kebenaran umum yang dikandungnya
tidak seharusnya tinggal terbengkalai.
Artinya kita boleh saja berpikir dengan
semangat filsafat, yang menurut Iqbal adalah
semangat penelaahan secara bebas. Segala
macam ketentuan diragukannya. Rekaanrekaan pikiran manusia yang tidak kritis diikuti
sampai ke tempat-tempat tersembunyi, tetapi
haruslah berkesudahan dengan menolak atau
menerima dengan hati terbuka bahwa akal
mempunyai kelemahan untuk sampai kepada
kebenaran tertinggi.

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

84

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Pada tataran ini hidup kita membutuhkan satu
kata iman. Iman adalah intisari agama yang
dikatakan Iqbal seperti burung, melihat
jalannya yang tak berjejak dan tak dituntun
oleh intelek. Iman adalah seperti isi pikir
(cognitive content) yang bergejolak dengan
berbagai pandangan yang hadir dan saling
bertentangan. Jika iman adalah perumpamaan
isi pikir, maka tergantung kepada kita mau kita
arahkan kemanakah isi pikir kita. Mengikuti
jalan yang lurus ataukah jalan menyimpang
yang selalu bertentangan dengan pedoman
Al-Quran dan Al-Hadits.
Prof. Withehead seperti dikutip Iqbal-mengatakan bahwa usia iman itu memang
setua usia rasionalisme. Tetapi untuk
memasukkan iman ke dalam rasio tidaklah
berarti mengakui keunggulan filsafat atas
agama. Jadi meskipun filsafat mempunyai
kuasa menilai agama, tetapi yang dinilainya itu
sudah sedemikian rupa sehingga agama tidak
akan dapat takluk begitu saja pada kekuasaan
filsafat, kecuali atas syarat-syaratnya sendiri.
Sebab agama bukanlah masalah sebagian
kehidupan manusia, bukan pula sekedar
pikiran, bukan hanya perasaan, bukan
sekedar amalan saja; tetapi agama adalah
pernyataan manusia selengkapnya dan
seutuh-utuhnya.
Oleh karena itulah Islammenurut Iqbal-menolak pandangan filsafat Yunani yang telah
berupaya mengaburkan pandangan ahli-ahli
pikir Islam terhadap Al-Quran. Meskipun,
sesungguhnya Islam tidak menolak filsafat,
dalam pengertian selama filsafat tidak
mengecilkan arti agama hanya sebatas
konsepsi logika yang berakhir pada sikap
negatif semata.
Jadi
sesungguhnya
agama
telah
menuntun jalan iman kita kepada jalan yang
sebenarnya. Maka pemahaman kita terhadap
agama secara paripurna atau komprehensif
akan memudahkan kita dalam memahami
berbagai persoalan keimanan yang kita pilih
dan kita tempuh. Sehingga dengan demikian
persoalan iman dalam hal ini tidaklah dapat
kita lepaskan (bebaskan) dari ikatan-ikatan
keagamaan formal.
Tesis ini menolak sama sekali pandangan
saudara Luthfi Assyaukanie yang dimuat pada
kolom Bentara Kompas (3 September 2005),
yang mengatakan bahwa independensi iman
adalah sesuatu yang penting sehingga
membebaskannya
dari
ikatan-ikatan
keagaamaan formal. Bahwa kedekatan
dengan Tuhan atau perjumpaan dengan
sesuatu yang agung tidak mesti harus lewat
cara-cara yang digariskan agama tertentu [2].

Luthfiyang adalah pengusung paham


liberalisme inimenuliskan tentang iman
kaum fideis dalam opini yang bertajuk
Agama
dalam
Batas
Iman
Saja
(Persembahan untuk Nurcholis Madjid, yang
selalu Membela Iman di atas Agama dan
Rasionalitas). Mengusung pandapat William
James--seorang yang dikatakan Luthfi tak
terlalu
peduli
dengan
konsep-konsep
keagamaan yang dikembangkan dalam
wacana filsafat dan teologi seperti Tuhan, nabi,
kitab suci, wahyu, dan lainnyaLuthfi
menjelaskan fideisme (fideism), berasal dari
kata fides yang berarti iman. Seorang fideis,
katanya, tak terlalu peduli apakah imannya
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
karena baginya akal sama sekali tak relevan
ketika seseorang berbicara tentang iman [3].
Lebih lanjut Luthfi menuliskan bahwa
kaum fideis menganggap independensi iman
sebagai sesuatu yang penting, bukan hanya
untuk membebaskannya dari kungkungan
rasionalitas, tapi juga untuk membebaskannya
dari ikatan-ikatan keagamaan formal. Bagi
pemeluk fideis (yang konsisten maupun
separuh-separuh), pengalaman spiritualitas
melampaui identitas agama dan melampaui
doktrin-doktrin yang diajarkan institusi agama
formal. Kedekatan dengan Tuhan atau
perjumpaan dengan sesuatu yang agung tidak
mesti harus lewat cara-cara yang digariskan
agama tertentu.
Tidak sampai di situ Luthfiseakan ingin
menyeret kaum Muslim agar menjadi pengikut
fideismemberikan contoh bahwa seorang
fideis Muslim, misalnya, bisa merasa dekat
kepada Allah tanpa melewati jalur shalat
karena ia bisa melakukannya lewat meditasi
atau ritus-ritus lain yang biasa dilakukan
dalam
persemedian
spiritual.
Dengan
demikian, pengalaman keagamaan hampir
sepenuhnya independen dari aturan-aturan
formal agama. Pada gilirannya, perangkat dan
konsep-konsep agama seperti kitab suci, nabi,
malaikat, dan lain-lain tak terlalu penting lagi
karena yang lebih penting adalah bagaimana
seseorang bisa menikmati spiritualitas dan
mentransendenkan dirinya dalam lompatan
iman yang tanpa batas.
Sedemikian jauhnya pandangan dan
kayakinan
Luthfi
Assyaukanie
dalam
menginfiltrasikan pandangannyanotabene
kepada kaum Muslimindengan merasuki
keyakinan beragama umat yang murni. Jelas
ini merupakan suatu ekstasis (siklus diluar
kontrol
yang
terus-menerus
sehingga
menghilangkan semua esensihampa dan
tidak bermakna) dan metastasis. Menyitir
pandangan Baudrillard, inilah politik sebagai
budaya, di mana jika pandangan Luthfi ini

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

85

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


dipolitikkan (political) maka saat pandangan ini
diproduksi
dan
merebak
dia
akan
menginfiltrasi seluruh struktur dan merasuki
lain-lainnya. Inilah fenomena ekstrim (hal-hal
yang melampaui batas). Inilah paradoks logika
yang menempatkan ide yang sangat disadari
dan berlebih-lebihan. Atau mungkin juga inilah
yang disebut sebagai krisis pemikiran (azmah
fikriyah).
Pandangan Luthfi yang mengusung
keyakinan filsafat William James ini bertolak
belakang dengan pandangan Iqbal. Iqbal
memberikan penjelasan tentang bagaimana
secara filsafat kita dapat membenarkan
konsepsi Islam tentang Tuhan. Menurutnya,
hasrat keagamaan lebih tinggi menjulang
daripada hasrat filsafat. Agama bukan hanya
sekedar
konsepsi;
agama
berusaha
mendapatkan pengetahuan yang lebih lazim
tentang dan berhubungan dengan objek yang
ditujunya.
Menurut Iqbal cara mencapai hubungan ini
adalah dengan beribadah atau shalat yang
berakhir dengan pencerahan ruhaniah. Shalat
dalam Islam adalah suatu ego untuk
melepaskan diri dari mekanisme menuju
kemerdekaan. Shalat ditentukan waktunya
dalam setiap harinya, yang menurut Al-Quran
untuk
memulihkan
self-possession
(pemilikan diri sendiri) kepada ego dengan
mendekatkannya kepada sumber pokok
kehidupan
dan
kemerdekaan,
adalah
dimaksudkan untuk menyelamatkan ego dari
akibat tidur dan kerja yang rutin.
Iqbal sendiri mengutip pandangan William
James (psikolog Amerika) bahwa meskipun
ilmu akan berbuat sebaliknya, tampaknya
manusia akan terus beribadat sampai akhir
zaman, kecuali kalau kodrat mentalnya
berubah dengan cara yang tak kita harapkan.
Iqbal senantiasa berusaha menuliskan
tentang Islam dengan mengetengahkan
pandangan dan interpretasi yang inklusif
(terbuka) dengan penerimaan terhadap Islam
yang inklusif (terbuka) pula, bukan sebaliknya
terhadap
penentang-penentang
Islam
cenderung inklusif (terbuka) tetapi terhadap
pandangan dan nilai-nilai Islam itu sendiri
ekslusif (tertutup). Atau terhadap sesama
muslim
menyerang
dengan
pemikiran
(paradoks
logika)
sementara
terhadap
penghujat Islam bersahabat dan tebuka atas
nama toleransi tanpa batasan. Iqbal
menuliskan Islam dengan kepekaan dan
kepeduliannya terhadap dunia Islam tanpa
harus mencelupkan dirinya ke dalam warna
Barat di mana dia banyak belajar menuntut
ilmu. Ilmunya diabdikannya untuk kepentingan
Islam itu sendiri.

Iqbal seakan menasehati dirinya sendiri dalam


bait-bait syairnya:
Apa saja yang kau lakukan jadikan tujuanmu /
Agar setiap saat kau dekat dengan-Nya. Maka:
siapapun yang menghunus pedang tidak demi
Tuhan / Pedang itu akan menusuk ke dadanya
sendiri (Muhammad Iqbal: Cita-cita Islam).3
Wahai kau pencari ilmu / Kusampaikan
bagimu pesan Rumi: Jika ilmu sebatas kulit,
dia jadi ular / Jika ilmu meresap sampai ke hati,
dia jadi sahabat. / Jangan kau jual agama
demi sepotong roti / Bagi kau yang tergila
mencari barang murahan / Tak kau sadar
kegelapan matamu / Carilah inti kehidupan
dari mata pedang sendiri / Peliharalah
kemurnian Islam / Tapi jangan kau cari nyala
cinta dari ilmu yang lain / Jangan reguk fitrah
hakiki dari piala sang kafir / Jangan salah ukur
kau pada lagu orang lain / Wahai, yang
mengemis seiris kerak dari meja orang lain /
Apakah akan kau cari bagianmu di warung
orang lain? / Kita yang menjaga benteng Islam
/ Akan jadi kafir sebab mengabaikan panggilan
Islam (Muhammad Iqbal: Pesan Bagi Kaum
Muslim) [3].
Bait-bait
syair
ini
meneguhkan
keperibadian tunggalnya terhadap Islam. Iqbal
tak akan menjual agamanya sebab dia
memiliki martabat. Pesannya,Peliharalah
kemurnian Islam, adalah wujud komitmennya
juga atas dirinya. Sehingga jelas di sini
seorang Iqbal dengan sendirinya akan
menolak pernyataan Sukidi pengusung
liberalisme, mahasiswa teologi di Harvard
Divinity School, Harvard Universityyang
menyebutkan Iqbal sebagai salah seorang
yang menyerukan Protestanisme Islam (Media
Inovasi, Edisi Khusus Muktamar 2005: 15).
Sukidi
dengan
tulisannya
berjudul
Muhammadiyah Sebagai Islam Protestan
Refleksi Pemikiran Awal tampaknya mencoba
menarik Iqbal ke dalam aras pemikirannya
yang menyerukan Protestanisme Islam [4].
Berikut kutipan Sukidi atas komentar Iqbal:
[Martin] Luther, musuh despotisme dalam
agama, dan Rousseau, musuh despotisme
dalam politik, harus selalu dihormati sebagai
emansipator
kemanusiaan
Eropa
dari
belenggu kepausan dan absolutisme, dan
pemikiran keagamaan-politik harus dipahami
sebagai penolakan yang sebenarnya atas
dogma Gereja teradap penistaan manusia.
Saya pribadi tidak melihat adanya
pernyataan Iqbal yang menyatakan bahwa dia
menyerukan Protestanisme Islam. Pernyataan
Iqbal di atas tidak mencerminkan suatu
pandangan apapun yang dapat dijadikan

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

86

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


justifikasi
bahwa
Iqbal
mendukung
Protestanisme Islam yang sedang diusung
Sukidi penyambung lidah Ali Shariati dan
Hashem Aghajari di Indonesia ini. Tampaknya
Sukidi berkeinginan melakukan penyesatan
opini dalam hal ini.
Oleh karena itu Protestanisme Islam yang
diusung Sukidi, harus ditolak lebih-lebih
dengan alasan: Martin Luther (1483 1586)
adalah seorang penghujat Islam, seorang
yang berpandangan bahwa setan adalah
pengarang terakhir Al-Quran (The devil is the
ultimate author of the Quran). Luther
berpendapat bahwa setan adalah seorang
pembohong dan pembunuh (a liar and
murderer)
dan
Al-Quran
mengajarkan
kebohongan
dan
pembunuhan.
Luther
menyatakan: Jadi ketika jiwa pembohong
mengontrol Muhammad, dan setan telah
membunuh jiwa-jiwa Muhammad dengan AlQuran dan telah menghancurkan keimanan
orang Kristen, setan harus terus mengambil
pedang dan mulai membunuh badan-badan
mereka (Armas, 2005: 29 33) [1].
Rasanya nurani sejati seorang Muslim
akan lebih cenderung menolak ide Sukidi yang
mempropagandakan Protestanisme Islam,
maupun
Luthfi
Assyaukanie
yang
mempropagandakan paham fideis. Kapan dan
di
mana
pun
mereka
diperbolehkan
melakukan telaah secara bebas (dengan
semangat filsafat). Namun lebih penting lagi
bila mereka mampu menawarkan pemikiran
filsafat Islam dari khasanah Islam yang
terpendam.
Telah bebas seperti yang dilakukan Sukidi
sangat ganjil dan aneh, sebab tidak
selayaknya
seorang
pemuda
Islam
mengagung-agungkan penghujat Islam. Begitu
pun ajakan Luthfi Assyaukanie yang mengajak
kepada fideis. Apakah tidak ada lagi khasanah
pemikiran yang layak digali dari sumber mata
air keilmuan Islam sebagai alternatif pencarian
dan pemikirannya? Akan lebih bijaksana kalau
mereka berdua mampu menumpahkan tinta
pemikirannya pada kanvas putih dan

menuliskan Islam yang murni (tanpa


campuran),
ketimbang
menjajakan
pemikirannya tentang Protestanisme Islam
atau tentang fideis. Seperti kata Iqbal: Carilah
inti kehidupan dari mata pedang sendiri dan
peliharalah kemurnian Islam.
Bagi Iqbal yang terlarang dalam filsafat
adalah tidak boleh bertentangan dengan
pandangan yang dimaksudkan Al-Quran.
Tidak boleh meleset dalam melihat daya cipta
Islam yang besar dan bermanfaat serta tidak
membantu pertumbuhan filsafat hidup yang
melemahkan, yang mengaburkan pandangan
manusia tentang dirinya, tentang Tuhannya,
dan tentang dunianya.
Selayaknyalah kita berupaya untuk
menuliskan tentang kemurnian Islam dan
bukannya mereguk fitrah hakiki dari piala sang
kafir. Kita yang menjaga benteng Islam. Akan
jadi kafir sebab mengabaikan panggilan Islam.
Wallahu alamu bishshawab.

Daftar Pustaka
[1] Armas, A. 2005. Metodologi Bibel dalam
Studi Al-Quran: Kajian Kritis. Jakarta:
Gema Insani Press.
[2] Assyaukanie, L. 3 September 2005.
Agama
dalam
batas
iman
saja
(Persembahan untuk Nurcholis Madjid,
yang selalu membela iman di atas agama
dan rasionalitas), Kolom Bentara Kompas,
Nomor 8 Tahun 6, 52.
[3] Iqbal, M. 2002. Rekonstruksi Pemikiran
dalam Islam: Dilengkapi dengan Puisipuisi Asrar-i-Khuldi. Yogyakarta: Jalasutra.
[4] Sukidi. 2005. Muhammadiyah sebagai
Islam Protestan refleksi pemikiran awal,
Jurnal Ilmu dan Kemanusiaan Media
Inovasi,
Edisi
Khusus
Muktamar
Muhammadiyah ke-45, 14 17.

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

87

HUMANIORA

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Semangat Berhemat Energi: Belajar dari Negara Maju


Muh. Zulkifli Mochtar Husein
Graduate School Of Engineering, Infrastructure and Transportation
Engineering Laboratory, Osaka City University, Japan.
Email : mzulkiflymochtar@hotmail.com

1. Pendahuluan
Pada tahun 1973 produksi minyak
nasional masih berada pada angka 1,3 juta
barel per hari dengan kondisi jumlah
penduduk 120 juta jiwa. Saat ini, kita hanya
mampu memproduksi sebesar 981 ribu barel
perhari dengan kondisi jumlah penduduk
220 juta jiwa.Meskipun secara formil
Indonesia saat ini masih menjadi anggota
Asosiasi Negara-negara Pengekspor Minyak
(OPEC), sebetulnya Indonesia sudah masuk
dalam golonga pengimpor bersih ( net
importer ). Pada Agustus 2004 menunjukkan
setiap hari Indonesia memang mengekspor
rata-rata 400.000 barel (1 barel = 159 liter)
minyak mentah, tetapi impor minyak kita
lebih besar, yaitu sekitar 500.000 barrel.
Kalau kita misalkan kapasitas produksi
Indonesia akan tetap sebesar 0,5 milyar
barrel per tahun, maka cadangan minyak
negeri ini yang tinggal kurang dari 5 milyar
barrel akan habis dalam jangka waktu 10
tahun. Jika tidak ada investasi baru di bidang
eksplorasi minyak bumi, diperkirakan tidak
lebih dari satu dekade lagi kebutuhan
minyak dalam negeri Indonesia harus
seluruhnya dipenuhi lewat impor.
Pada tahun 2001, dari 70 trilliun
kontribusi ekspor minyak mentah bagi
pendapatan negara, sekitar 63 trilliun habis
digunakan untuk nombok subsidi bahan
bakar. Walaupun pengurangan subsidi
bahan bakar sudah dilakukan secara
bertahap, tetapi anggaran biaya negara
untuk subsidi di tahun 2005 masih
bertengger di angka Rp 53 trilyun.
2. Negara Boros
Selain
beban
keuangan,
banyak
kalangan yang menilai harga energi yang
cenderung murah telah membuat rakyat
Indonesia menjadi tidak efisien. Setidaknya

ada dua parameter untuk mengetahui tingkat


boros/tidaknya penggunaan energi, yaitu
elastisitas dan intensitas energi. Elastisitas
energi
adalah
perbandingan
antara
pertumbuhan konsumsi energi dengan
pertumbuhan ekonomi. Semakin rendah
elastisitasnya, berarti pemakaian energi
semakin efisien. Menurut Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi, pada kurun waktu
1985-2000, Elastisitas energi Indonesia
berada pada kisaran 1,04 1,35, jauh lebih
besar dari elastisitas energi negara-negara
maju yang berada pada kisaran 0,55 0,65
pada kurun yang sama. Pada kategori ini
Indonesia termasuk negara yang sangat
boros.
Sementara intensitas energi adalah
perbandingan antara jumlah konsumsi
energi per PDB (Pendapatan Domestik
Bruto). Semakin efisien suatu negara, maka
intensitasnya akan semakin kecil. Dari sisi ini
juga, Intensitas energi Indonesia berada
pada indeks 400,jauh di atas intensitas
energi negara-negara Amerika Utara (sekitar
300),
negara-negara
OECD
(sekitar
200),Thailand (sekitar 350),dan empat kali
lebih besar dari Jepang ( 400).
Unefficiency of Energy Comsumption ini
juga memberikan dampak negatif bagi
lingkungan Indonesia. Sebuah survei
tentang kualitas udara di Jakarta saat ini
mengungkapkan bahwa penduduk Jakarta
tahun 2004 yang lalu hanya bisa menikmati
udara sehat selama 20 hari saja dalam satu
tahun.
Setiap 1 liter bensin yang terbakar
dalam kendaraan bermotor yang kita
gunakan, menghasilkan kurang lebih 2,24 kg
emisi karbon. Sementara untuk 1 kWh listrik
yang kita gunakan, emisinya senilai 800 gr
CO2. Selain berbahaya bagi kesehatan,

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

88

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


karbon dioksida (CO2) adalah penyebab
terbesar dari efek pemanasan global.
3. Belajar dari Semangat Negara-negara
Maju
Ada hal yang mengemuka dalam
Konvensi Konservasi dan Diversifikasi
Energi Internasional bulan September tahun
lalu di propinsi Aichi,Jepang. Sekitar 57
negara berpartisipasi dalam konvensi yang
digelar di arena ekspo lingkungan Aichi 2005
ini. Dari paparan peserta, terlihat bagaimana
bersemangatnya negara-negara didunia
dalam usaha diversifikasi energi dan upaya
efisiensi hemat energi. Amerika misalnya,
setelah mengalami oil shock kedua kali,
Departemen
Energi
mereka
segera
mengambil langkah efisiensi energi melalui
kebijakan kepada pengendara bermotor
untuk memberlakukan speed limit 55 mph/88
km bagi seluruh kendaraan,dengan indikasi
bahwa dengan batas kecepatan akan
menghemat BBM sampai 20 persen.
Langkah kedua yakni dengan menganjurkan
kepada industri mobil untuk mendesain
kendaraan dalam bentuk yang lebih kecil
bermesin 4 cylinder, compact, aerodinamis
dan light. Begitu gencarnya kampanye
efisiensi energi oleh pemerintah, pabrik
kendaraan bermotor mempunyai orientasi
yang mengindikasikan good mileage yang
artinya rasio penggunaan bahan bakar
setiap satu gallon akan memberikan jarak
tempuh yang lebih jauh dibandingkan
dengan kendaraan sebelumnya yang
bermesin 6 atau 8 cylinder sehingga dapat
memberikan keuntungan ekonomi bagi para
pemakainya. Kendaraan desain baru yang
berlebel ratio good mileage seperti 44
mil/gallon atau sama dengan satu liter untuk
delapan belas kilometer, akan mempunyai
nilai jual yang tinggi..
Para pengemudi di Amerika juga telah
meninggalkan bensin yang mengandung
timah.
Begitu
sempurnanya
mereka
menjauhi bensin itu sehingga sebagian
besar pompa bensin tidak lagi menjualnya.
Karena timah hampir hilang sebagai zat
aditif bensin di Amerika Serikat, maka
menurut penelitian terbaru, konsentrasi
rata-rata zat ini dalam darah anak-anak

menurun
hampir
setengahnya.
Para
pengemudi di Amerika Serikat sekarang
hampir tidak merasakan lagi zat bahan bakar
beracun ini, walaupun mereka tahu zat
tersebut pernah ada. Akhirnya, pencemaran
udara di banyak kota di AS menurun sampai
15 persen dalam kurun waktu satu tahun
setelah diberlakukan penjualan yang
dianjurkan.
Negara negara didunia memang begitu
bersemangat untuk melakukan program
efisiensi dan hemat energi.Tidak di Amerika
saja, di Prancis pun kampanye efisiensi
energi juga terjadi, bahkan bisa dibilang
lebih ketat di mana temperatur ruangan di
setiap kantor dipasang special thermometer
dan tidak boleh di-setting di bawah 22
derajat Celsius selama musim panas. Setiap
saat selalu ada petugas investigasi yang
melakukan inspeksi mendadak. Di negara ini,
emisi sulfur dioksida juga secara nasional
turun sampai kira-kira 75 persen setelah
jenis-jenis bahan bakar itu digantikan oleh
tenaga nuklir.
Sementara Jepang adalah salah satu
negara yang betul betul bersemangat
menangani
konservasi
energi.
Keseriusannya ditunjukkan dari kepedulian
menemukan cara menghemat pemakaian
energi, mulai dari yang berdampak kecil
hingga yang besar. Penelitian penelitian
tentang bagaimana hemat energi terus
bermunculan. Sampai masalah-masalah
sepele,misalnya
anjuran
untuk
tidak
membukakulkas
lebar-lebar
,cara
penggunaan mesin cuci agar tdk boros listrik
sampai cara memanaskan dan mematikan
mobil yang tidak boros bensin.
Jepang juga saat ini mulai mencoba
menerapkan kebiasaan mematikan mesin
pada waktu kendaraan berhenti karena
lampu lalu lintas merah. Percobaannya
dimulai oleh bus angkutan umum di
beberapa kota besar. Walaupun cara ini
masih belum popular,tetapi apa yang
mereka lakukan menunjukkan bahwa apa
pun mereka coba untuk menekan konsumsi
BBM. Masyarakat Jepang berupaya tidak
membuat acara-acara yang dapat membuat
jalanan macet. Kalaupun harus membuat

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

89

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


acara di lokasi yang lalu lintasnya ramai,
penyelenggara acara jauh-jauh hari sudah
memberi
tahu
masyarakat
akan
kemungkinan adanya gangguan lalu lintas,
bahkan juga memberi informasi jalur-jalur
alternatif.
4. Penghematan sebagai Jalan Keluar
Krisis

transportasi. Kalau penghematan di sisi


listrik sudah menunjukkan hasil positif,
selanjutnya kita menunggu kebijakan
konkret untuk juga berhemat di sisi
transportasi. Karena kita masih tergolong
bangsa yang boros, penghematan masih
bisa
dan
harus
dilakukan.
Demi
kelangsungan hidup bangsa ini.
Daftar Pustaka

Kembali ke kasus kita, guna mengatasi


krisis minyak nasional, hanya ada tiga
alternatif jalan keluar yang bisa diangkat,
yaitu mencari ladang minyak baru,
mengembangkan sumber energi terbaru
seperti sinar matahari dan panas bumi, serta
menggunakan energi dengan hemat dan
efisien. Meskipun kondisi di Indonesia jauh
berbeda dengan negara-negara lain,
efisiensi dan penghematan minimal bisa
dilakukan pada pemakaian listrik dan sektor

[1] Towards Planning and Sustainable


development,J. Kozlowski, Avebury
Publishing Company, 1993.
[2] Menata Kelemahan Sistem Energi kita,
Agus Kantono, Harian Kompas, 2004
[3] Andi Rahmah, Yayasan Pelangi, 2005.

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

90

HUMANIORA

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Menuai Dampak Kegagalan Pendidikan Nasional


Irwan Fadjar Tojirin
Alumnus S2 bidang Hubungan Internasional UGM Yogya
Email : ifadjart@yahoo.com

1. Pendahuluan
Badan internasional PBB, United Nations
Development Programme (UNDP) baru
baru ini mengeluarkan laporan negara-negara
menurut peringkat Human Development Index
(HDI) 2004. Negara kita ada di peringkat 111
dari 175 negara.
Yang memprihatinkan, kualitas manusia
Indonesia benar - benar jauh lebih lebih
rendah dari Singapura (25), Brunei (33),
Malaysia (58), Thailand (76), dan Filipina (83).
Bahkan lebih rendah dari negara-negara
"terbelakang" seperti Kirgistan (110), GuineaKatulistiwa (109), dan Aljazair (108). Mungkin
karena masalah rendahnya mutu SDM sudah
sangat sering kita dengar, pemerintah kita
biasa - biasa saja dan sama sekali tidak
menanggapi serius persoalan ini.
2. Dimensi Human Development Index
Meski
tidak
seluruh
data
yang
mendukung adalah data yang lengkap dan
aktual, pada dasarnya HDI adalah satuan
yang dikembangkan UNDP guna mengukur
kesuksesan pembangunan suatu negara. HDI
adalah angka yang diolah berdasarkan tiga
dimensi; yaitu panjang usia (longevity),
pengetahuan (knowledge), dan standar hidup
(standard of living) suatu bangsa. Secara
teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi
beberapa indikator; yaitu kesehatan (dan
kependudukan), pendidikan, serta ekonomi.
Selama ini, hanya pendapatan saja yang
sering menjadi tolok ukur kesejahteraan atau
kemajuan pembangunan suatu bangsa.
Tetapi HDI menggabungkan ukuran-ukuran
harapan hidup, pendidikan, literasi dan
pendapatan, untuk melihat pembangunan
suatu negara secara lebih luas.
Indikator kesehatan menyangkut angka
kematian bayi (infant mortality rate), angka
kematian balita (under-five mortality rate), dan
lainnya. Indikator kependudukan menyangkut

usia harapan hidup (life expectancy),


penduduk yang tak mempunyai harapan
hidup sampai usia 60 tahun (people not
expected to survive to age 60), dan lainnya.
Indikator pendidikan menyangkut angka
melek huruf (literacy rate), anak yang
berpendidikan sampai kelas lima SD (children
reaching grade 5), angka partisipasi
pendidikan (enrolment ratio), dan lainnya.
Adapun indikator ekonomi antara lain
menyangkut indeks kemiskinan (poverty
index).
Dari berbagai indikator itu, HDI merupakan
ukuran
keberhasilan
pembangunan
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi suatu
bangsa. Logikanya, HDI yang tinggi
menunjukkan keberhasilan pembangunan
kesehatan,
pendidikan,
dan
ekonomi.
Sebaliknya, HDI yang rendah menunjukkan
ketidakberhasilan pembangunan kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi suatu negara. Tidak
sedikit negara-negara terutama negara maju
yang selalu memonitor dan merespons hasil
penilaian ini berkala setiap tahun.
3. Langkah Mundur Pendidikan Nasional
Yang menarik dan semestinya kita garis
bawahi, Berdasarkan Laporan UNDP tersebut,
Human Development Indeks Indonesia terus
melorot semenjak 1975. Data ini bahkan
sudah dikonfirmasi dengan penghitungan Biro
Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan HDI
Indonesia memang mengalami kemunduran
terutama
sejak
1996.
Kecenderungan
penurunan HDI ini terutama mengenai
komponen angka kematian bayi dan angka
bebas buta hurup di antara penduduk dewasa.
Itu berarti, dari tahun 1974 hingga kini,
kualitas manusia kita tidak berkembang berkembang malah terus cenderung melorot.
Jadi, apa yang kita lakukan selama ini ?
Statis tanpa peningkatan selama 30 tahun,
bukankah memperlihatkan betapa tidak
adanya visi, pemikiran dan keseriusan

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

91

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

_
pemerintah bangsa ini untuk memperbaiki
diri ?
Sampai hari ini,bangsa Indonesia bisa
dikata memang masih terpuruk baik secara
politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Ekonom dan politikus kita menyatakan bahwa
itu semua disebabkan terjadinya badai krisis
di
Asia
yang
menghantam
sistem
perekonomian Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 yang lalu. Berawal dari sinilah
selanjutnya aneka ragam krisis muncul di
permukaan.
Analisis seperti itu mungkin ada benarnya.
Akan tetapi mendudukkan krisis ekonomi
sebagai satu-satunya determinan tentulah
tidak tepat. Mengapa Korea Selatan,Thailand
dan Malaysia sudah bisa kembali berpacu,
sementara kita belum bisa sempurna berdiri
tegak ?
4. Faktor
Fundamental
Pendidikan Nasional

Kegagalan

Kita
semestinya
sepakat
bahwa
sebenarnya
ada
faktor
yang
lebih
fundamental sebagai penyebab keterpurukan
kita; yaitu ketidakberhasilan pendidikan
nasional kita. Sesungguhnyalah hari ini kita
sedang menuai dampak jangka panjang atas
ketidakberhasilan
pendidikan
nasional.
Kekurangtangguhan bangsa Indonesia hari ini
merupakan akibat dari perjalanan buruk
pendidikan 15, 20 sampai 30 tahun yang
silam. Selama ini kita kurang bersungguhsungguh mengurus arah pendidikan dan hari
ini kita tengah menuai dampaknya.
Karena pendidikan kita tidak menghasilkan
kader-kader bangsa yang berkemauan tulus
dan berkemampuan profesional maka kita
tidak sanggup menahan krisis; dan ketika
aneka krisis sudah berkecamuk yang
menghantar kita dalam keterpurukan maka
kita pun sulit untuk melakukan recovery.
Kita dapat belajar dari Australia, Selandia
Baru, Singapura, Korea Selatan, dan
sebagainya; ketika badai krisis menyerang
negara-negara Asia mereka tetap saja survive.
Kenapa? Karena mereka memiliki generasi
yang tangguh untuk melawan krisis. Dan,
ketangguhan ini merupakan dampak positif
dari
pelaksanaan
pendidikan
nasionalnya.yang terarah jauh-jauh hari
sebelumnya.

Dalam soal anggaran misalnya; sejak dulu


pemerintah kita tidak mau mengalokasi
anggaran pendidikan dalam jumlah yang
memadai. Dari tahun ke tahun rasanya belum
pernah satu kali pun besarnya anggaran
pendidikan kita melebihi angka 10 persen dari
total anggaran negara. RAPBN hanya
menganggarkan dana pendidikan sebesar 9
persen,jauh dari janji-janji 20 persen
sebelumnya. Akibatnya biaya pendidikan di
Indonesia terlalu mahal untuk kemampuan
ekonomi masyarakat. Bukan hanya dalam
perguruan tinggi, biaya pendidikan untuk
sekolah dasar dan menengah masih sangat
mahal bagi masyarakat kita. Biaya pendidikan
yang harus ditanggung untuk memasuki
sekolah sangat beragam dan jumlahnya pun
sangat besar,dari uang bangunan, uang buku,
uang seragam, uang ujian, belum lagi
pungutan-pungutan lainnya. Dengan jumlah
pengangguran
tinggi
dan
pendapatan
sebagian besar penduduk yang rendah,
besarnya biaya untuk bersekolah menjadi
mustahil
ditanggulangi
sendiri
oleh
masyarakat.
5. Sense of Education:
Jepang dan Malaysia

Belajar

dari

Kita tak mau menengok realitas ke kanan


kiri, Jepang misalnya. Setelah kekalahan
Perang Dunia II, meski dengan anggaran
belanja negara yang minim dan pas-pasan,
mereka mulai menerapkan strategi pendidikan
dari SD sampai Universitas yang berstrategi,
mengirim banyak orang - orang mudanya
belajar ke negara lain. Generasi manusia baru
mereka saat itu juga bekerja keras 2.100 jam
pertahun, sehingga income perkapita mereka
meroket dari sekitar 6 ribu yen tahun 1946
menjadi 200 ribu Yen di tahun 60-an,
selanjutnya menjadi 1 juta Yen di tahun 1970.
Saat itu, mereka membelanjakan sekitar 20
persen uang negara pada bidang Education
dan Science , melakukan pressing penelitian
dengan mencetak banyak mahasiswamahasiwa master dan doktor. Dibidang
publising, karena generasi manusia mereka
gemar membaca, sampai tahun 80 - an
mereka sudah sudah mencetak sekitar 1,2
trilliun copy buku - puncaknya ditahun 1997
mencapai 1,5
trilliun copy.
Sirkulasi
suratkabar generasi manusia Jepang tahun

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

92

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

_
2002 mencapai 70,8 juta copy dengan
perbandingan 653 copy per 1000 - tertinggi
didunia, jauh melebihi Amerika yang 269 copy
per 1000 penduduk. Sekitar 70 juta dari 127
juta manusia mereka adalah pengguna
internet,
bandingkan
dengan
generasi
manusia kita yang hanya 2 persen.
Kalau kita anggap terlalu jauh melihat ke
Jepang, apa salahnya kita melihat Malaysia
misalnya. Dua puluh tahun lalu Malaysia
masih menjadi "murid" kita, banyak pemuda
Malaysia dikirim ke Indonesia untuk menimba
ilmu di berbagai perguruan tinggi kita. Di sisi
lain pemerintah Malaysia juga mendatangkan
banyak guru, dosen, dan peneliti kita untuk
mengembangkan pendidikan nasionalnya.
Para pejabat pemerintah Malaysia memiliki
komitmen dan sense of education yang
memadai dengan mengalokasi anggaran
pendidikan secara signifikan - sangat sering
mencapai angka 20 persen. Walhasil,
Malaysia maju berkembang dengan dengan
sumber daya manusia yang tangguh,
sementara sang guru selain sudah tertinggal
jauh di belakang, tetap masih saja berjalan di
tempat.
Menurut Human Development Report
pertama tahun 1990, UNDP mengingatkan,
tujuan
utama
pembangunan
adalah
kesejahteraan manusia (human welfare).
Dengan ini mau ditegaskan, indikator
kemajuan tidak boleh dibatasi pada
pendapatan per kapita, tetapi harus
mencakup kemajuan pendidikan. Bangsa
yang maju adalah bangsa yang putra-putrinya
cerdas dan matang. Hanya orang-orang
cerdaslah yang dapat mengubah nasib
mereka dan nasib sebuah bangsa

Implikasi ketidaksungguhan kita mengelola


pendidikan hari ini akan semakin terasa
akibatnya lima belas sampai tiga puluh tahun
mendatang. Saat itu, era perdagangan bebas
dunia sudah berputar dan bukan mustahil,
manusia - manusia kita hanya akan menjadi
tenaga - tenaga kuli dinegeri sendiri.
Pemerintahan
Susilo
Bambang
Yudhoyudono harus segera bereaksi cepat
dengan kondisi sumber daya manusia,seperti
halnya bangsa Amerika yang pernah didera
efek Sputnik. Itu terjadi Saat Rusia
meluncurkan pesawat Sputnik keluar angkasa
diakhir tahun 1957, Amerika Serikat terkejut
dan merasa tertinggal dari rivalnya tersebut.
Masyarakat dan Politisi AS panik, serta-merta
menuding pendidikan sebagai biang keladi
ketertinggalan bangsa AS dari Rusia.
Presiden
John
F
Kennedy
segara
menanggapi
serius
"rendahnya
mutu"
pendidikan AS saat itu dan mencanangkan
program pressing mutu pendidikan.
Akhirnya, tahun 1969, Neil Amstrong
berhasil mendaratkan Apollo di Bulan. Inilah
yang
dikenal
sebagai
Efek
Sputnik,
keterkejutan
atas
ketertinggalan
yang
membawa kepada kesadaran masyarakat
Amerika perlunya sebuah perubahan.
Pasca efek Sputnik, pemerintah AS
segera menyediakan dana tak terbatas untuk
pendidikan, memberdayakan daerah dan kota
guna memajukan pendidikan, dan membantu
unit-unit masyarakat untuk menyelenggarakan
pendidikan bermutu. Pemerintah kita juga
harus bersepakat untuk mengelola pendidikan
nasional yang terarah sesegera mungkin.
Seharusnya itulah prioritas nomor satu dan
yang paling wajib didahulukan tentunya.

6. Revolusi Pendidikan Nasional dan Efek


Sputnik Amerika

Daftar Pustaka

Sekalipun kita meyakini bahwa laporan


UNDP itu tidak 100 persen valid, apa
salahnya kita merasa terkejut, terpukul dan
menarik pelajaran dari publikasi itu ? 30 tahun
tanpa perbaikan kualitas menunjukkan betapa
ngawurnya konsentrasi,konsistensi dan arah
pembangunan pendidikan nasional kita. Ini
harus kita akui dan dijadikan alat pemicu dan
pemacu guna perbaikan diri. Jika tidak,

[1] Kemana arah pendidikan nasional kita ?


Nyoman Wahardika, PT. Indah Surabaya,
2005
[2] Perlunya Revolusi pendidikan Nasional,
Lily Tarebbang, Harian Kompas, Maret
2005
[3] Antara penghematan dan keharusan, M.
Iqbal Mukaddam, Harian Waspada, April
2006.

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

93

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

KESEHATAN
Ada Gula Ada Kanker

Ahmad Faried
Department of General Surgical Science (Surgery I), Graduate School of Medicine, Gunma
University, Maebashi, Japan
Email: afaried@med.gunma-u.ac.jp
Leri S. Faried
Department of Gynecology and Reproductive Medicine, Graduate School of Medicine,
Gunma University, Maebashi, Japan
Email: leri@med.gunma-u.ac.jp
Pendahuluan
Dimata masyarakat awam pada umumnya,
istilah Gula selalu dipersalahkan untuk
masalah-masalah kegemukan (baca: berat
badan), gigi berlubang dan penyakit gula
(Diabetes). Pada saat kita kecilpun, kata Gula
identik dengan permen gulali, arum manis,
coklat, dll., dan semua yang terasa manis
berkonotasi buruk bagi kesehatan. Banyak hal
yang kita ketahui tentang Gula, tapi apa yang
tidak kita ketahui lebih jauh tentang dunia
Gula ini? Misalnya, apakah hubungan antara
Gula dengan penyakit keganasan atau
kanker?
Gula, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah
Sugar dan dalam bahasa Yunani dikenal
dengan Glyco merupakan sumber energi
utama dalam kehidupan sel-sel ditubuh kita.
Gula adalah suatu gugus bangun kimia yang
terdiri dari gabungan beberapa karbohidrat.
Sedangkan karbohidrat itu sendiri didalam
struktur bangunnya mengandung suatu gugus
karbon. Sebagai contoh: enam rantai karbon
disebut dengan Hexose, dan dalam kehidupan
sehari-hari dikenal dengan nama Glukosa,
Galaktosa, Fruktosa dan Mannosa. Dengan
kata lain, kompleks dari beberapa karbohidrat
kita sebut Gula, selanjutnya gabungan dari
beberapa
Gula
(oligosaccharides
dan
polysaccharides) disebut Glycans. Bila glycans
dalam perjalanannya membentuk suatu
kompleks dengan protein atau lemak maka
bentuk baru ini disebut dengan istilah
Glycoconjugate.
Didalam tubuh individu yang sehat terdapat
triliunan sel-sel tubuh yang bekerja dalam
simfoni keharmonisan dan kesemuannya
melakukan komunikasi satu sama lain dalam
bahasa yang tidak bisa kita dengar. Bahasa

antar sel-sel tadi tertulis sebagai pola gugus


Gula dipermukaan sel. Disamping protein dan
asam amino (contohnya seperti DNA -Deoxyribonucleic Acid-- dan RNA --Ribonucleic
Acid--) yang berperan dalam kehidupan mahluk
hidup, glycans juga memiliki peranan yang
tidak kalah pentingnya. Tidak seperti pada
pembentukan DNA, RNA, atau protein,
pembentukan glycans tidak tergantung oleh
kode-kode genetik (genetic codes). Biosintesis
dari glycans ini melibatkan banyak tahapan dan
memerlukan banyak enzim dalam prosesnya.
Gula dan Kanker
Pada permukaan sel kanker, terdapat gugus
Gula yang tidak terdapat dipermukaan sel
normal, yang dikenal dengan sialyl Lewisa
(NeuAc 2,3Gal1,3[Fuc 1,4] GlcNAc) dan
sialyl
Lewisx
(NeuAc 2,3Gal1,4[Fuc 1,3]GlcNAc). Kedua
gugus Gula ini, sialyl Lewisa --sLea-- dan sialyl
Lewisx --sLex--, terbentuk karena: 1). Proses
sintesis
yang
tidak
lengkap
dalam
pembentukannya, 2). Terbentuknya suatu
gugus karbon abnormal dalam komunikasi
antar sel.1-2

Proses
pembentukan
yang
kurang
sempurna pada sLea adalah tidak
terbentuknya gugus 26 Sialyl (pada sel
normal: 23, 26 Disialyl Lea).
Sedangkan pada sLex, tidak terbentuknya
GlcNAc 6-sulfat (pada sel normal: Sialyl 6Sulfo Lex).3
Terbentuknya karbon abnormal dalam
keganasan dicetuskan oleh suatu enzim
yang dikenal dengan Glycosyltransferases,
yang akan mentransfer gugus Glukosa
(GlcNAc) dan Galaktosa (Gal) dan pada
fase selanjutnya akan diteruskan dengan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

94

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


perubahan sialic acid dan residu Fukosa
(Fuc).3
Gula dan Aplikasi Klinis
Penanda Tumor (Tumor Marker). Karbohidrat
tumor marker mungkin merupakan pendeteksi
kanker yang rutin digunakan diklinis, terutama
di Jepang. Pemeriksaan dengan marker ini
mendekati 9.710.000 tes dalam dua dekade
terakhir (data tahun 2002).4 Beberapa contoh
sLe-determinant marker yang dipakai: Cancer
Antigen 19-9 (CA 19-9) dipakai untuk
mendeteksi peningkatan carbohydrate-related
cancer diserum penderita kanker pankreas,
kanker kolon, kanker paru dan kanker kantung
empedu. CA 125 dan CA 72-4 untuk
mendeteksi kanker ovarium, CA 15-3 untuk
kanker payudara dan NCC-ST-439 untuk
kanker-kanker disaluran cerna.
Penegakan Diagnosis. Sudah umum diketahui
bahwa sel kanker memerlukan Gula sebagai
sumber energinya memperbanyak diri dan
melakukan penyebaran keluar lingkungannya
(metastasis). Keadaan ini dapat dilihat dari
metabolisme glukosa yang meningkat didaerah
pertumbuhan kanker. Atas dasar inilah,
dikembangkan tehnik Positron emission
tomography (PET) dengan memakai 18-Ffluorodeoxyglucose (FDG) untuk mendeteksi
peningkatan metabolisme Gula pada penderita
kanker.5 Kami mendapatkan bahwa tehnik
FDG-PET ini lebih baik dalam penentuan
stadium awal pada kanker esophagus
dibandingkan dengan computed tomography
(CT). Bila kedua
tehnik ini dikombinasikan, menjadi PET-CT,
akan sangat efektif dalam menegakkan
stadium pre-operative.6 FDG-PET juga terbukti
sangat akurat dalam mendeteksi penyebaran
kanker ke tulang, dibandingkan dengan tehnik
bone scintigraphy.7 Bukan tidak mungkin,
dimasa yang akan datang, PET-CT mesin
untuk seluruh badan (whole-body PET-CT)
akan menjadi primadona dalam pendeteksian
gejala
awal
kanker,
menentukan
kekambuhannya, dan memonitor respon dari
efek terapi yang diberikan.
Prediksi
Prognosis.
Hubungan
antara
ekspresi sLea dan sLex dengan prognosis
sudah banyak dibuktikan pada pasien-pasien

kanker. Ekspresi yang berlebihan dari Gula ini,


memiliki tendeksi prognosis yang sangat buruk.
Kami mendapatkan bahwa ekspresi positif dari
Gula ini sangat mempengaruhi keagresifan dari
kanker
esophagus.
Ekspresinya
juga
berhubungan dengan penyebaran kepembuluhpembuluh darah dan metastasis jauh. Dengan
multivariate analysis, kami mendapatkan
ekspresi Gula ini sebagai faktor penentu
diagnosis yang independen (independent
prognostic factor).8 Semakin banyak bukti klinis
yang mendapatkan bahwa carbohydratedeterminant
mencerminkan
sifat
dasar
keganasan dari sel kanker dan akan berakibat
pada penyebaran kepembuluh darah (catatan:
pada endothelial pembuluh darah terdapat Lselecin sebagai perangsang utama Gula
dipermukaan sel untuk saling berinteraksi).
Terapi Kanker. Atas dasar pengetahuan
tentang Gula ini, kami tim Cooperative
Research
Center,
Gunma
University
bekerjasama dengan Tokushima Research
Institute, Otsuka Pharmaceutical Co. Ltd.
berusaha merancang suatu gugus Gula yang
memiliki kemampuan untuk mengenali struktur
glycans pada sel kanker, yang sangat khas
terdapat dipermukaan sel kanker dan
meningkat
seiring
dengan
derajat
keganasannya. Tumor glycans ini sangat
menarik dan menjadi tantangan bagi kami
sebagai salah satu alternatif terapi dari
penyakit-penyakit keganasan yang sudah tidak
mungkin dilakukan terapi pembedahan (kanker
stadium lanjut). Kami menyusun beberapa
gugus Gula yang kami sebut sugar-cholestanol
(sugar-chol) compound.

H 3C H
CH 3

CH 3
CH 3

CH 3

sugar

Cholestanol
(Chol)

Gbr 1. Rumus bangun sugar-chol.9


Pada tahap selanjutnya, kami menguji
kemampuan obat ini secara in vitro (di petri
dish) dan in vivo (pada hewan percobaan).
Senyawa ini pada dosis rendah menurunkan

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

95

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


ekspresi antigen glycans dipermukaan sel
kanker secara signifikan, bila ditingkatkan
pemberian dosisnya akan menyebabkan
kematian sel (apoptosis) dibeberapa jenis sel
kanker yang kami teliti (biakan sel kanker kolon

tikus, sel kanker esophagus manusia, sel


kanker gaster manusia, sel kanker kolon
manusia, dan sel kanker cervix manusia).

GlcNAcGalChol

Bax
colon26

Mitochondrion
tBid

Bcl-xL
Cytochrome c
Apaf-1
Procaspase-9

Caspase-9

Procaspase-3

Caspase-3

PARP

Nucleus
DNA
damage

Apoptosis

Gbr 2. Jalur kematian sel (apoptosis) yang disebabkan sugar-chol compound.10

Sintesis terbaru turunan GlcNAc dengan chol


sebagai aglycons terbukti memiliki potensi
sebagai anti-cancer agent yang kami telusuri
dengan metode cell proliferation inhibition (%)
menggunakan MTT assay. Pada hewan

percobaan, Balb/c mice, kami memakai


mouse model kanker kolon --colon26 cells-dengan
peritoneal
dissemination.
Dari
percobaan hewan ini kami mendapatkan
bahwa tikus dengan kanker kolon stadium

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

96

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


lanjut yang diterapi dengan sugar-chol, secara
signifikan mengurangi ukuran dan jumlah
tumor di mesentrium, serta secara drastis
meningkatkan survival rate-nya.
Lebih jauh kami mengevaluasi senyawa baru
ini dari aspek biomolekulernya. Kami
mendapatkan
bahwa
sugar-chol
menyebabkan hilangnya potensial membran
dari mitochondria dan lepasnya cyt c kedalam
cytosol, diikuti oleh aktifasi Bax-family dan
meningkatnya
inisiasi
casp-9
yang
mengaktifasi
casp-3
untuk
kemudian
mengeksekusi kematian sel kanker dan
pecahnya untaian DNA didalamnya. Jalur
kematian sel ini melalui intrinsic pathway serta
berbanding lurus dengan besar dan lamanya
waktu pemaparan yang diberikan (dose and
time-dependent manner). 9
Hal yang menarik dari senyawa ini adalah
pada sel kanker kemampuannya bekerja
sangat cepat (1-2 jam setelah pemberian
obat), sementara pada sel normal, senyawa
ini mengalami penundaan dalam aktivitasnya
(10-12 jam setelah pemberian obat).
Fenomena ini belum dapat kami jelaskan saat
ini dan masih dalam penelitian lebih lanjut.
Kami berspekulasi senyawa ini memiliki
toksisitas yang rendah bila terpapar pada sel
normal dan sangat toksik bila berhadapan
atau mengenali jenis sel kanker.10

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Penutup
Manisnya Gula dan menjanjikannya penelitian
dibidang Gula ini akan semakin terfokuskan
difase clinical trial pada penderita-penderita
dengan penyakit keganasan ditahun-tahun
mendatang. Bukan tidak mungkin pada
masanya nanti, rasa manis Gula ini akan disemutin bukan hanya oleh para penelitipeneliti kelas dunia, akan tetapi juga oleh
para
perusahaan-perusahaan
farmasi
komersial.
Daftar Pustaka
1.

2.

Hakomori S. Tumor-associated glycolipid


antigens,
their
metabolism
and
organization. Chem Phys Lipids 1986;
42: 209-233.
Hakomori
S,
Kannagi
R.
Glycosphingolipids as tumor-associated

9.

and differentiation markers. J Natl


Cancer Inst. 1983; 71: 231-251.
Kannagi R. Molecular mechanism for
cancer-associated induction of sialyl
Lewis X and sialyl Lewis A expressionThe Warburg effect revisited. Glycoconj J.
2004; 20: 353-364.
Kannagi R, Izawa M, Koike T, Miyazaki K,
Kimura N. Carbohydrate-mediated cell
adhesion in cancer metastasis and
angiogenesis. Cancer Sci. 2004; 95: 377384.
Kato H, Fukuchi M, Miyazaki T, Nakajima
M, Kimura H, Faried A, et al. Positron
Emission Tomography in Esophageal
Cancer. Esophagus 2005; 2: 111-121.
Kato H, Miyazaki T, Nakajima M, Takita J,
Kimura H, Faried A, et al. The
incremental effect of positron emission
tomography on diagnostic accuracy in
the initial staging of esophageal
carcinoma. Cancer 2005; 103: 148-156.
Kato H, Miyazaki T, Nakajima M, Takita J,
Kimura H, Faried A, et al. Comparison
between whole-body positron emission
tomography and bone scintigraphy in
evaluating
bony
metastases
of
esophageal carcinomas. Anticancer Res.
2005; 25: 4439-4444.
Faried A, Kimura A, Faried L.S, Inose T,
Miyazaki T, Kato H, et al. Expression of
Carbohydrate Antigens in Human
Squamous Cell Carcinoma: Prognostic
Application and Diagnostic Implications.
Submitted: Am J Surgical Oncology 2006.
Faried A, Faried L.S, Hashimoto S,
Tsuboi K, Asao T, Kuwano H, Yazawa S.
Evaluation of Novel Glycoconjugates
Molecules as Promising Anti-Cancer
Agents. Angiogenesis in Cancer and
Vascular Disease 2006; 17: 38, 103
Faried A, Faried L.S, Hashimoto S,
Tsuboi K, Asao T, Kuwano H, Yazawa S.
Induction of Apoptotic Cell Death in
Mouse and Human Cancer Cells by
Novel Glycoconjugates Molecules. To be
presented in 20th Int. Congress of Int.
Union in Biochemistry and Molecular
Biology and 11th Federation of Asian and
Oceania Biochemist and Molecular
Biologist Congress. June 16-23, 2006,
Kyoto, Japan.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

97

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

KESEHATAN

Antisense Oligonukleotide: Potensial Terapi Penyakit Genetik Akibat


Gangguan Splicing
Gunadi
Department of Public Health, Graduate School of Medicine, Kobe University, Japan
School of Medicine, Gadjah Mada University, Indonesia
E-mail:drgunadi@med.kobe-u.ac.jp
1. Pendahuluan
Sampai sekarang hampir tidak ada penyakit
genetik yang bisa disembuhkan. Tentu saja
hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
peneliti. Salah satu penyebab penyakit
genetik adalah adanya gangguan splicing
saat proses ekspresi gena.
Organisme, mulai dari bakteri, alga, jamur,
tumbuhan, hewan dan manusia, terdiri dari sel.
Semua fungsi sel tergantung dari protein.
Protein mempunyai beragam fungsi yaitu
mempertahankan struktur sel, mengirimkan
pesan antar sel, sebagai pengikat dan
transportasi zat-zat lain dalam darah seperti
oksigen dan lipid. Protein juga berperan
sebagai enzim, yang mengkatalisis reaksi
kimia
dalam
tubuh.
Sel-sel
tertentu
memproduksi protein khusus, misalnya sel
otot menghasilkan protein tropomiosin dan
miosin yang menyusun jaringan otot; sel islet
pankreas memproduksi insulin. Protein
terbentuk melalui proses ekspresi gena [1].

Dalam proses transkripsi, informasi yang


dibawa DNA diterjemahkan menjadi mRNA.
Sebelum menjadi mRNA, terlebih dahulu
terbentuk precursor of mRNA (pre-mRNA),
yang terdiri dari exon (rangkaian nukleotide
yang diterjemahkan) dan intron (rangkaian
nukleotide yang tidak diterjemahkan). Salah
satu proses yang penting dalam pembentukan
mRNA dari pre-mRNA adalah splicing.
3. Splicing
Splicing merupakan proses pembuangan
intron dan penggabungan exon pada premRNA untuk membentuk mRNA. Mesin
splicing dinamakan spliceosome, tersusun
atas
lima
protein
small
nuclear
ribonucleoprotein (U1, U2, U4, U5 dan U6
snRNP) dan protein non-snRNP (U2AF65,
U2AF35) [6],[20]. Secara garis besar splicing
dibagi menjadi dua langkah (Gambar 1,
Gambar 2A):
z Pemotongan 5 splice site.
z Pemotongan
3
splice
site
dan
penggabungan exon [20].

2. Ekspresi Gena
Ekspresi gena meliputi proses transkripsi
DNA menjadi mRNA, dan translasi mRNA
menjadi protein. DNA (deoxyribonucleic acid)
merupakan rangkaian basa/nukleotide yang
membawa informasi untuk membentuk protein.
Empat nukleotide penyusun DNA adalah
guanin (G), sitosin (C), adenin (A) dan timin
(T). DNA mempunyai dua rantai nukleotide
(rantai sense dan antisense) yang berinteraksi
satu sama lain, membentuk struktur double
helix.
Sedangkan
mRNA
(messenger
ribonucleic acid) terdiri dari satu rantai
nucleotide (rantai sense), dan timin diganti
dengan urasil (U). Gena sendiri didefinisikan
sebagai rangkaian nukleotide dalam DNA
yang mengkode protein [1].

Gambar 1. Proses splicing secara garis besar .


Garis tebal hijau: exon; garis tipis hijau: intron; GU:
5 splice site; AG:3 splice site[20]

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

98

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


Spliceosome bisa mengenali splice site
dengan tepat karena adanya interaksi antara
protein SR dengan exonic splicing enhancers
(ESEs) [20]. Selain ESEs, dikenal pula
intronic splicing enhancers (ISEs), exonic dan
intronic splicing silencer (ESSs dan ISSs),
yang juga diperlukan untuk pengenalan exon
(Gambar 2B) [5].

Penggunaan splice site yang menyimpang


maupun terdapatnya intron pada mRNA
menyebabkan tidak berfungsinya mRNA
tersebut [5]. Misalnya pada penyakit thalasemia,
b. Akibat mutasi pada splicing alternatif
Mutasi ini mengakibatkan pergeseran rasio
protein-protein yang dihasilkan. Ini terjadi
pada penyakit FrontoTemporal Dementia and
Parkinsonism linked to chromosome 17
(FTDP 17).
c. Akibat
mutasi
yang
mengganggu
komponen basal splicing
Misalnya Spinal Muscular Atrophy (SMA).

Gambar 2. Komponen proses splicing (n=G,A,U


atau C; y=T,C; r=A,G).
(A) Komponen klasik
splicing: branch site, 5 splice site, 3 splice site; .
(B) Interaksi antar komponen splicing [5].

d. Akibat mutasi yang mempengaruhi


regulator splicing alternatif
Terjadi pada penyakit Myotonic Dystrophy.

Splicing alternatif adalah penggabungan


antara 5 dengan 3 splice site yg berbeda
sehingga satu gena mengekspresikan lebih
dari satu mRNA dan menghasilkan protein
dengan fungsi beragam bahkan berlawanan
[5]. Jadi, dalam splicing alternatif spliceosome
mengenali lebih dari satu 5 dan 3 splice site
dan semuanya diekspresikan menjadi protein
yang berbeda-beda. Proses ini merupakan hal
yang normal. Dari kira-kira 30.000 gena pada
manusia,
59%nya
mengalami
splicing
alternatif [8].
4.
Penyakit Genetik Akibat Gangguan
Splicing
Hampir 50% penyakit genetik disebabkan
oleh mutasi yg mengganggu splicing. Mutasi
adalah perubahan nukleotide pada DNA.
Berdasarkan mekanismenya, penyakit genetik
akibat penyimpangan splicing dibagi menjadi
empat kategori (Gambar 3) [5]:
a. Akibat
mutasi
yang
menyebabkan
gangguan pada splice site
Sebagian besar mutasi yang mengganggu
splicing berupa perubahan satu nukleotide,
dalam intron atau exon pada splice site klasik.
Mutasi ini menyebabkan terbuangnya exon
(exon skipping), tidak terpotongnya intron
atau
menimbulkan
splice
site
baru.

Gambar 3. Empat golongan penyakit genetik akibat


gangguan splicing. (A) Mutasi yang merusak
penggunaan splice site (B) Mutasi yang
menyebabkan gangguan splicing alternatif. (C)
Mutasi yang mengganggu komponen basal splicing.
(D) Mutasi yang mempengaruhi regulator splicing
alternatif [5].

5. Antisense Oligonukleotide
Penelitian tentang antisense oligonukleotide
awalnya berfokus pada kanker dan infeksi
virus [18]. Sejumlah clinical trial antisense
oligonukleotide untuk terapi kanker sedang

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

99

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


berjalan [4]. VitraveneR, obat yang tergolong
antisense oligonukleotide, telah digunakan
untuk pasien retinitis (salah satu jenis infeksi
mata) karena cytomegalovirus (CMV)[17]. Hal
ini berpengaruh terhadap perkembangan
terapi penyakit lainnya, termasuk penyakit
genetik yang disebabkan oleh gangguan
splicing.
Antisense oligonukleotide adalah rangkaian
nukleotide
sintetik
(umumnya
15-20
nukleotide) yang mampu berikatan dengan
pre-mRNA dan menghalangi ekspresi gena.
Mekanisme aksi antisense oligonukleotide
dalam proses splicing adalah berikatan
dengan splice site spesifik dan menghambat
pembentukan spliceosome pada splice site
target. Jadi, antisense tidak menghambat
keseluruhan
proses
splicing,
hanya
menggeser spliceosome ke splice site yang
lain [13]. Proses penghambatan splicing ini
terjadi di sitoplasma atau dalam inti sel
(nukleus) (Gambar 4) [17].

Gambar 4. Lokasi aksi antisense oligonukleotide di


dalam sel. (I) Dari luar sel, oligonukleotide
berinteraksi dengan permukaan sel. (II) Kemudian
oligonukleotide mengalami endositosis masuk ke
dalam sitoplasma. Atau (III) langsung masuk
sitoplasma tanpa proses endositosis. (IV)
Oligonukleotide melepaskan diri dari endosom.
Jika tidak berhasil lepas maka oligonukleotide akan
dirusak oleh lisosom. (V) Setelah terbebas dalam
sitoplasma, oligonukleotide secara pasif masuk ke
inti sel (nukleus), dan (VI) berikatan dengan premRNA target. (VII) Oligonukleotide keluar dari
nukleus, dan (VIII) bisa berikatan dengan mRNA
sitoplasma. Atau (IX) lepas dari mRNA target dan
mengulangi siklusnya kembali [17].

6.
Peranan Antisense dalam Penyakit
Genetik Akibat Gangguan Proses Splicing
6.1. -Thalasemia
-Thalasemia merupakan penyakit darah
genetik yang ditandai dengan gangguan

produksi -globin (komponen hemoglobin)


akibat adanya mutasi pada gena -globin.
Hal ini menyebabkan turunnya kemampuan
sel darah merah dalam mengangkut oksigen
ke seluruh tubuh. Mutasi pada intron 2
nukleotide
ke-654,
705
atau
745
menyebabkan munculnya 5 dan 3 splice site
baru sehingga sebagian intron tidak terbuang.
Antisense oligonukleotide berperan memblok
penggunaan splice site yang menyimpang
tersebut oleh spliceosome, sehingga produksi
-globin kembali normal (Gb 5a) [17].
6.2. FTDP-17
FTDP-17 adalah penyakit yang ditandai
dengan demensia progresif akibat adanya
mutasi pada gena tau. Demensia adalah
hilangnya fungsi intelektual (seperti berpikir,
mengingat dan berargumentasi) sehingga
mengganggu kehidupan penderita dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Pada sel saraf (neuron) manusia yang normal
tidak memiliki exon 10 karena adanya struktur
tertentu pada 5 splice site-nya. Mutasi yang
merusak struktur ini menyebabkan adanya
exon 10 dan bermanifestasi sebagai penyakit
FTDP-17. Penelitian yang dilakukan oleh
Kalbfuss et al menunjukkan bahwa antisense
oligonukleotide dapat menyebabkan exon 10
terbuang (exon skipping) (Gambar 5b)[17].

Gambar 5. Peran antisense oligonukleotide dalam


mempengaruhi proses splicing. (A) Oligonukleotide
memblok
penggunaan
splice
site
yang
menyimpang, sehingga spliceosome kembali
mengenali splice site yang sebenarnya, (B)
Oligonukleotide menginduksi terjadinya exon
skipping [17].

6.3. Spinal Muscular Atrophy (SMA)


SMA merupakan penyakit yang ditandai
dengan kemunduran fungsi sel saraf motorik
pada
sumsum
tulang
belakang,
mengakibatkan kelumpuhan dan pengecilan
otot bagian atas
yang bersifat progresif
[12],[15]. Pada 95% pasien SMA tidak

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

100

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006


memiliki (delesi) gena SMN1 (Survival Motor
Neuron 1). Selain gena ini terdapat gena
SMN2, yang identik dengan SMN1 []. Gena
SMN1 memproduksi protein SMN yang utuh,
sedangkan SMN2 mengkode protein SMN
tanpa exon 7(SMN 7). Hal ini disebabkan
adanya perbedaan satu nukleotide pada exon
7 gena SMN2 [11],[16]. Perubahan nukleotide
ini menyebabkan gangguan pada ESE [2],
atau mengakibatkan peningkatan aktivitas
splicing silencer [7].
Karena pasien SMA hanya menyisakan gena
SMN2, maka terapi SMA ditujukan untuk
meningkatkan ekspresi gena SMN2 yang
mengandung exon 7. Salah satunya dengan
antisense oligonukleotide. Lim dan Hertel [10],
serta peneliti lain berhasil menunjukkan
peranan antisense dalam mempengaruhi
splicing SMN2 sehingga terjadi peningkatan
ekspresi SMN2 dengan exon 7 (Gambar 6)
[3],[14],[19].

Gambar
6.
Antisense
oligonukleotide
mempengaruhi splicing SMN2 sehingga ekspresi
gena SMN2 yang mengandung exon 7 meningkat
[10].

7. Kesimpulan

potensi terapi untuk mengatasi penyakit


genetik yang disebabkan oleh gangguan
splicing,
(2) teknologi antisense oligonukleotide
memiliki relevansi klinis karena banyak
penyakit
genetik
disebabkan
adanya
penyimpangan splicing.

Daftar Pustaka
[1] Bradley J, Johnson D, Rubenstein D.
2001. Lecture Notes On Molecular Medicine.
2nd ed. Oxford.
[2] Cartegni L, and Krainer AR. 2002,
Disruption of an SF2/ASF-dependent exonic
splicing enhancer in SMN2 causes spinal
muscular atrophy in the absence of SMN1.
Nat Genet. 30(4):377-84
[3] Cartegni L, and Krainer AR., 2003,
Correction of disease-associated exon
skipping by synthetic exon-specific activators.
Nat Struct Biol.10(2):120-5.
[4] Crooke ST, 2004, Antisense strategies.
Curr Mol Med.4(5):465-87
[5] Faustino NA and Cooper TA., 2003, PremRNA splicing and human disease.
Genes Dev. 17(4):419-37.
[6] Hastings ML and Krainer AR. 2001. PremRNA splicing in the new millennium. Curr
Opin Cell Biol. 13(3):302-9.
[7] Kashima T, and Manley JL, 2003, A
negative element in SMN2 exon 7 inhibits
splicing in spinal muscular atrophy. Nat Genet.
34(4):460-3.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:


(1) antisense oligonukleotide mempunyai

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

101

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

KIAT
Manajemen Referensi untuk Penulisan Makalah yang Efektif
Sorja Koesuma
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Mahasiswa Doktor di Kyoto University, Japan
E-mail: koesuma@gmail.com

Bagi praktisi akademis, peneliti ataupun


mahasiswa membaca referensi dari jurnal dan
majalah ilmiah selalu terkait dengan kegiatan
penelitian. Hal ini dikarenakan jurnal dan
majalah ilmiah selalu menampilkan makalahmakalah yang terbaru sehingga agar penelitian
kita tidak ketinggalan atau selalu bisa mengacu
ke penelitian yang sudah ada untuk membuat
penelitian baru, maka mau tidak mau kita harus
selalu meng-up-to-date pengetahuan kita
dengan membaca jurnal atau majalah ilmiah
terbaru. Belajar di luar negeri khususnya negara
maju memang berbeda dengan belajar di dalam
negeri, dimana di luar negeri orang bisa dengan
mudah mendapatkan referensi (jurnal dan
majalah ilmiah) dan buku terbaru dari
perpustakaan baik yang online maupun yang
hardcopy.
Namun
terkadang
begitu
banyaknya
referensi membuat kita bingung untuk mengatur
mana yang benar-benar berhubungan dengan
penelitian kita, mana yang sedikit sekali
berhubungan dan mana yang hanya sekedar
untuk diketahui saja. Sehingga tidak jarang kita
banyak download paper-paper dari suatu jurnal
tanpa kita tahu kapan kita akan baca dan
gunakan. Juga penamaan mengenai referensi
tersebut ketika telah kita download. Penamaan
mengunakan nama pengarang tentu akan
membingungkan ketika satu orang pengarang
menulis di beberapa jurnal. Juga ketika
mengunakan penamaan jenis riset, akan rancu
ketika beberapa pengarang menulis topik yang
sama, sedangkan jika menulis mengunakan
judul dari paper tersebut tentu akan memakan
waktu dan space serta tidak enak dilihat.
Tulisan singkat ini ingin menunjukkan pada
anda bagaimana me-manage referensi anda
baik berupa hardcopy maupun softcopy,
sehingga
anda
dapat
dengan
cepat
menemukannya pada saat yang dibutuhkan.
Referensi berupa hardcopy
Referensi ini biasanya tidak tersedia dalam
online jurnal berformat Portable Document File
(PDF). Institusi atau perpustakaan biasanya
berlangganan dalam bentuk buku, oleh karena
itu
untuk
bisa
mendapatkan/mempunyai

referensi ini kita


referensi tersebut.

biasanya

memfotokopi

Untuk memudahkan pencarian referensi


dari media fotokopi ini anda dapat
mengunakan stiker kecil seperti terlihat pada
gambar 1, stiker ini bisa didapat di toko
buku/alat tulis. Pada stiker kecil tersebut bisa
anda tuliskan kecil nama pengarang dan
tahun dari jurnal tersebut.

Gambar 1. Stiker kecil menempel di media fotokopi


bertuliskan nama pengarang dan tahun terbit
dari jurnal.

Gambar 2. Binder 2 lubang untuk pengelompokan


referensi berupa media fotokopi.

Kemudian untuk pengelompokkan dari


beberapa jurnal atau sumber yang sama ini
anda dapat gunakan binder 2 lubang seperti
pada gambar 2. Kemudian pada tiap-tiap
binder tersebut anda dapat pisahkan sesuai
dengan nama jurnal, nama majalah, manual,
atau makalah seminar. Atau anda dapat

______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

102

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

mengelompokkannya sesuai dengan topik atau


subtopik riset anda pada masing-masing binder,
dapat juga anda pisahkan material yang tidak
tereferensi namun berkaitan dengan penelitian
anda (misal personal communication e-mail dan
lain-lain). Berikan label besar pada binder
tersebut sesuai dengan isinya.
Referensi berupa softcopy
Manajemen referensi berupa softcopy lebih
mudah dibandingkan berupa hardcopy karena
untuk softcopy semuanya dilakukan dalam
bentuk elektronik. Referensi jurnal berupa
softcopy biasanya kita download dari penerbit
yang menyediakan pelayanan online melalui
institusi ataupun berlangganan pribadi.
Sebelum anda mulai download paper dari
suatu jurnal buatlah folder Journals pada
directory My Documents atau My eBooks anda.
Kemudian pada folder Journals tersebut buatlah
sub-folder sesuai dengan nama jurnal yang ingin
anda download. Anda dapat juga membuatnya
ketika anda baru men-download suatu paper,
kemudian langsung Save as pada folder jurnal
yang baru dibuat tersebut. Contoh penamaan
direktori jurnal dapat dilihat pada gambar 3.

Volume-tahun-nomer halaman
Misal : V25-2002-p567-890.pdf (Paper volume
25 tahun 2002 halaman 567 sampai 890)
Volume-tahun-DOI
Misal : V33-2006-2005GL025247.pdf (Paper
volume 33 tahun 2006 DOI 2005GL025247).
Biasanya DOI number sudah otomatis
tersedia ketika download sehingga kita tinggal
menambahkan nomer volume dan tahun. Ini
juga memudahkan ketika kita akan mencari
jurnal kembali ke penerbit ketika kita
mempunyai nomer DOI-nya.
Volume-tahun-DOI-first
author
name
Misal : V32-2005-2005GL023112-Antonov.pdf
(Paper volume 32 tahun 2005 DOI
2005GL023112 first author name Antonov).
Volume-tahun-SE-nomer halaman
Misal
:
V27-2004-Jason-p345-372.pdf
(Volume 27 tahun 2004 special edition Jason
halaman 345 sampai 372). Anda dapat
membuat sub direktori khusus (Special
Edition) dibawah direktori nama jurnal tersebut.
Pencarian Referensi
Ketika anda membutuhkan lagi referensi
anda untuk dibaca ulang, maka untuk
referensi hardcopy anda dapat langsung
mencari paper yang diinginkan pada binder
yang sesuai dengan nama jurnalnya.
Sedangkan untuk softcopy anda dapat
langsung browsing di direktori Journals dan
mencari referensi anda pada direktori nama
jurnal yang sesuai.

Gambar 3. Sub-folder nama jurnal pada


direktori Journals.

Pada saat anda download suatu paper dari


jurnal dalam bentuk PDF file, tentu nama yang
digunakan file tersebut adalah nama atau
pengkodean yang digunakan oleh penerbit yang
biasanya berbentuk Digital Object Identifier
(DOI) dan masing-masing penerbit akan
mengunakan pengkodean yang berbeda-beda.
Apabila anda menyimpan file ini seperti apa
adanya dengan nama dari penerbit tersebut
tentu akan menimbulkan kebingungan ketika
kita akan mencarinya lagi. Oleh karena itu anda
harus menyimpan file PDF tersebut ke dalam
nama lain (Save As). Berikut ini beberapa
contoh penamaan file yang bisa memudahkan
dalam pencarian.

Satu tips, jika anda hanya ingat nama


jurnalnya namun tidak ingat paper mana yang
membahas (misal) teori A atau anda ingin
mencari siapa saja yang sudah mengerjakan
teori A, maka gunakan fasilitas Search pada
Adobe Acrobat anda, cari pada ditektori jurnal
yang dimaksud, maka paper-paper yang
memuat teori A tersebut akan muncul dan
dengan mudah anda dapat memilahnya.
Selain pengelompokan sesuai nama
jurnal tersebut, pada referensi softcopy dapat
juga dikelompokan sesuai dengan tema atau
bidang risetnya.
Semoga bermanfaat.

Volume-nomer halaman
Misal : V19-p1345.pdf (Paper volume 19 dengan
halaman pertama 1345)
______________________________________________________________________________________________
Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

103

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

KIAT
Hidup di Luar Negeri
Mohammad Iqbal
Universitas Tenri Jurusan Bahasa Jepang
Email: ikbal_unpad@yahoo.com
Ketika kita mendapatkan kesempatan untuk
tinggal di luar negeri, baik itu untuk bekerja
atau belajar, perasaan senang dan bangga
mungkin menghampiri kita. Senang bisa
tinggal di luar negeri. Bangga karena status
akan tinggal di luar negeri pun menempel pada
diri kita. Tapi, perasaan lain bisa saja muncul,
seperti cemas atau bertanya-tanya tentang
kehidupan, budaya dan kebiasaan di negera
setempat
Memang benar tidak mudah hidup di luar
negeri. Apalagi bagi kita yang sudah terbiasa
dengan kebiasan di Indonesia, lalu harus
beradaptasi lagi dengan kebiasaan baru. Tapi
kita semua yang hidup di luar negeri, punya
alasan dan tujuan yang pasti. Walaupun
sebenarnya membutuhkan lebih dar sekedar
tujuan. Tapi setidaknya kita sudah punya
pondasi yang benar.

penerimaan yang hangat dari masyarakat


sekitar. Kita akan merasa gembira dan bangga
dalam memasuki suatu budaya baru.
b. Tahap mendapatkan masalah I
Kita akan mulai mendapatkan masalah baru,
antara lain berkaitan dengan makanan,
pergaulan dan bahasa. Kelelahan mental
terjadi akibat tekanan yang terus-menerus
untuk memahami bahasa dalam waktu yang
sesingkat-singatnya di lingkungan baru ini.
c. Tahap adaptasi awal
Kita mendapatkan solusi dari semua
masalah tentang makanan, pergaulan dan
bahasa. Meskipun kita belum dapat berbicara
secara fasih dan mengerti sekali tentang
kebiasaan masyarakat setempat.

1. Budaya dan Kebiasaan

d. Tahap mendapatkan masalah II

Perbedaan budaya adalah perbedaan


"dunia" seseorang dalam kaitannya dengan
komunikasi. Kita harus mampu menengok
"dunia' mereka yang berbeda dengan dunia
kita, dan berkata dalam dunia mereka. Kita
tidak bersikap acuh terhadap budaya negara
setempat.

Seseorang yang telah jauh dari keluarga dan


teman akrab dalam waktu yang lama akan
merasa kesepian. Banyak yang masih merasa
belum dapat menyatakan keinginannya sebaik
seperti dengan bahasa aslinya. Perasaan
kecewa, murung dan kadang-kadang berakibat
kurang percaya diri sendiri akan timbul.

Adaptasi budaya akan berlangsung baik jika


kita memiliki kepekaan kultural. Kepekaan ini
dapat diasah melalui kemauan untuk berpikir
dalam pola pikir mereka. Kepekaan budaya ini
merupakan modal yang amat besar dalam
membangun saling pengertian dengan mereka.

e. Penerimaan dan perpaduan

Pindah dari satu budaya ke budaya yang lain


memerlukan penyesuaian. Secara ringkas
tahapan-tahapan yang akan dilalui adalah
sebagai berikut:
a. Tahap awal datang
Pada awalnya kita akan terpesona dengan
lingkungan baru kita, dan menikmati

Hal-hal rutin telah mantap. Kita telah


menerima kebiasaan, makanan dan sifat-sifat
dari masyarakat dalam kebudayaan baru itu.
Kita akan merasa santai bersama teman,
rekan dan bahasa di negara setempat.
2. Sosialisasi
Penampilan dan citra diri merupakan pintu
gerbang untuk dapat diterima dan beradaptasi
serta mendapat respon yang baik dalam
lingkungan baru. Kita akan bertemu dengan
orang-orang baru, buatlah kesan positif
sehingga orang lain akan tertarik.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

104

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Cari teman untuk membantu proses adaptasi


kita. Mulai dari temen se negara, untuk
menukar informasi, teman dari negara lain dan
yang paling penting teman di negara setempat.
Saat berkenalan dengan masyarakat sekitar
anda, bersikaplah ramah, hangat dan terbuka.
Berikan senyum tulus dan tatapan mata yang
memohon penerimaan anda. Jangan ragu
untuk menggunakan kebiasan di Indonesia
ketika berkenalan, seperti menjabat tangan
dan membungkukkan badan sedikit. Mereka
pasti akan meresponnya dengan ramah.
Sebut nama anda dengan jelas, karena
nama-nama di Indonesia belum tentu familiar
di telinga mereka.

keuangan. Anggaran keuangan adalaha acuan


membelajakan keuangan kita. Uraian nya tidak
perlu terkesan terlalu rumit. Yang penting kita
mengetahui secara garis besar penggunaan
keuangan kita sehingga hal-hal yang harus di
prioritaskan tidak terkorbankan, seperti
membayar
sewa
apartemen,
tagihan
handphone dan lain-lain. Ada waktunya kita
harus memutuskan apakah kali ini kita akan
makan di luar atau memasak sendiri, membeli
baju baru dengan diskon 50% atau memakai
baju
yang
ada.
Kita
harus
dapat
mempertimbangkan secara bijaksana sesuai
kondisi keuangan yang ada. Kita tidak akan
dapat menyusun anggaran keuangan dengan
benar sebelum kita dapat memisahkan antara
kebutuhan dan keinginan.

3. Bahasa
6. Kuasai Daerah Sekitar Tempat Tinggal
Kunci
dalam
beradaptasi
adalah
kemampuan anda berkomunikasi, dan secara
lintas budaya, hal yang paling penting dalam
komunikasi adalah bahasa. Jadi alangkah baik
nya jika kita dapat menguasai bahasa negara
setempat. Masyarakat setempat pun tidak
akan ragu untuk memulai pembicaran dengan
kita.
Dan ingat berkomunikasi bukan hanya
terbatas hanya pada komunikasi verbal, tapi
juga komunikasi non verbal,sehingga kita perlu
membekali diri dengan pemahaman yang baik
mengenai etika negara setempat.
4. Keimanan dalam Beragama
Budaya dari negara setempat lambat laun
akan memberikan dampak kepada kita,
kebiasaan-kebiasaan
dari
masyarakat
setempat yang unik, menimbulkan rasa
keingintahuan untuk mencoba nya. Tapi tidak
semua budaya atau kebiasaan memberikan
dampak positif untuk kita. Keimanan dalam
beragama merupakan alat penyaring yang
paling ampuh untuk mencegah kita dari
budaya dan kebiasaan
yang berdampak
negatif. Dimana pun kita berada, agama
menjadi panduan yang paling universal.

Cari tahu mengenai fasilitas umum di sekiar


daerah tempat tinggal kita. Bila perlu kita boleh
menempel peta daerah tempat tinggal kita,
dan mencoba jalan baru setiap kali kita pergi.
Kita akan mengetahui di mana letak
supermarket 24 jam, rumah sakit, kantor polisi
dan tempat-tempat lain yang memudahan
kehidupan kita.

7. Kesimpulan
Mendapatkan kesempatan hidup di luar negeri
merupakan hal yang sangat positif. Selain
menjalan tugas utama kita, baik itu belajar
atau bekerja. Kita akan banyak bertemu
dangan masyarakat negara setempat. Dan
untuk bisa sukses menjalankan semua tugas
kita, kita di tuntut untuk memahami dan
mengerti budaya dan kebiasaan mereka, mulai
dari bahasa sampai etiket kerja mereka.
Proses adaptasi pun terbilang singkat, jadi kita
harus mempersiapkan diri kita dengan ilmu
yang matang dan keimanan yang kuat.

5. Pengaturan Keuangan
Cara kita mengatur keuangan seharusnya
bukan merupakan hal yang bisa disepelekan.
Ada baiknya kita membuat anggaran
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

105

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

LIPUTAN KHUSUS
Menata Kembali Banda Aceh Pascatsunami
Tim Inovasi
Kontak Person: Ilham Maulana
Graduate School of Sciences and Technology, Kobe University, JAPAN
Email: il_maulana@yahoo.com
Berdiskusi mengenai penataan wilayah,
mau tidak mau membuat kita melirik pada ibu
kota propinsi di ujung paling barat Indonesia.
Hampir dua tahun setelah dihantam badai
tsunami, kota yang dijuluki Serambi Mekah ini,
masih
belum
mampu
bangkit
dari
keterpurukannnya. Bahkan dalam Ujian Akhir
Nasional pada tanggal 16-18 Mei 2006 yang
lalu, masih ada sebagian besar siswanya
yang terpaksa mengikuti ujian dibawah tendatenda darurat yang kondisinya juga sudah
tidak layak.
Tanpa memicingkan mata pada kondisi
sebagian besar rakyat Indonesia yang juga
butuh perhatian, kondisi di kota Banda Aceh
yang masih terpuruk di tengah besarnya
perhatian dunia membuat kita prihatin. Pasca
tragedi 26 Desember 2004, hampir seluruh
mata dunia tertuju pada wilayah yang hampir
30 tahun lamanya terlibat konflik bersenjata
tersebut. Belasan pimpinan negara besar
dunia
dan
organisasi
internasional
menjejakkan kakinya di sana. Tidak kurang
puluhan LSM lokal dan internasional sampai
saat ini masih membuka kantornya di Banda
Aceh. Sebut saja diantaranya, UNDP, ADB,
UNHCR, IRC, USAID, AusAID, CARE, JICA,
TURKEY,
GTZ,
termasuk
organisasi
keagamaan seperti Muslim Aid, FPI, Catholic
Relief Service (CRS), CARITAS yang
berpusat di Roma, Bunda Tsuci, WALUBI dan
puluhan organisasi nasional lainnya yang
merasa bertanggung jawab atas nasib rakyat
Aceh. Tak terkecuali berbagai organisasi
mahasiswa dari dalam dan luar negeri
termasuk PPI Jepang ikut mengulurkan
bantuannya di kota ini.
Pemerintah Indonesia juga bertindak cepat
dalam mengantisipasi berbagai hal guna
merehabilitasi dan merekontruksi Aceh dan
Nias. Pada hari sabtu tanggal 30 April 2005,
di tengah gencarnya bantuan internasional
dan NGO asing yang berdatangan untuk
membangun kembali puing-puing yang
tersisa di Aceh, Pemerintah Republik
Indonesia mendirikan sebuah lembaga
bernama Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi
(BRR)
Aceh
Nias
yang
bertugas

mengkoordinir semua bantuan internasional


yang ditujukan untuk Aceh dan Nias. Demi
Kelancaran, kata pemerintah saat itu. Pada
hari yang sama, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono melantik pejabat BRR Aceh nias,
yang
diketuai
oleh
Dr.
Kuntoro
Mangkusubroto, M.Sc, sosok yang dikenal
bersih dan punya masa lalu yang gemilang.
Dana pembangunan yang dikucurkan
pemerintah sebesar Rp 15,6 Trilyun dan
komitmen dunia Internasional sebesar US
$ 7,1 Milyar setidaknya memberi angin segar
akan berhasilnya rekontruksi di Banda Aceh,
propinsi
Nangroe
Aceh
Darussalam.
Merencanakan tata wilayah Banda Aceh tentu
tidak sesulit menata kembali kota Jakarta
yang memang sudah terlanjur padat. Menata
kota ini ibarat menata kota baru dari nol. Dua
pertiga dari total bangunan di Banda Aceh
dan sebanyak 52,77 persen dari total luas ibu
kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam itu
hancur total akibat gempa dan tsunami.
Berbagai konsep tata ruang telah dibahas
dalam berbagai diskusi mengenai rekontruksi
Aceh dan Nias, di dalam dan luar negeri.
Tidak sedikit pula pakar yang mengeluarkan
konsep-konsep yang cukup asing di telinga
rakyat Aceh, mulai dari pembangunan
berbasis lingkungan, pembangunan berbasis
ekologi, pembangunan berbasis maritim,
pembangunan berbasis budaya sampai early
warning system. Rakyat juga disodori
berbagai quisioner, diwawancarai, diundang
dalam seminar demi menyusun konsep tata
wilayah atau lebih dikenal dengan istilah blue
print perencanaan pembangunan kota.
Namun, Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) yang merupakan rencana induk
(masterplan) pembangunan, harus pula
didukung oleh sumber daya aparatur
pelaksana yang memadai. Pembangunan
Aceh yang didukung oleh pendanaan
komunitas
internasional
merupakan
kesempatan kepada pemerintah Indonesia
untuk menunjukkan kemampuan bangsa
Indonesia dan profesionalisme aparatur
pemerintahannya kepada dunia. Sangat
disayangkan apabila dalam pelaksanaannya

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

106

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

masih diwarnai oleh korupsi, perencanaan


yang tidak matang, inkonsistensi peraturan
dan tumpang tindihnya kebijakan pejabat di
tingkat lokal dan nasional.
Di dalam sebuah International Workshop
yang bertajuk Sumatra Tsunami Disaster and
Reconstruction di Contennial Hall, Kobe
University, Japan. Para pembicara yang
berasal dari Unsyiah Mitigation Center, Badan
Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) Aceh
Nias, perwakilan PBB (UNDP), Asian
Development Bank (ADB), serta peneliti dari
Kobe University dan Pittsburgh University,
ikut memberikan suatu konsep dalam
membangun Banda Aceh. Kesimpulan dari
workshop tersebut mengambil tema Gaps
and Needs to Reconstructing a Save Banda
Aceh, yang merupakan berbagai kajian dari
pakar Kobe University dan pemateri yang
semuanya terlibat dan pernah ke Aceh pasca
tsunami.
Dalam menata kembali Aceh dan Nias,
tidak ada salahnya pemerintah Indonesia
belajar kepada pemerintah kota Kobe yang
punya sejarah bencana gempa yang cukup
dahsyat
yang
ikut
menghancurkan
sebahagian kotanya. Dalam waktu yang
cukup singkat, Kobe berhasil bangkit dan
mensejajarkan dirinya dengan kota-kota lain
di Jepang, bahkan dunia. Pemerintah daerah
Kobe juga memiliki konsep yang cukup baik
dalam membangun kembali kotanya. Sistem
distribusi air dalam kota, penataan zona
industri, kawasan pemukiman, kawasan
perkantoran, kawasan pariwisata, transportasi
lokal dan pengelolaan sampah kota, semua
tertata dan terlaksana dengan rapi.
Hampir semua industri di Kobe terletak di
pinggir laut yang jauh dari pemukiman.

Kondisi ini membuat polusi udara dari pabrik


tidak sampai mencemari kota disamping
pengolahan limbahnya menjadi lebih mudah,
yakni dimurnikan sebelum dibuang ke laut.
Selain itu pemerintah kota juga menyediakan
daerah hijau dan taman di setiap sudut kota
dan terus dipertahan kelestariannya di tengah
pembangunan.
Pemerintah kota juga menjadikan bencana
gempa sebagai suatu memori yang mampu
mempersatukan dan memotivasi penduduk
Kobe
untuk
membangun
daerahnya.
Pelaksanaan
peringatan
gempa
dan
pembangunan tugu peringatan bukan hanya
sekedar kegiatan simbolis, namun didukung
dengan pendidikan yang cukup pada
warganya mengenai bahaya gempa dan
penanggulangannya
serta
menerapkan
standar bencana pada setiap bangunan dan
fasilitas umum.
Momen pembangunan kembali Banda
Aceh pasca tsunami hendaknya menjadi titik
awal bagi bangsa Indonesia untuk bangkit
dan menunjukkan kepada dunia internasional
jati diri bangsa yang besar ini. Konsep dalam
membangun kota-kota di Aceh hendaknya
dapat pula dijadikan pilot project dalam
menata kota-kota lain di Indonesia. Namun
yang
lebih
penting,
adalah
agar
pembangunan ini dapat dirasakan oleh
seluruh
masyarakat
Nangroe
Aceh
Darussalam, termasuk mantan Gerakan Aceh
Merdeka
yang
pasca tsunami telah
menghentikan perjuangan mereka selama 30
tahun dan kembali kepangkuan ibu pertiwi,
bergabung bersama rakyat Indonesia yang
lain untuk membangun bangsa yang tercinta
ini (IM).

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

107

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

TOKOH
Duta Besar RI untuk Jepang: Abdul Irsan, SH

Abdul Irsan, SH dilantik sebagai Duta


Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk
Jepang
melalui
surat
Kepercayaan
Pemerintah Republik Indonesia yang diterima
langsung oleh Kaisar Akihito pada tanggal 10
April 2003.
Sebelum bertugas di Jepang, pria yang
memulai karirnya di Deplu sejak tahun 1964,
telah memangku berbagai jabatan penting di
Deplu, antara lain sebagai Kepala Biro
Perencanaan (1985), Direktur Asia Pasifik
(1986-1988), Direktur Jenderal Protokol dan
Konsuler/Kepala Protokol Negara (19931995), dan Sekretaris Jenderal Deplu (19982002). Selain untuk Jepang, beliau juga
adalah Duta Besar RI untuk Mikronesia.
Bapak Abdul Irsan bukan orang baru di
dunia diplomasi bilateral dan multilateral.
Selama lebih dari 40 tahun pengabdiannya
sebagai diplomat karir, Pak Irsan telah
merambah ke berbagai negara diantaranya
Bangkok, Singapura dan Hong Kong. Selain
itu Dubes Irsan juga pernah menjabat
sebagai Konsul Jenderal RI di Los Angeles,
AS (1988-1989), Wakil Kepala Perwakilan RI
di Canberra, Australia (1989-1991), Duta
Besar RI di Wellington - Selandia Baru (19911993) dan terakhir Duta Besar RI di Den
Haag, Belanda (1998-2002).
Suatu hal yang menarik dari pria
kelahiran Sampang, Madura, pada tanggal
14 Oktober 1939 dan ayah dari empat orang
anak ini adalah komitmennya terhadap
pendidikan di Indonesia. Penerima bintang
kehormatan dari Kerajaan Thailand, Kerajaan
Belanda dan Republik Federasi Jerman, tidak
saja fasih berbicara mengenai tugasnya
sebagai wakil pemerintah RI untuk negara

Jepang, tapi mampu pula menjabarkan


berbagai kendala dunia pendidikan yang
harus dipecahkan oleh para peneliti di
Indonesia.
Menurut Dubes Abdul Irsan, masih
sangat sedikit peneliti Indonesia yang mampu
mengenalkan/mempublikasikan
hasil
penelitiannya
sehingga
dikenal
oleh
komunitas Internasional. Hal ini sangat
berbeda misalnya dengan Vietnam, yang
sangat gencar mempromosikan berbagai
hasil karya ilmuannya di berbagai Jurnal
Internasional.
Pak Irsan yang salah satu putranya
merupakan salah satu dari ahli bedah tulang
di
Indonesia
yang
berkesempatan
mengadakan riset di Kobe University, sangat
menyayangkan kurang mendunianya riset di
Indonesia. Menurutnya, paradigma ini harus
diubah sehingga karya-karya ilmuan kita
dikenal
dan
dimanfaatkan
secara
Internasional. Berikut petikan wawancara tim
inovasi dengan alumnus Fakultas Hukum
Universitas Indonesia tahun 1964 ini.
Bagaimana peran Kedutaan Besar
Republik Indonesia berkaitan dengan kerja
sama di bidang Pendidikan?
Peran KBRI pada prinsipnya adalah
memonitor keadaan pendidikan di Jepang
dan melaporkan mengenai sistem dan
kurikulum pendidikan di Jepang kepada
pemerintah Pusat. KBRI juga menjajaki kerja
sama dengan pemerintah Jepang untuk
menerima mahasiswa Indonesia belajar di
Jepang, baik melalui program beasiswa
maupun atas pembiayaan sendiri. KBRI juga
menjajaki kerjasama bagi lulusan Jepang
yang ingin kembali bekerja di Jepang.
Terutama bagi mereka yang tidak tertampung
atau belum mampu untuk menerapkan hasil
pendidikannya
di
Indonesia
karena
keterbatasan fasilitas yang ada.
Selain itu, KBRI juga menfasilitasi
mahasiswa Jepang yang ingin belajar ke
Indonesia dan pertukaran tenaga ahli antara
pemerintah Indonesia dan Jepang.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

108

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Bagaimana dengan kerja sama di


bidang pendidikan dasar dan menengah?
Terdapat perbedaan yang sangat besar
antara kurikulum pendidikan di Indonesia dan
Jepang. Di Jepang sekolah dasar dan
menengah belajar bagaimana menjadi
problem solving, sedangkan perguruan tinggi
diarahkan pada tujuan riset daripada sekedar
pendidikan lanjutan. Sehingga untuk saat ini
masih sulit untuk mengadakan kerja sama di
bidang pendidikan dasar.
Tapi yang menarik dari pendidikan dasar
di Jepang, adalah cara guru di Jepang yang
lebih mengedepankan pola diskusi dalam
memberikan pelajaran, namun dengan tetap
mempertahankan kedisiplinan. Pola ini
mungkin sangat positif untuk diterapkan di
Indonesia.
Apakah KBRI memitoring pendidikan
secara aktif?
Tentu saja. Hal ini merupakan salah satu
tugas dari perwakilan Republik Indonesia
untuk menyampaikan reporting, dari segala
informasi, termasuk pendidikan. Data yang
ada akan diolah sebagai informasi yang
berguna sesuai dengan kepentingan kita di
Indonesia.
Apakah ada tim khusus dari kedutaan
dalam
rangka
menyerap
informasi
tersebut?
KBRI melakukan penyerapan informasi
dengan berbagai cara, karena pada dasarnya
KBRI merupakan satu tim yang menyeluruh.
Jadi masing-masih pihak yang bertanggung
jawab melaporkan berbagai hal kepada atase
pendidikan dan kebudayaan untuk kemudian
disampaikan ke Jakarta melalui Kedutaan.
Dalam hal ini teman-teman dari PPI juga
dapat menjadi duta informasi dengan
menyambaikan informasi langsung kepada
lembaga-lembaga
tempat
mahasiswa
tersebut berasal maupun kepada KBRI untuk
disampaikan secara nasional kepada pihak
yang berkompeten di Indonesia.
Sejauh mana hubungan informal yang
telah ada baik antara perguruan tinggi
maupun secara personal dapat ditindak
lanjuti secara formal?
Hubungan formal pada tingkatan tertinggi
terjalin antar negara dan pada tingkatan yang
lebih rendah adalah hubungan antar
universitas. Hubungan antar profesor yang

terjalin karena adanya berbagai kesamaan,


termasuk almamater, juga masuk dalam
tatanan hubungan formal. Oleh karena itu
sangat penting untuk membina hubungan
dengan
berbagai
pihak
selama
kita
menempuh pendidikan di luar negeri.
Sebagai contoh, koordinator perguruan
tinggi di Indonesia bagian timur yang
berpusat di Makasar, menghubungi KBRI
untuk menanyakan bagaimana cara menjalin
kerja sama di biang pendidikan dengan
pemerintah Jepang. Tim dari KBRI langsung
datang ke Makasar untuk memperolah
informasi lebih jauh mengenai kebutuhan di
daerah ini. Lalu tim tersebut menindak lanjuti
dengan mencari universitas di Jepang yang
mau bekerja sama di bidang-bidang yang
menjadi prioritas universitas di Indonesia
timur. Sehingga akhirnya terjalin kerja sama
dengan tujuh universitas di Jepang. Yang
menarik, ternyata koordinator tersebut tidak
lain adalah atase pendidikan saya sewaktu di
Belanda.
Kerjasama ini berlanjut dengan diadakan
riset dengan universitas Sam Ratulangi yang
menghasilkan sebuah buku mengenai jenisjenis ikan yang ada di Sulawesi Utara.
Bagaimana kebijakan Deplu dalam
kaitannya dengan pengembangan dan
transfer teknologi industri berbasis iptek
Secara nasional kita memang belum
mempunyai
konsep
terkait
dengan
pengembangan dan transfer teknologi industri
berbasi iptek. Lebih lanjut beliau secara
pribadi mengusulkan pembentukan atase
khusus bidang teknologi di negara negara yg
telah cukup dikenal dengan pengembangan
teknologinya, seperti Jepang dan Amerika.
Beliau mengharapkan transfer teknologi, yang
diakui beliau, tidak semudah melakukan
transfer ilmu pengetahuan (knowledge), dapat
dipercepat.
Bagaimana program kerja KBRI dalam
menjembatani kontrak bisnis antara
pengusaha Jepang dengan pengusaha
Indonesia?
Dalam hal ini KBRI hanya bersifat
fasilisator dan siap membantu para
pengusaha dalam memberikan informasi.
Secara hokum ketatanegaraan KBRI sendiri
punya konvensi untuk tidak bertindak sebagai
badan usaha. Saya menghimbau seluruh
masyarakat Indonesia yang bergerak di dunia
usaha untuk mejadi katalisator bagi

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

109

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

perkembangan investasi dan pertumbuhan


ekonomi Indonesia, tidak sebaliknya yg
kemudian menjadi pesaing dan menutup
seluruh informasi yg didapat hanya untuk
kepentingan sendiri.
Apakah KBRI
memiliki
program
khusus dengan banyaknya keberedaan
para kenshusei yang notabenenya adalah
para pahlawan devisa?
Dalam hal ini KBRI senantiasa menjalin
kerjasama dengan para perusahan yang
mendatangkan para kenshusei ke Jepang.
Berbagai masalah yang dihadapi para
kenshusei diselesaikan bekerja sama dengan
perusahan
pengerah
tenaga
kerja
tersebut.dalam hal ini KBRI memberi
perlindungan hokum bagi para pahlawan
devisa tersebut.
Pihak KBRI secara berkala juga
mengutus wakilnya untuk melihat langsung
keadaan para tenaga kerja asal Indonesia
tersebut dan memberikan berbagai informasi
termasuk masalah kekonsuleran. KBRI juga
memberikan tanda penghargaan bagi para
kenshusei yang telah menyelesaikan kontrak
kerjanya di Jepang, yang saya tandangani
sendiri.

kumpulkan sebelum saya ke Jepang, bagian


kedua berisi pengalaman saya selama
bertugas di Jepang, dan terakhir adalah
pendapat saya pribadi yang hendaknya
dijadikan renungan oleh pembaca, mengenai
hubungan Jepang dengan Asia Timur dan
Cina, pendidikan di Jepang dan lainnya
Saya juga ingin menjelaskan bagaimana
hubungan Jepang dan Indonesia pada masa
menjelang
kemerdekaan.
Termasuk
keinginan Jepang menjadikan Indonesia
sebagai bagian dari kekaisaran Jepang. Juga
tentang bagaimana sikap bangsa Indonesia
terhadap bangsa Jepang. Buku ini juga akan
dicetak dalam bahasa Indonesia.

Bagaimana tentang buku karya Bapak


yang diterbitkan dalam bahasa Jepang?

Buku tersebut berjudul "Indonesia-jin


Gaikokan-no Mekara Mita Nippon" (Japan
through the Eyes of an Indonesian Diplomat).
Dipublikasi oleh Universitas Hasanudin
Sulawesi
Selatan.
Buku
ini
ditulis
berdasarkan pengalaman beliau setelah
mengkaji banyak buku sejarah Jepang, dan
juga ketika mengunjungi Yasukuni Shrine
sebagai museum Perang Dunia ke II tercatat
bahwa Indonesia Merdeka pada tahun 1949.
Dan berdasarkan temua beliau banyak
masyarakat Jepang yg tidak memahami
bahwa Indonesia Merdeka pada 17 Agustus
1945. Demikian salah satu kutipan dalam
wawancara beliau dengan Koran Yomiuri
Shinbun pada minggu ketiga April 2006.

Buku tersebut merupakan informasi


kepada bangsa Indonesia agar dapat lebih
mengenal dan memahami Jepang. Saya ingin
memberikan informasi lebih jauh mengenai
bangsa Jepang. Buku tersebut pada
dasarnya terdiri dari tiga bagian. Bagian
pertama merupakan informasi yang saya

Catatan: Materi tulisan tokoh dikutip dari hasil


wawancara antara pengurus PPI-Jepang
dengan Bapak Abdul Irsan di KBRI Tokyo,
pada Hari Jumat tanggal 24 Maret 2006.
Sumber lainnya seperti website KBRI Tokyo
(http://www.indonesian-embassy.or.jp/)
dan Koran Yomiuri Shinbun.

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

110

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

Susunan Dewan Redaksi Inovasi


Penasehat:

Dr. Arif Satria


Candra Darmawan

Penanggungjawab:

Ketua PPI-Jepang (Edy Marwanta)

Pemimpin Redaksi:

Haris Syahbuddin

Redaktur PJ Rubrik:
1. Rubrik Topik Utama:

Sorja Kesuma
Tonang Ardiyanto

2. Rubrik Nasional:

Taruna Ikrar
Ilham Maulana

3. Rubrik IPTEK dan Inovasi:

Dodik Kurniawan
M. Sulaiman

4. Rubrik Kesehatan:

dr. M. Thohar Arifin

5. Rubrik Humaniora:

M. Zuklifli Mochtar Husein


M. Lutfi Firdaus

6. Rubrik Kiat dan Forum:

Husnain

7. Liputan Khusus dan Tokoh: Ilham Maulana


Sekretaris Redaksi:

Arif Kurniawan

PR dan Administrasi:

Husnain

Konsultan Bahasa:

Imelda

Tim Produksi:
1. Setting artikel:

Hastari Eka Anandhita


Muhammad Iqbal

2. Webmaster:

Arif Kurniawan

3. Cover:

Imelda
Lutfi Firdaus

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia

Membuka Dunia untuk Indonesia


dan
Membuka Indonesia untuk Dunia

Anda mungkin juga menyukai