Kelompok 3 Eksipien Untuk Sustained Release
Kelompok 3 Eksipien Untuk Sustained Release
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering terhambat
dengan adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak sesuai
pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk controlled release atau
sediaan lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di
dalam tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas obat pada
reseptornya.
Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari
bentuk controlled relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang
menyebabkan obat terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama.
Untuk membuat sediaan lepas lambat ini, dibutuhkan eksipien atau bahan
tambahan yang dapat membuat zat aktif atau obat dapat dilepaskan secara
perlahan ke dalam tubuh. Untuk itu, makalah ini akan membahas mengenai bahan
tabahan untuk membuat sediaan lepas lambat.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sediaan sustained release?
2. Bagaimana mekanisme dari sediaan sustained release?
3. Eksipien apa saja yang dapat digunakan untuk membuat sediaan sustained
release?
4. Bagaimana sifat dari eksipien yang digunakan untuk membuat sediaan
sustained release?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari sediaan sustained release.
2. Untuk mengetahui mekanisme dari sediaan sustained release.
3. Untuk mengetahui apa saja eksipien yang dapat digunakan untuk membuat
sediaan sustained release.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat eksipien yang digunakan untuk membuat
sediaan sustained release.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan Penulisan
I.4. Metode Penulisan
I.5. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Definisi Sustained Release
II.2. Keuntungan dan Kerugian Sustained Release
II.3. Sifat Fisikokimia dan Biologis Sediaan
II.4. Mekanisme Pelepasan Sediaan Lepas Lambat
II.5. Metode formulasi sediaan lepas lambat
II.6. Bahan Pembantu Pelepasan Sediaan Sustained Release
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Jika
sediaan
gagal
memberikan
pelepasan
II.3.
Sifat fisikokimia dan biologis dari bahan obat yang akan diformulasikan sebagai
tablet lepas lambat merupakan faktor yang perlu diperhatikan.
Sifat-sifat fisikokimia ini akan mempengaruhi sifat fisikokimia tablet yang akan
dihasilkan (Lee dan Robinson, 1978) :
Dosis
Produk yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangat
sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar akan
dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima
sebagai produk oral.
Kelarutan
Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak
cocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada
sediaan lepas lambat adalah 0,1 mg/ml.
Koefisien partisi
Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu menembus
membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya,
untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga
obat tidak mencapai sasaran.
Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di
sepanjang saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus) tidak dapat
diformulasikan menjadi sediaan lepas lambat.
Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan lepas
lambat (Lee dan Robinson, 1978):
Absorbsi
Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi yang
bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah harga
konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar 0,25/jam
dengan asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam.
Volume distribusi
Obat dengan volume distribusi yang benar-benar tinggi dapat mempengaruhi
kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk dibuat
sediaan lepas lambat.
Durasi
Obat dengan waktu paro yang pendek dan dosis yang besar tidak cocok
untuk dijadikan sediaan lepas lambat sedang obat dengan waktu paro yang
panjang dengan sendirinya akan mempertahankan kadar obat pada indeks
terapetiknya sehingga tidak perlu dibuat sediaan lepas lambat. Bahan aktif
berwaktu paruh biologis relatif pendek, misalnya 1 jam, mungkin sulit
diformulasi menjadi sediaan lepas lambat karena ukurannya juga menjadi
terlalu besar.
Indeks terapetik
5
Obat dengan indeks terapi yang kecil memerlukan kontrol yang teliti
terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah, sehingga tidak sesuai
untuk sediaan lepas lambat karena berisiko tinggi terjadinya efek toksik.
Oleh karena itu, sediaan lepas lambat dapat berperan dalam mengontrol
pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapetiknya.
II.4.
Gambar 1. Pelepasan obat melalui kontrol difusi melintas membran polimer tidak larut air
Gambar 2. Pelepasan obat melalui kontrol difusi melintas membran polimer larut air
Disolusi
Obat disalut dalam bahan polimerik dan kecepatan disolusi polimer
menentukan kecepatan pelepasan obat. Sistem ini dapat digunakan untuk
menahan pelepasan obat melalui cara yang berbeda-beda. Salah satunya
dengan menempatkan partikel-partikel obat ke dalam penyalut yang
masing-masing memiliki ketebalan yang bervariasi, akibatnya pelepasan
obat akan terjasi secara bertahap. Partikel obat yang memiliki lapisan
penyalut yang paling tipis akan memberikan pelepasan yang segera,
sehingga dapat memenuhi konsentrasi obat yang dibutuhkan pada tahap
awal pemberian dosis, sedangkan lapisan penyalut yang lebih tebal akan
memenuhi kadar obat yang dibutuhkan utuk menjaga agar konsentrasi obat
tetap konstan di dalam tubuh.
Osmosis
Penempatan membran semipermeabel di sekeliling tablet, partikel atau
larutan obat, menyebabkan adanya pembentukan perbedaan tekanan
osmotik antara bagian dalam dan bagian luar tablet sehingga memompa
larutan obat keluar dari tablet melalui celah kecil dan memberikan sifat
pelepasan obat yang diperlama.
Pada sistem ini, membran semipermeabel digunakan untuk mengendalikan
kecepatan pelepasan obat. Kecepatan pelepasan obat dapat konstan selama
konsentrasi obat melewati membran juga tetap.
Swelling
Ketika suatu polimer kontak dengan air, maka terjadi penyerapan air yang
menyebabkan polimer dapat mengembang, sehingga obat yang terdispersi
di dalam polimer akan berdifusi keluar. Akibatnya, pelepasan obat
bergantung pada dua proses kecepatan yang simultan yaitu antara proses
berdifusinya air ke dalam polimer dan peregangan rantai polimer.
Proses Erosi
Pada sistem ini, polimer pada matriks akan mengalami erosi atau
pengikisan karena terbentuk ikatan labil akibat reaksi yang terjadi secara
hidrolisis maupun enzimatis. Seiring dengan terkikisnya polimer, maka
obat akan dilepaskan ke dalam medium di sekitarnya.
II.5.
Untuk formulasi sediaan lepas lambat digunakan suatu barrier kimia atau fisika
untuk mendapatkan pelepasan yang lambat dari dosis maintenance, diantaranya
adalah dengan penyalutan, matrik lemak atau plastik, mikroenkapsulasi, ikatan
kimia dengan resin penukar ion, dan sistem pompa osmotik.
Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi tablet lepas antara lain :
1.
Sistem matriks
Sistem matriks merupakan sistem yang paling sederhana dan sering
digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat. Bahan aktif didispersikan
secara homogen di dalam pembawa. Bahan pembawa yang sering digunakan
dapat digolongkan menjadi bahan pembawa tidak larut air bersifat lilin/wax
dan hidrofilik pembuatan gel. Campuran tersebut kemudian dicetak menjadi
tablet.
Beberapa matriks yang digunakan untuk tablet matriks
Karakteristik matriks
Bahan
Matriks Hidrofobik
Polietilen
PVC
Kopolimer metil akrilat-metakrilat
etilselulosa
Matriks Lemak
Lemak karnauba
-
Lemak kastor
-
PEG monostearat
Trigliserida
Metilselulosa, HEC, HPMC, Na CMC,
Hidrofilik
Na alginat, karboksipolimetilen.
2.
Penyalutan
Teknologi penyalutan sering digunakan pada bahan aktif berbentuk serbuk,
pellet mengandung bahan aktif atau tablet. Lapisan penyalutan ini berfungsi
mengendalikan ketersediaan bahan aktif dalam bentuk larutan. Ketebalan
lapisan yang berbeda dicampurkan untuk menghasilkan campuran dengan
karakteristik pelepasan obat yang diharapkan.
3.
Pompa osmotis
Penyalut tablet yang mengandung bahan aktif dengan membran semi
permeabel. Membran ini dapat dilalui hanya oleh molekul-molekul air tetapi
tidak oleh bahan aktif terlarut. Membran tersebut dilubangi dengan Bor
laser. Melalui lubang inilah larutan bahan aktif didorong keluar dari tablet
bersalut oleh tekanan osmosa yang berasal dari bahan aktif osmosis.
II.6.
II.6.1. Etilselulosa
1. Sinonim
Aquacoat; E462; Ethocel; Surelease
2. Nama Kimia
Cellulose ethyl ether
3. Berat Molekul
454.50912 [g/mol]
4. Kelarutan
Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%)
dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan iklorometana, campuran
metanol dan diklorometana, dan campuran air dan alkohol. Larut dalam
larutan aseton encer, campuran diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut
organik lain.
5. Struktur
6. Pemerian
mencegah oksidasi.
Digunkana sebagai bahan tambahan dalam kosmetik dan produk
makanan
Dalam formulasi topical, digunakan sebagai thickening agent
dalam krim, lotion, gel
10
untuk
mengubah
kelarutannya
dengan
penambahan
11
1.
Sinonim
Acryl-eze; Acryl-eze MP; Eastacryl 30D; Eudragit; Kollicoat MAE 30 D;
Kollicoat MAE 30 DP; polimer methacrylates.
2.
Kelarutan
3.
Pemerian
Menurut monografi USPNF, Eudragit RL dan Eudragit RS merupakan
kopolimer metakrilat ammonium yang disintesis dari asam-asam akrilik
dan ester methacrylic, dengan Eudragit RL (Tipe A) 10% dari kelompok
ammonium kuatener fungsional dan Eudragit RS (Type B) yang memiliki
5% dari kelompok ammonium kuaterner fungsional. Kelompok amonium
ini merupakan garam-garam dan menigkatkan permeabilitas pH dari
polimer. Kedua polimer larut air dan film dihasilkan dari Eudragit RL
12
97%
dari
berat
kering
polimer.
4.
Struktur
13
5.
6.
14
dalam air dan akan mengembang pada cairan pencernaan dan akan
terdifusi dan tererosi secara perlahan-lahan.
7.
8.
Inkompatibilitas
Inkompatibilitas terjadi dengan dispersi polymethacrylate tertentu yang
tergantung pada ion, sifat fisik polimer, dan pelarut. Contohnya,
pembekuan dapat disebabkan oleh larutan elektrolit, perubahan pH,
beberapa pelarut organik, dan suhu ekstrem. Dispersi Eudragit L 30 D, RL
30 D, L 100-55, dan RS 30 D inkompatibiltas dengan Magnesium Stearate.
Interaksi antara polymethacrylates dengan beberapa obat dapat terjadi,
meskipun padatan polymethacrylates dan larutan organik umumnya lebih
kompatibel dibandingkan dispersi aqueous.
Sinonim
Brazil wax; caranda wax
2.
Nama Kimia
Sodium alginate
3.
Kelarutan
Larut dalam kloroform hangat dan toluen hangat, sedikit larut dalam
etanol (95%) mendidih, praktis tidak larut dalam air.
4.
Pemerian
15
Fungsi
Stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan kapsul; tablet
binder; agen peningkat viskositas.
6.
yang
dievaluasi
untuk
tablet
sustained
release
untuk
8.
9.
Metode Pembuatan
Carnauba Wax diperoleh dari tunas daun dan daun palem Carnauba Brazil
(Copernicia cerifera). Daunnya dikeringkan dan diparut dan lilin
kemudian ditarik dengan penambahan air panas.
10.
Inkompatibilitas
Sinonim
Capmul GMS-50; Cutina GMS; 2,3-dihydroxypropyl octadecanoate;
glycerine monostearate; glycerin monostearate; glycerol monostearate;
glycerol stearate; glyceryl stearate; GMS; Imwitor 191 and Imwitor 900;
Kessco GMS; Lipo GMS 410; Lipo GMS 450; Lipo GMS 600; monoester
with 1,2,3-propanetriol; monostearin; Myvaplex 600P; Myvatex; 1,2,3propanetriol octadecanoate; Protachem GMS-450; Rita GMS; stearic acid,
monoester with glycerol; stearic monoglyceride; Stepan GMS; Tegin;
Tegin 503; Tegin 515; Tegin 4100; Tegin M; Unimate GMS.Nama Kimia
Kalsium alginat
2.
Nama Kimia
Octadecanoic acid, monoester with 1,2,3-propanetriol [31566-31-1]
3.
Kelarutan
Larut dalam etanol panas, eter, chloroform, aseton panas, minyak mineral.
Praktis tidak larut dalam air, tapi dapat didispersikan dalam air dengan
penambahan sejumlah kecil sabun atau surfaktan lainnya.
4.
Pemerian
Berwarna putih hingga kekuningan, padatan seperti wax dalam bentuk
bead, serpihan (flakes), atau serbuk. Berasa lengket saat disentuh dan
mempunyai bau dan rasa ringan seperti lemak. Titik leleh 56-58. Angka
penyabunan (saponifikasi) 164-170. Angka Iod tidak lebih dari 6.
17
5.
Struktur
6.
Fungsi
Emollient; emulsifying agent; solubilizing agent; stabilizing agent;
sustained-release ingredient; lubrikan tablet dan kapsul.
7.
menggunakan
glyceryl
monostearate
dalam
formulasi,
19
20
10.
Metode Pembuatan
Glyceryl monostearate dibuat dengan mereaksikan glycerin dengan
triglycerides dari hewan atau tanaman, menghasilkan campuran dari
monoglycerides
dan
diglycerides.
Diglycerides
kemudian
dapat
Inkompatibilitas
Inkompatible dengan substansi-substansi asam
Sinonim
Glycerin palmitostearate; glycerol palmitostearate; 2-[(1-oxohexadecyl)oxy]-1,3-propanediyl dioctadecanoate dan 1,2,3-propane triol; Precirol
ATO 5.
21
2.
Nama Kimia
Octadecanoic acid, 2,3-dihydroxypropyl ester dicampur dengan 3hydroxy-2-[(1-oxohexadecyl)-oxy] propyl octadecanoate [8067-32-1]
3.
Kelarutan
Larut dalam chloroform dan dichloromethane; praktis tidak larut dalam
ethanol (95%), minyak mineral, dan air.
4.
Pemerian
Serbuk putih halus dengan bau lemah.
5.
Fungsi
Bahan biodegradable; coating agent; gelling agent; release modifying
agent; sustained-release agent; diluent tablet dan kapsul; lubrikan tablet
dan kapsul; agen penutup rasa (taste-masking agent).
6.
22
Penggunaan
7.
Konsentrasi
(%)
10.025.0
Tablet masking
2.06.0
Tablet lubricant
1.03.0
23
Fig. 1. Microscopic morphology of DCA bead (a), 3%GPSDCA bead (b), DCA bead (c)
and 3%GPSDCA bead heated for 45 min (d), and internal structure of
3%GPSDCA bead heated for 45 min (e).
24
8.
9.
Metode Pembuatan
Glyceryl palmitostearate dibuat, tanpa katalis, dengan esterifikasi langsung
dari asam palmitat dan stearat dengan glycerol.
10.
Inkompatibilitas
Glyceryl palmitostearate inkompatibel dengan ketoprofen dan naproxen.
25
5. Pemerian
HPMC berupa serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, dan tidak
berasa.
6. Fungsi
Agen coating, lapisan film, agen stabilizer, suspending agent, tablet binder,
agen peningkat viskositas.
7. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik
HPMC secara luas digunakan dalam formulasi farmasetik sediaan oral dan
topikal.
Dalam sediaan oral, HPMC terutama digunakan sebagai tablet binder,
dalam lapisan coating, dan sebagai bahan matriks pelepasan diperluas.
Konsntrasi yang digunakan antara 2-5% w/w sebagai binder baik secara
granulasi basah maupun kering. Tingkatan viskositas yang tinggi dapat
digunakan memperlambat pelepasan obat yang mudah larut air dari
matriks. Berdasarkan tingkatan viskositas, konsentrasi yang digunakan
antara 2-10% w/w sebagai lapisan film untuk lapisan coating tablet.
8. Mekanisme sebagai sustained release
Bahan obat dan bahan tambahan lainnya secara kesatuan diikat dengan
polimer hidrofilik (contoh HPMC) dan kemudian dicetak menjadi bnetuk
sediaan. Selama proses pencernaan, cairan gastrointestinal berpenetrasi ke
dalam tablet dan matriks HPMC hidrofilik hidrat., yang menyebabkan
matriks tersebut mengembang dan berubah bentuk menjadi bentuk lapisan
gel. Lapisan gel tersebut akan mengontrol difusi air ke dalam sistem dan
difusi obat keluar dari sistem. Pada periode yang lama, lapisan tersebut
akan pecah dan larut sehingga air dapat berpenetrasi lebih dalam ke dalam
matriks, berubah manjadi lapisan gel yang baru. Proses ini berlangsung
terus-menerus hingga seluruh matriks hidrofilik larut. Matriks bentuk gel
ini secara efektif dapat menjerat bahan aktif dan memperlambat
pelepasannya, yang terjadi dengan proses difusi melalui lapisan gel atau
erosi matriks gel itu sendiri.
26
27
4. Struktur
5. Fungsi
Coating agent, suspending agent, binder, thickening agent, viscosityincreasing agent.
6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik
HEC adalah zat nonioonik dan polimer larut air. HEC biasa digunakan
sebagai thickening agent sediaan optalmik dan sediaan topikal, juga
sebagai binder dan penyalut dalam tablet. Saat ini juga digunakan
sesebagai lubrikan untuk sediaan obat mata, pembersih lensa kontak, dan
mulut kering.
Konsentrasi pemakaian HEC dalam sediaan bergantung pada pelarut dan
bobot molekulnya. HEC juga banyak dipakai dalam kosmetik.
7. Mekanisme sebagai sustained release
HEC (polimer matriks) digunakan agar difusi obat masuk ke dalam fase
aqueous-nya berjalan lambat. Hubungan hidrofilik-hidrofobik digunakan
untuk menghasilkan pelepasan obat yang lebih konstan dan teratur.
8. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Serbuk HEC stabil dengan zat higroskopik. Larutan HEC relative stabil
pada pH 2-12 tanpa mempengaruhi viskositas larutan. Larutan kurang
stabil dibawah pH 5 dan menyebabkan hidrolisis. Pada pH tinggi, dapat
terjadi oksidasi. Peningkatan temperatur mengurangi viskositas larutan
HEC.namun dengan pendinginan, viskositasnya dapat kembali. Pada
penyimpanan yang lama, larutan HEC harus ditambah antimikrohba.
Serbuk HEC harus disimpan dalam keadaan tertutup, sejuk, dan kering.
28
9.
Metode Pembuatan
Selulosa murni direaksikan dengan natrium hidroksida untuk membentuk
alkali selulosa, yang secara kimia lebih reaktif disbanding selulosa yang
tidak mendapat perlakuan. Alkali oksida kemuadian direaksikan dengan
etilen oksida untuk menghasilkan hidroksietil selulosa eter.
10. Inkompatibilitas
HEC toleransi terhadap larutan elektrolit, meskipun larutan dapat terjadi
salting out bila dicampur dengan larutan garam, seperti ammonium sulfat,
disodium fosfat, magnesium sulfat, dan zink sulfat. HEC juga
inkompatibel dengan bahan berfluoresensi dan disinfektan kuarterner
Karena akan menigkatkan viskositas larutannya.
Sinonim
Cellulose, hydroxypropyl ether; E463; hydroxypropylcellulosum;
hyprolose; Klucel ; Nisso HPC; oxypropylated cellulose.
2.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol95% dan eter. Larut dalam larutan NaOH (1
dalam 10) dan menghasilkan larutan encer. Dalam air tidak larut,
melainkan mengembang.
3.
Pemerian
HPC merupakan serbuk putih sampai agak kuning, tidak berbau, dan tidak
berasa.
4.
Rumus Struktur
R = H atau [CH2CH(CH3)O]mH
29
5.
Fungsi
Coating agent, emulsifying agent, stabilizing agent, suspending agent,
pengikat (binder) pada tablet, thickening agent, viscosity-increasing agent.
6.
8.
45oC karena kelarutan yang terbatas dari HPC. Akan tetapi, proses ini
reversibel dan pada pendinginan viskositasnya akan kembali.
Serbuk HPC harus disimpan dalam kontainer tertutup dalam tempat yang
dingin dan kering.
9.
Metode Pembuatan
Bentuk murni dari selulosa direaksikan dengan natrium hidroksida untuk
menghasilkan alkali selulosa. Alkali selulosa kemudian direkasikan
dengan propilen oksida pada suhu yang tinggi dan tekanan. Propilen
oksida dapat tersubstitusi pada selulosa di ikatan eter pada tiga gugus
hidroksil yang ada pada unit monomer anhidroglukosa rantai selulosa.
10.
Inkompabilitas
HPC dalam larutan memperlihatkan beberapa inkompabilitas dengan
derivat fenol tersubstitusi, seperti metilparaben dan propilparaben. Adanya
polimer anionik dapat menyebabkan meningkatnya viskositas dari HPC.
Kompabilitas dari HPC dengan garam inorganik tergantung dari garam
dan konsentrasinya. HPC tidak dapat mentoleransi konsentrasi tinggi dari
material yang tidak larut.
32
kurang dari 3. Larut perlahan dalam air yang membentuk larutan koloidal
lengket.
4. Pemerian
Natrium alginat berupa serbuk warna putih atau kuning-coklat pucat, tidak
berbau dan tidak berasa.
5. Struktur
6. Fungsi
Stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan kapsul; tablet
binder; agen peningkat viskositas.
7. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik
Natrium alginat digunakan dalam variasi formulasi farmasetik oral dan
topikal. Dalam formulasi tablet, natrium alginat dapat digunakan sebagai
binder dan disentegran, dalam formulasi kapsul sebagai bahan pengikat.
Selain itu, digunakan dalam pembuatan formulasi oral sustained release
karena dapat menghambat disolusi bahan obat dari tablet, kapsul, dan
cairan suspensi.
Dalam formulasi topikal, natrium alginat secara luas digunakan sebagai
agen pengental dan suspensi dalam variasi pasta, krim, dan gel, dan
sebagai agen stabilisasi untuk emulsi air dalam minyak.
Baru-baru ini, natrium alginat telah dapat digunakan untuk obat
mikroenkapsulasi berlawanan dengan teknik mikroenkapsulasi obat
konvensional umumnya yang menggunakan sistem pelarut organik. Secara
33
mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga obat dapat
terdisolusi dalam media air. Pada saat komponen hidrofilik kontak dengan
air, maka akan terbentuk lapisan matriks yang terhidrasi. Lapisan inilah
yang akan mengontrol difusi air selanjutnya ke dalam matriks. Difusi obat
melalui lapisan matriks terhidrasi mengontrol kecepatan pelepasan obat.
Lapisan matriks terhidrasi akan mengalami erosi sehingga menjadi
terlarut, kecepatan erosi tergantung dari sifat koloid.
9. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Natrium alginat merupakan bahan bersifat higroskopis meskipun dapat
stail pada kondisi kelembaban relatif
34
5. Fungsi
Bioadhesive; Emulsifing Agent; Release-Modifying Agent; Suspending
Agent; Tablet Binder; Viscosity- Increasing Agent.
6. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik:
35
37
Larut
dalam
air,namun,
kelarutannya
bergantung
dengan
berat
Asam Hyaluronat
Natrium Hyaluronat
6. Fungsi
kulit.
Dapat digunakan sebagai pengobatan kulit kering, kulit bersisik
(xerosis) yang disebabkan oleh dermatitis atopik (eksim) dengan
perawatan,
yang
menyuntikkan hyaluronan
disebut
viscosupplementation,
yaitu
Pada
pH
fisiologis,
Natrium
Hyaluronat
akan
propil selulosa.
Natrium Hyaluronat juga digunakan sebagai humektan dan lubricant.
39
11. Inkompatibilitas
Natrium alginat inkompatible dengan turunan acridine, kristal violet,
garam kalsium, logam berat, dan atanol dengan konsentrasi lebih besar
5%. Konsentrasi rendah dari elektrolit menyebabkan peningkatan
viskositas, namun konsentrasi elektrolit yang tinggi menyebabkan proses
asalting-out natrium alginat.
II.6.12. Karagenan
1. Sinonim
Chondrus extract; E407; Gelcarin; Genu; Hygum TP-1; Irish
moss extract; Marine Colloids; SeaSpen PF; Viscarin.
2. Pemerian
Karagenan diekstraksi dari rumput laut, warnanya kuning kecoklatan
hingga putih, berupa serbuk halus, tidak berbau dan tidak berasa.
3. Struktur
40
4. Fungsi
Emulsifying agent, basis gel, stabilizing agent, suspending agent, tablet
matriks sustained release, peningkat viskositas
5. Aplikasi dalam Formulasi Farmasetik
Karagenan biasa digunakan sebagai sediaan nonpareteral seperti suspensi,
emulsi, gel, krim, losion, obat tetes mata, supositoria, tablet dan kapsul.
Suspensi biasanya menggunakan k-Carragenan dan fraksi -Carrageenan.
Pada konsentrasi 0,7 % -Carrageenan menghasilkan viskositas pada
cairan. Pada konsentrasi 0.10.5% karagenan menghasilkan emulsi yang
stabil. Karagenan juga digunakan sebagai losion tangan.
i-Carrageenan menghasilkan shear-thinning thixotropic gel sehingga dapat
dengan mudah dituang dan dikocok.
Studi terhadap karagenan menujukkan bahwa karagenan menghasilkan
adesi yang paling besar dan digunakan untuk pembawa oral dan buccal.
41
setelah
jam).
Kesimpulan:
Ethylcellulose
mini-matrices
Metode Pembuatan
Karagenan dibuat dari Eucheuma, Chondrus, dan Gigartina. Rumput laut
ini di keringkan secara cepat untuk menghindari degradasi. Kemudian
rumput laut di cuci berulang kali untuk menghilangkan pengotor seperti
pasir, garam, dan pengotor lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan proses
42
larutan
karagenan
dan
ditempatkan
di
alcohol.
Ini
dievaporasi
karagenan
terpresipitasi
di
keringkan
dan
Inkompatibilitas
Karagenan dapat bereaksi dengan material kationik. Jika kompleksasi
material kationk, maka penggunaan karagenan tersebut tidak disarankan.
43
Metode Pembuatan
Sintesis
Fermentasi bakteri dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat dari
jagung maupun tebu. Akan tetapi asam laktat tidak dapat secara langsung
berpolimerisasi menjadi suatu senyawa yang berguna karena setkiap reaksi
polimerisasi mengthasilkan satu molekul air yang dengan adanay air ini
akan memutuskan rantai polimer sehingga hanya berat molekul rendahlah
yang
dapat
diamati.
Sebalikanya
asam
laktat
akan
mengalami
membentuk
monomer
siklis
laktat.
Meskipun
dimerisasi
44
Metode Pembuatan
Adapun proses sintesis poli asam glikolat melalui beberapa proses :
1. Polikondensasi dari asam glikolat
2. Polimerisasi pembukaan cincin
3. Polikondensasi dengan halogen asetat
Reaksi dikatalisis oleh asam
Beberapa
penelitian
yang
menunujukan
45
bahwa poly(lactic acid) dan poly(glycolic acid) digunakan sebagai eksipien unutk
sustained release:
1. Comparative study on sustained release of human growth hormone from
semi-crystalline poly( -lactic acid) and amorphous poly( , -lactic-coglycolic acid) microspheres: morphological effect on protein release.
Oleh : Hong Kee Kim and Tae Gwan Park (Science Direct journal)
2. Controlled Delivery Systems for Proteins Based on Poly(Lactic/Glycolic
Acid) Microspheres.
Oleh
Smadar Cohen,
Toshio Yoshioka,
Melissa Lucarelli,
46
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan
obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Tujuan utama dari
sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai suatu efek terapetik yang
diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Long acting menyatakan
durasi kerja obat yang relatif lama tanpa menjelaskan durasi pelepasan bahan
aktif ari bentuk sediaannya.
Keuntungan sediaan sustained release ini antara lain sediaan tersebut dapat
dikonsumsi dengan tidak begitu sering dibandingkan sediaan yang diformulasikan
untuk lepas segera dengan komposisi obat yang sama dan sediaan ini dapat lebih
terjaga secara terus-menerus dalam aliran darah. Tablet sustained relesase
diformulasikan di mana bahan-bahan aktif dilingkupi dengan lapisan matriks tak
larut sehingga proses pelarutan bahan obat terjadi melalui suatu lubang pada
matriks. Pada beberapa formulasi, matriks dibuat mengembang menjadi bentuk
gel sehingga obat terlebih dahulu akan
47