Makalah Avandaryl
Makalah Avandaryl
A. Pendahuluan
Reseptor intraseluler atau nuclear receptor (NR) adalah adalah kelas reseptor
yang diaktifkan ligan faktor transkripsi yang akan menghasilkan up atau down
regulasi ekspresi gen. Ligan yang yang berikatan dengan reseptor intraseluler
biasanya berbobot molekul rendah <1000 dalton, bersifat lipofilik sehingga dapat
menembus membran dengan mudah.
Vitamin
Produk antara
dan produk
metabolisme
Contoh Ligan
Nama Reseptornya
hormon tiroid
estrogen
androgen
glukokortikoid
vitamin D
Trans-retinoic
acid
9-cis-retinoic
acid
bile acids
asam lemak
oxysterols
Xenobiotics
2
Beberapa reseptor intarseluler, misalnya FXR, LXR dan PPAR akan berikatan dengan
zat antara metabolisme misalnya asam lemak, asam empedu dan sterol. Dalam hal ini
reseptor berperan sebagai metabolik sensor yang akan mengatur metabolisme tubuh.
Sedangkan beberapa reseptor lain, yaitu CAR dan PXR berperan sebagai xenobiotik
sensor yang akan menghasilkan up regulasi dari sitokrom P450 yang akan
memetabolisme xenobiotik tersebut. Reseptor lain misalnya constitutive androstan
receptor akan menjadi aktif bila tidak berikatan dengan ligan. Dan ada pula reseptor
intra seluler yang ikatanya dengan ligan lemah atau dapat dikatakan tidak berikatan
yaitu golongan short heterodimer partner (SHD dan NR0B2).
Reseptor intraseluler ini mempunyai beberapa region antara lain :
a. N terminal regulatory domain
b. DNA binding domain (DBD)
c. Hinge domain
d. Ligand binding domain (LBD)
e. C terminal domain
Reseptor intraseluler berdasarkan homologi sekuenya dapat dibedakan
menjadi beberapa subfamily sebagai berikut:
a. NR subfamily 1 : thyroid hormone receptorlike (termasuk didalamnya PPAR)
b. NR subfamily 2 : retinoid x receptorlike
c. NR subfamily 3 : estrogen receptorlike
d. NR subfamily 4 : nerve growth factor receptorlike
e. NR subfamily 5 : germ cell nuclear factorlike
Sedangkan menurut transduksi sinyalnya dapat dibedakan menjadi dua tipe
yaitu NR tipe I dan NR tipe II. NR tipe I (termasuk didalamnya NR subfamily 3)
adalah reseptor yang bila berikatan dengan ligan akan menyebabkan disosiasi dari
heat shock protein, lalu menyebabkan reseptor mengalami homodimerisasi,
translokasi dari sitosol menuju nukleus, dan berikatan dengan sekuen spesifik dari
DNA yang disebut hormone response elemen (HRE). Kompleks yang terbentuk antara
reseptor dengan HRE akan merekrut beberapa protein lain dan memulai transkripsi
dari gen tersebut menjadi mRNA yang akhirnya ditranslasikan menjadi protein yang
3
akan mengubah fungsi sel tertentu. Sedangkan reseptor NR tipe II (termasuk
didalamnya NR subfamily 1) dalam jalur transduksi sinyalnya akan diikat dalam
nukleus sebagai heterodimer (biasanya dengan RXR) lalu akan berikatan dengan
DNA.
Nuclear receptor yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Peroxisome
proliferator-activated receptor (PPAR), mekanisme aktivitasnya serta obat yang
bekerja padanya. Untuk obat yang bekerja pada reseptor PPAR di sini yang dibahas
adalah Avandaryl.
PPAR terdapat pada hati, ginjal, jantung, otot dan jaringan adipose.
PPAR 1 terdapat pada jantung, otot, colon, ginjal, pankreas dan limpa.
reseptor intraseluler yang memiliki berbagai efek yang berkaitan dengan metabolisme
protein, lemak dan karbohidrat. PPAR adalah suatu ligand-activated transcription
factor yang merupakan target utama agen terapi dalam penyakit metabolik. PPAR
memiliki tiga bentuk isoform yaitu PPAR, PPAR, dan PPAR. Tiga bentuk isoform
utama ini tersusun atas gen yang berbeda, yaitu:
dan berikatan dengan daerah spesifik DNA, yaitu pada gen target. Sekuen DNA target
ini disebut dengan PPRE (peroxisome proliferator response element). RXR sendiri
juga membentuk heterodimer dengan beberapa reseptor lainnya seperti reseptor
vitamin D dan reseptor hormon tiroid.
Sekuen DNA konsensus dari PPRE adalah AGGTCAXAGGTCA dengan X
sebagai nukleotida acak. Secara umum, sekuen ini terdapat pada region promotor dari
suatu gen, dan saat PPAR berikatan dengan ligannya, transkripsi dari gen target
meningkat atau menurun bergantung kepada gen yang teraktivasi. Fungsi dari reseptor
ini dimodifikasi oleh permukaan pasti ligan binding domain (LBD) dari reseptor,
adanya coactivator atau corepressor. Beberapa ligan endogen dari PPAR adalah asam
lemak bebas, eikosanoid, prostaglandin PGJ2 dan leukotrien B4(mengaktifkan
PPAR).
PPAR memiliki suatu struktur dasar dari beberapa domain fungsional. Bagian
yang utamanya adalah DBD (DNA binding domain) dan LBD (ligan binding domain).
DBD terdiri dari dua pola zinc finger yang berikatan dengan region regulator pada
DNA saat reseptor teraktifasi. Sedangkan LBD memiliki struktur sekunder besar,
yang terdiri dari beberapa alfa helix dan sebuah beta sheet. Ligan alami dan sintetik
yang berikatan dengan LBD akan mengaktifasi reseptor.
PPAR dan PPAR adalah target dari beberapa obat yang masih terus diteliti
untuk memperoleh bentuk modulasi farmakologi yang lain. PPAR adalah target
utama dari obat golongan fibrat yang digunakan dalam penyakit kolesterol yang
timbul akibat tingginya kadar trigliserida. Sedangkan PPAR adalah target obat
golongan thiazolidinediones (TZDs), yang digunakan dalam terapi diabetes melitus
tipe 2, dan juga dapat diaktifasi secara ringan oleh beberapa NSAID (Non-Steroid
Antiinflamation Drugs) seperti ibuprofen dan indol.
C. Avandaryl
FDA menyetujui Avandaryl yang dibuat oleh SB Pharmco Puerto Rico, Inc,
GlaxoSmithKline company untuk digunakan sebagai suplemen tambahan dan
meningkatkan kontrol glikemik pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang siap
untuk menerima rosiglitazone dan obat golongan sulfonilurea secara bersamaan. FDA
menyetujui obat ini tepatnya pada 23 November 2005.
Obat ini memiliki target aksi pada reseptor intraseluler, yaitu pada PPAR.
Avandaryl mengandung dua zat aktif dalam tiap sediaannya, yaitu
rosiglitazone
maleate dan glimepiride. Kedua zat aktif ini merupakan obat yang biasa digunakan
sebagai antidiabetes oral untuk mengatasi diabetes tipe 2. Gambar struktur dari
rosiglitazone maleate dan glimepiride dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.
Dosis Pemberian dan Kontra Indikasi
Avandaryl diberikan secara per oral sebagai tablet dengan dosis yang
ditetapkan yaitu 4 mg rosiglitazone dengan dosis variabel dari glimepiride yaitu 1,2
atau 4 mg dalam single tablet; 4 mg rosiglitazone dengan 1 mg glimepiride (4 mg/1
mg), 4 mg rosiglitazone dengan 2 mg glimepiride (4 mg/2 mg) dan 4 mg rosiglitazone
dengan 4 mg glimepiride (4 mg/4 mg). Setiap tablet terdiri dari bahan pendukung
Hypromellose
2910,
lactose
monohydrate,
macrogol
(polyethylene
glycol),
2.
3.
penyakit lever
4.
8
5.
Farmakokinetik
Studi bioekuivalensi dari Avandaryl 4 mg/4mg, Area Under
Curve (AUC) dan konsentrasi maksimum (Cmax) dari rosiglitazone
dengan dosis tunggal dari kombinasi tablet dimana bioekuivalen
dari rosiglitazone 4 mg diberikan secara bersamaan dengan
glimepiride 4 mg dibawah kondisi puasa. AUC dari glimepiride
dengan dosis tunggal puasa 4 mg/4 mg memiliki ekuivalen dengan
glimepiride yang diberikan secara bersamaan dengan rosiglitazone,
sementara Cmax 13% dibawah ketika diberikan secara bersamaan.
10
Pada pasien geriatrik terjadi perbedaan farmakokinetika glimepirid. AUC
pada steady state pada pasien lansia 13% lenih rendah daripada pasien muda. Dan rata
rata weight adjustment clearance pada pasien lansia 11% lebih tinggi dari pasien
muda.
3. Gangguan fungsi hati
Gangguan fungsi hati dapat mempengaruhi farmakokinetika dari rosiglitazon.
Clearance rosiglitazon tak terikat lebih rendah pada pasien dengan gangguan fungsi
hati moderat hingga akut. Gangguan fungsi hati dapat meningkatkan Cmax sebanyak
2 tingkat dan AUC0-inf dari rosiglitazon takterikat. T1/2 eliminasi rosiglitazon 2 jam
lebih lama pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
4. Gangguan fungsi ginjal
Gangguan fungsi ginjal tidak menyebabkan perubahan pada T1/2 eliminasi
glimepirid. Sedangkan T1/2 M1 dan M2 (metabolit dari glimepirid) naik sebanding
dengan penurunan fungsi ginjal. Dan rata rata ekskresi urin total M1 dan M2
menurun. Pada data penelitian didapatkan bahwa glimepiride dapat ditoleransi dengan
baik pada pasien dengan fungsi ginjal normal maupaun pad pasien dengan gangguan
fungsi ginjal. Dan level serum glimepirid menurun sebanding dengan menurunya
fungsi ginjal sehingga level serum M1 dan M2 naik.
dari
komponen
rosiglitazon
dan
glimepiride
dapat
dipengaruhi oleh obat yang menghambat atau mengindiksi cytochrome P450. Suatu
inhibitor enzim CYP2C8 misalnya gemfibrozil dapat menurunkan metabolisme dari
glimepirid. Dan suatu induktor enzim CYP2C8 misalnya rifampin dapat
meningkatkan metabolisme dari glimepirid.
Metabolisme dari komponen glimeperide dapat dihambat oleh obat yang
menghambat enzim CYP2C9 misalnya fukonazol dan. Sedangkan metabolisme
glimepirid dapat diinduksi olehobat yang menginduksi CYP2C9 misalnya rifampisin.
Obat yang mempunyai ikatan dengan protein plasma yang kuat dapat menghasilkan
efek potensiasi terhadap glimepirid.
11
Efek Samping
Pengunaan Avandaryl harus dihentikan ketika timbul gejala-gejala
sebagai berikut :
1. reaksi alergi
2. gejala kesulitan bernapas
3. terjadi
pembengkakan
pada
wajah,
bibir,
lidah,
dan
tenggorokan.
Efek samping yang lebih serius dapat timbul antara lain :
1. napas pendek-pendek dan disertai dengan suara
2. penambahan berat badan yang cepat
3. sakit perut yang parah, urine berwarna gelap, muka menjadi
pucat dan berwarna kekuningan, sakit kepala berkepanjangan
Jika timbul gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya konsultasikan
dengan dokter tentang penggunaan avandaryl ini.
1. Rosiglitazone
Rosiglitazon
maleat
adalah
obat
antidiabetik
yang
termasuk
kelas
Secara
kimia,
rosiglitazon
maleat
adalah
()-5-[[4-[2-(methyl-2-
12
1. memiliki rumus molekul C18H19N3O3SC4H4O4.
2. jarak lebur 122 - 123C
3. nilai pKa 6,8 dan 6,1
4. larut dalam etanol dan terbuffer pada aqueous solution dengan pH 2,3
5. kelarutan meningkat dengan naiknya pH pada range fisiologis
rumus molekul :
13
Salah satu intermediet lipid adalah diasilgliserol, yang meningkatkan resistensi
insulin yang diinduksi oleh faktor genetik dan diet. Diasilgliserol menginduksi
resistensi insulin dengan cara mengaktivasi diacylglycerol-sensitive protein kinase C
(PKC) isoform, yang dihasilkan dalam fosforilasi serin dari insulin receptor substrate1. Ceramid, yang merupakan second messanger pada jalur signaling spingomyelin,
juga meningkatkan obesitas pada orang yang resisten insulin, dan akumulasinya
berpengaruh pada downstream signaling insulin dengan mencegah aktivasi dan
fosforilasi insulin-induced Akt.
Thiazolidinedione merupakan agen peningkat sensitivitas insulin dengan aksi
utama meningkatkan penggunaan glukosa peripheral. Salah satu contoh obat golongan
ini adalah rosiglitazone. Rosiglitazone merupakan ligan untuk peroxisome
proliferator-activated receptor- (PPAR- ). PPAR- adalah faktor transkripsi yang
penting yang mempengaruhi sejumlah gen yang berhubungan dengan homeostasis
lipid, perubahan pada metabolisme kemungkinan dimediasi oleh efek terapetik
rosiglitazone. Sebagai tambahan untuk meningkatkan sensitivitas insulin, treatment
rosiglitazone secara kronik menurunkan kadar trigliserida darah dan asam lemak
bebas dan meningkatkan pengambilan dan oksidasi asam lemak pada otot skeletal.
14
Rosiglitazone tidak menginduksi hipoglikemia pada hewan uji dengan diabetes tipe 2
dan toleransi glukosa yang telah menurun.
Selain sebagai antidiabetes melitus tipe 2, rosiglitazone dapat digunakan
untuk melindungi jantung dari ischemia akut. Efek yang ditimbulkannya ini masih
berhubungan dengan perannya sebagai agonis PPAR. Efek kardiovaskuler ini
didukung dengan penurunan aktivitas laktat dan LDH, di mana mereka bekerja sama
mengurangi kerusakan fungsional selama ischemia.yaitu dengan menghambat jalur
aktivasi protein kinase dan menghambat aktivitas ikatan AP-1 DNA. Konsentrasi
rosiglitazone yang lebih tinggi lebih efektif untuk melawan ischemia.
Rosiglitazone meningkatkan protein GLUT1 dan GLUT4 ke sel membran
adipose. Pengaruh aktivitas transpoter glukosa berperan dalam mempengaruhi
pengaturan ketersediaan glukosa dalam miokardial. Aksi dari rosiglitazone lebih
lanjut dikonfirmasikan dimana
melawan aktivasi JNK/AP-1 cascade. Jalur JNK/AP-1 bekerja sama dengan jalur
MAPK p38 sangat besar peranannya dalam fungsi jantung dan daya tahan sel.
Kemampuan rosiglitazone meningkatkan metabolisme oksidatif jantung untuk
mencegah aktivasi JNK/AP-1 cascade. Obat secara simultan meningkatkan
translokasi GLUT4 ke sel membran dan menghambat fosforilasi JNK dan aktivitas
ikatan AP-1 DNA. Sampai saat ini mekanisme aksi rosiglitazone sebagai
kardioproteksi belum sepenuhnya jelas. Secara skematik aksi dari rosiglitazone dapat
dilihat pada diagram 1.
15
Menigkatkan sintesis IRS-1 dan
Mempengaruhi ekspresi
dan resistin
Efek Samping
Efek samping yang umum dialami karena rosiglitazone monoterapi adalah
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), luka, dan sakit kepala, mata dan kulit kuning,
sakit pada bagian perut/abdomen, muntah, urin menghitam, pembekuan darah
melambat, tanda-tanda infeksi (misalkan demam, radang tenggorokan), perubahan
mood/mental, perubahan penglihatan (misalkan masalah warna atau pada waktu
malam). Dalam kombinasinya dengan sulfonilurea dapat menyebabkan hipoglikemik,
edema dan anemia. Bila rosiglitazone dikombinasikan dengan insulin dapat
mengakibatkan edema. Edema yang dihasilkan ini akan mengakibatkan gagal jantung
kongesti atau congestive heart failure (CHF), edema paru paru dengan atau akibat
fatal dan pleural efusi. Dalam penggunaan postmarketing diketahui bahwa
rosiglitazone dapat juga menyebabkan angioedema, urtikaria, macular edema dan
penurunan ketajaman penglihatan. Efek samping dari rosiglitazone menurut frekuensi
terjadinya kasus dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. less common (sangat jarang terjadi)
16
Nyeri pada perut, pandangan mata kabur, nyeri dada, penurunan jumlah urin,
mulut kering, kelelahan, kulit kering, meningkatkan nafsu makan, meningkatkan rasa
haus, meningkatkan urinasi, mual, sakit pada punggung, nafas jadi pendek,
berkeringat, bengkak pada jari, tangan, kaki, masalah pernafasan, penurunan berat
badan, dan muntah.
2. rare (jarang terjadi)
Keringat dingin, koma, pusing, kulit pucat, depresi, sakit kepala, mimpi buruk,
kelelahan, lemah, urin menjadi gelap.
3. frequency not determined (frekuensi tidak ditentukan)
Mulut biru dan kuku jari menjadi biru, batuk kadang-kadang disertai sputum
berwarna pink, kulit menjadi kemerahan, mata dan kulit jadi kekuningan, dan gatalgatal
Kontraindikasi
a. Sangat signifikan: DM Ketoasidosis, kegagalan jantung kronis tak terbalikkan.
b. Signifikan: gagal jantung kronis, penyakit hati, edema, edema pada paru-paru,
DM tipe 1. Yang mungkin penting: diabetes retinopathy, edema retina macular.
Interaksi obat
Aspirin atau obat mirip aspirin dengan kadar tinggi (misalkan salisilat,
NSAIDs seperti ibuprofen, fenilbutazon), antifungi golongan azole (misalkan
fluconazole, ketoconazole, miconazole), pil KB, bupropion, chloramphenicol,
clofibrate, obat-obat kortikosteroid (misalkan prednisone), dekongestan ( mis.
Pseudoefedrin), diazoksid, pil diet, epinefrin, estrogen, gemfibrozil, produk hasil alam
(misalkan fenugreek, ginseng, gymnema), insulin, isoniazid, MAO inhibitor,
(misalkan furazolidone, linezolid, moclobemide, phenelzine procarbazine, selegiline,
isocarboxazid, tranylcypromine), niasin, fenotiazin (missal prometazin), fenitoin,
probenecid, antibiotik golongan kuinolon (misalkan ciprofloxacin, levofloxacin),
rifampin, sulfonamide (misal antibiotik golongan sulfa), obat tiroid, warfarin, pil
berair (diuresis seperti hydrochlorothiazide, furosemide).
17
Rosiglitazone dimetabolisme oleh sitokrom p450. Inhibitor dari CYP2C8
(seperti gemfibrozil) dapat meningkatkan AUC dari rosiglitazone dan inducer
CYP2C8 (seperti rifampisin) dapat menurunkan AUC dari rosiglitazone. Oleh karena
itu, jika inhibitor atau inducer CYP2C8 diberikan atau dihentikan pemakaiannya
selama perlakuan dengan rosiglitazone, perubahan pada perlakuan pengobatan
diabetes mungkin diperlukan berdasarkan respon klinik yang ditimbulkan.
2. Gliperimide
Glimepiride merupakan obat antidiabetik per oral dari kelas sulfonil urea.
Secara
kimia
memiliki
nama
1-[[p-[2-(3-ethyl-4-methyl-2-oxo-3-pyrroline-1-
18
transpoter luciferase. Glimeperide meningkatkan rekruitmen coactivator DRIP205
dan disosiasi corepressor seperti inti reseptor corepressor dan mediator tersembunyi
untuk reseptor retinoid dan hormon tiroid. Glimeperide secara langsung berikatan
PPAR- secara kompetitif, yang membuktikan kemampuannya sebagai ligan dari
PPAP-. Selain itu didalam 3T3-L1 adiposit, glimeperide merangsang aktifitas
transkripsi dari gen promoter yang mengandung PPAR respon element dan merubah
target mRNA pada PPAP yang meliputi aP2, leptin dan adiponektin.. Glimeperide
menginduksi diferensiasi adipose di sel 3T3-F442A. Secara umum kerja glimepiride
adalah sebagai berikut:
1.
2.
4.
5.
oleh
sulfonilurea,
seperti
glimepiride.
Pernyataan
ini
telah
didemonstrasikan melalui studi preklinis maupun uji klinis bahwa glimepiride mampu
meningkatkan sensitivitas jaringan peripheral terhadap insulin. Terapi glimepiride
meningkatkan respon insulin/C-peptida postpandrial dan keseluruhan kontrol
glikemik dengan mekanisme yang belum dapat diterangkan secara jelas. Jurnal lain
menyebutkan glimepiride memiliki afinitas dengan reseptor kanal potasium
tersensitisasi-ATP pada permukaan sel pankreas, menurunkan konduktansi potassium,
dan menyebabkan depolarisasi pada membran. Depolarisasi membran ini merangsang
influks ion Ca2+ melalui kanal kalsium tersensitisasi-voltase. Peningkatan konsentrasi
ion Ca2+ intrasel menginduksi sekresi insulin.
19
Efek Samping
Glimepiride dapat menyebabkan hipoglikemik yang ditandai oleh beberapa
gejala antara lain pusing, kurang bertenaga, sakit kepala dan mual. Efek glikokemik
yang dihasilkan oleh sulfonilurea dapat dipotensiasi oleh obat-obat yang terikat kuat
dengan protein, antara lain NSAID, sulfonamid, choramphenicol, coumarin,
probenecide, mono amine oksidase (MAO) inhibitor dan adrenergic blocking
agent. Namun beberapa obat dapat juga menyebabkan hiperglikemik jika berinteraksi
dengan glimepiride, yaitu antara lain obat golongan diuretik, kortikosteroid,
phenothiazin, tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, phenytoin, asam nikotinat,
simpatomimetik dan isoniazid. Pada saluran gastrointestinal glimepiride dapat
menyebabkan beberapa reaksi muntah, nyeri gastrointestinal dan diare. Pada hati
dapat menyebabkan peningkatan level enzim hati dan gangguan fungsi hati antara lain
cholestasis, penyakit kuning dan hepatitis. Dalam kombinasinya dengan sulfonilurea
(termasuk glimepiride) dapat menyebabkan gagal hati. Pada kulit dapat menyebabkan
reaksi alergi dengan tanda-tanda antara lain pruritis, eritemia, urtikaria, morbilliform,
atau erupsi maculopapular, selain itu juga porphyria cutanea tarda, photosensitivitas
dan alergi vasculitis. Pada darah dapat menyebabkan leucopenia, agranulositosis,
trombositopenia, anemia hemolisis, anemia aplastik dan pancytopenia. Pada proses
metabolisme dapat menyebabkan gangguan seperti reaksi hepatik porphiria,
disulfiramlike reaction, hiponatemia dan pengeluaran anti diuretic hormone (ADH).
Beberapa efek samping lain yaitu perubahan daya akomodasi dan penglihatan kabur.
Interaksi
Glimepiride
dengan
golongan
obat-obat
tertentu
cenderung
untuk
menyebabkan hyperglycemia dan mungkin menyebabkan kehilangan kontrol. Obatobat tersebut termasuk didalamnya thiazide dan diuretik yang lain, kortikosteroid,
phenothiazine, produk-produk thyroid, estrogen, kontrasepsi oral, phenytoin, asam
nikotinat, sympathomimetics, dan isoniazid. Ketika obat-obat tersebut diberikan pada
pasien yang menerima glimepiride, pasien tersebut memiliki kecendrungan segera
kehilangan kendali. Ketika obat-obat tersebut ditarik(dihentikan pemberiannya) dari
pasien penerima glimepiride, pasien akan segera terkena hypoglycemia.
20
Pemberian miconazole oral dan agen hypoglycemic oral secara bersamaan
telah
dilaporkan
memiliki
potensi
untuk
berinteraksi
dan
menyebabkan
hypoglycemia yang berat. Tidak diketahui apakah Interaksi ini juga terjadi dengan
pemberian intra vena, topikal, atau vaginal dari sediaan miconazole. Glimepiride juga
memiliki potensi untuk berinteraksi dengan obat lain yang termetabolisme oleh
sitokrom P450 2C9 juga termasuk phenitoin, diclofenac, ibuprofen, naproxen, dan
asam mefenamat.
dilakukan
terhadap
tablet
yang
telah
dikombinasikan
dosisnya
(AVANDARYL) sebagai suatu second-line therapy (yaitu pada pasien yang tidak
cukup diobati dengan obat golongan sulfonilurea saja atau yang telah sebelumnya
diberikan rosiglitazone saja dan membutuhkan kontrol glycemic).
21
Tingkat keamanan dan efikasi dari AVANDARYL sebagai terapi
farmakologis awal untuk pasien yang menderita diabetes tipe II setelah uji
pembatasan kalori, kehilangan berat badan, dan olahraga, belum dilaksanakan.
Sejumlah 3,457 pasien yang menderita diabetes tipe II terlibat dalam studi
selama 24 26 minggu, yang bersifat doble-blind, placebo/active-controlled, yang
dillakukan terhadap pasien yang berusia lanjut, untuk mengetahui tingkat keamanan
dan efikasi dari rosiglitazone yang dikombinasi dengan suatu sulfonilurea.
Rosiglitazone 2 mg, 4 mg, atau 8 mg setiap hari, diberikan baik dengan dosis 1 x
sehari (3 studi) atau pada dosis yang dibagi 2 x sehari (7 studi), pada pasien yang
tidak cukup diobati dengan sulfonilurea pada dosis maksimal maupun submaksimal.
Dalam studi ini, kombinasi dari rosiglitazone 4 mg atau 8 mg setiap hari
(diberikan dalam dosis tunggal sekali sehari atau dua kali sehari dengan dosis masingmasing separuhnya) dan suatu golongan sulfonilurea secara signifikan mengurangi
FPG dan HbA1c dibandingkan dengan plasebo ditambah sulfonilurea.
Salah satu dari studi selama 24 26 minggu ini termasuk pasien yang tidak
cukup hanya menggunakan glyburide (dosis maksimal) dan diganti dengan 4 mg
rosiglitazone setiap hari sebagai monoterapi, dalam kelompok ini, kehilangan kontrol
glycemic ditunjukkan, sebagai akibat meningkatnya FPG and HbA1c.
Pola perubahan kadar LDL dan HDl selama terapi dengan rosiglitazone yang
kombinasi dengan sulfonilurea secara umum mirip dengan pemberian rosiglitazone
sebagai monoterapi. Rosiglitazone sebagai monoterapi dihubungkan dengan
peningkatan kolesterol total, LDL, dan HDL, dan penurunan asam lemak. Perubahan
trigliserida selama terapi dengan rosiglitazone variatif dan pada umumnya tidak
berbeda secara statistic dengan plasebo ataupun pemberian glyburide sebagai kontrol.
22
E. Daftar Pustaka
Ikawati, Zullies, 2006, Pengantar Farmakologi Molekuler, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
www.avandia.com
www.drugstore.com
www.drugs.com
www.medscape.com
www.medisave.ca
www.Rxlist.com
23
www.us.gsk.com
www.wikipedia.org