Anda di halaman 1dari 6

BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang
Sensor pada hakikatnya menerima masukan dari luar perangkat yang
kemudian terjadi perubahan fisis pada sensor tersebut untuk memberikan kondisi
bahwa terjadi atau tidaknya perubahan sebuah parameter dari sensor apapun yang
dideteksinya. Salah satunya adalah panas, hal ini dapat dideteksi tingkat
perubahannya menggunakan sensor pyroelectric. Dari sensor inilah kita dapat
mengetahui bahwa terjadi atau tidaknya perubahan suhu yang signifikan maupun
tidak. Sensor ini pun nantinya dapat diterapkan untuk membantu orang dalam
salah satunya membuat sebuah alat yang membutuhkan pembacaan kondisi
perubahan suhu.

2. Tujuan
Pada kesempatan ini makalah disusun dengan tujuan membahas sensor
pyroelectric dan bagaimana penerapan sensor ini secara umum.
BAB II
Pembahasan

1. Sensor Pyroelectric
Secara bahasa, pyroelectric ini terdiri dari dua suku kata yakni panas dan
elektrik. Secara praktisnya, sensor pyroelectric merupakan sebuah sensor yang
akan mengubah nilai fisis tegangannya dari pancaran suhu panas yang masuk ke
dalam sensor. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh
Pyroelectric yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate
menghasilkan arus listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik? Karena
pancaran sinar inframerah pasif ini membawa energi panas. Material pyroelectric
bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energy panas yang dibawa oleh
infrared pasif tersebut. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk
ketika sinar matahari mengenai solar cell.

Gambar 1 Bentuk fisik Pyroelectric

Sensor ini memiliki sifat pyroelectricity, yang berarti kemampuan dari sebuah
material untuk mengubah tegangan sementara saat ia dipanaskan atau
didinginkan. Perubahan suhu mengubah posisi dari atom beserta struktural kristal
pada sensor, sehingga polarisasi dari materialnya berubah. Perubahan polarisasi
ini memberikan peningkatan pada tegangan pada kristalnya. Jika suhunya tidak
berubah ubah, maka tegangan pyroelectric akan menghilang secara bertahap
karena kebocoran arus listrik pada sensor tersebut.
Sensor ini memiliki tingkat koefisien yang merupakan tingkat perubahan pada
vektor polarisasi secara spontan terhadap suhu:
Dimana pi (Cm2K1) adalah vektor dari koefisien pyroelectric.

2. Pemanfaatan Pyroelectric
Sensor pyroelectric pada umumnya sudah dikemas sedemikian rupa menjadi
sebuah modul agar penggunaannya bisa lebih mudah lagi. Salah satunya adalah
menjadi modul PIR, yakni Passive Infra Red atau Pyroelectric Infra Red. Sensor
yang telah berbentuk modul ini sudah terdapat pengaturan sensitivitas dan jangka
waktu sensor untuk membaca kondisi suhu yang diterima oleh sensor.

Gambar 2 bentuk sensor PIR


Sensor ini merupakan sensor berbasis infrared namun tidak sama dengan IR LED
dan fototransistor. Perbedaan dengan IR LED adalah sensor PIR tidak
memancarkan apapun, namun sensor ini merespon energi dari pancaran infrared
pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Salah satu benda
yag memiliki pancaran infrared pasif adalah tubuh manusia. Energi panas yang
dipancarkan oleh benda dengan suhu diatas nol mutlak akan dapat ditangkap oleh
Sensor tersebut. Bagian-bagian dari PIR adalah Fresnel Lens, IR Filter,
Pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator.

a. Fresnel Lens
Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan sebagai
lensa yang memfokuskan sinar pada lampu mercusuar. Penggunaan paling luas
pada lensa Fresnel adalah pada lampu depan mobil, di mana mereka membiarkan
berkas parallel secara kasar dari pemantul parabola dibentuk untuk memenuhi
persyaratan pola sorotan utama. Namun kini, lensa Fresnel pada mobil telah
ditiadakan diganti dengan lensa plain polikarbonat. Lensa Fresnel juga berguna
dalam pembuatan film, tidak hanya karena kemampuannya untuk memfokuskan
sinar terang, tetapi juga karena intensitas cahaya yang relative konstan diseluruh
lebar berkas cahaya.

b. IR Filter
IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar
infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang
dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini
saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga Sensor PIR hanya bereaksi pada
tubuh manusia saja.

c. Pyroelectric sensor
Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius,
yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran
sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang
merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor
yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan
arus listrik.

d. Amplifier
Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada material
pyroelectric.

e. Comparator
Seterlah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh
comparator sehingga mengahasilkan output.
Gambar 3 blok diagram sensor PIR

Pancaran infra merah masuk melalui lensa Fresnel dan mengenai sensor
pyroelektrik, karena sinar infra merah mengandung energi panas maka sensor
pyroelektrik akan menghasilkan arus listrik. Sensor pyroelektrik terbuat dari
bahan galium nitrida (GaN), cesium nitrat (CsNo3) dan litium tantalate (LiTaO3).
Arus listrik inilah yang akan menimbulkan tegangan dan dibaca secara analog
oleh sensor. Kemudian sinyal ini akan dikuatkan oleh penguat dan dibandingkan
oleh komparator dengan tegangan referensi tertentu (keluaran berupa sinyal 1-bit).
Jadi sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1, 0 saat sensor tidak
mendeteksi adanya pancaran infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi infra
merah. Sensor PIR didesain dan dirancang hanya mendeteksi pancaran infra
merah dengan panjang gelombang 8-14 mikrometer. Diluar panjang gelombang
tersebut sensor tidak akan mendeteksinya. Untuk manusia sendiri memiliki suhu
badan yang dapat menghasilkan pancaran infra merah dengan panjang gelombang
antara 9-10 mikrometer (nilai standar 9,4 mikrometer), panjang gelombang
tersebut dapat terdeteksi oleh sensor PIR. (Secara umum sensor PIR memang
dirancang untuk mendeteksi manusia).
BAB III
Kesimpulan
Setelah membahas perangkat sensor ini, bisa disimpulkan bahwa sensor
pyroelectric merupakan sebuah sensor yang terbentuk dari galium nitrida,
caesium nitrat dan litium tantalate yang berfungsi merubah tegangan sementara
dalam sensor dengan masukan yang berupa panas. Sensor ini pun dikembangkan
sedemikian rupa hingga menjadi sebuah modul yang bernama modul PIR, yakni
Passive Infra Red atau Pyroelectric Infra Red. Modul ini dikembangkan agar
praktis dalam merancang sebuah alat yang membutuhkan pembacaan suhu dengan
mudah, meskipun alat ini sebenarnya ditujukan untuk membaca suhu manusia
yang memiliki perbedaan suhu yang signifikan terhadap ruangan.

Daftar Pustaka
[1] Damjanovic, Dragan, 1998, Ferroelectric, dielectric and piezoelectric properties of
ferroelectric thin films and ceramics, Rep. Prog. Phys. 61, 12671324. Lang, Sidney B.,
2005, "Pyroelectricity: From Ancient Curiosity to Modern Imaging Tool,"
[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Pyroelectricity, diakses pada tanggal 18 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai