Anda di halaman 1dari 9

Jugular Venous Pressure (JVP)

JVP memiliki peranan penting untuk menilai tekanan pada jantung


sebelah kanan dan fungsi jantung itu sendiri. JVP dapat menunjukkan
tekanan yang terjadi pada atrium dekstra yang nilainya sama dengan
jumlah tekanan vena sentral dan tekanan diastolic akhir dari ventrikel
kanan (right ventricle end diastolic pressure). Cara penilaian terbaik JVP
adalah dengan menilai vena jugularis interna karena vena inilah yang
mempunyai hubungan langsung dengan atrium kanan. Namun, letak vena
jugularis interna yang berada di dalam musculus sternomastoideus relatif

sulit, karena harus menilai dengan cara melihat pulsasi yang ditransmisikan
oleh vena, maka penialaian dengan vena jugularis eksterna dapat dilakukan.

Cara melakukan pengukuran JVP:


1. Buat pasien dalam posisi senyaman mungkin sehingga otot
sternomastoid dapat relaksasi
2. Tinggikan bagian kepala dari meja pemeriksaan sampai kira-kira
mencapai kemiringan 30 derajat, lalu miringkan kepala pasien
menjauhi dari arah pemeriksa
3. Dengan pencahayaan yang baik, temukan vena jugularis eksterna
pada kedua sisi leher, barulah cari pulsasi dari vena jugularis interna
4. Bila diperlukan, pemeriksa dapat menurunkan atau meninggikan
bagian kepala dari meja pemeriksaan sampai ditemukan meniscus
vena jugularis eksterna
5. Fokuskan pada vena jugularis sebelah kanan. Carilah pulsasi pada
daerah lekukan di suprasternal, atau pada tempat terhubungnya
muskulus sternomastiodeus dengan clavicula dan sternum, atau
posterior dari muskulus sternomastoideus
6. Tentukan titik tertinggi dari meniskus pada vena jugularis lalu tandai
tempat tersebut
7. Letakkan barang apapun yang panjang dan berbentuk persegi
panjang pada tempat yang ditandai pada bidang horizontal
8. Letakkan penggaris pada bidang vertikal dengan dasar tepat pada
angulus sterni dan bacalah tepat di perpotongan antara bidang
vertikal dengan bidang horizontal dalam cm H2O
JVP yang dihitung 4 cm dari angulus sterni atau 9 cm dari atrium kanan
dianggap abnormal atau meningkat.

Sumber: Bickley LS, Szilagyi PG. Bates guide to physical examination and
history taking (11th ed.). Philadelphia: Lippincot and Williams; 2013. p 361-6
Urinalisa
Untuk hasil yang akurat, spesimen urin dari pasien harus diperiksa
dalam jangka waktu 30-60 menit setelah dikumpulkan. Pemeriksaan urin ini
dapat dibagi menjadi tiga bagian besar.
Bagian pertama merupakan pemeriksaan urin secara inspeksi visual
kasar dimana dapat dinilai untuk dilihat warna dari urin tersebut dan
kejernihannya
Bagian kedua adalah untuk menganalisis komponen kiiawi dengan
pemeriksaan urine dipstick. Dimana dalam dipstick ini digunakan urin yang
belum disentrifugasi dan dengan menggunakan dipstick dibandingkan
dengan kontrol untuk menentukan pH urin, berat jenis, darah, protein,
glukosa, keton, nitrit, leukosit esterase, bilirubin, dan urobilirubin.
Bagian ketiga adalah pemeriksaan urin secara mikroskopis. Urin
disentrifugasi dalam kecepatan 3000 rpm selama 3 5 menit. Bagian cairan
dibuang sehingga tersisa sedimen pada bagian dasar. Sisa ini diletakkan
pada pemeriksaan untuk dilakukan analisa secara mikroskopis. Analisanya
antara lain adalah bahan-bahan selular, kristal, bakteri, jamur, epitel.
Nilai Normal Urinalisa

Urine lengkap. Urobilinogen = 3.2-16


Warna = kuning muda-
mol/L
kuning tua Esterase leukosit =
Kejernihan = jernih
negatif
Berat jenis = 1.003-1.030
Sedimen urine :
pH = 4.5-8
Leukosit = 1-5 /LPB
Protein = negatif
Eritrosit = 0-2 /LPB
Glukosa = negatif
Epitel = positif /LPB
Keton = negatif
Silinder = negatif
Bilirubin = negatif
Kristal = negatif
Darah samar = negatif
Jamur = negatif
Nitrit = negatif
Sumber: Lerma EV, Slivka K. Urinalysis. Downloaded from:
http://emedicine.medscape.com/article/2074001 at 13 January 2017.
Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang


merupakan tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian
utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan
membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian
inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.
Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan
antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis.
Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut
acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

Tulang panggul terdiri atas:

1 Tulang pangkal paha(os coccae)


2 Tulang kelangkang (os sacrum)
3 Tulang tungging (os coxcigys)
4 Tulang pangkal paha (os coccae)

Tulang pangkal paha ada 2 buah. Tulang pangkal paha terdiri dari 3
buah tulang yang berhubungan dengan yang lainnya pada acetabulum.
Tulang tersebut adalah tulang usus (os ilium), tulang duduk (os ischium)
dan tulang kemaluan (os pubis).

Tulang usus (os ilium)


Tulang usus merupakan tulang terbesar panggul yang membentuk
bagian atas dan belakang panggul. Batas atas yang tebal disebut
crista illiaka. Ujung depan maupun belakang dari crista illiaka
menonjol disebut spina iliaka anterior superior dan spina iliaka
posterior superior. Tonjolan tulang di bawah spina illiaka anterior
superior disebut spina illiaka anterior inferior dan sebelah bawah
spina illiaka posterior superior terdapat spina illiaka posterior
inferior. Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik atau
cekungan yang disebut incisura iskhiadika major. Garis yang
membatasi panggul besar dan panggul kecil disebut linea inominata
atau linea terminalis.
Tulang duduk (os ischium)

Tulang duduk terletak di sebelah bawah tulang usus, pinggir


belakangnya berduri disebut spina iskhiadika. Di bawah spina
iskhiadika terdapat incisura ischiadika minor. Bagian pinggir bawah
tulang duduk sangat tebal, yang dapat mendukung berat badan
pada saat duduk, disebut tuber iskhiadikum. Tuber iskhiadikum
merupakan ukuran melintang dari pintu atas panggul.

Tulang kemaluan (os pubis)

Tulang kemaluan terletak di sebelah bawah dan depan dari tulang


usus yang disebut dengan tulang duduk. Tulang ini membatasi
sebuah lubang yang terdapat dalam tulang panggul, lubang ini
disebut foramen obtoratorium. Ramus superior ossis pubis
merupakan tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang
usus. Sedang yang berhubungan dengan tulang duduk disebut
ramus inferior ossis pubis. Ramus inferior kiri dan kanan
membentuk arkus pubis. Arkus pubis normal akan membentuk
sudut 90-100 derajat.

Tulang kelangkang (os sacrum)

Tulang kelangkang ada 1 buah. Tulang kelangkang merupakan


tulang yang berbentuk segitiga yang melebar di atas dan meruncing
ke bawah. Tulang kelangkang terletak di sebelah belakang antara
kedua tulang pangkal paha. Tulang kelangkang terdiri dari 5 ruas
tulang senyawa. Kiri dan kanan dari garis tampak 5 buah lubang
yang disebut foramen sacralia anterior. Crista sacralis merupakan
deretan cuat-cuat duri yang terdapat di garis tengah tulang
kelangkang. Bagian atas dari sakrum yang berhubungan dengan 5
ruas tulang pinggang dan menonjol ke depan disebut
promontorium. Jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis
merupakan ukuran muka belakang dari pintu atas panggul. Ke
samping tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pangkal
paha melalui articulasio sacro illiaca. Ke bawah tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang tungging.

Tulang tungging (os coxcigis)

Tulang tungging ada 1 buah. Tulang tungging berbentuk segitiga


dan terdiri dari 3-5 ruas, tulang yang bersatu. Pada saat persalinan,
ujung tulang tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, sehingga
ukuran pintu bawah panggul bertambah besar.

Pankreatitis Akut

Secara umum, pankreatitis dapat dibagi menjadi dua, pankreatitis


akut dan pankreatitis kronik. Pankreatitis akut merupakan proses inflamasi
yang terjadi pada pankreas dimana enzim yang dihasilkan mencerna
kelenjar itu sendiri. Pankreatitis akut dapat sembuh tanpa kerusakan secara
anatomis maupun fungsionalnya.

Gejala kardinal pada pankreatitis akut adalah nyeri di daerah perut


yang bersifat tumpul dan menetap. Nyeri yang dirasakan biasa datang
secara tiba-tiba dan intensitas meningkat seiring dengan perjalanan
penyakit sampai mencapai kualitas nyeri yang konstan. Seringkali nyeri
yang dirasakan terdapat pada regio epigastrium, namun intensitasnya bisa
terkonsentrasi pada bagian lebih ke kiri atai ke kanan tergantung bagian
pankreas mana yang terkena lebih parah. Pada beberapa pasien ditemukan
penjalaran penyakit yang berjalan dari perut hingga ke bagian belakang
kanan. Pankreatitis dapat disertai dengan keluhan mual dan muntah
sehingga membuat pasien dalam keadaan anoreksia. Diare juga dapat
menyertai keluhan pada pasien pankreatitis sehingga tingkat dehidrasi
perlu diperhatikan pada pasien ini. Nyeri yang dirasakan pasien dapat
membaik bila pasien dalam posisi berbaring. Lama nyeri biasa mencapai 1
hari. Pada pasien dengan kecurigaan pankreatitis perlu diketahui riwayat
operasi apa saja yang sudah pernah dijalankan, adanya riwayat kolesterol
pada keluarga, pernahkah punya riwayat kolik bilier dan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol.

Pada pasien pankreatitis biasa ditemukan demam dan takikardi pada


76% pasien. Abdominal tenderness, defens muskular, ditensi usus juga
sering ditemukan. Bising usus biasa menurun atau bahkan bisa menghilang
dikarenakan adanya ileus. Hanya sekitar 28% mengalami kuning. Bila
terjadi iritasi pada diafragma, pleural efusi dapat menimbulkan gejala
dyspneu atau bila memperparah hingga ARDS maka dapat timbul tachypneu
dengan ronki kasar terutama pada paru kiri. Jika pasien terdapat
ketidakseimbangan hemodinamik maka dapat menimbulkan hematemesis
atau melena.

Setelah pankreatitis akut menjadi diagnosis kerja maka dapat


dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnosis ini.
Pemeriksaan darah lengkap biasa menunjukkan adanya leukositosis dengan
differensiasinya bergeser ke arah sel PMN. Leukositosis menandakan
adanya inflamasi ataupun infeksi yang sedang terjadi. Hematokrit didapati
peningkatan lebih dari 47% jika pankreatitis sudah masuk dalam tahap
berat. Pemeriksaan CRP dapat dilakukan untuk menentukan prognosis dari
pankreatitis walaupun pemeriksaan ini tidak spesifik pada pankreatitis. CRP
yang meningkat dua kali lipat mengindikasikan secara kuat bahwa yang
terjadi adalah pankreatitis tingkat berat. Serum amilase dan lipase biasa
mengalami peningkatan, namun peningkatan ini hanya menunjukkan bahwa
adanya proses pankreastatis. Pemeriksaan radiologi tidak
direkomnedasikan pada pasien dengan pankreatitis. Dapat dilakukan foto
BNO dengan posisi erect menunjukkan adanya free air pada rongga
abdomen yang disebabkan mungkin karena perforasi. Pada pemeriksaan
USG dapat dicari apakah ada batu pada kantung empedu yang bisa menjadi
penyebab dari pankreatitis.

Sumber: Whitcomb DC. Clinical practice. Acute pancreatitis. N Engl J Med.


2006 May 18. 354 (20): 2142-50

Pankreatitis Kronis

Pankreatitis kronis biasa didefinisikan sebagai proses inflamasi yang


kronis dan berkelanjutan dari pankreas yang memiliki karakteristik
ireversibel pada kemampuan fungsional pankreas. Sehingga proses yang
terjadi juga sangat berbeda dari pankreatitis akut. Pankreatitis kronis biasa
disebabkan karena adanya sumbatan pada saluran yang menghubungi
antara pankreas dan usus, bahan-bahan toksis dari sisa metabolit, stress
oksidatif, proses fibrotik dan nekrotik dari pankreatitis akut yang berulang,
iskemia kelainan autoimun, konsumsi alkohol.

Kebanyakn pasien dengan pankreatitis kronis mempunyai keluhan


nyeri pada bagian perut sebagai keluhan utamanya. Nyeri yang dirasakan
pasien biasa bersifat intermiten dengan kualitas yang tinggi. Nyeri biasa
terjadi pada bagian mid abdomen atau kuadran atas kiri abdomen dan biasa
menjalar ke punggung. Nyeri biasa muncul sesaat setelah makan atau
terjadi beberapa lama setelah makan yang tidak hilang sampai beberapa
jam kemudian. Manifesti klinis lainnya yang dapat muncul adalah diare dan
penurunan berat badan yang terjadi karena takut nyeri muncul ketika
setelah makan atau berkurangnya aktifitas eksokrin dari pankreas dan
steathorrhea. Namun steathorrhea biasa terjadi saat kronik pankreatitis ini
mencapai stadium berat dan hampir 90% dari pankreas tersebut sudah
rusak.
Pemeriksaan fisik biasa tidak membantu dalam penegakan diagnosis
pankreatitis kronis karena pasien sering keluhannya membaik dan jika
datang dengan keluhan sulit membedakan apakah pasien tersebut
mengalami pankreatitis kronis atau akut. Yang perlu diperhatikan adalah
biasa pasien nyaman pada posisi tertentu sebagai kompensasi untuk
menghilangkan nyeri abdomennya. Biasanya pasien ini merasa membaik
dengan tiduran ke arah kiri atau tiduran dengan posisi supine dengan posisi
lutut terangkat. Pada beberapa kasus, massa atau tenderness dapat
terpalpasi pada bagian epigastrium yang menunjukkan mungkin adanya
pseudokista atau inflamasi pada abdomen.

Pada pemeriksaan laboratorium, serum amilase dan lipase akan


meningkat namun tidak signifikan. Peningkatan yang signifikan biasa
ditemukan pada kasus akut dan bukan kronis. Bahkan, serum amilase dan
lipase dapat normal pada keadaan berat ketika sudah terjadi atrofi pada
pankreas. Untuk menentukan etiologi dari pankreatitis kronis dapat
dilakukan pengecekan pada serum kalsium dan trigliserida. Beberapa
pemeriksaan yang lebih invasif dapat dilakukan seperti misalnya aspirasi
carian duodenum atau cairan pankreas. Yang dinilai biasanya nilai
bikarbonat pankreas, protease, amilase, dan lipase. Pemeriksaan ini masih
jarang dilakukan. Pada pemeriksaan foto rontgen BNO dapat dilihat adanya
kalsifikasi pankreas yang dianggap patognomonik pada pankreatitis kronis.
Kalsifikasi dari pankreas biasa terjadi pertama kali pada bagian head, lalu
berlanjut ke bagian body dan tail dari pankreas. Deposisi kalsium ini sering
ditemukan pada pasien dengan etiologi utama alkohol dna herediter. CT
scan dapat menunjukkan secara lebih detil proses kalsifikasi yang terjadi,
namun sangat susah dibedakan bila masih dalam stadium ringan atau
sedang sehingga tidak adanya proses kalsifikasi pada CT scan belum bisa
mengatakan pasien tersebut negatif dari pankreatitis kronis. CT scan lebih
ditujukan untuk melihat apakah adanya komplikasi, menilai prosedur
pembedahan atau evaluasi untuk dilakukan endoskopi.

Anda mungkin juga menyukai