Bab Ii
Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kamar gelap adalah suatu area atau tempat dilakukan pengolahan film
sebelum dan sesudah diexpose (dari bayangan laten menjadi bayangan tetap).
(www.poltekkes-smg.ac.id).
Kamar gelap (darkroom) yang disebut juga dengan Processing Area adalah
sebuah ruangan yang gelap, artinya tidak boleh ada cahaya tampak yang masuk
keruangan tersebut hanya sebuah lampu pengaman (safelight) yang ada di dalam
kamar gelap. Kamar gelap merupakan proses akhir dalam suatu proses radiografi.
Dimana radiograf diproses dari bayangan laten pada film diubah menjadi
bayangan tampak/tetap melalui proses kimia sehingga dapat menghasilkan
gambaran foto yang baik (Rahman,2009).
Kamar gelap merupakan ruang kerja yang gelap dan titik fokus yang jelas
pada penanganan film dengan ukuran yang memadai, mudah diakses dari ruang
pemeriksaan dan ruang lain, mempunyai ventilasi yang cukup dan diterangi oleh
safelight (Longmore,1955).
Kamar gelap merupakan suatu ruangan khusus yang digunakan sebagai
tempat untuk proses pengolahan film, penyimpanan film unexposed, penyimpanan
dan perawatan kaset dan screen, sebagai tempat berlangsungnya proses awal dan
akhir dari pembuatan radiograf dan pada proses tersebut kamar gelap ikut
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Silver recovery.
2.3 Syarat-syarat Kamar Gelap
Kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar menghasilkan
gambaran radiograf yang jelas sehingga informasi diagnosis yang diperoleh juga
akan lebih baik. Syarat syarat kamar gelap antara lain:
2.3.1
2.3.2
mengurangi kesalahan dalam memproses film. Susunan ruang kerja yang baik
dalam kamar gelap adalah sebagai berikut:
a.
1)
Harus terpisah antara daerah basah dan daerah kering pada kamar gelap.
Daerah Basah (wet side)
Kelengkapan daerah basah:
a)
Safelight
b)
c)
d)
2)
b)
c)
b.
c.
Kamar gelap yang baik harus memiliki konstruksi bangunan yang sesuai
dengan standarisasi yang berlaku. Konstruksi tersebut meliputi ukuran, lantai,
dinding, langit-langit, ventilasi, pintu dan lampu penerangan kamar gelap.
2.4.1
lebih 2,75 - 3m. Kamar gelap ini digunakan secara konstan dan mempunyai
petugas kamar gelap yang bekerja penuh (Ball and Price,1981).
Menurut KEPMENKES RI NO 1014 Tahun 2008:
a.
b.
Tinggi : 2.8 m.
2.4.2
a.
Tidak licin.
b.
Mudah dibersihkan.
c.
d.
a.
b.
2.4.3
Tahun 2008:
a.
b.
Mudah dibersihkan.
c.
d.
e.
2.4.4
untuk pertukaran udara di dalam kamar gelap karena pertukaran udara yang baik
akan menjaga kestabilan suhu, kelembaban, dan cairan-cairan processing di dalam
kamar gelap.
10
2.4.6
kebocoran cahaya dan radiasi. Untuk itu pintu masuk kamar gelap harus
memenuhi standar yang sudah ditetapkan.
1)
2)
11
a)
b)
Menghemat ruangan
c)
a)
b)
c)
d)
Ruang Pemeriksaan
12
Sistem dua pintu adalah sistem pintu pada kamar gelap yang
mana terdapat dua pintu yang meghubungkan antara ruang
pemeriksaan dengan kamar gelap.
b)
a)
b)
c)
Kamar Gelap
Ruang Pemeriksaan
13
c. Sistem Labirin/Zigzag
Sistem labirin/zigzag adalah sistem dinding penyekat yang terdiri
dari 2 lorong paralel atau lebih yang tiap lorongnya memiliki lebar tidak
lebih dari 0,7m dan panjang tiap lorong minimal 3m.
Keuntungan dari sistem labirin adalah:
a)
b)
a)
b)
c)
d)
14
Kamar Gelap
Ruang Pemeriksaan
15
b)
c)
tinggi untuk pembuatan pintu karena pintunya terbuat dari bahan khusus.
Kamar Gelap
Ruang Pemeriksaan
16
a)
b)
2)
alasan, diantaranya:
a) Adanya petugas yang bekerja di dalam kamar gelap.
17
b) Ada bahan-bahan yang peka terhadap radiasi dan cahaya seperti film
radiografi.
c) Letak kamar gelap dekat dengan sumber radiasi yaitu kamar pemeriksaan.
Untuk keperluan diatas, maka perlu diingat bahwa arah sinar radiasi tidak
boleh diarahkan ke kamar gelap. Salah satu proteksi radiasinya yaitu dinding
kamar gelap. Dinding kamar gelap harus memenuhi syarat-syarat proteksi radiasi
yaitu dibuat dari berbagai bahan dengan ketebalan tertentu, diantaranya:
a) Barium plaster (dibuat dari campuran barium sulfat dengan portland semen
dengan perbandingan 2:1) dengan ketebalan sebesar 2mm.
b) Dinding yang temboknya terbuat dari batu dengan ketebalan sebesar 22,5mm.
c) Tembok yang terbuat dari batu bata yang ditambah barium plaster dengan
ketebalan inchi.
d) Dinding yang menggunakan papan playwood yang dilapisi Pb yang tebalnya
2mm. Barium plaster 25cm campuran BA2SO4 dengan semen.
e) Batu bata dengan 2mm Pb. Tebalnya 25cm disusun miring.
f) Kombinasi antara batu bata dengan bata yang dilapisi Barium Plaster
setebal 1 cm.
g) Dari beton yang tebalnya 15cm/150mm
2.6 Perlengkapan Kamar Gelap
Terdapat banyak perlengkapan yang disimpan dan diletakkan di dalam
kamar gelap. Masing-masingnya memiliki fungsi yang berbeda. Beberapa
perlengkapan ini diletakkan didalam kamar gelap guna menunjang kelancaran
pekerjaan selama berada didalam kamar gelap.
18
2.6.1
Kaset radiografi
Kaset radiografi adalah sebuah kotak pipih yang kedap cahaya. Kaset
berfungsi sebagai tempat meletakkan film saat film itu hendak di eksposi oleh
sinar-x. dengan kaset, film yang berada di dalamnya tidak akan terbakar akibat
cahaya tampak sebab kaset dirancang kedap cahaya maksudnya tidak ada satupun
cahay yang bias masuk ke dalam kaset. Di dalam kaset biasanya terdapat
Intensifying Screen
.
2.
19
3.
1.
Almunium
Almunium berfungsi sebagai filter (penyaring) bagi sinar-x yang masuk ke
kaset. Hal ini di maksudkan agar sinar-x yang masuk akan mengenai screen adlah
sinar-x yang benar-benar berkualitas, bukan sinar-x yang sifatnya hamburan
apabila mengenai screen justru akan membuat bayangan kabur pada film sehingga
kualitas gambaran yang dihasilkan akan menjadi berkurang
2.
Spon
Spon terbuat dari busa lembut dan berfungsi untuk menekan dua screen pada
bagian depan dan bagian belakang. Hal ini dimaksudkan agar kontak antara screen
dan film benar-benar rata.
3.
Pb ( timbal)
Pb hanya dipasang pada bagian belakang kaset. Hal ini dimaksudkan agar
sinar-x yang masih kuat sampai ke bagian belakang kaset tidak mampu menembus
lagi karena dihambat oleh Pb.
Agar kaset dapat digunakan dengan baik dan dapat dipakai dalam jangka
waktu yang lama, maka kaset harus dirawat. Menurut Rasad (2006),cara-cara
merawat kaset antara lain:
1.
20
2.
3.
4.
Jangan ditumpuk-tumpuk.
5.
6.
7.
Film radiografi
pada bagian depan dan belakang. Film jenis ini banyak digunakan pada
pelayanan radiologi di Indonesia karena film ini lebih mudah untuk digunakan
dan dari segi harga relatif murah.
21
mammografi
(pemeriksaan
radiologi
untuk
memeriksa
22
a) Supercoat
Merupakan lapisan pelindung yang terbuat dari gelatin murni dengan
kecendrungan keras dan permukaan mengkilat. Lapisan ini juga berfungsi
sebagai menahan debu dan kotoran serta menjaga film dari goresan.
b) Emulsi
Merupakan lapisan film yang sensitive terhadap radiasi, terdiri dari perak
halide / perak bromide (AgBr) yang dilekatkan di gelatin murni.
c) Adhesive
Disebut juga dengan subbing layer, digunakan untuk merekatkan film base
dengan emulsi.
d) Film base
Merupakan bahan plastic transparan (polyester) yang tidak mudah sobek
dan mempunyai bentuk tipis tidak kaku namun kuat.
dalam menangkap cahaya atau sinar-x. Emulsi film ini mempunyai butiran
yang kecil namun jumlahnya sangat banyak. Film jenis ini mempunyai detail
23
yang tinggi namun kontrasnya rendah. Film ini sangat cocok digunakan untuk
pemeriksaan yang membutuhkan detail tinggi, misalanya pemeriksaan
mammografi.
sedang, artinya tidak lambat dan tidak juga cepat. Emulsi film ini mempunyai
butiran yang sedang dan menghasilkan detail dan kontras yang rata-rata.
x dengan cepat. Emulsi film ini mempunyai butiran yang besar dan
menghasilkan detail yang rendah namun kontras yang tinggi.
24
automatis
akan
memperpendek
(Rahman,2009).
5.
umur
dari
X-ray
tube
25
Film yang belum diekspose disimpan di dalam film box, berikut ini ada syaratsyarat penyimpanan film di kamar gelap:
a.
b.
c.
d.
Suhu 20C.
e.
Merupakan alat untuk membuat identitas pasien pada film yang dapat
dipasang pada bagian atas meja di kamar gelap. Alat ini terdiri dari jendela kecil
dimana belakangnya terdapat lampu yang berpijar, jadi kemungkinan tertukarnya
hasil foto pasien sangat kecil serta memperlancar pekerjaan di radiologi (Rahman,
2009).
Meja kamar gelap terdiri dari dua bagian yaitu meja kerja kering dan meja
kerja basah. Meja kerja kering merupakan tempat segala kegiatan yang berkaitan
dengan pengolahan film di kamar gelap, baik yang sudah diekspose maupun yang
26
belum. Meja kerja kering harus cukup panjang agar pekerjaan mengisi dan
mengeluarkan film dari kaset dapat leluasa.
Meja kering mempunyai komponen antara lain rak kaset, film hopper
dan aksesoris lainnya yang bersifat kering, sedangkan meja kerja basah adalah
meja tempat meletakkan peralatan yang masih basah seperti hanger yang baru
saja keluar dari tangki processing (Rahman,2009).
2.6.5
Film hopper
27
2.6.6
Rak kaset
Hanger Film
Hanger film adalah suatu alat jepitan yang digunakan untuk mengeringkan
hasil film radiograf yang telah dicuci (Longmore,1955).
2.6.8
Cassette hatch adalah suatu alat bantu transportasi kaset yang dipasang
pada dinding pembatas kamar gelap dan kamar pemeriksaan. Fungsinya untuk
mempermudah atau mempelancar pengambilan dan pengiriman kaset sebelum
maupun sesudah diekspose. Sehingga petugas tidak perlu membawa kaset. Bentuk
cassette hatch berupa persegi empat yang dibagi menjadi dua bagian untuk film
yang sudah diekspos dan belum diekspos. Biasanya dibuat dari kayu yang kuat
dan dilapisi timbal dengan ketebalan 2 mm, agar dapat digunakan langsung dari
kamar pemeriksaan. Pintunya harus terbuka secara berlawanan kearah kamar
gelap. Disamping itu juga harus mengikuti ketentuan yakni:
28
1.
2.
1.
2.
Kotak pergantian kaset mempunyai dua ruangan atau bagian yang terpisah,
yaitu sebagian untuk film yang sudah disinari dan sebagian lagi untuk film yang
belum disinari.
29
Almari Penyimpanan
Almari ini berguna untuk tempat penyimpan film dan sebagai penambah
kotak untuk penyimpan film (Ball and Price,1981).
2.6.10
Processing Film
Proses pengolahan film radiograf dapat dilakukan dengan dua cara. Yaitu
dengan menggunakan manual processing dan automatic processing.
1.
a.
Pembangkitan (Developing)
Tahap pertama dari pengolahan film adalah pembangkitan (developing).
Developing mempunyai tujuan untuk mereduksi ion perak metalik dari bayangan
laten yang terdapat dalam emulsi film setelah terkena ekspose.
b.
Pembilasan (rinsing)
Rinsing dilakukan dengan cara memasukkan film yang sudah di bangkitkan
dari developer kedalam cairan yang berisi air murni dengan pH 7. Hal ini
dimaksudkan agar film yang masih membawa sifat basa dari developer akan netral
sebelum masuk ke fixer yang mempunyai sifat asam.
30
c.
Penetapan (fixing)
Fixing merupakan tahapan ke tiga dari pengolahan film. Fixing mempunyai
Pencucian (washing)
Tujuan dari washing adalah menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh
selama penetapan yang apabila dibiarkan melekat pada film akan merusak
gambaran.
e.
Pengeringan (drying)
Pada tahap ini film dikeringkan dari air setelah film memasuki tahap
washing. Tujuan adalah untuk meringankan permukaan film agar mudah disimpan
dan mencegah menempelnya bahan-bahan lain seperti tissue, kertas dan debu
apabila filmnya masih basah.
31
2.
3.
4.
5.
32
2.
3.
Mengetes safelight.
4.
5.
Menjaga agar tidak ada cahaya yang dapat menembus kamar gelap.
6.