Anda di halaman 1dari 52

Pertemuan XIV

Reseptor Intraseluler [R-Inti /


R-Hormon] Sebagai Target Aksi Obat
DRUG

Reseptor Receptor
Ligan
1. Reseptor Glucocorticoid (GR)~ Glucocorticoid
2. Reseptor Estrogen (ER-α, ER-β )~ Estrogen
3. Reseptor PPAR (→) ~ Asam Lemak
Wahyu Hendrarti
Types of Drug Targets
RESEPTOR INTI = nuclear receptor [NR]
 Reseptor yang terhubung transkripsi gen
 Lokasi: diruang intrasel
 sitoplasma yang kemudian bermigrasi ke nukleus
setelah berikatan dengan ligand, atau di
 nukleus) →aksinya langsung mengatur transkripsi gen.
 Reseptor intraseluler adalah kelas reseptor yang
diaktifkan ligan faktor transkripsi yang aktifitas
utamanya adalah regulasi transkripsi gen.
Syarat & fungsi…..LIGAN PADA RESEPTOR INTI
 Syarat Ligan:
 ber-BM kecil (< 1000 dalton),
 bersifat lipofilik,
 mudah masuk ke dalam sel untuk mencapai reseptornya.
 Fungsi Ligan dan Reseptornya adalah menerjemahkan signal
dari lingkungan eksternal dan internal menjadi ekspresi gen.
 Contoh Ligan :
 Glukokortikoid, Vitamin D, Asam Retinoat,
Hormon Estrogen, dll
Reseptor Inti memiliki 2 tempat ikatan
1. Tempat Ikatan dengan hormon/ligan
2. Tempat ikatan dengan bagian spesifik DNA yang
dapat secara langsung mengaktifkan transkripsi
gen.
 Ketika terjadi pengikatan dengan suatu agonis reseptor
akan mengikat hormone response element (HRE) spesifik
>>>meregulasi ekspresi gen-gen tertentu
 Untuk reseptor yang berada pada sitosol >>akan terjadi
translokasi ke dalam nukleus terlebih dahulu
Jenis-Jenis Reseptor Intraseluler & Kelompok Ligan
kelompok Contoh ligan Nama reseptornya
Hormon Hormon tiroid Thyroid hormone receptor (TR)
estrogen Estrogen receptor (ER)
androgen Androgen receptor (AR)
glukokortikoid Glucocorticoid receptor (GR)
Vitamin Vitamin D Vitamin D receptor (VDR)
Trans-retinoic acid Retinoic acid receptor
9-cis-retinoic acid Retinoid X receptor (RXR)
Produk antara Bile acids Bile acids receptor (BAR)
dan produk Asam lemak Peroxisome proliferators –activated receptor (PPAR)
metabolisme
Oxysterols Liver X receptor (LXR)
Xenobiotic Pregnan X receptor (PXR)
Constitutive androstane receptor (CAR)
Finding a Receptor
1
Mekanisme
Aksi 2

Sitoplasma
3

5
2 1

3
Mekanisme
4 7 Aksi

Nukleus
5 6
NR berdasarkan Tranduksi Sinyalnya dapat dibedakan
menjadi 2 tipe
 NR tipe I:
Reseptor bila berikatan dengan ligan → disosiasi heat shock protein [HSP] →
reseptor ber-homodimerisasi → translokasi dari sitosol menuju nukleus, →
berikatan dengan sekuen spesifik dari DNA ~ [hormone response element ~HRE].
Kompleks antara Reseptor : HRE akan merekrut beberapa protein lain untuk
memulai transkripsi gen tertentu menjadi mRNA yang akhirnya
ditranslasikan menjadi protein [protein baru ini yang akan mengubah fungsi sel
tertentu ~ sebagai respon].
 NR tipe II
Jalur transduksi sinyalnya akan diikat dalam nukleus sebagai heterodimer
(biasanya dengan RXR) lalu akan berikatan dengan DNA
1

RESEPTOR
GLUKOKORTIKOID
Ligan Reseptor
GLUKOKORTIKOID G-R
Glukokortikoid
What’s Steroid ?
 Senyawa lipid yang memiliki 3 cincin sikloheksan dan 1 cincin
siklopentan ,
 contoh : kolesterol, hormon estrogen, testosteron, kortikoid, dll
What’s Kortikosteroid ?
 Suatu Molekul yang dihasilkan secara alami oleh cortex
adrenal.
 Ada 2 jenis yaitu Glukokortikoid dan Mineralokortikoid
 Pada manusia:
 Glukokortikoid utama adalah kortisol/hidrokortison dan
 Mineralokortikoid utama adalah aldosteron
Bagaimana Steroid Bekerja???
 Steroid (glukokortikoid, mineralokortikoid)
 bekerja dengan cara: berikatan dengan reseptornya
>> reseptor intraseluler >> meregulasi transkripsi gen
mRNA >> protein tertentu >> mempengaruhi fungsi
sel tertentu
 Reseptor steroid jika sedang tidak berikatan dgn ligan
>> bisa terdapat di dalam nukleus atau berada di luar
nukleus dengan berikatan dengan suatu protein
chaperon (pengantar), yaitu heat shock proteins (hsps)
1
OBAT-OBAT YANG
BEKERJA PADA
RESEPTOR
GLUCOCORTICOID
New Protein
Obat- obat pada reseptor Glukokortikoid
 Obat Golongan Kostikosteroid memiliki aksi yang luas
karena dapat menghambat transkripsi gen berbagai
sitokin & mediator pro-inflamasi, dan sebaliknya
meningkatkan transkripsi gen senyawa anti inflamasi.
 Contoh Obat: Hidrokortison, prednison, prednisolon,
metilprednisolon, deksametason, triamsinolon,
budesonida, dll.
 Penggunaan terutama untuk pengobatan penyakit-
penyakit inflamasi [Artritis rheumatoid, Asma].
Aksi Obat pada reseptor Glukokortikoid
 Salah satu protein anti inflamasi yang ditingkatkan sintetisnya
oleh kostikosteroid adalah lipokortin-1, suatu inhibitor
fosfolipase A2 .
 Fosfolipase A2 bekerja mengkatalis pembentukan asam
arkhidonat , dengan picuan sintesis Lipokortin-1 oleh obat-obat
kostikosteroid , maka sintesis asam arakhidonat juga
terhambat, baik yang melewati jalur siklooksigenase maupun
lipoksigenase.
 Efek samping obat kostekosteroid juga cukup luas, antara lain
Osteoporosis, Moon face, hiperglikemia, penurunan daya tahan
tubuh, gangguan lambung.
Efek-Efek Kortikosteroid
Efek terapi Efek samping
 Anti inflamasi →dengan cara  meningkatkan konsentrasi
memicu sintesis protein lipocortin glukosa dan glikogen yang berasal
(suatu inhibitor fosfolipase A2) dari metabolisme asam, lemak
 Imunosupressan → menekan dan protein → Hiperglikemia
sintesis berbagai sitokin dan berisiko diabetes melitus
menekan jumlah eosinofil, basofil,  Memiliki efek katabolik pada
limfosit; menghambat fungsi jaringan ikat, otot, lemak, dan
makrofag dan leukosit kulit → antara lain: efek
 Memicu pematangan paru pada osteoporosis, menghambat
janin meningkatkan produksi pertumbuhan pada anak-anak,
surfaktan paru atrofi jaringan
Efek
Kortikosteroid
pada
Transkripsi Gen
2

RESEPTOR
ESTROGEN
Ligan Reseptor
Estrogen ER-α & ER-β
Reseptor Estrogen
 Terdiri dari 2 subtipe : ERα dan ERβ yang sama-sama dapat
berikatan dengan agonis atau antagonisnya, tetapi distribusi dalam
tubuh berbeda
 Dapat dijumpai bersama-sama atau sendiri sendiri dalam berbagai
jaringan tubuh
 Meregulasi pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel pada sistem
reproduksi, pria dan wanita
 Meningkatkan kadar HDL dan menurunkan LDL di sel hati
 Berperan dalam perkembangan otak, penyakit autoimun,
metabolisme tulang
 Memicu pertumbuhan, proliferasi, dan metastase kanker payudara.
Distribusi Estrogen di dalam tubuh
Reseptor Estrogen
Efek
menguntungkan
dan resikonya
Aktivasinya
Efek Seluler yang
dihasilkan dari
aktivasi ER
 Aktivasi ER pada sel
liver :
 menurunkan LDL
meningkatkan HDL
Reseptor Estrogen
Molekul reseptor estrogen memiliki 3 tempat ikatan
spesifik terhadap:

 Ligan ~ Ligand binding domain (LBD) atau AF-2,


 Growth factor (AF-1), dan
 DNA [DNA-Binding Domain (DBD)].
 DBD adalah bagian yang nantinya akan berikatan
dengan estrogen response element (ERE)
2

OBAT-OBAT YANG
BEKERJA PADA
RESEPTOR ESTROGEN
Ligan [Obat] yang beraksi pada Reseptor Estrogen.
 Ligan yang berikatan dan berkompetisi dengan reseptor estrogen disebut SERMs
(Selective Estrogen Receptor Modulators)
 ER pada jaringan berbeda memiliki struktur kimia yang berbeda untuk
berinteraksi secara selektif dengan SERM
 Karenanya , hal itu memungkinkan obat sejenis SERM dapat berinteraksi secara
selektif pada reseptor estrogen pada jaringan tertentu
 beraksi secara berbeda pada ER yang terdapat pada lokasi yang berbeda. Pada
payudara : menghambat proliferasi sel, sedangkan di uterus justru memicu proliferasi
sel uterus
 SERMs kegunaanya tergantung pada kerja dari bermacam-macam jaringan:
 clomifene digunakan pada anovulasi
 raloxifene digunakan pada osteoporesis
 tamoxifen dan toremifene digunakan pada kanker payudara
 ormeloxifene digunakan pada kontrasepsi
 Other: bazedoxifene, lasofoxifene
TAMOKSIFEN
 Bisa bersifat Antagonis (antiestrogenik) atau Agonis
(estrogenik) tergantung pada jaringan target.
 Efek yang dapat terjadi:
 Efek menguntungkan [mencegah pertumbuhan sel
kanker payudara , mencegah osteoporosis dan
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler] tetapi
 Efek tidak menguntungkan [juga bersifat estrogenik
pada sel-sel endometrium uterus, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim].
Faslodex (Fulvestrant) ~ Obatan kanker payudara
 Fulvestrant akan menghambat secara kompetitif ikatan
antara Estradiol [ligan endogen] dan Reseptor Estrogen [ER].
 Fulvestrant akan berikatan dengan ER dengan afinitas yang
tinggi dan tidak akan mengaktifkan IF1 maupun IF2.
 Ikatan fulvestrant dengan ER juga menyebabkan protein ER
lebih cepat terdegradasi.
 Kompleks ikatan tersebut tidak merekrut coaktivator
sebagaimana kompleks ER-Tamoxiven maupun kompleks ER-
Estradiol.
 menyebabkan tidak terjadinya transkripsi gen.
Faslodex (Fulvestrant) ~ Obatan kanker payudara
 Afinitas ikatan Fulvestran dengan ER lebih kuat dibanding SERMs lain (
misal Tamoxifen).
 Ikatan fulvestrant dengan ER akan merusak dimerisasi estrogen receptor
yang mengakibatkan sinyal yang seharusnya diteruskan untuk mengikat
DNA terlokalisir dalam reseptor.
 Selain itu kompleks fulvestrant-ER menyebabkan AF1 dan AF2 tidak aktif
yang menyebabkan transkripsi tidak berjalan.
 Pada akhirnya kestabilan kompleks Fulvestrant-ER kurang jika
dibandingkan dengan estrogen dan tamoxifen sehingga akan mempercepat
degradasi protein ER
 Jadi Fulvestrant kerjanya mengikat ER, mengeblok dan mempercepat
degradasi protein ER sehingga signal estrogennya terhambat ( proses
proliferasi, invasi angiogenesis pada kanker payudara tidak terjadi).
3

RESEPTOR
PPARγ
PEROXISOME PROLIFERATORS ACTIVATED RECEPTORS

Ligan Reseptor
Asam Lemak PPARα, γ, δ
Peroxisome proliferator-activated receptor ~PPAR
 ditemukan di jaringan dgan metabolisme asam lemak tinggi: hati juga
ginjal, otot, jantung, lemak, limfosit B/T, otot polos pembuluh darah
 Peroxisome adalah suatu organel dlm liver yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak & proliferasinya dipicu oleh senyawa golongan fibrat
 Family terbesar Reseptor Intraseluler dan memiliki berbagai efek yang
berkaitan dengan metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
 Suatu ligand-activated transcription factor merupakan target utama
agen terapi dalam penyakit metabolik.
 Paling banyak diteliti : PPARγ terlibat dalam pengobatan DM terutama
diabetes pada pasien yang obesitas.
 PPARs penting dalam mengatur homeostatis kulit
 Memiliki 3 bentuk isoform yaitu PPARα, PPARδ, PPARγ.
Mekanisme Aksi Ligan pada PPAR
 Jika berikatan dengan ligan, PPARs akan mengalami perubahan
konformasi yang memungkinkan untuk membentuk suatu
heterodimer dengan reseptor 9-cis asam retinoat (RXR)
 Bentuk komplek PPAR/RXR adalah faktor transkripsi yang dapat
mengikat DNA pada PPREs sehingga DNA ini secara spesifik dapat
merekognisi dan berikatan dengan DNA binding component dari
faktor transkripsi.
 Sebagian besar dari gen target PPAR telah teridentifikasi yang
berefek besar terhadap diferensiasi proliferasi sel, respon
inflamasi dan angiogenesis, seperti metabolisme lipid dan
glukosa.
Mekanisme kerja dua agonis PPAR α/γ

(Fievet C, 2006)
Mekanisme Aksi Ligan pada PPAR
 Seluruh PPAR berada dalam bentuk dimer dengan retinoid X reseptor
(RXR) dan berikatan dengan daerah spesifik DNA, yaitu pada gen target.
 Signaling reseptor PPAR diregulasi oleh suatu jenis protein yang disebut
kofaktor (yang terdiri dari suatu ko-aktivator dan ko-represor), ikatan
dengan ko-aktivator akan mengaktifkan reseptor, sedangkan ikatan
dengan ko-represor akan menurunkan aktivitas reseptor
 Jika PPAR berikatan dengan ligannya, baik alami maupun sintetik,
reseptor menjadi teraktivasi dan mengikat suatu hormon respon elemen
yang disebut Peroxisome proliferative response elements (PPRE).
 Setelah kompleks berikatan dengan suatu ko-aktivator, maka ia akan
mentranskripsi gen yang akan menghasilkan efek biologis tertentu.
Beberapa Tipe PPAR dan distribusinya
• PPAR α [hati, ginjal, jantung, otot dan jaringan adipose].
• PPAR γ1 [jantung, otot, kolon, ginjal, pankreas dan limpa].
• PPAR γ2 [adipose ~ dengan 30 asam amino lebih panjang)
• PPAR γ3 [makrofag, usus besar dan adipose].
• PPAR δ [otak, adipose dan kulit]

Aktivasi:
Berikatan dengan ligan >> membentuk kompleks dgn protein
kaperon retinoid X receptor (RXR) >> mengikat ko-aktivator >>
mengikat peroxisome proliferative response element (PPRE) >>
regulasi transkripsi gen >> mRNA >> sintesis protein tertentu >>
efek biologis
Integrasi metabolik PPAR

(Ronald et al. , 2004)


1

OBAT-OBAT YANG
BEKERJA PADA
RESEPTOR PPAR
Obat Golongan Fibrat [PPARα],
Thiazolidinediones [PPARγ]
 PPARα: Target utama dari obat golongan fibrat yang
digunakan dalam penyakit kolesterol yang timbul akibat
tingginya kadar trigliserida.
 PPARγ:
 Target obat golongan Thiazolidinediones (TZDs), yang
digunakan dalam terapi diabetes melitus tipe 2, dan
juga
 dapat diaktifasi secara ringan oleh beberapa NSAID (Non-
Steroid Antiinflamation Drugs) ~Ibuprofen dan Indol
Agonis PPARγ
 Thiazolidinediones [glitazon] : semula disintesis sebagai derivat
clofibrat, tetapi ternyata tanpa diduga memiliki efek meningkatkan
sensitivitas insulin pada hewan uji [new class of antidiabetic agent]
 1995 : obat ini ditetapkan sbg selective high affinity ligands for PPARγ
 Contoh Thiazolidinediones : troglitazon, pioglitazon, siglitazon,
englitazon, rosiglitazon
 Rosiglitazon dan Pioglitazon disetujui FDA th 1997
 Troglitazon ditarik dari market pada th 2000 karena dilaporkan
menyebabkan idiosyncratic hepatocellular injury
 Glitazon juga meningkatkan lipolisis VLDL, menurunkan trigliserida
dan meningkatkan HDL [pilihan bagi penderita diabetes melitus tipe
2 dengan obesitas dan mengalami resistensi insulin]
Mekanisme PPARγ meningkatkan sensivitas insulin ~
TIAZOLIDINDION
 Aktivasi PPARγ oleh Tiazolidindion mungkin meningkatkan sintetis
(upregulate) sejumlah protein yang berperan dalam tranduksi signal
reseptor insulin, yaitu IRS-1 (Insulin receptor substrate) dan subunit
p85 dari PI (3)K, yang semuanya di duga berperan dalam meningkatkan
aktivitas GLUT4 (suatu transporter glukosa)
 Aktivasi PPARγ mungkin mempengaruhi ekspresi gen yang
meregulasi sintetis protein yang terlibat dalam sensivitas insulin,
yaitu Adinopektin dan Resistin.
 Adinopektin: suatu protein yang berasal dari dari sel adiposit yang
berdiferensiasi, dan memiliki efek meningkatkan aksi insulin.
Sedangkan Resistin, terkait dengan resistensi insulin
Thiazolidindione

Liver Adipose Muscle

Activation
(Direct activation of PPAR g (Direct activation
of PPAR g?) of PPAR g?)
Modification of gene
expression/transcription

 Lipolysis  TNF-a
 Free fatty acid  Leptin
 Adiponectin

Improved insulin sensitivity

Fig. 5: Mechanism of action of thiazolidinediones.


PPARγ = peroxisome proliferator-activated receptor-gamma; TNF-α = tumour necrosis factor-α. *There
is recent evidence in rodents that skeletal muscle PPARγ is an important mediator of the beneficial
effects of TZDs on insulin sensitivity. Cheng and Fantus. CMAJ 2005; 172: 213-226
49
Jalur sekresi insulin pada sel-β pankreas

(Manu dan Clay, 2007)


Obesity and insulin resistance: the missing
links? Adipocytes release a variety of factors
(free fatty acids and adipokines) that may play
a role in modulating insulin resistance in
peripheral tissues (illustrated here is striated
muscle). Excess free fatty acids (FFAs) and
resistin are associated with insulin resistance;
in contrast, adiponectin, whose levels
are decresed in obesity, is an insulin-
sensitizing adipokine. Leptin is also an insulin-
sensitizing agent, but it acts via central
receptors (in the hypothalamus). The
peroxisome proliferator-activated receptor
gamma (PPARg) is an adipocyte nuclear
receptor that is activated by a class of insulin-
sensitizing drugs called thiazolidinediones
(TZDs). The mechanism of action of TZDs may
eventually be mediated through modulation
of adipokine and FFA levels that favor a state
of insulin sensitivity.

Anda mungkin juga menyukai