Anda di halaman 1dari 28

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kamar Gelap

Kamar gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film
sebelum dan sesudah diexpose (dari bayangan laten menjadi bayangan tetap).
(www.poltekkes-smg.ac.id).
Kamar gelap (darkroom) yang disebut juga dengan Processing Area adalah
sebuah ruangan yang gelap, artinya tidak boleh ada cahaya tampak yang masuk
keruangan tersebut hanya sebuah lampu pengaman (safelight) yang ada di dalam
kamar gelap. Kamar gelap merupakan proses akhir dalam suatu proses radiografi.
Dimana radiograf diproses dari bayangan laten pada film diubah menjadi
bayangan tampak/tetap melalui proses kimia sehingga dapat menghasilkan
gambaran foto yang baik (Rahman,2009).
Kamar gelap merupakan ruang kerja yang gelap dan titik fokus yang jelas
pada penanganan film dengan ukuran yang memadai, mudah diakses dari ruang
pemeriksaan dan ruang lain, mempunyai ventilasi yang cukup dan diterangi oleh
safelight (Longmore,1955).
Kamar gelap merupakan suatu ruangan khusus yang digunakan sebagai
tempat untuk proses pengolahan film, penyimpanan film unexposed, penyimpanan
dan perawatan kaset dan screen, sebagai tempat berlangsungnya proses awal dan
akhir dari pembuatan radiograf dan pada proses tersebut kamar gelap ikut

berperan penting karena mempengaruhi kualitas radiograf yang dihasilkan (Ball


and Price,1981).
2.2 Fungsi Kamar Gelap
Kamar gelap memiliki fungsi sebagai berikut:
a.

Pengeluaran dan pengisian film ke dalam kaset.

b.

Memproses film baik menggunakan manual processing maupun


automatic processing.

c.

Penyimpanan film yang belum diexpose.

d.

Penyimpanan dan perawatan kaset dan screen.

e.

Penyimpanan dan perawatan mesin automatic processing.

f.

Proses duplikasi dan substraksi.

g.

Silver recovery.
2.3 Syarat-syarat Kamar Gelap
Kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar menghasilkan

gambaran radiograf yang jelas sehingga informasi diagnosis yang diperoleh juga
akan lebih baik. Syarat syarat kamar gelap antara lain:
2.3.1

Lokasi Kamar Gelap (Rahman Nova, 2009)

Kamar gelap harus berjarak sedekat mungkin dengan ruang pemeriksaan,


guna menunjang kelancaran pekerjaan di bagian radiologi. Oleh karena itu bila
terdapat dua atau lebih kamar pemeriksaan, kamar gelap harus berada di antara
kedua ruangan pemeriksaan tersebut dan harus berdekatan dengan ruang viewing
untuk memudahkan inspeksi terhadap film yang sudah diproses baru kemudian
dirujuk ke radiolog untuk dievaluasi.

2.3.2

Susunan Ruang Kerja


Ruang kerja pada kamar gelap harus tersusun dengan rapi dan jelas guna

mengurangi kesalahan dalam memproses film. Susunan ruang kerja yang baik
dalam kamar gelap adalah sebagai berikut:
a.
1)

Harus terpisah antara daerah basah dan daerah kering pada kamar gelap.
Daerah Basah (wet side)
Kelengkapan daerah basah:
a)

Safelight

b)

Rak gantungan film/film hanger

c)

Lemari tempat penyimpanan cassette dan box film

d)

Meja kerja (KEPMENKES RI NO 1014 Tahun


2008)

2)

Daerah Kering (dry side)


Kelengkapan daerah kering:
a)

Alat kamera identifikasi film

b)

Alat pengering film

c)

Viewing box film/ light case (KEPMENKES RI NO


1014 Tahun 2008)

b.

Penyusunan tahap kerja yang berurutan.

c.

Tempat meletakkan alat secara rapi.


2.4 Konstruksi Kamar Gelap

Kamar gelap yang baik harus memiliki konstruksi bangunan yang sesuai
dengan standarisasi yang berlaku. Konstruksi tersebut meliputi ukuran, lantai,
dinding, langit-langit, ventilasi, pintu dan lampu penerangan kamar gelap.

2.4.1

Ukuran Kamar Gelap (Ball and Price,1981)


Sebuah kamar gelap minimal berukuran 10 dan tinggi dinding kurang

lebih 2,75 - 3m. Kamar gelap ini digunakan secara konstan dan mempunyai
petugas kamar gelap yang bekerja penuh (Ball and Price,1981).
Menurut KEPMENKES RI NO 1014 Tahun 2008:
a.

Manual Processing: sebaiknya memanjang; ukuran 2 (p) x 1,5


(l) x 2,8 (t) untuk memudahkan pengaturan bahan-bahan dalam kamar gelap.
Automatic processing: Sebaiknya bujur sangkar; Luas 7m2 ;

b.
Tinggi : 2.8 m.
2.4.2

Lantai Kamar Gelap


Lantai kamar gelap harus memenuhi kriteria berikut ini:

a.

Tidak licin.

b.

Mudah dibersihkan.

c.

Tahan terhadap cairan kimia serta tidak bersifat korosif.

d.

Tidak mudah keropos, awet dan tahan lama.


Syarat-syarat lantai kamar gelap menurut KEPMENKES RI NO 1014
Tahun 2008:

a.

Tidak menyerap air dan tahan terhadap cairan processing.

b.

Tidak licin dan mudah dibersihkan.

2.4.3

Dinding Kamar Gelap


Syarat-syarat dinding kamar gelap menurut KEPMENKES RI NO 1014

Tahun 2008:
a.

Warna cerah: seperti, merah jambu, krim dll.

b.

Mudah dibersihkan.

c.

Tidak menyerap air / keramik.

d.

Dilengkapi cassette passing box yang dilapisi Pb.

e.

Dilengkapi dengan exhaust fan yang kedap cahaya.

2.4.4

Langit-langit Kamar Gelap


Langit-langit kamar gelap harus memenuhi beberapa syarat antara lain:

a. Langit-langit di cat dengan bahan yang tidak mudah mengelupas/cat minyak


agar permukaannya tampak halus dan bersih.
b. Mudah dibersihkan apabila kotor.
c. Tinggi langit-langit 2,7-3m.
Syarat langit-langit kamar gelap menurut KEPMENKES RI NO 1014
Tahun 2008:
a. Tinggi 2,8m.
b. Dicat dengan warna cerah dan tidak mudah terkelupas.
2.4.5

Ventilasi Kamar Gelap


Kamar gelap harus mempunyai ventilasi yang baik. Ventilasi ini berfungsi

untuk pertukaran udara di dalam kamar gelap karena pertukaran udara yang baik
akan menjaga kestabilan suhu, kelembaban, dan cairan-cairan processing di dalam
kamar gelap.

10

2.4.6

Pintu Masuk Kamar Gelap


Pintu masuk kamar gelap harus diatur sedemikian rupa guna mencegah

kebocoran cahaya dan radiasi. Untuk itu pintu masuk kamar gelap harus
memenuhi standar yang sudah ditetapkan.

1)

Syarat-syarat pintu kamar gelap


Syarat-syarat pintu masuk kamar gelap menurut KEPMENKES RI
NO .1014 Tahun 2008 antara lain:
a.Kedap cahaya
b.

Petugas mudah keluar masuk tanpa mengganggu jalannya


processing

2)

Jenis dan Bentuk Pintu Kamar Gelap


Pintu kamar gelap memiliki berbagai macam jenis dan bentuk.
Masing-masing jenis dan bentuk pintu memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Untuk itu rumah sakit perlu memperhatikan dan
menimbang jenis dan bentuk pintu mana yang harus digunakan guna
meningkatkan efektifitas kamar gelap. Berikut adalah jenis dan bentuk
pintu kamar gelap.

a. Sistem Satu Pintu (single door sistem)


Sistem satu pintu adalah sistem pada pintu kamar gelap yang mana
antara ruang pemeriksaan dengan kamar gelap hanya dihubungkan oleh
satu pintu.
Keuntungan dari sistem satu pintu antara lain:

11

a)

Menghemat biaya, karena hanya membutuhkan biaya


untuk satu pintu.

b)

Menghemat ruangan

c)

Tidak banyak kemungkinan cahaya yang dapat masuk


kedalam melalui celah-celah antara pintu dan dinding.
Sedangkan kelemahan dari sistem satu pintu adalah:

a)

Jika pintu dibuka maka cahaya langsung masuk ke


dalam kamar gelap.

b)

Jika petugas lain akan masuk, maka harus menunggu


petugas dalam kamar gelap selesai memproses film terlebih dahulu
sehingga tidak menghemat waktu.

c)

Harus selalu dikunci dari dalam ruangan.

d)

Bila tidak ada cassette hacth, maka akan menghambat


jalannya pemeriksaan.
Kamar Gelap

Ruang Pemeriksaan

Gambar 2.1 Kamar Gelap Yang Menggunakan Sistem Satu Pintu


(Ball and Price, 1981).
b. Sistem Dua Pintu (Double Door Sistem)

12

Sistem dua pintu adalah sistem pintu pada kamar gelap yang
mana terdapat dua pintu yang meghubungkan antara ruang
pemeriksaan dengan kamar gelap.

Terdapat beberapa keuntungan menggunakan sistem dua pintu,


antara lain:
a)

Cahaya yang masuk dapat terhindari meskipun satu


pintunya terbuka.

b)

Jika petugas yang lain mau masuk tidak perlu


menunggu petugas yang berada di kamar gelap selesai terlebih
dahulu sehingga dapat menghemat waktu.
Sistem dua pintu mempunyai beberapa kekurangan yaitu:

a)

Memerlukan biaya yang lebih mahal yang digunakan


untuk membeli pintu kedua.

b)

Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk tempat


pintu kedua.

c)

Memerlukan pengaturan yang jelas agar kedua pintu


tidak sama-sama terbuka

Kamar Gelap

Ruang Pemeriksaan

13

Gambar 2.2 Kamar Gelap Yang Menggunakan Sistem Dua Pintu


(Ball and Price, 1981).

c. Sistem Labirin/Zigzag
Sistem labirin/zigzag adalah sistem dinding penyekat yang terdiri
dari 2 lorong paralel atau lebih yang tiap lorongnya memiliki lebar tidak
lebih dari 0,7m dan panjang tiap lorong minimal 3m.
Keuntungan dari sistem labirin adalah:
a)

Tidak memerlukan pintu.

b)

Petugas yang lain dapat masuk dan keluar tanpa


mengganggu petugas yang sedang melalukan pencucian film di
dalam kamar gelap
Kelemahan dari sistem labirin adalah:

a)

Memerlukan daerah yang lebih luas untuk membuat


sistem labirin/zigzag.

b)

Memerlukan perjalanan yang agak panjang menuju


kamar gelap.

c)

Sulit memasukkan barang-barang yang besar.

d)

Persyaratan untuk sistem labirin/zigzag adalah cahaya


yang masuk dari luar harus direflaksikan sedikitnya oleh baffles

14

(dinding yang di cat dengan warna yang gelap) untuk mencegah


cahaya masuk ke kamar gelap.

Kamar Gelap

Ruang Pemeriksaan

Gambar 2.3 Kamar Gelap Yang Menggunakan Sistem Labirin/Zigzag


(Ball and Price, 1981).
d. Sistem Berputar (Rotating Door)
Pintu ini dibuat menggunakan dengan menggunakan metal berbentuk
silinder. Salah satu sisinya terbuka sebagai tempat keluar masuknya
petugas. Agar dapat masuk ke kamar gelap, petugas harus memutar sisi
yang tertutup ke arah sisi terbuka pada kamar gelap.
Sistem ini memiliki beberapa keuntungan,yaitu:
a)

Tidak membutuhkan ruangan yang luas.

15

b)

Cahaya tidak dapat masuk ke dalam kamar gelap


sehingga tidak perlu pengaturan khusus untuk sistem buka tutup
pintu.

c)

Petugas dapat keluar masuk kamar gelap tanpa


menunggu proses pencucian film selesai.
Kerugian dari sistem ini adalah kita memerlukan biaya yang

tinggi untuk pembuatan pintu karena pintunya terbuat dari bahan khusus.

Kamar Gelap

Ruang Pemeriksaan

Gambar 2.4 Kamar Gelap Yang Menggunakan Sistem Rotating Door


(Ball and Price, 1981).
2.4.7

Lampu Penerangan Kamar Gelap


Lampu penerangan di dalam kamar gelap terdiri dari dua jenis, yaitu

lampu penerangan umum dan lampu penerangan khusus. Masing-masing lampu


ini memiliki fungsi yang berbeda.
2.4.7.1 Lampu Penerangan Umum
Syarat-syarat lampu penerangan umum di dalam kamar gelap antara lain:

16

a)

Seklar lampu dipasang di ketinggian yang pas sehingga mudah


dijangkau.

b)

Nyalanya tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap maka


dianjurkan memakai lampu 20 watt dengan cahaya putih. Seperti lampu pijar
dan lampu neon.

2.4.7.2 Lampu Penerangan Khusus


Lampu penerangan khusus yang dipakai di dalam kamar gelap adalah
lampu pengaman atau sering disebut safelight. Warna safelight yang sering
digunakan adalah warna merah.
Safelight digunakan dalam kamar gelap sebagai penerang untuk
memudahkan petugas dalam melakukan pekerjaan di dalam kamar gelap seperti
pengisian dan pengeluaran film dalam kaset, pencucian film, dll.
Ada dua cara pemasangan safelight di dalam kamar gelap, yaitu:
1)

Penerangan Langsung, yaitu dengan cara safelight diarahkan


langsung ke bawah dengan jarak minimal 1,2m dari meja kerja.

2)

Penerangan Tidak Langsung, yaitu dengan cara mengarahkan


safelight ke dinding dan memantulkan cahaya safelight ke ruangan kamar
gelap.
2.5 Proteksi Radiasi (Rahman nova,2009)
Proteksi radiasi diberikan di dalam kamar gelap karena adanya berbagai

alasan, diantaranya:
a) Adanya petugas yang bekerja di dalam kamar gelap.

17

b) Ada bahan-bahan yang peka terhadap radiasi dan cahaya seperti film
radiografi.
c) Letak kamar gelap dekat dengan sumber radiasi yaitu kamar pemeriksaan.
Untuk keperluan diatas, maka perlu diingat bahwa arah sinar radiasi tidak
boleh diarahkan ke kamar gelap. Salah satu proteksi radiasinya yaitu dinding
kamar gelap. Dinding kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat proteksi radiasi
yaitu dibuat dari berbagai bahan dengan ketebalan tertentu, diantaranya:
a) Barium plaster (dibuat dari campuran barium sulfat dengan portland semen
dengan perbandingan 2:1) dengan ketebalan sebesar 2mm.
b) Dinding yang temboknya terbuat dari batu dengan ketebalan sebesar 22,5mm.
c) Tembok yang terbuat dari batu bata yang ditambah barium plaster dengan
ketebalan inchi.
d) Dinding yang menggunakan papan playwood yang dilapisi Pb yang tebalnya
2mm. Barium plaster 25cm campuran BA2SO4 dengan semen.
e) Batu bata dengan 2mm Pb. Tebalnya 25cm disusun miring.
f) Kombinasi antara batu bata dengan bata yang dilapisi Barium Plaster
setebal 1 cm.
g) Dari beton yang tebalnya 15cm/150mm
2.6 Perlengkapan Kamar Gelap
Terdapat banyak perlengkapan yang disimpan dan diletakkan di dalam
kamar gelap. Masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda. Beberapa
perlengkapan ini diletakkan didalam kamar gelap guna menunjang kelancaran
pekerjaan selama berada didalam kamar gelap.

18

2.6.1

Kaset radiografi

Kaset radiografi adalah sebuah kotak pipih yang kedap cahaya. Kaset
berfungsi sebagai tempat meletakkan film saat film itu hendak di eksposi oleh
sinar-x. dengan kaset, film yang berada di dalamnya tidak akan terbakar akibat
cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya maksudnya tidak ada satupun
cahay yang bias masuk ke dalam kaset. Di dalam kaset biasanya terdapat
Intensifying Screen
.

Gambar 2.5 Kaset Radiografi


(www.zonaradiologi.wordpress.com)
Fungsi kaset adalah:
1.

Melindungi film dari pengaruh cahaya

2.

Melindungi tabir penguat dari tekanan mekanik

19

3.

Menjaga agar kontak antara screen dengan film tetap rata


(Rahman, 2009).
Struktur kaset adalah:

1.

Almunium
Almunium berfungsi sebagai filter (penyaring) bagi sinar-x yang masuk ke

kaset. Hal ini di maksudkan agar sinar-x yang masuk akan mengenai screen adlah
sinar-x yang benar-benar berkualitas, bukan sinar-x yang sifatnya hamburan
apabila mengenai screen justru akan membuat bayangan kabur pada film sehingga
kualitas gambaran yang dihasilkan akan menjadi berkurang
2.

Spon
Spon terbuat dari busa lembut dan berfungsi untuk menekan dua screen pada

bagian depan dan bagian belakang. Hal ini dimaksudkan agar kontak antara screen
dan film benar-benar rata.

3.

Pb ( timbal)
Pb hanya dipasang pada bagian belakang kaset. Hal ini dimaksudkan agar

sinar-x yang masih kuat sampai ke bagian belakang kaset tidak mampu menembus
lagi karena dihambat oleh Pb.
Agar kaset dapat digunakan dengan baik dan dapat dipakai dalam jangka
waktu yang lama, maka kaset harus dirawat. Menurut Rasad (2006),cara-cara
merawat kaset antara lain:
1.

Hindari kaset jauh atau mengalami benturan yang kuat

20

2.

Hindari kaset dari terkena bahan kimia, terutama jangan sampai


mengenai screen.

3.

Harus tetap kering.

4.

Jangan ditumpuk-tumpuk.

5.

Tidak boleh dibiarkan terbuka.

6.

Periksa secara rutin kalau ada bagian yang rusak .

7.

Jaga agar screen dan film berhubungan rapat


2.6.2

Film radiografi

Film dalam radiografi secara umum mempunyai fungsi sebagai pencatat


bayangan sehingga gambaran yang kita inginkan bias dapat dilihat melalui film.
Bahan film radiografi yang paling utama adalah emulsi yang terbuat dari senyawa
yang bernama perak bromide atau dengan rumus kimianya adalah AgBr. Ukuran
yang digunakan adalah berukuran 18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35
cm, 35 x 43 cm.
Film merupakan salah satu peralatan radiologi yang sangat vital dan sangat
sensitif terhadap cahaya maupun sinar-x. Film ini berdasarkan kesensitifan dapat
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.

Struktur Film Radiografi


a.

Film Double Emulsi


Film double emulsi berarti film radiografi yang memiliki dua emulsi yaitu

pada bagian depan dan belakang. Film jenis ini banyak digunakan pada
pelayanan radiologi di Indonesia karena film ini lebih mudah untuk digunakan
dan dari segi harga relatif murah.

21

Gambar 2.6 Film Double Emulsi


(http://siavent.blogspot.com)
b.

Film Single Emulsi.


Film single emulsi berarti film radiografi yang hanya memiliki satu emulsi

saja. Digunakan untuk pemeriksaan radiologi yang khusus saja seperti


pemeriksaan

mammografi

(pemeriksaan

radiologi

untuk

memeriksa

payudara). Dikarenakan film ini hanya digunakan untuk pemeriksaan tertentu


saja, maka perusahaan membuat film tidak memproduksi secara besarbesaran, akibatnya harga menjadi mahal.

Gambar 2.7 Film Single Emulsi


(http://siavent.blogspot.com)
2.

Bagian-bagian pada Film Radiografi

22

a) Supercoat
Merupakan lapisan pelindung yang terbuat dari gelatin murni dengan
kecendrungan keras dan permukaan mengkilat. Lapisan ini juga berfungsi
sebagai menahan debu dan kotoran serta menjaga film dari goresan.
b) Emulsi
Merupakan lapisan film yang sensitive terhadap radiasi, terdiri dari perak
halide / perak bromide (AgBr) yang dilekatkan di gelatin murni.
c) Adhesive
Disebut juga dengan subbing layer, digunakan untuk merekatkan film base
dengan emulsi.
d) Film base
Merupakan bahan plastic transparan (polyester) yang tidak mudah sobek
dan mempunyai bentuk tipis tidak kaku namun kuat.

e) Anti Halation Backing


Hanya terdapat pada film double emulsi yang berguna untuk menyerap
cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan pada saat cahaya memantul
pada film base dan mengenai emulsi pada sisi sebelahnya.
3.

Kecepatan Film atau Respon Film terhadap Cahaya Tampak


a.

Low Speed Film


Film dengan kecepatan rendah akan mempunyai respon yang lambat

dalam menangkap cahaya atau sinar-x. Emulsi film ini mempunyai butiran
yang kecil namun jumlahnya sangat banyak. Film jenis ini mempunyai detail

23

yang tinggi namun kontrasnya rendah. Film ini sangat cocok digunakan untuk
pemeriksaan yang membutuhkan detail tinggi, misalanya pemeriksaan
mammografi.

Gambar 2.8 Butiran Emulsi Ukuran Kecil


(http://siavent.blogspot.com)
b.

Medium Speed Film


Film dengan kecepatan sedamg mempunyai respon yang bisa dikatakan

sedang, artinya tidak lambat dan tidak juga cepat. Emulsi film ini mempunyai
butiran yang sedang dan menghasilkan detail dan kontras yang rata-rata.

Gambar 2.9 Butiran Emulsi Ukuran Sedang


(http://siavent.blogspot.com)
c.

High Speed Film


Film dengan kecepatan tinggi mampu merespon cahaya tampak dan sinar-

x dengan cepat. Emulsi film ini mempunyai butiran yang besar dan
menghasilkan detail yang rendah namun kontras yang tinggi.

24

Gambar 2.10 Butiran Emulsi Ukuran Besar


(http://siavent.blogspot.com)
4.

Penyerapan cahaya oleh emulsi film


1) Green sensitive
Green sensitive adalah jenis film sinar-x yang sensitif terhadap cahaya
hijau. Green sensitive ini mempunyai kualitas yang bagus sehingga harganya
pun relatif mahal. Dampak lain dari penggunaan Green screen adalah
pengurangan pemakaian faktor eksposi, sehingga selain rendahnya dosis yang
diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube menurun
sehingga automatis akan memperpanjang umur dari X-ray tube.
2) Blue sensitive
Blue sensitive adalah jenis film sinar-x yang sensitif terhadap cahaya biru.
Blue sensitive ini mempunyai kualitas yang kurang bagus sehingga harganya
pun relatif lebih murah. Dampak lain dari penggunaan Blue sensitive adalah
bertambahnya pemakaian faktor eksposi, sehingga selain tingginya dosis yang
diterima pasien, juga menyebabkan beban terhadap X-ray tube meningkat
sehingga

automatis

akan

memperpendek

(Rahman,2009).
5.

Penyimpanan film di kamar gelap

umur

dari

X-ray

tube

25

Film yang belum diekspose disimpan di dalam film box, berikut ini ada syaratsyarat penyimpanan film di kamar gelap:
a.

Disimpan di daerah kering.

b.

Box film dibuka dalam keadaan gelap.

c.

Diletakkan dalam posisi tegak.

d.

Suhu 20C.

e.

Disimpan berdasarkan tanggal kadaluarsanya.


2.6.3

Label Printer (Pencetak Identitas Pasien)

Merupakan alat untuk membuat identitas pasien pada film yang dapat
dipasang pada bagian atas meja di kamar gelap. Alat ini terdiri dari jendela kecil
dimana belakangnya terdapat lampu yang berpijar, jadi kemungkinan tertukarnya
hasil foto pasien sangat kecil serta memperlancar pekerjaan di radiologi (Rahman,
2009).

Gambar2.11 Label Printer (www.zonaradiologi.wordpress.com)


2.6.4

Meja Kerja Kamar Gelap

Meja kamar gelap terdiri dari dua bagian yaitu meja kerja kering dan meja
kerja basah. Meja kerja kering merupakan tempat segala kegiatan yang berkaitan
dengan pengolahan film di kamar gelap, baik yang sudah diekspose maupun yang

26

belum. Meja kerja kering harus cukup panjang agar pekerjaan mengisi dan
mengeluarkan film dari kaset dapat leluasa.
Meja kering mempunyai komponen antara lain rak kaset, film hopper
dan aksesoris lainnya yang bersifat kering, sedangkan meja kerja basah adalah
meja tempat meletakkan peralatan yang masih basah seperti hanger yang baru
saja keluar dari tangki processing (Rahman,2009).
2.6.5

Film hopper

Film hopper adalah tempat penyimpanan film yang belum diekspose.


Bentuknya berupa laci seperti kerucut yang pada bagian bawahnya dipasang
engsel yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan ukuran difilm yang ada.
Biasanya terdiri dari empat bagian / slot.
a. Slot pertama untuk film ukuran 35 x 35 cm
b. Slot kedua untuk film ukuran 30 x 40 cm
c. Slot ketiga untuk film ukuran 24 x 30 cm
d. Slot keempat untuk film ukuran 18 x 24 cm (Rahman, 2009).

Gambar 2.12 Film Hopper (www.zonaradiologi.wordpress.com)

27

2.6.6

Rak kaset

Rak kaset digunakan untuk menyimpan kaset yang bervariasi sesuai


dengan ukuran ukuran kaset yang disimpan (Ball and Price,1981).
2.6.7

Hanger Film

Hanger film adalah suatu alat jepitan yang digunakan untuk mengeringkan
hasil film radiograf yang telah dicuci (Longmore,1955).

2.6.8

Gambar 2.13 Hanger Film (www.zonaradiologi.wordpress.com)


Kotak Pengganti Kaset/Cassette Hatch

Cassette hatch adalah suatu alat bantu transportasi kaset yang dipasang
pada dinding pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan. Fungsinya untuk
mempermudah atau mempelancar pengambilan dan pengiriman kaset sebelum
maupun sesudah diekspose. Sehingga petugas tidak perlu membawa kaset. Bentuk
cassette hatch berupa persegi empat yang dibagi menjadi dua bagian untuk film
yang sudah diekspos dan belum diekspos. Biasanya dibuat dari kayu yang kuat
dan dilapisi timbal dengan ketebalan 2 mm, agar dapat digunakan langsung dari
kamar pemeriksaan. Pintunya harus terbuka secara berlawanan kearah kamar
gelap. Disamping itu juga harus mengikuti ketentuan yakni:

28

1.

Menggunakan sistem interlocking untuk mencegah pintu terbuka


serentak (pintu yang berapda di dalam dan diluar kamar gelap) yang akibatnya
cahaya masuk ke kamar gelap.

2.

Adanya penyekat sehingga cassette hatch menjadi dua bagian,


satu dengan tulisan EXPOSED untuk tempat kaset yang berisi film yang sudah
diekspose, yang satu lagi dengan tulisan UNEXSPOSED untuk film yang
belum diekspose.
Adapun syarat syarat cassette hatch, diantaranya:

1.

Membutuhkan system pengaturan pada waktu memasukkan dan


mengeluarkan kaset dari kotak pergantian kaset untuk menghindari kedua
pintu sama-sama terbuka karena bias memungkinkan cahaya terang masuk ke
dalam kamar gelap ketika sedang dilakukan proses pencucian film.

2.

Kotak pergantian kaset terletak diantara ruang pemeriksaan dan


kamar gelap.

Kotak pergantian kaset mempunyai dua ruangan atau bagian yang terpisah,
yaitu sebagian untuk film yang sudah disinari dan sebagian lagi untuk film yang
belum disinari.

29

Gambar 2.14 Kotak Pengganti Kaset/Cassette Hatch


(www.zonaradiologi.wordpress.com)
2.6.9

Almari Penyimpanan

Almari ini berguna untuk tempat penyimpan film dan sebagai penambah
kotak untuk penyimpan film (Ball and Price,1981).
2.6.10

Processing Film

Proses pengolahan film radiograf dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu
dengan menggunakan manual processing dan automatic processing.
1.

Proses Pengelolahan Film Secara Manual


Pengolahan film manual dilakukan secara bertahap, dimana setiap tahapan

pengolahan film mempunyai fungsi yang masing-masing berbeda. Tahapan dari


pengolahan film ini harus dilakukan secara berurutan artinHa dilakukan mulai dari
tahap pertama hingga tahap terakhir. Adapun tahapan-tahapan dari pengolahan
film antara lain:

a.

Pembangkitan (Developing)
Tahap pertama dari pengolahan film adalah pembangkitan (developing).

Developing mempunyai tujuan untuk mereduksi ion perak metalik dari bayangan
laten yang terdapat dalam emulsi film setelah terkena ekspose.
b.

Pembilasan (rinsing)
Rinsing dilakukan dengan cara memasukkan film yang sudah di bangkitkan

dari developer kedalam cairan yang berisi air murni dengan pH 7. Hal ini
dimaksudkan agar film yang masih membawa sifat basa dari developer akan netral
sebelum masuk ke fixer yang mempunyai sifat asam.

30

c.

Penetapan (fixing)
Fixing merupakan tahapan ke tiga dari pengolahan film. Fixing mempunyai

tujuan sebagai berikut:


1) Menghentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi perubahan
bayangan pada film.
2) Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena ekspose, sehingga bagian
dari film yang tidak terkena ekspose tersebut akan bening (tidak berwarna). Ini
akan memudahkan kita untuk menganalisis film tersebut.
3) Menyamak emulsi agar tidak menjadi rusak.
d.

Pencucian (washing)
Tujuan dari washing adalah menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh

selama penetapan yang apabila dibiarkan melekat pada film akan merusak
gambaran.

e.

Pengeringan (drying)
Pada tahap ini film dikeringkan dari air setelah film memasuki tahap

washing. Tujuan adalah untuk meringankan permukaan film agar mudah disimpan
dan mencegah menempelnya bahan-bahan lain seperti tissue, kertas dan debu
apabila filmnya masih basah.

31

Gambar 2.15 Pengolahan Film Secara Manual


(www.zonaradiologi.wordpress.com)
2.

Pengolahan Film Secara Otomatis


Pengolahan film yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan

mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang


biasanya dilakukan oleh manusia. Semua proses pengolahan film telah diatur oleh
mesin, mulai masuk ke developer, fixer, hingga film keluar dari mesin dalam
keadaan kering. Hal ini dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya film
masuk dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering.
Alasan digunakannya automatic processing adalah sebagai berikut:
1.

Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat.

2.

Pekerjaan yang dilakuakan lebih praktis dan bersih.

3.

Pengolahan film mempunyai waktu yang standar.

4.

Kamar gelap yang digunakan relatif lebih kecil.

5.

Total kost untuk keseluruhan biaya lebih murah (Rahman,


2009).

32

Gambar 2.16 Pengolahan Film Secara Otomatis


(www.zonaradiologi.wordpress.com)
2.7 Perawatan kamar gelap
Perawatan kamar gelap bisa dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
1.

Membersihkan screen dengan alkohol atau air sabun.

2.

Membersihkan tangki processing/sirkulasi air.

3.

Mengetes safelight.

4.

Membersihkan kamar gelap.

5.

Menjaga agar tidak ada cahaya yang dapat menembus kamar gelap.

6.

Memperhatikan temperature dan kelembaban udara.

7. Disiplin dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai