Anda di halaman 1dari 6

Jenis-Jenis Cairan Intravena dan Cara Kerjanya serta

Menghitung Kebutuhan Cairan dan Tetesan Cairan


Cairan merupakan unsur penting dalam tubuh manusia karena segala proses
yang terjadi dalam tubuh tidak akan pernah akan berjalan tanpa cairan. Apabila
cairan tubuh kurang dari kebutuhan, maka perlu ditambahkan cairan dari luar.
Perhitungankebutuhan cairan tubuh manuisa sangat penting untuk mengetahui
kekurangan cairanyang terjadi. Pemberian cairan intravena merupakan tindakan
memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan
perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagaitindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Tulisan ini akan menjelaskan mengenaijenis-jenis cairan intravena dan cara
kerjanya serta perhitungan kebutuhan cairan dan tetesan cairan intravena.Cairan
intravena terdiri dari cairan kristaloid dan koloid serta cairan kombinasi.
Cairan kristaloid adalah ion (garam) dengan berat molekul rendah disertai
atau tanpa glukosa. Larutan koloid mengandung molekul protein yang besar atau
polimer glukosa sehingga mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan dianggap
hipertonik (John A. Boswick, 1997). Terdapat tiga jenis cairan kristaloid, yaitu
hipotonik, isotonik, dan hipertonik.Cairan hipotonik merupakan cairan infus yang
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum dan menurunkan
osmolaritas serum. Hai ini menyebabkan cairan ditarik dari dalam pembuluh darah
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya padapasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, pasien hiperglikemia denganketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tibacairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular danpeningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.Cairan isotonik merupakan cairan infus yang osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). berisiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit CHF dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Cairan hipertonik
merupakan cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh

darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan


mengurangi edema (bengkak). Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin.
Cairan koloid terdiri dari Albumin, HES, Dextran, dan Gelatin. Albumin
terdiri dari 2 jenis, yaitu (1) Albumin endogen merupakan protein utama yang
dihasilkan dihasilkan di hati. (2) Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum
albumin, albumin eksogen yang diproduksi berasal dari serum manusia dan
albumin eksogen yang dimurnikan (Purified protein fraction) dibuat dari plasma
manusia yangdimurnikan. Albumin ini tersedia dengan kadar 5% atau 25% dalam
garam fisiologis. Albumin 25% bila diberikan intravaskuler akan meningkatkan isi
intravaskulermendekati 5x jumlah yang diberikan. Komplikasi albumin adalah
hipokalsemia yangdapat menyebabkan depresi fungsi miokardium, reaksi alegi.
Dilihat dari harga larutan ini lebih mahal daripada kristaloid. Larutan ini digunakan
pada sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom.
HES (Hidroxy Ethyl Starch). Senyawa kimia sintetis yang menyerupai
glikogen yang dibentuk dari hidroksilasi aminopektin, salah satu cabang polimer
glukosa. HES merupakan volume ekspander yang cukup efektif. Efek
intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam. Pengikatan cairan intravasuler
melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena tekanan onkotiknya yang lebih
tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah adanya gangguan mekanisme pembekuan
darah. Hal ini terjadi bila dosisnya melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.
Dextran merupakan campuran dari polimer glukosa dengan berbagai macam
ukuran dan berat molekul. Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc mesenteriodes
yang dikembang biakkan di media sucrose. Ada 2 jenis dextran yaitu dextran 40
dan 70.Pemberian dextran untuk resusitasi cairan pada syok dan kegawatan
menghasilkan perubahan hemodinamik berupa peningkatan transpor oksigen.
Cairan ini digunakan pada penyakit sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom.
Komplikasi antara lain payah ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan
pembekuan darah.
Gelatin banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada orang
dewasa dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu: Modified Fluid
Gelatin (MFG) dan Urea Bridged Gelatin (UBG). Kedua cairan ini mempunya BM
35.000 dan efek volume expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi yang
sering terjadi adalah reaksi anafilaksis. Prinsip kerja cairan infus berkaitan dengan
partikel dan muatan serta dinding sel darah merah. Dinding sel darah merah
mempunyai ketebalan 10 nm dan pori berdiameter 0,8 nm. Molekul air
berukuran setengah diameter tersebut, sehingga ion K+ dapat lewat dengan

mudah. Ion K+ yang terdapat dalam sel juga berukuran lebih kecildari pada ukuran
pori dinding sel itu, tetapi karena dinding sel bermuatan positif maka ditolak oleh
dinding sel.
Cairan kombinasi merupakan kombinasi koloid dan kristaloid, seperti
(1) KaEn1B ((GZ 3:1) mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5 mEq/L,
Dextrose 37,5 gr/L,digunakan sebagai cairan rumatan pada penyakit
bronkopneumonia, status asmatikusdan bronkiolitis).
(2) Cairan 2a (glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan1:1 yang terdiri
dari dextrosa monohidrat 55gr/L, dextrosa anhidrat 50 gr/L, Natrium 150
mmol/L dan klorida 150 mmol/L, digunakan pada diare dengan komplikasidan
bronkopneumoni dengan komplikasi).
(3) Cairan G:B 4:1 (glukosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5 % yang merupakan
campuran dari 500 cc Glukosa 5% dan 25 cc Natriun Bikarbonat 8,4%,
digunakan pada neonatus yang sakit).
(4) Cairan DG (Natriun61 mEq/L, Kalium 18mEq/L serta Laktat 27 mEq/L dan
Klorida 52 mEq/L serta Dextrosa 25 g/L, digunakan pada diare dengan
komplikasi).
(5) Cairan Natrium Bicarbonat atau meylon (natrium 25 mEq/25ml dan bicarbonat
25 mEq/25ml, digunakan pada keadaan asidosis akibat defisit bicarbonat.
(6) Cairan RLD (1 bagian Ringer laktat dan 1 bagian Glikosa 5% yang bisa
digunakan pada demam berdarah dengue).
(7) Cairan G:Z 4:1 (4 bagian glukosa 5-10% dan 1 bagian NaCL 0,9% yang bisa
digunakanpada dehidrasi berat karena diare murni)
Di Indonesia umumnya masih digunakan berat badan sebagai dasar
perhitungan jumlah bahan yang diperlukan oleh tubuh. Darrow menganjurkan cara
perhitungan jumlah kalori dan cairan untuk rumat (maintanance), yaitu
1) Neonatus : 50 kal/kgBB/hari,
2) Berat badan 3-10 kg: 70 kal/kgBB/hari,
3) Berat badan 10-15 kg: 55 kal/kgBB/hari,
4) Berat badan 15-25 kg: 45 kal/kgBB/hari.
Kebutuhan cairan tergantung pada metabolisme kalori. Untuk membentuk
panas, metabolisme 100 kalori memerlukan 150 ml air. Untuk setiap kenaikan suhu
badan 1o diatas 37oC harus ditambah 12% dari jumlah cairan yang telah
diperhitungkan untuk rumus tersebut. Selain itu kebutuhan cairan juga dapat
dihitung berdasarkan berat badan. Untuk 10 kg pertama berat badan butuh 1 liter

cairan, 10 kg kedua berat badan butuh 500 mililiter cairan, dan sisanya setiap
kilogram berat badan butuh 20 mililiter cairan.
1. Rumus Tetesan Cairan infuse
Terkadang sebagai perawat, menghitung tetesan perawat lebih sering dilakukan
dengan ilmu kirologi, walaupun ada beberapa yang tepat, namun tak banyak juga
yang benar-benar meleset jauh, karena kondisi pasien tak bisa semua modal
kirologi, beberapa penyakit gagal organ akan sangat berdampak buruk akibat
kelebihn cairan yang kita berikan. Sambil mereview lagi, mari kita hitung rumus
tetesan infuse
Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal
kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka
rumusnya adalah:
Tetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai
berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam,
maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000
/ 240 = 41,7 = 42 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik
aja.
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari
macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk
bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah
tetesannya adalah sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)
Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)
2. Rumus Rumpleed test

Rumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui tanda gejala awal adanya
ptekee (bintik merah pada penderita DBD), ptekee muncul akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler, sehingga pada fase awal tidak akan langsung muncul, oleh
karena itu tujuan rumpled test adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee.
Rumus yang dipakai adalah (Sistole + Diastole) / 2, lalu tahan 5 10 menit. jika
terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka dikatakan rumpled test positif, jika
kurang maka disebut rumpled test negative.
Misal kita melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole:
80), maka (120 + 80)/2 = 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah
menunjukkan angka 100 mmHg, kita tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5
10 menit, lepaskan baru kita hitung jumlah bintik merahnya. Rumpleed test
merupakan uji awal adanya gangguan trombosit pada penderita DBD, namun
bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.
3. Rumus Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Misal BB 8 kg
maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari.
Pada anak dengan BB 10 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan
ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Misal BB = 15 kg,
maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan
cairannya
Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml
pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang
dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg
sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat
40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari

4. Rumus luas Luka Bakar


Rumus luas luka bakar memang
terkadang membuat kita harus lebih
mengerutkan dahi, karena memang
sulit-sulit gampang dalam
penerapannya. Rumus pada bayi
menggunakan rumus 10 20 %, jika
tangan dan kaki yang terkena maka 10
%, jika kepala, leher dan badan depan
dan belakang maka 20 %. Untuk
dewasa menggunakan rumus Rule of
Nine yang digambarkan sebagai berikut:
5. Rumus Body mass index (BMI)
Body Mass Index dicari menggunakan rumus BB (Kg) / TB2 (m)
Underweight :
Kurang dari 18.5
Normal : 18.5 - 24.9
Overweight/pre-obes : 25.0 - 29.9
Obes I : 30-34.9
Obes II : 35-39.9
Obes III: lebih dari atau sama dengan 4

Anda mungkin juga menyukai