Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN BUDAYA ANTIKORUPSI

SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX

DISUSUNOLEH :
KELOMPOK 5

EVANGLIN GABRILIA ANGGREINI LELEMBOTO


HELVI BANGKIL
MURNIYATI TAU
RIAMONI L. WOGONO
TIYANSI MANTALI

POLITEKNIKKESEHATANKEMENKES MANADO
JURUSANKEPERAWATAN GIGI
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pertolongannya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul BERANI meskipun banyak rintanggan
dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya tapi kami berhasil
menyelesaikan dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam mengerjakan tugas makalah ini.kami juga menggucapkan terima kasih
pada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini mungkin banyak terdapat kekurangan di sana sini sehingga
membuat makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari Bapak sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami ke depan. Jika terdapat kesalahan kata
maupun makna dalam makalah ini kami mohon maaf. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISI ....ii
BAB I PENDAHULUAN
1. LatarBelakang....1
2. PerumusanMasalah........1
3. Tujuan .1
BAB II PEMBAHASAN
1. H. Agus Salim ...................................2
a. BerdamaidenganKemelaratan ..............................................................................
b. TakMendambaIstana ...........................................................................................
2. Baharuddin Lopa .......................................................................................................
a. Siapa yang MengisiBensin? .................................................................................
b. Fasilitas Bukan Milik Pribadi ...............................................................................
3. Ir. Sukarno ...............................................................................................................
a. Tak Usik Fasilitas Negara ....................................................................................
b. Tinggalkan Duku Idaman ....................................................................................
4. Widodo Budidarmo ..................................................................................................
a. Menghukum Sang Anak Kandung ......................................................................
b. Jangan Mentang-mentang Keluargaku! ................................................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .......11
2. Saran .....11

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mencari teladan, dalam hal apapun, bukan perkara gampang. Sering kali kita terjebak
dalam mencari sosok yang sempurna sebagai rujukan atau teladan. Padahal, tidak ada satu
pun manusia yang sempurna. Selalu ada sisi baik dan buruk yang melekat pada setiap
orang.
Dalam urusan melawan korupsi pun begitu. Kiranya kita tidak mudah mencari sosok
yang benar-benar bersih, tak pernah bersinggungan dengan tindakan-tindakan yang
tergolong korupsi. Namun itu bukan berarti kita tak bisa menemukan sosok-sosok yang
mampu menolak godaan korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuliskan beberapa tokoh yang mempunyai
sembilan nilai antikorupsi yang pantas untuk dijadikan teladan. Kami sengaja membuat
makalah ini untuk mengetahui siapa saja para tokoh tersebut dan sikap teladan apa yang
dapat kami ambil dari para tokoh yang hebat tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja biografi dari tokoh-tokoh tersebut?
2. Apa saja sikap teladan yang dapat kita teladani dari tokoh tersebut?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui apa saja sikap teladan yang dapat kita teladani dari tokoh-tokoh
tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

1. SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX


Setiap orang, siapa pun dan apa pun jabatannya harus taat kepada hukum
Sri Sultan yang bernama asli Bendoro Raden Mas Dorotjatun memang memiliki
tempat tersendiri di hati rakyat Yogyakarta, bahkan Indonesia.
Naik tahta pada 18 Maret 1940, ia telah terlibat langsung dalam pergulatan negeri ini
dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajah Belanda dan Jepang.
Lahir di Yogyakarta pada 12 April 1912, Sri Sultan sejak kanak-kanak mendapatkan
pendidikan bercorak Belanda.
Ia pun beberapa kali diangkat sebagai menteri. Antara lain menteri Negara dalam
Kabinet Sahrir III dan Kabinet Hatta, deputi perdana menteri dalam Kabinet Natsir,
menteri Pertahanan di Kabinet Wilopo serta mentero Koordinator bidang ekonomi,
keungan, dan industri Kabinet Ampera. Puncaknya, ia menduduki kursi wakil presiden
pada 1972-1978.
a. Surat Tilang Untuk Sultan
Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengendarai sendiri mobilnya keluar kota, tepatnya
ke Pekalongan. Entah mengapa, Sri Sultan melakukan kesalahan. Ia melanggar rambu
lalu lintas. Singkat cerita, sang polisi pun melakukan tilang kepada Sri Sultan. Tak ada
sikap mentang-mentang berkuasa yang diperlihatkan Sri Sultan pada saat itu. Bahkan, tak
lama kemudian, dia meminta Brigadir Royadin bertugas di Yogyaarta dn menaikkan
pangkatnya satu tingkat. Alasannya, Royadin dianggap sebagai polisi yang berani dan
tegas.
Nilai integritas yang dapat diteladani adalah Mandiri dan Berani
b. Sopir Mbo Bakul
Jip Willys itu berhenti seketika kala seorang Mbok Bakul, wanita pedagang gendong
hasil desa, memintanya menepi. Pengemudinya lantas turun dan membantu menaikkan
karung-karung yang hendak dibawa si Mbok ke Pasar Kranggan , Jetis, Yogyakarta. Tak
ada hal aneh. Keanehan baru terlihat saat mobil tiba di Pasar. Sejumlah pedagang
terperangah melihat si Mbo turun dari Jep itu. Apalagi ketika menyaksikan sopirnya ikut
menurunkan karung-karung milik Si Mbok. Si Mbok yang fokus dengan barang
bawaannya tak memperhatikan hal tersebut.
Tiba-tiba saja, seseorng menegurnya. Mbok tau siapa yang tadi itu? Beliau adalah
Sampeyan Dalem! katanya. Mendengar itu, si Mbok seperti disambar petir, pingsan.
Pasalnya, Sampeyan Dalem adalah sebutan para kaula Ngayogyakarta bagi sang raja,
Hamengku Buwono IX. Sebuah kisah yang membuktikan sikap mulia Sutan Hamengku
Buwono IX. Meski menjadi raja, ia tak lantas besar kepala dan gila hormat.
Nilai integritas yang dapat diteladani adalah peduli.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sederhana bukan karena tidak mampu, bukan pula karena tidak bisa kaya. Mereka
memilih opsi itu karena fokus dalam menjalankan amanat rakyat, bukan fokus
memperkaya diri. Menjadi abdi negara dan rakyat bukan berarti mencari kehidupan
dengan memanfaatkan kekayaan negara dan rakyat. Menoleh pada tokoh-tokoh tadi, kita
patut menarik napas lega dan berbangga hati. Setidaknya, mereka membuktikan bahwa
negeri ini pernah memiliki pemimpin-pemimpin yang amanah, jujur, sederhana, dan
sangat bertanggung jawab. Mereka adalah fakta bahwa bangsa kita tidaklah memiliki
budaya korupsi sejak lama. Dari mereka, kita bisa optimistis, menjadi pribadi
berintegritas dan amanah bukanlah kemustahilan bagi kita.
B. SARAN
Sebaiknya kita mencontoh dan menerapkan sikap teladan dari para tokoh-tokoh
tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Judul Buku

: Orange Joice, Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa

Anda mungkin juga menyukai