Anda di halaman 1dari 17

Vitamin D dan risiko dementia dan penyakit Alzheimer

ABSTRAK
Objektif : untuk menentukan apakah konsentrasi vitamin D yang rendah

berhubungan dengan peningkatan risiko seluruh insiden-penyebab demensia dan

penyakit Alzheimer
Metode : 1658 pasien orang tua yang dirawat bebas dari demensia, penyakit

kardiovaskular, dan stroke yang berpatisipasi dalam populasi US berdasarkan Studi

Kesehatan Kardiovaskular termasuk diantaranya tahun 1992-1993 dan 1999.

Konstentrasi Serum 25 hidroksivitamin D (25-OH)D) ditentukan oleh cairan

chromatografi-spektrometri massa yang berasal dari sampel darah yang telah

dikumpulkan pada tahun 1992-1993. Insiden seluruh status penyebab dementia dan

penyakit Alzheimer telah diperiksa selama follow up menggunakan kriteria National

Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke/Alzheimers

Disease and Related Disorders Association.


Hasil: rata-rata follow up 5,6 tahun, 171 partisipan berkembang menjadi demensia

termasuk 102 kasus penyakit Alzheimer. Menggunakan proposional risiko cox, rasio

risiko multivariate (interval kepercayaan 95%) untuk insiden menyeluruh penyebab

dementia pada partisipan yang mengalami defisiensi berat 25 (OH) D (<25nmol/L)

dan defisiensi (25 sampai 50nmol/L) adalah 2,25 (CI:95% 1.23-4.13) dan 1.53 (CI

95% : 1.06-2.21) dibandingkn dengan konsentrasi yang cukup (50nmol/L). rasio

risiko kesesuaian multivariate untuk insiden penyakit Alzheimer pada pasien

defisiensi berat 25 (OH)D dan perbandingannya dengan partisipan yang memiliki

konsesntrasi cukup adalah 2.22 (CI 95%: 1.02-4.83) dan 1.69 (CI 95% 1.06-2.69).
Dalam sebuah uji kesesuai multivariate, risiko keseluruhan-penyebab demensia dan

penyakit Alzheimer ditandai dengan peningkatan ambang bawah yakni 50nmol/L.


Kesimpulan : Hasil kami mengkonfirmasi bahwa defisiensi vitamin D berhubungan

dengan peningkatan substansial risiko keseluruhan penyebab dementia dan penyakit

demensia. Hal ini menambahkan perdebatan mengenai peran vitamin pada kondisi

nonskeletal
Meta analisis baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa konsentrasi serum vitamin D yang

rendah berhubungan dengan prevalensi penyakit Alzheimer (AD) demensia dan

gangguan kognitif. Hal ini memprihatinkan mengingat tingginya tingkat kekurangan

vitamin D pada orang dewasa yang lebih tua dan berlanjutnya ketidakpastian tentang

penyebab AD dan bentuk lain dari demensia. Kedua reseptor D3 1,24

dihidroxyvitamin dan 1a-hydroxylase, enzim yang bertanggung jawab terhadap

sintesis bentuk bioaktif vitamin D, ditemukan di seluruh otak manusia. Pada in vitro,

vitamin D meningkatakan bersihan fagosit plak amyloid dengan menstimulasi

makrofag dan mengurangi amyloid- penginduksi sitotoksik dan apoptosis pada

neuron korteks primer. Defisiensi vitamin D juga berhubungan dengan disfungsi

vascular dan risiko stroke iskemik serta atrofi otak. Namun, sebab-akibat terbalik juga

mungkin, sebagai timbulnya demensia dapat menyebabkan perubahan pola makan

dan mengurangi aktivitas di luar rumah yang pada gilirannya menyebabkan

rendahnya konsentrasi vitamin D.


Studi prospektif sebelumnya telah menetapkan bahwa konsentrasi vitamin D

yang rendah pada orang dewasa lanjut usia berhubungan dengan peningkatan risiko

penurunan kognitif. Selain itu, telah dihipotesiskan bahwa risiko penurunan kognitif
ditandai dengan meningkatnya ambang batas bawah antara 25 dan 50 nmol / L.

Namun studi prospektif awal mengenai Vitamin D dan risiko demensia telah

bertentangan. Pada sebuah studi kecil 40 wanita tua, dengan difisiensi berat vitamin

D (<25nmol/L) dihubungkan dengan risiko lebih tinggi dementia non AD setelah

lebih dari 7 tahun. sebaliknya pada 10.186 individu dengan defisiensi vitamin D berat

dihubungkan dengan rekam medic mengindikasikan AD namun bukan demensia

vascular setelah 30 tahun follow up. Perbedaan dalam temuan ini mungkin karena

kurangnya kekuatan statistik atau penggunaan diagnosa demensia yang tidak

berstandar dari catatan medis, yang cukup dapat mengakibatkan kesalahan klasifikasi.

Oleh karena itu kami menghubungkan sejumlah besar ilmu pengetahuan, prospektif,

studi berbasis populasi menggabungan penilaian komprehensif mengenai demensia

dan AD untuk menilai hubungannya dengan konsentrasi vitamin D.


METODE
Partisipan, partisipan telah dipilih dari Cardiovascular Health Study (CHS), jumlah

besar, prospoktif, studi berbasis populaso di Amerika Serikat didesain untuk

mengivestigasi sejumlah penyebab penyebab kardiovaskular pada pria dan wanita

tua. CHS merekrut partisipan dari 4 komunitas: daerah Forsyth, NC (36.1 utara,

80.3 barat); daerah Sacramento, CA (38.5 Utara, 121.4 Barat); daerah Washington,

MD (39.6 Utara, 77.8 Barat); and Pittsburgh, PA (40.4 Utara, 80.0 Barat). Kohort

terdiri dari 5.201 dewasa telah direkrut pada 1989-1990 dan sebagai tambahan 687

partisipan afrika-amerika direkrut pada 1992-1993. Totalnya 5.888 partisipan, 4692

partisipan rawat jalan telah dilakukan pemeriksaan data lengkap pada 1992-1993
( penilaian untuk penelitian ini). Dimana konsentrasi Serum 25 hidroxyvitamin D (25

(OH)D) tidak diukur pada 1424 partisipan yang memiliki prevalensi penyakit

kardiovaskular atau stroke ( satu atau lebih diantaranya: penyakit jantung coroner,

gagal jantung kongestif, klaudikasi, atrial fibrilasim, implant pacemaker, defibrillator

cardioverter, stroke atau TIA), ditetukan dengan rekam medic, temuan EKG dan

laporan sendiri. Pengecualian lebih lanjut adalah volume serum yang cukup untuk

pemeriksaan vitamin D (<500mL; n 945) dan diputuskan menghilang status dementia

(596). Partisipan dengan prevalensi demensia saat pengumpulan serum vitamin D

(n:69) di ekslusi dari analasis utama namun dimasukan dlam analisis sekunder

mengenai prevalensi demensia. Hasil final mendapatkan sampel; 1,658 untuk

analisis prospektif utama dan 1.727 partisipan untuk analisis dasar sekunder. Mereka

yang hilang pada follow up ( didefinisikan sebagai partisipan dengan serum 25

(OH)D yang telah diukur namun tidak ada penilaian diagnostik insiden demensia)

dengan usia ( rata [SD], 74.3 [5.4] tahun vs 73.8 [4.6] tahun, p=0.03), lebih banyak

bangsa non kulit putih (20.0% vs 13.1%, p , 0.001) dan memiliki konstentrasi serum

25 (OH)D yang rendah (mean [SD], 61.2 [39.4 nmol/L vs 64.4 [26.5] nmol/L,

p=0.03) lebih banyak wanita (71.4% vs 69.2%, p=0.31) atau kurang berpendidikan

(27.4% bs 23.4% tidak menyelesaikan SMA, 53% vs 54% menyelesaikan

SMA/beberapa perguruan tinggi/kualifikasi kejuruan dan 19.6% vs 22.6% selesai

kuliah atau kualifikasi professional, p=0.10)


Standar protocol persetujuaan, registrasi, dan consent pasien. Dewan

kelembagaan di masing-masing peserta institusi menyetujui protokol penelitian dan

seluruh partisipan disediakana informed consent tertulis.


Pengukuran Serum 25(OH)D. pengumpulan sampel serum tahun 1992-1993

disimpan dalam -70C pada laboratorium Clinical


Biochemistry Research universitas Vermont dan pengukuran dilakukan di Balai

Nutrisi Klinis Universitas Washington tahun 2008. Total 25 (OH)D (jumlah dari

25(OH)D2 and 25(OH)D3) diukur denan menggunakan spekrometri massa dan cairan

kromatografi (LC-MS) pada spktrometer Waters Quattro micro mass(Waters,

Milford, MA); dengan variasi koefisien pemeriksaan sebesar 3,4%. Kalibrasi

konsentrasi serum 25 (OH)D diverifikasi menggunakan SRM927 yang berasal dari

Institut Nasional Standard dan Teknologi


Diagnosis keseluruhan-penyebab demensia dan AD. Status penderita dementia dan

AD telah diperiksa pada tahun 1998-1999 oleh komite neurologi dan psikiatri

berdasarkan pemeriksaan kognitif tahunan, scan MRI berulang, rekam medic,

kuisioner dan wawancara dengan wali pasien. Diagnosis demesia berdasarka

progresifitas atau deficit statis kognitis dengan gangguan setidaknya 2 kognitif

domain dan riwayat fungsi kognitif normal sebelum onset abnormalitas. Insiden

keseluruhan-penyebab dementia dan AD didiagnosis berdasarkan kriteria National

Institute of Neurological and Communicative Diseases and Stroke/Alzheimers

Disease and Related Disorders Association (NINCDS-ADRDA), Rincian lebih lanjut

dapat ditemukan di tempat lain


Kovariat. kami menyesuaikan kovariat indentifikasi sebagai pembaur potensial;

umur dalam tahun, musim pengumpulan darah (Desember-Februai, Maret-Mei, June-


Agustus, September-November), status pendidikan (tidak menyelesaikan SMA,

menyelesaikan SMA/ beberapa perguruan tinggi/ kualifikasi vokasional,

menyelesaikan perguruan tinggi/ kualifikasi profisional) jenis kelamin, indeks massa

Tubuh (IMT dalam kg/m2), merokok (bukan perokok, perokok), konsumsi alcohol

(berdasarkan pengertian dari National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism

adalah bukan peminum, peminum sedang [wanita7x minum/minggu; pria 14x

minum/minggu], peminum berat [ wanita > 7x minum/minggu ; pria >14x

minum/minggu] dan gejala depresif signifikan ( skor 8 dari 10 kriteria revisi

menurut Center for Epidemiologic Studies Depression Scale)


Analisis statistik. Model proporsional cox telah digunakan untuk menilai hubungan

antara nilai serum dasar 25 (OH) D dan risiko keseluruhan insiden penyebab

demneia dan AD. Partisipan yang dinilai memiliki risiko terjadinya dementia dari

tahun 1992-1993 dan dihentikan saat meninggal dan setelah selesai follow up pada

Juni 1999. Semua penyebab dementia termasuk kasus AD dan analasis AD yang

diabatasi untuk dementia non AD. Asumsui Proposionalitas ini dinilai menggunakan

teknik residual Schoenfeld. Kami menganalasi serum 25 (OH)D menggunakan nilai

klinis yang relevan <25nmol/L (defisiensi berat), 25nmol/L sampai <50nmol/L

(defisiensi) dan 50nmol/L (cukup). Tren linear antar kategori telah di uji dengan

memasukan grup 25 (OH)D kedalam model berkelanjutan daripada sebuah variable

kategori. Dalam model dasar, kami mengkontrol usia dan musim pengumpulan darah.

Pada keseluruhan model, kami mengkontrol status pendidikan, jenis kelamin, IMT,

merokok, konsumsi alcohol dan gejala depresif. Untuk menginvestigasi adanya


batasan, kami menggunakan uji plot multivariate. Delapan partisipan dengan

konsentrasu 25 (OH)D antara 170 dan 283nmol/Ltelah diekslusi karena ketidak

tepatan pada akhir distribusi (tak ada satupun berkembang menjadi dementia selama

follow up)
Dalam analisis sekunder, dimana konsentrasi serum 25 (OH) D di analisis

berkelanjutan darripada variable kategori. Konsentrasi 25 (OH) D telah

distandarisasikan dengan sebuah nilai rata-rata dengan SD 0 sampai 1. Oleh karena

konsentrasi 25 (OH) D cenderung positif, mereka menormalisasi menggunak sebuah

tranformasi log. Kami mengulangi analisis utama termasuk kondisi pemeriksaan

kesehatan yang telah diidentifikasi sebagai mediator potensial terhadap hubungannya

dengan konsentrasi serum 25 (OH)D dan risiko dementia: diabetes (pedoman

American Diabetic Association : menggunakan obat hipoglikemik oral atau insulin,

atau glukosa plasma puasa 7.0 nmol/L) dan atau hipertensi ( 3 kategori; tidak ada

hipertensi: sistolik <140mmHg dan diastolic < 90 mmHg; hipertensi diobati:

hipertensi dengan pengobatan; hipertensi tidak terobati; sistolik 140 mmHg dan

diastolic 90 mmHg tanpa pengobatan). Kami juga memeriksa ras (kulit putih/hitam)

dan memeriksa potensi interaksi denagn etnik pada beberapa model meskipun hal itu

mungkin menimbulkan penilaian berlebih. Pada analisis lebih lanjut, kami menilai

status sosioekonomi dengan indikator : pendapatan pertahun (<$12.000, $12.000-

24.999, $25.000-49.999, $50.000 dan tidak berpenghasilan) dan jenis pekerjaan

( professional/teknikal/manejer/administratif, sales/cleaning service, tukang/ operator

mesin/ laboran/ bertani/berkebun, ibu rumah tangga, atau yang lain/pengangguran).


Uji regres multivariate telah digunakan untuk menilai hubungan potong lintang antara

serum 25 (OH) D dan prevalensi keseluruhan penyebab demensia (n= 69) dan AD (n

= 34)
Pada analisis sensitivitas, kami mengekslusi partisipan yang berkembang

menjadi penyebab keseluruhan dementia (n=12) dan AD n=6) dalam 1 tahun

pengamatan untuk menghilangkan kemungkinan adanya hubungan hal yang diamati

telah ditentukan dengan converter awal, nilai p pada kedua sisi, dan rerata

keselahan tipe 1 untuk signifikansi statistik diatut 0.05. analisis yang digunakan

adalah Stata versi SE 12 (StataCorp, College Station, TX) dengan pengecualian plot

spline, dengan versi 2.15.1

HASIL: Tabel 1 menunjukan karakteristik populasi penelitian termasuk didalamnya

analasis prospektif utama. Rata-rata partisipan di follow up selama 5.6 tahun (SD 1.6

median 6.1, berkisar 0.1-8.4). selama 9.317.5 tahun follow up, 171 partisipan

berkembang menjadi keseluruhan-penyebab dementia dan 102 berkembang menjadi

AD. Risiko keduanya berkembang menjadi keseluruhan- penyebab dementia dan AD

memiliki signifikansi lebih tinggi pada pasrtisipan dengan defisiensi atau defisiensi
Tabel 1 : Data karakterisitik 1.658 partisipan CHS dengan konsentrasi serum 25(OH)D
berat 25(OH)D (tabel 2). Pada model minimal, yang mengalami defisiensi memiliki

sekitar 51% peningkatan risiko keseluruhan-penyebab dementia, sedangkan pada

peningkatan risiko pada penderita difisiensi verat sekitar 122%. Besarnya hubungan

pada insiden AD memiliki kesamaan dengan sekeluruhan-penyebab dementia, yang

telah diaamati. Penilaian tambahan mengenai variable potensial tidak mengubah pola

hasil yang ada, terdapat hubungan lurus pada semua grup dalam analisis. Kami

beranggapan adanya hubungan monotonic. Plot Kaplan-Meier untuk rerata tidak

kesesuaian insiden keseluruhan-penyebab dementia dan AD menunujukan perbedaan

jelas risiko dengan konsentrasi serum 25(OH)D setelah 2-3 tahun follow-up (gambar

1). Penilaian plot multivariate beranggapan risiko keseluruhan-penyebab dementia

dan AD ditandai peningkatan konsentrasi 25 (OH)D dibawah 50 nmol/L (gambar 2)

Tabel 2 : Model regresi proposional cox insiden keseluruhan-penyebab dementia dan AD


sdengan konsentrasi serum 25 (OH)D
Analisis sekunder menggabungkan konsentrasi 25(OH)D berkelanjutan

memberikan pola hasil yang sama. Penilaian risiko multivariate untuk insiden

keseluruhan-penyebab insiden dementia dan AD berkurang 18% ( risiko kesalahan =

0,82, interval kepercayaan 95% [CI]: 0.70-0.97, p =0.02) dan 20% (risiko kesalahan =

0.80, interval kepercayaan 95% CI:0.65-0.99, p = 0.04), masing-masing memiliki

sSD 1 dalam transformasi Log 25(OH)D. Penilaian tambahan mengenai diabetes dan

hipertensi tidak merubah pola hasil mengenai insiden keseluruhan-penyebab

dementia atau AD, beranggapan bahwa kondisi ini tidak mungkin untuk memediasi

hubungan yang diamati (tabel 3). Penilaian untuk etnik melemahkan hasil utama

namun tidak mengubah keseluruhan pola hasil, dan tidak ada hubungan yang

signifikan ( tabel e-1 ). Penilaian tambahan mengenai penghasil dan jenis pekerjaan

tidak merubah hasil mengenai hubungannya. (tabel e-2).

Gambar 1 : kurva Kaplan-Meier derajat kesesuaian keseluruhan-penyebab dementia dan AD


konsentrasi serum 25 (OH)D
Prevalensi kesempatan pada partisipan keseluruhan-penyebab dementia dan AD yang

menderita defisiensi 25 (OH)D 3-6 kali lebih tinggi daripaa padan dengan konsentrasi

25 (OH)D,hal ini ditunjukan dengan trend lurus (tabel e-3). Setelah mengeksklusi

partisipan yang berkembang menjadi keseluruhun penyebab dementia dan AD dalam

1 tahun, penilian multivariate risiko keselahan pada pasien dengan defisiensi dan

defisiensi berat 25 (OH)D dibandingkan dengan partisipan yang memiliki konsentrasi

25 (OH)D cukup, dimana hasilnya adalah 2.42 (interval kepercayaan 95%: 1.33-

4.39) dan 1.54 (interval kepercayaan 95%: 1.06-2.28) untuk insiden keseluruhan-

penyebab dementia ( p untuk tren liner = 0.001) dan 2.36 (interval kepercyaan 95%:

1.08-5.16) dan 1.69 (Interval kepercyaan 95%: 1.04-2.73) untuk AD (p untuk tren

liner = 0.007). Hal ini beranggapan bahwa hubungan tidak ditentukan oleh

pengubah dini
DISKUSI. Kami telah menghubungkan ilmu pengetahuan yang, prospektif, dan

studi berdasar populasi untuk menilai hubungan vitamin D dengan pemeriksaan

komprehensif dementia dan AD. Kami mangamati sebuah hubungan mintonik yang
kuat antara konsentrasi 25 (OH) D dengan risiko dementia keseluruhan-penyebab dan

AD. Kuatnya hubungan tersebut untuk menilai potensial variable pembaur dan

mengekslusi kasus dementia yang terjadi pada tahun pertama.

Tabel 3 : Model regresi proposional cox insiden keseluruhan-penyebab dementia dan AD


dengan konsentrasi serum 25 (OH)D dengan tambahan penilain terhadap mediator potensial
2 studi sebelumnya mengivestigasi vitamin D dan insiden dementia yang

mendapatkan hasil yang bertentangan. Temuan pertama mendapatkan defisiensi

vitamin D berat berhubungan dengan dementia non AD taoi tidak berisiko munculnya

AD. Temuan kedua menemukan bahwa defisiensi vitamin D berhubungan dengan

AD namun tidak berisiko dementia vascular. Meskipun begitu, study awal

menganggabungkan sejumlah kecil sampel wanita usia produktif (n=40), dan

kurangnya hubungan AD mungkin menunjukan keterbatasan kekuatan statistic.

Penilitian kedua mengandalkan data register dalam diagnosis dementia, yang

menghasilkan kesalahan klasifikasi yang cukup. Hasil kami menunjukan bawaha

rendahnya konsentrasi 25 (OH)D berkaitan dengan peningkatan risiko insiden

dementia penyebab keseluruhan dan AD, dan hal tersebut konsisten dengan studi
yang beranggapan adanya keterkaitan dengan gangguan dan penurunan fungsi

kognitif. Beberapa studi telah menilai mediator potensial yang berhubunganm

meskipun tidak adanya bukti pada studi yang ada atau pada CHIANTI sebuah studi

mediasi dengan diabetes atau hipertensi.


Ambang batas bawah terjadi peningkatan risiko dementia telah ditandai

sebelumnya 25-50nmol/L. level optimal vitamin D untuk kesehatan umum masih

kontroversial , insititut kesehatan merekomendasikan 50nmol/L dan komunitas

endokrin merekomendasikan 75nmol/L. sebuah analisis post hoc pada penilitan acak

terkontrol wanita sehat menemukan bahwa dosis rendah vitamin D (400IU) dengan

kombinasi kalsium (1.000mg) tidak membuatkan terlindng dari dementia selama

rerata follow up 7.8 tahun pada wanita yang memiliki serum vitamin D relative

tinggi (rata-rata 49nmol/L dalam sebuah subsample kecil). Hasil kami

mengklarifikasi bahwa pada dewasa muda dengan nilai ambang batas yang tinggi

tidak memiliki keuntungan dalam terjadinya peningkatan risiko dementia contohnya

pada konsentrasi 25(OH) D 50nmol/L yang diukur dengan LC-MS. Hal ini

menimbulkan pertentangan pendapat mengenai level vitamin D yang optimal untuk

hasil yang baik.


Sejumlah mekanisme potensial telah diidentifikasi dalam menghubungkan

rendahnya level vitamin D dengan risiko dementia. Reseptor vitamin D diekspresikan

melalui otak, termasuk area yang bergungan dengan memori seperti hippocampus dan

girus dentata. Sama halnya dengan enzim yang disintesis dalam bentuk aktif vitamin

vitamin D, 1a-hidroxylase, yang dihasilkan pada sejumlah bagian xdi otak. Bentuk

aktif vitamin D, 1,25 hidroxylase-vitamin D3 (1,25-D3), mengatur ekspresi


neurotrophin, seperti nerve growth factor, neurotrophin dan glial-derived

neurotrophic factor serta ketahan hidup, perkembangan dan fungsi sel neural. Dalam

studi in vitro, vitamin D menstimulasi makrofag, dimana terjadi peningkatan bersihan

plak amyloid dimana sebagai sebuah tandad AD. Bitamin D juga mengurangi

citotoksik penginduksi amylid dan apoptosis pada neuron korteks primer. Sebuah

studi baru ini menemukan bahwa amyloid menginduksi sintesis nitrit oxide, bagian

dari proses inflamasi AD yang bergantung pada adanya gangguan vitamin D-jalur

reseptor vitamin D. vitamin D mensuplementasi perbaikan dalam pembelajaran dan

memori pada tikus. Sebagai tambahan defisiensi vitamin D dihubungkan dengan

patologi cerebrovascular. Sebuah penilitian meta analisis menilai bahwa defisiensi 25

(OH)D berhubungan dengan peningkatan risiko stroke, umumnya stroke iskemik.

Sebuah studi cross sectional pada 318 orang tua menemukan bahwa defisiensi 25

(OH) D berhubungan dengan peningkatan volume hiperintensitas white matter dan

sejumlah besar infark pembuluh darah besar. Secara ringkas, rendahnya konsentrasi

vitamin dapat meningkatkan risiko dementia dan AD melalu mekanisme

neurodegenerative dan vascular


Penelitian kami memiliki sejumlah kelebihan. Sampel penelitian kami relative

bermacam-macam berdasar populasi dan termasuk diantaranya pria dan wanita kulit

putih serta afrika-amerika. Sebuah ulasan sistematik meningkatkan kemungkinan

hubungan observasional konsisten antara level vitamin D dengan cakupan luas

kondisi kesehatan yang secara sederhana menggambarkan hubungan sebab akibat.

Meskipun begitu, pada peneilitan ini sebab akibatnya kurang diteliti oleh karena
faktanya partisipan merupakan pasien rawat jalan dan relatif pada kesehatan dasar

(aktivitas di luar rumah bukan merupakan keterbatasan yang disebabkan oleh

ganguan fungsi oleh dementia). Follow up yang panjang dan ekslusi prevalensi

dementia serta insiden dementia yang terjadi dalam tahun setahun membuatkan

kurang memiliki hubungan sebab akibat. Keseluruhan-penyebab dementia dan AD

pada CHS didiagnosis berdasarkan sebuah komite neuroloi dan psikiatri

menggunakan data komprehensif, termasuk neuroimaging, menurut kriteria

internasional (NINCDS-ADRDA). Study kami juga miliki sejumlah keterbatasa.

Sementara CHS merupakan multietnik, kami tidak memasukan ras hispanik maupun

etnik lain.
Penyebab diekslusinya partisipan dengan penyakit kardiovaskular dan stroke,

adanya beberapa kasus insiden dementia dan vascular (n=15). Hal tersebut tidak

memungkinkannya mengivestigasi hubungan antara konsentrasi vitamin D dan

insiden dementia vascular syang menyebabkan berkurangnya kekuatan statistik,

penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki secara umum disfungsi vascular

pada lansia. Dalam sebuah kohort dengan sejumlah beban vascular dan disfungsi

metabolic menjadi menarik untuk mengiventigasi faktor-faktor ini sebagai kovariat.

representative sampel akhir kami dapar mengalami penurunan disebabkan oleh

ketidak mampuan dalam memasukkan partisipan dengan volume serum 25 (OH)D

yang cukup (n=945) menjadi berkurang selama follow (n=596). Hal ini

dimungkinkan karena penundan sampel darah tahun 1992-1993 dan pengukuran

konsentrasi 25(OH)D tahun 2008 dapat terjadi kesalahan dalam pengukuran;


meskipun beguty hal ini tidak menyebabkan bias sistemik. Meskipun dengan berbagai

macam informasi ( termasuk neuroimaging berulang) tersedia untuk diagnosis

keseluruhan-penyebab dementia dan AD, tingkat kesalahan masih terjadi. Secara

umum, terdapat banyak kasus AD yang menggambarkan adanya campuran patologis,

sehingga harus hati-hati ketika mempertimbangkan mekanisme potensial. Seperti

semua studi obsevrasional, pembaur tak terkaur bisa terjadi dan temuan kami tidak

menunjukan adanya hubungan sebab-akibat.


Kami menenumakan hubungan yang kuat antara data konsentrasi vitamin D

dengan risiko insiden keseluruhan penyebab dementia dan AD dengan rerata follow

up selama 5.6 tahun pada lansia rawat jalan yang bebas dari kondisi vascular

berdasarkan data rekam medik. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mereplikasi

temuan kami dan memperbanyak jenis populasi yang ada. Hal itu dapat sangat

berguna untuk menghubungkan penilitan prospoktif dalam mengivestigasi hubungan

antara konsentrasi vitamin dan insiden dementia vascular dan abnormalitas

neuroimaging. Temuan kami mendukung hipotesiis bahwa vitamin D berguna sebagai

neuroprotektif dan kecukupan dalam konteks risiko dementia sekitar 50nmol/L.

Informasi ini mungkin berguna dalam meningkatkan desain dan mengurangi biaya

investigasi penilitan acak terkontrol dimana suplementasi vitamin D dapat berguna

untuk menunda dan mencegah onset dementia dan AD pada orang tua.

Anda mungkin juga menyukai