PENDAHULUAN
1.1 L A T A R B E L A K A N G
Zaman semakin maju dan berkembang, IPTEK memberikan pengaruh besar bagi
seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah
semakin maju dalam bidang teknik sipil. Dimana dapat kita lihat telah berdiri
kokoh seperti gedung-gedung bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara,
bangunan lepas pantai, Stadion, terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan
patung. Adapun elemen konstruksi tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, genting,
kaca, dan sebagainya. Namun dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen
konstruksi bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam
keuntungan, antara lain seperti :
1. Memiliki kekuatan yang tinggi,
2. Dapat dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki,
3. Perawatan yang murah (Ekonomis),
4. Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya,
5. Awet dan tahan terhadap cuaca serta api (durability).
Beton merupakan bahan campuran (composite) yang disusun oleh elemen
pembentuk struktur yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Beton dalam penggunaannya dalam
bidang kontruksi tidak berdiri sendiri, sering digabungkan dengan yang lain seperti
baja yang sering disebut dengan beton bertulang.
Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi konstruksi beton adalah :
1. Sejarah dan perkembangan teknologi beton
2. Agregat beton
3. Bahan tambahan beton
4. Pemadatan dan perawatan beton (accuring)
Kandungan beton pada umumnya terdiri dari semen, agregat, bahan tambahan
(admixture), dan air. Untuk mengisi volume pada beton dibutuhkan agregat. Tanpa
agregat beton itu tidak akan terbentuk. Maka agregat memilki fungsi dan peranan
sendiri yang sangat penting pada beton. Agregat yang baik untuk digunakan adalah
agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi
baik dan stabil secara kimiawi. Sampai saat ini agregat selain bersal dari alam ada
pula para pembuat beton menggunakan agregat dari sisa-sisa bahan konstruksi yang
masih layak dipakai sebagi agregat (buatan). Maka, agregat merupakan penyusun
terbesar dalam struktur beton. Oleh karena itu, dibutuhkan agregat yang baik agar
mampu menghasilkan mutu beton yang tinggi.
1.2 R U M U S A N M A S A L A H
Aspek aspek yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari agregat pada beton?
2. Apa jenis jenis agregat alami?
3. Bagaimanakah cara mengolah beton yang baik ?
4. Apa saja klasifikasi dari jenis-jenis agregat?
5. Bagaimana karakteristik agregat di Idonesia ?
6. Apa saja yang mempengaruhi dari kekuatan agregat?
7. Bagaiman dari sifat-sifat agregat?
8. Apa pengerian dan
9. Apa saja alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan terhadap agregat
yang baik?
1.3 M A K S U D D A N T U J U A N
Adapaun maksud rumusan masalah tersebut bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan pengertian dan proses pembentukan agregat.
2. Mendekripsikan arti dan pengaruh agregat yang baik pada beton.
3. Mendeskripsikan cara pemilihan agregat yang baik.
1.6 S I S T E M A T I K A P E N Y A J I A N
Sistematika laporan bertujuan untuk mempermudah pengertian kearah pemahaman
penulis laporan sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup, maka uraian penulisan ini
disusun sebagai berikut :
BAB I
BAB II
BAB III
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 P E N G E R T I A N A G R E G A T
Pada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa adanya campuran agregat, disini
membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang sangat penting sekali dalam
pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi
sekali yaitu berkisar (60 - 70) % dari berat campuran beton. Selain sebagai pengisi,
agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar atau mutu beton yang
akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat
halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar
ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80
mm (4.75 mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm
(4.75 mm). agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua
yaitu, yang berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih
dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir
dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
2.2 P E M B E N T U K A N A G R E G A T A L A M
2.2.1 B a t u a n
Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan.
Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering
kali tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat
digunakan untuk mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang kadang dilakukan dengan peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan
yang keras seperti granit. Batuan dalam teknik sipil dapat dilihat menurut
ilmu yang mempelajarinya (Verhoef,1985:12), yaitu :
1) Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus
batuan.
2) Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan
besar yang dialami batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam,
sebagai akibat dari terbentuknya pegunungan. (vulkanik).
2. Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami
Schist Mika.
Granit Gneis.
c. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.
d. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur
karbonat.
Pada
umumnya,
peningkatan
temperatur
dan
tekanan
akan
2.3 A G R E G A T D I I N D O N E SI A
2.3.1 G e o g r a f i, G e o l o g i, I k l i m
2.3.2 K a r a k t e r i s t i k A g r e g a t
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial
aggregates). Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir
alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang
berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace
slag), pecahan genteng, pecahan beton, fly ash, dari residu PLTU, extended
slag dan lainnya. Interaksi antara iklim setempat dan golongannya akan
menghasilkan tiga macam jenis quarry, yaitu sumber daya alam dari batubatuan (deposits), yang dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Quarry batu-batuan dari bedrock
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi
dan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti
lempung dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena
bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
Pemisahan bahan-bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat
dipertimbangkan apabila tebal lapisan lebih dari 15 meter).
Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan
pencucian.
Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting).
Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api, truk, atau ban berjalan (belt
conveyor) ketempat pengolahan agregat.
Dalam proses penyaringan, sekitar 70 % dari bahan yang disaring harus lolos
ehingga efesiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.
2.5 J E N I S J E N I S A G R E G A T
Agregat
Batu
pengolahan
Pasi
Agregat
pengolahan
Agregat
Agregat
Agregat
Tanpa
Kerikil
Pasir
Tanpa
Normal
Ringan
Berat
JENIS-JENIS
pengolahan
an
pengolahan
rbatuan
Buatan
batuan
Buatan
Alam
AGREGAT
Laut
Gun
Sun
Bek
Met
End
dengan
batuan
dengan
batuan
panas
amo
dengan
ung
apa
gai
udengan
panas
(terak,
panas
bat
tulis,
panas
(rf
n
batu
lempeng,
(klinker
batu
lempeng
kapur,
batu
batu
tulis,skoria
apung
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran
beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
control.
4. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat jenis.
Kapasitas alat
butiran agregat
in
mm
0.5 12.5
Ft3
0.10
M3
0.0028
25.0
0.6667
0.0093
1.5
37.5
0.50
0.014
75
0.028
4.5
112
2.5
0.070
150
3.5
0.100
ditempat-tempat
perpotongan
bidang-bidang
dengan
permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi
karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga
digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid pavement).
4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang
jika ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran ratarata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran
agragat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan
lolos ayakan 19mm dan tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat
ini
Menurut
(Galloway,
1994)
agregat
pipih
mempunyai
2.5.3 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n T e k s t u r P e r m u k a
an
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi
sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline),
berpori, dan berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk
menentukan definisi dari susunan permukaan agregat. Permukaan yang
kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
permukaan agregat yang licin. Jenis lain dari permukaan agregat adalah
mengkilap dan kusam.
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran
yang telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum
susunan permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan.
Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk
dikerjakan. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Agregat licin/halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan
agregat dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran
agregat akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan
permukaan butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat
ini cenderung metunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari
akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks)berbutir
halus atau batuan yang berlapis-lapis.
2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
3. Kasar
Pecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang
mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (crystalline)
Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
5. Berbentuk sarang lebah (honeycombs)
Tampak dengan jelas pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui
pemeriksaan visual, kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.
2.5.4 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n U k u r a n B u t i r N o
minal
Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk
perbandingan bahan-bahan campuran tertentu, kekeuatan tekan beton
berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan
menambah kesulitan dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus
disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII.
Seerti yang diuraikan
saja
digunakan,
asal
disetujui
oleh
ahlinya
dengan
ASTM E11
128
64 mm
-
100 mm
90 mm
75 mm
63 mm
50 mm
STANDARD,
STANDAR
BS-812
JERMAN
(BS.410,1976)
75 mm
63 mm
50 mm
63 mm
-
32 mm
16 mm
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 m
250 m
125m
62m
37.5 mm
25 mm
19 mm
12.5 mm
9.5 mm
4.75 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 m
300 m
150 m
75 m
37.5 mm
28 mm
20 mm
14 mm
10 mm
5.0 mm
2.36 mm
1.18 mm
600 m
300 m
150 m
75 m
31.5 mm
16 mm
8 mm
4 mm
2 mm
1 mm
500 m
250 m
-
Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukkan satu garis
horizontal dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :
1. Pada nilai faktor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan
lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami
beton
membutuhkan
variasi
ukuran
butir
agregat.
fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan
yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat
dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang kurang baik
atau tidak memenuhi syarat.
2.6 K E K U A T A N A G R E G A T
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang
kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat maka agregat
tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton.
Pada kasus-kasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan
lokal cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton.
Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.
2.6.1 F a k t o r f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u hi k e k u a t a n a g r e
gat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
(1)
Beton kelas I dan
Fraksi butir
Fraksi butir
9.5-19 mm
(2)
22-30
19-30 mm
(3)
24-32
(4)
40-50
mutu B0 dan B1
Beton
kelas
II
14-22
16-24
27-40
Kurang dari 14
Kurang dari 16
Kurang dari 27
Gradasi A
1250
25.40
19.05
1250
19.05
12.70
1250
1250
12.70
9.51
1250
1250
9.51
6.35
6.35
4.75
1250
1250
Jumlah bola
12
11
8
Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33
rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat
normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke100 kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika
butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi
nilai batas 27%)daripada ke-500 dianggap bagianyang lunak sudah terlalu
banyak.
Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi
beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini
biasanya berhubungan dengan kekerasan agregat. Uji kejut dilaksanakan dengan
menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi
hammer seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai
kejut yang baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang kurang dari 13
dianggap jelek. Uji kuat tekan pada campuran beton dapatjuga digunakan untuk
mengukur kekuatan agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran 50-200 mm yang
kemudian diberi tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah.
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan
diserap (Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus
:
Wsr= Ref.Wag
Wtam=Akel.Wag
B. KADAR AIR
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
3) Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di
permukaan agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi
ini air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada
campuran beton.
4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar
air campuran beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam
presentase dan dapat dihitung sebagai berikut :
KA= W1- W2W2100%
D. GRADASI AGREGAT
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa gradasi dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapat campuran
beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat.
Untuk tu pengetahuan mengenai gradasi ini pun menjadi penting. Dalam
pengerjaan beton yang paling banyak dipakai adalah agregat normal dengan
gradasi yang ahrus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluanyang
khusus sering dipakai agregat ringan maupun agregat berat.
1. Gradasi Agregat Normal
SK. SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang
diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam
empat daerah seperti dalam tabel berikut ini :
Lubang
ayakan (mm)
10
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
I
100
90-100
60-95
30-70
15-34
5-20
0-10
100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10
IV
100
95-100
95-100
90-100
80-100
15-50
0-15
= Pasir Kasar
4.75
2.36
1.18
0.6
0.3
0.15
95-100
80-100
50-85
25-60
10-30
2-10
100
95-100
25-55
0-10
100
100
90-100
40-85
0-10
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum
40 mm
Lubang ayakan
(mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
kurva 1
100
50
36
24
18
12
7
kurva 2
100
59
44
32
25
17
12
kurva 3
kurva 4
100
10
67
52
40
31
24
17
0
75
60
47
38
30
23
0.3
0.15
3
0
7
0
11
2
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum30
mm
Lubang
ayakan
(mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
kurva
kurva
kurva
100
74
47
28
18
10
6
4
0
100
86
70
52
40
30
21
11
1
100
93
82
70
57
46
32
19
4
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum20 mm
Lubang ayakan
(mm)
0.15
kurva 1
0
kurva 2
0
kurva 3
0
kurva 4
2
15
5
0.3
0.6
1.2
2.4
4.8
9.6
19
38
2
9
16
23
30
45
100
100
3
14
21
28
35
55
100
100
5
21
28
35
42
65
100
100
12
27
34
42
48
75
100
100
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum10 mm
Lubang ayakan
(mm)
38
19
9.6
4.8
2.4
1.2
0.6
0.3
0.15
Modulus halus butir (fines modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu indek
yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat (Abrams,
1918). MHB di definisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat yang
tertinggal di atas satu set ayakan (38,19,9.6,4.8,2.4,1.2,0.6,0.3 dan 0.15 mm), kemudian
nilai tersebut dibagi dengan seratus (ilsley, 1942:232).
Makin besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai nilai MHB 5-8. Nilai ini juga dapat dipakai
sebagai dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa dipakai sekitar 5.0-6.0. Hubungan ketiga nilai MHB
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = (K-C)/(C-P)x100%
Dengan :
W = Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar (kerikil/
batupecah)
K = Modulus halus butir agregat kasar
P= Modulus halus butir agregat halus
C= Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempermudah perhitungan MHB agregat, pekerjaan sebaiknya dilakukan dengan
tabulasi . Contoh perhitungan MHB agregat halus, kasar dan campuran dapat dilihat di
Tabel 4.11.a sampai 4.11.b.
Dari hasil analisis ayak suatu contoh uji agregatkasar dan halus di dapatkan data sebagai
berikut.
Tabel 4.11 Contoh Data Hasil Analisa Ayak
Lubang
Ayakan (mm)
(1)
38
19
9.6
640
4.8
270
50
2.4
90
75
1.2
190
0.6
220
0.3
290
0.15
155
Sisa
0
1000 gr
20
1000 gr
Penyelesaian :
Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar
Lubang
(gram)
Berat Tertinggal
(persen)
Kumulatif(%)
(3)
0
(4)
0
(5)
0
19
9.6
4.8
50
5.00
5.00
2.4
75
7.50
12.50
1.2
190
19.00
31.50
0.6
220
22.00
53.50
0.3
290
29.00
82.50
0.15
155
15.50
98.00
Sisa
20
1000 gr
2.00
100%
-283.00
Ayakan (mm)
(1)
38
Jadi MHB pasir dapat di hitung, yaitu persen kumulatif di bagi seratus persen, yaitu =
283.000/100 = 2.83
Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar
Lubang
Ayakan (mm)
(1)
(gram)
Berat Tertinggal
(persen)
Kumulatif (%)
(2)
(6)
(7)
38
19
9.6
640
64.00
64.00
4.8
270
27.00
91.00
2.4
90
9.00
100.00
1.2
0.00
100.00
0.6
0.00
100.00
0.3
0.00
100.00
0.15
0.00
100.00
Sisa
0
1000 gr
0.00
100%
--655.00
Jadi MHB pasir dihitung, yaitu persen kumulatif dibagi seratus persen, yaitu =
655.00/100 = 6.55
Untuk menghitung agregat campuran agar masuk dalam gradasi yang disyaratkan
berdasarkan nilai MHB, dapat dilakukan langkah-langkah percampuran sebagai berikut
(Tabel 4.11) :
1. Hitung masing-masing MHB untuk agregat yang akan dicampur, yakni kolom 5
dan kolom 7, (table 4.11.a dan Tabel 4.11.b)
2. Tetapkan nilai MHB campuran, misalnya ditetapkan nilai MHB campuran
sebesar 5.5
3. Hitung persentase agregat halus terhadap campuran dengan W = (K-C)/(CP)x100%
4. Hitung persentase untuk masing-masing ayakan
5. Plotkan hasil hitungan tersebut dalam table
6. Jika tidak masuk, ulangi kembali langkah 3
Penyelesaian :
Dari Tabel 4.11.a dan 4.11.b didapat nilai MHB agregat kasar (K) = 6.55 dan MHB
agregat halus (P) = 2.83 dan MHB campuran ditetapkan (C) = 5.5 (diasumsikan
sekitar 5.0-7.0)
Berat
Tertingg
Lolos
al
(gram
Ayaka
(gram)
Ag.K
)
Ag.H
(K)
%P
%K 1xP
(8)+(9
(10)/(P
(P)
.5x
+K)
(3)
(10)
250
(11)
100
(4)
1000
(5)
1
(6) (7)
100 100
(8)
100
P
(9)
100
1000
000
100 100
100
100
250
100
9.6
640
1000
100
36
36
100
154
62
4.8
270
50
950
95
95
108.5
43
2.4
90
75
875
87.5
35
1.2
190
685
90
7.5
7.5
68.5
27
0.6
220
485
46.5
19
0.3
290
175
8.5
17.5
0.15
155
20
2.0
20
8.5
0.0
7.5
7.5
2.0
2.0
-
(mm)
(1)
38
(2)
0
19
Sisa
000
360
1000
1000
0
-
8.5
4
8.5
0
-
2.5.1 K e t a h a n a n K i m i a
Pada umumnya beton tidak tahan terhadap seringan kimia. Ada beberapa
bahan kimia yang bereaksi dengan beton, tetapi dua bentuk yang biasa
dijumpai
serangan sulfat.
1. Ketahanan alkali
Beberapa jenis agregat ini mengandung silica reaktif sepeti
cherts, batu kapur yang mengandung silica dan beberapa jenis batuan
vulkanikdapat bereaksi dengan alkali yang berbeda dalam semen dan
membentuk gel-silica yang suasananya basa. Apabila terjadi hal yang
demikian maka agregat tersebut mengembang dan membengkak dan
menyebabkan timbulnya retak-retak serta penguraian beton yang
bersangkutan.
Ca (OH)2 dalam pasta semen yang telah mengeras dapat larut dalam air,
terutama bila terdapat (CO)2. Jadi bilamana beton dalam masa pelayanan
dilalui aliran air dan menyerapnya, Ca (OH)2 dalam semen berpindah dan
tersaring keluar. Hal ini dapat merugikan beton karena keawetan beton
akan berkurang. Peristiwa ini sering di jumpai di bangunan hidrolik
dimana terdapat bagian yang retak, retak-retak dan berpori yang dapat
dilalui oleh aliran air.
Pencegahan yang paling mudah yaitu dalam pemilihan agregat dan usaha
perawatan untuk mengurangi susut beton. Cara lainya yaitu dengan
membubuhkan bahan teras yang halus kedalam campuran beton yang
bersangkutan. Bahan teras ini efektif dalam mengurangi kadar alkali
dalam beton.
2. Ketehanan sulfat
Hampir semua larutan sulfat beraksi dengan Ca (OH)2 dan (C3A)
dari semen yang berdehidrasi untuk membentuk senyawa kalsium sulfat
dan kalsium sulfoaluminat. Dalam hal ini kalsium sulfat dan magnesium
adalah yang paling reaktif dalam suasana basa dijumpai secara luas
dalam tanah,. Tidak seperti kalsium hidroksida, senyawa-senyawa kimia
ini tidak dapat larut dalam air. Meskipun demikian, voloumnya lebih
besar dari pada senyawa-senyawa pasta semen sehingga beton yang telah
mengeras ini memberikan konstribusi yang tidak sedikit bagi kehancuran
struktur.
2.5.2 K e k e k a l a n
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi
syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 Mutu dan Cara Uji
agregat beton untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM
C.33-86, Standard Specification for Concrete Aggregates . Syarat mutu
untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium
sulfat,NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.
(2) Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium
sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18%.
2.5.3 P e r u b a h a n V o l u m e
2.5.5 Ba h a n B a h a n L a i n y a n g M e n g g a n g g u
2.6 P E M E R I K S A A N M U T U A G R E G A T
Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan
campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya
sesuai dengan yang diharapkan.
Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus
memenuhi syarat ASTM C.330-80 Standard Specification for Concrete
Aggregates Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM
c.330-80 Specification for lightweight Aggregates for Structural Concrete.
Sebagian syarat-syarat telah di jelaskan di atas.
2.6.1 A g r e g a t N o r m a l M e n u r u t S I I . 0 0 5 2
a. Agregat Halus
Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm)
maksimum 5%
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm)
maksimum 1%
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%
Kekekalan jiak diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12% dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang
hancur maksimum 18%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen
sebagai Na2O lebih besar dari 0.6%
Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.
2.6.2 A g r e g a t N o r m a l M e n u r u t A S T M C . 3 3
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis
Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar
dari 95%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.
b. Agregat Kasar
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana
2.7 P E N Y I M P A N A N A G R E G A T
Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakan di
udara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penyimpanan agregat ini, antara lain :
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatanganya sampai dengan
pengambilan kembali.
kubik
meter.
Jika
volumenya
besar,
sebaiknya
dibuatkan
landasan
bahan.
2.8 AGREGAT JENIS LAIN UNTUK HAL-HAL KHUSUS
Sebagai bahan pengganti agregat alami bisa digunakan agregat jenis lain
seperti :
a. Batuh Pecah
Batu pecah merupakan hasil pengelolahan batu dengan stone crusher.
Butiran yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat
mortar. Batu pecah ini paling sering digunakan untuk pekerjaan struktural.
Ukuran yang dikenal dalam pekerjaan beton adalah ukuran 1020 dan
2030.
Seperti pasir .
Tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir sekitar (5-20)mm,
kemudian di bakar. Hasilnya berbentuk bola, ringan dan berpori. Serapan
airnya sekitar (8-20)%. Beton dengan agregat ini berat jenisnya sekitar
1900 kg/m3.
d. Herculite atau haydite
Agregat ini berasal dari shale yang dimasukan dalam tungku putar pada
suhu 11000C. Gas dalam shale mengembang membentuk jutaan sel kecil
udara yang dikelilingi oleh slaput tipis air yang kuat dan bening. Agregat
ini dipakai untuk menggantikan agregat pada pekerjaan struktural. Berat
jenis yang dihasilakan sekitar 23 beton biasa, dengan kuat tekan yang
sama dan pada jumlah semen yang sama. Beton yang dibuat akan
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas, sehingga biasanya
digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan tahan api untuk baja
struktural. Agregat ini mempunyai sifat meredam suara yang baik.
e. Agregat abu terbang
Agregat ini merupakan jenis produk sisa pembakaran PLTU yang
mengeras dan membentuk butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat
dengan agregat jenis ini akan mempunyai kuat tekan yang cukup baik.
f. Benda Limbah padat buangan
Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai bahan
pengganti. Limbah padat ini dapat berupa kaleng-kaleng bekas, bahanbahan bekas bongkaran bangunan, maupun sampah padat dari hasil
limbah industri maupun rumah tangga. Sebelum barang ini dipakai
sebaiknya ditinjau aspek ekonomi keuntungan penggunaan bahan-bahan
ini dibandingkan dengan pemakaian agregat alami. Harus pula
dipertimbangkan aspek teknisnya, yang meliputi pekerjaan dan kekutan
beton yang dihasilkan.
2.8.2 A g r e g a t u n t u k h a l h a l k h u s u s
Untuk bahan yang harus kuat dan awet agregat yang harus digunakan
adalah corundum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni (3.1 - 3.2)
kg/dm3. Selain itu, dapat juga digunakan jenis agregat lain yang keras
seperti batu alam misalnya basalt, terak tanur tinggi dan jenis-jenis
logam.
Agregat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang
tahan api adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik)
dengan berat isi sekitar (0.06 - 0.2) kg/dm3, vermiculite dengan berat isi
massa sekitar (0.07 - 0.09) kg/dm3 dan foamglass.
Agregat yang digunakan sebagai perlindungan radiasi adalah jenis
batuan dengan berat isi murni yang tinggi, umpamanya spar (BaSO4)
yang memiliki berat isi murni (4.15 - 4.45) kg/dm3, magnetit, besi
dengan berat isi murni (4.40 - 5.00) kg/dm3 dan baja (dapat berbentuk
pasir atau sebagai butiran-butiran) dengan berta isi murni 6.80-7.60
kg/dm3.
Agregat untuk membuat bahan tahan panas dapat berupa lempung
yang tahan panas dengan titik lembur tinggi, yang terpecah-pecah
menjadi butiran butiran dengan berbagai macam ukuran. Agregat yang
digunakan dalam pembuatan asbes berasal dari endapan berupa seratserat halus yang berasal dari magnesium silikat hidrat. Kayu untuk
panel-panel yang digunakan sebagai bahan bangunan dapat digunakan
sebagai agregat. Tatal serta serutan kayu dapat digunakan sebagai
bahan chip-wood, cement board, dan wood-wool cement board.
2.9 A G R E G A T R I N G A N
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar (300 1850)
kg/m3. Agregat ringan biasanya digunakan atas pertimbangan ekonomis dan
struktural.
Esensi agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis yang ringan dan
prioritas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam maupun hasil
fabrikasi. Berdasarkan pengertian tersebut ada dua metode untuk membuat beton
ringan menggunakan agregat ringan.
1. Membentuk dengan menggunakan agregat ringan yang porous dan berat jenis
yang kecil, beton yang dibentuk dinamakan beton agregat ringan.
2. Membuat pori yang tinggi pada beton dengan membentuk massa mortar salah
satunya dengan menambah kandungan udara pada beton. Beton yang terbentuk
dinamakan beton hampa udara, beton sellular, foamed or gas concrete.
2.10K L A S I F I K A S I A G R E G A T R I N G A N
Menurut ASTM C.330, agregat ringan ini dapt dibedakan menjadi dua :
1. Agregat yang dihasilkan dari pembekahan (expanding), kalsinasi (calcining),
atau hasil sintering. Misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat, diatome, abu
terbang atau (fly ash), lempung atau slate. Agregat ini merupakan agregat
ringan buatan (artificial aggregates).
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam. Misalnya scoria,
batu apung (pumice) atau tuff. Agregat ini merupakan agregat alam (natural).
a. Aregat Alami
klin (tanur putar) dengan temperatur (1000 - 1200) 0C. Expanded shale
rendah sekitar (30 240) kg/m3. Perlite dibuat dari hasil pemanasan
dan proses fusi batuan glassy pada suhu 900-11000C. Beton yang
dibuat
akan
mempunyai
kekuatan
tekan
yang
rendah
dan
adalah mica, dengan berat isi yang rendah sekitar (60 - 130) kg/m3.
Pembuatanya melalui proses pemanasan dan proses fusi batuan glassy
pada suhu 650-10000C. Beton yang dibuat akan mempunyai kekuatan
tekan yang rendah dan pengembangan yang tinggi, biasanya
digunakan untuk tujuan insulator (penahan panas).
d. Expanded blast-furnace slag dihasilkan dengan dua cara. Pertama,
yang
tinggi.
g. Pecahan bata atau genteng dibuat dari pecahan bata atau genteng dan
dimasukkan dalam tungku putar pada suhu 1100 0C. Gas dalam shale
mengembang membentuk jutaan sel kecil udara dalam massa yang
dikelilingi oleh slaput tipis air yang kuat dan bening. Agregat ini
dipakai untuk menggantikan agregat yang dipakai pada pekerjaan
struktural. Berat jenis yang dihasilkan sekitar 23 beton biasanya,
dengan kuat tekan yang hampir sama pada jumlah semen yang sama.
Beton yang dibuat akan mempunyai ketahanan tinggi terhadap panas,
sehingga biasanya digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan
tahan api untuk baja struktural, selain itu mempunyai sifat meredam
suara yang baik.
i.
2.11 P E R S Y A R A T A N A G R E G A T R I N G A N S T R U K T U R A L
sintering, misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat, diatome, abu terbang
(fly ash), lempung atau slate.
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam, misalnya
1120 kg/cm3
2. Agregat kasar,
800 kg/cm3
3. Agregat gabungan,
1040 kg/cm3
4. Perbedaan berat satuan dalam kondisi lapangan tidak boleh lebih dari 10%
Kandungan bahan yang berpengaruh buruk :
1. Kadar gumpalan tanah liat (clays lumps) dan partikel yang mudah
warna
yang
lebih
muda
jika
dibandingkan
dengan
larutan
pembandingnya.
3. Noda karat (staining) yang secara visual warnanya lebih pekat dari warna
standar pengujian pada metode uji ASTM C.1641, harus diuji secara
kimia. Bila mengandung ferroxida 1.5 mg atau lebih, tidak boleh dipakai.
4. Bagian yang hilang jika dilakukan pemijaran tidak boleh lebih dari 5%
berat.
2.12 K E K U A T A N T E K A N A G R E G A T R I N G A N
Kekuatan tekan hasil uji beton yang menggunakan agregat ringan diambil
berdasarkan rata-rata tiga benda uji. Prosedur pembuatan beton dan pengambilan
contoh untuk pembuatan beton yang menggunakan agregat ringan harus sesuai
dengan syarat SNI ataupun syarat lainnya yang sesuai dengan ketentuan. Ratarata kekuatan tekan minimum yang harus dimiliki beton yang menggunakan
agregat ringan didasarkan atas berat isi kering maksimum.
digunakan untuk membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat
san gat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan,
kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:
Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta pemecahan pada
batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang
menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi.
Pada umumnya kandungan agregat (kasar, sedang dan halus) meliputi 60% ~
75% dari Volume beton.
Dalam perancangan concrete mix, faktor kelembaban cukup penting karena
berkaitan dengan
w/c ratio.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan
agregat kasar yaitu 4,80 mm, (British Standard) atau 4,75 mm (Standar ASTM). Agregat
kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm (4,75 mm) dan
agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm). Agregat dengan
ukuran lebih besar dari 4,80 mm dibagi lagi menjadi dua: yang berdiameter antara 4,8040 mm, disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm, disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan
agregat kasar dinamakan kerrikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.