LP Kejang Demam IGD
LP Kejang Demam IGD
KEJANG DEMAM
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Emergency
Di RSUD IGD Dr Iskak Tulungagung
Oleh :
Afiat Arif Ibrahim
NIM 150070300011010
OLEH :
Afiat Arif ibrahim
NIM 150070300011010
Telah diperiksa dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal
:
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
KEJANG DEMAM
DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi
pada usia 3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena
proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4%
populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan
dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan
pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang
terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Ngastiyah, 1997:229).
KEJANG
Spasme otot ekstermitas
Spasme Bronkus
Penurunan kesadaran
Kekakuan otot pernafas
MANIFESTASI KLINIS
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik,
fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti,
anak tidak memberi reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa
jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis
yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang
demam yang pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari
30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya
dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang
demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya
berlangsung lebih dari 30 menit. Gejalanya berupa:
a) Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi
secara tiba-tiba)
b) Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi
pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
c) Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-20 detik)
d) Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,
e)
f)
g)
h)
i)
j)
a.
b.
c.
d.
a.
b.
parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
KLASIFIKASI
tahun
Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
Kejang tidak bersifat tonik klonik
Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau
abnormalitas perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha,
2014)
2. Kejang demam kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan
otomatik; mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel
yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat
tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden,
2002)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektro encephalograft (EEG): EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk
menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang
berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan
untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
lesi
6. Tansiluminasi
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk
transiluminasi kepala.
7. CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya
untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
8. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
9. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang
yang
membandel
dan
membantu
menetapkan
lokasi
lesi,
dan
antipiretika
pada
penyakit-penyakit
yang
disertai
demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
Fero barbital
Fenitorri
Klonazepam
:
:
:
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat : Keletihan, kelemahan umum, Keterbatasan
dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego : Stressor eksternal atau internal yang berhubungan
dengan keadaan dan atau penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan,
mual
atau
muntah
yang
g.
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot pernafasan
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas
Rencana Keperawatan
No
1.
Dx
Hipertermi
berhubung
an dengan
proses
infeksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
Pola nafas
tidak
efektif
berhubung
an dengan
kekakuan
otot
pernafasan
Resiko
tinggi
cedra
berhubung
an dengan
spasme
otot
ekstermitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rencana
Monitor suhu tubuh sesering
mungkin
Monitor warna kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan
RR
Monitor penurunan tingkat
kesadaran
Tingkatkan sirkulasi udara
dengan membatasi pengunjung
Berikan cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan
Menganjurkan menggunakan
pakaian yang tipis dan menyerap
keringat
Berikan edukasi pada keluarga
tentang kompres hangat
dilanjutkan dengan kompres
dingin saat anak demam
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat penurun panas
Monitor frekuensi nafas
Auskultasi suara nafas
Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan ventilasi
Monitor warna kulit
Monitor tekanan darah dan nadi
Berikan Edukasi keluarga
tentang hal yang dapat memicu
serangan kejang
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemasangan bronkodilator atau
pemberian oksigen.
1. Sediakan lingkungan yang
aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan dan
keamanan pasien
3. Menghindarkan lingkungan
yang berbahaya
4. Memasang side rail tempat
tidur
5. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan penerangan
yang cukup
8. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10.Edukasi tentang penyakit
kepada keluarga.
Daftar Pustaka
Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004
Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. Hot Topik In Pediateric II : Kejang Pada
Anak. Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.
Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak : Kejang Demam. 18 edition. EGC, Jakarta 2007.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta
: EGC.
http://www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf
Kejang Demam,Guideline
Lumbantobing,S.M:Kejang Demam.Balai Penerbit FKUI,Jakarta,2007
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setyowulan. Kapita
Selekta Kedokteran : kejang Demam. Edisi ke3 Jilid 2. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2000.
Tumbelaka,Alan R.,Trihono, Partini P.,Kurniati,Nia.,Putro Widodo,Dwi. Penanganan
Demam Pada Anak Secara Profesional: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
Ilmu Kesehatan Anak XLVII.Cetakan pertama,FKUI-RSCM.Jakara,2005