Anda di halaman 1dari 97

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN


MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN
HIDROSEFALUS DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR

MERLIN JOVANY
0806457142

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN


MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN KEHAMILAN
HIDROSEFALUS DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners

MERLIN JOVANY
0806457142

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Merlin Jovany
NPM : 0806457142
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Karya Ilmiah Akhir : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada Klien Dengan
Kehamilan Hidrosefalus di RSUPN Cipto
Mangunkusumo

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan pada Program Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Hayuni Rahmah., S.Kep., MN ( )

Penguji : Tri Budiati S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 8 Juli 2013

iii

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Profesi ini. Penulisan tugas akhir ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh
gelar ners keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai penyusunan tugas akhir ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hayuni Rahmah., S.Kep., MSN., selaku dosen pembimbing peminatan
maternitas dan juga dosen pembimbing karya tulis ilmiah akhir ners yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. Terima
kasih ya bu.
2. Ibu Tri Budiati., S.Kep., M.Kep., selaku dosen pembimbing selama praktik
peminatan maternitas. Terima kasih ya bu.
3. Ibu Riri Maria., selaku Ketua Program Studi Ners di Fakultas Ilmu
Keperawatan yang telah mengatur rangkaian proses penyelesaian tugas
akhir profesi;
4. Orang tua, mama, papa, nenek, paman, budeh, adik, kakak yang telah
memberikan bantuan dukungan material dan moral. Love you so much;
5. Teman-teman satu gerbong profesi Irma, Anis, Teh Yuyun, Teh Adel, K
Amir, K Monic makasi yaaa atas bimbingannya. Teman-teman satu
peminatan (Resta, K Hendrikus, K Evina, Nike, Ika, Memei, dan Rani).

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Depok, 8 Juli 2013

Peneliti

iv

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Merlin jovany


Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Klien Dengan Kehamilan Hidrosefalus di RSUPN
Cipto Mangunkusumo

Kehamilan hidrosefalus merupakan salah satu kelainan kongenital yang dapat


disebabkan karena lingkungan perkotaan. Kehamilan hidrosefalus memiliki dampak
tersendiri untuk ibu dan juga keluarganya. Tujuan dari penulisan karya ilmiah akhir
ini adalah untuk mendeskripsikan pelayanan keperawatan maternitas pada kehamilan
hidrosefalus dalam konteks kesehatan masyarakat perkotaan. Hasil analisis pada
kasus ibu dengan kehamilan hidrosefalus memiliki kecemasan terhadap bayi yang
akan dilahirkan nanti. Kurang pengetahuan ibu dan keluarga mengenai hidrosefalus
merupakan salah satu faktor munculnya kecemasan. Pemberian pendidikan kesehatan
seputar hidrosefalus dan perawatan bayi dengan hidrosefalus dapat menurunkan
kecemasan pada ibu dan keluarga.

Kata kunci:
Kehamilan hidrosefalus, lingkungan perkotaan

vi

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Merlin jovany


Program study : Profession in Nursing study
Title : Analysis of clinical nursing practice of urban community health at
pregnancy with hydrochepalus in RSUPN Cipto Mangunkusumo

Pregnancy with hydrochepalus of congenital anomaly can cauese by urban


environment. Pregnancy with hydrochepalus have own effect for mother and also her
family. This aim of this paper is to describe maternity nursing service on pregnancy
with hydrochepalus in urban area. Result analysis of pregnancy with hydrochepaluss
case shows mother whose has pregnancy with hydrochepalus anxiety with his baby.
One of factor that incerase anxiety of hydrochepalus is the lack of knowledge of
mother and family. Giving health education about hydrochepalus and new born care
of hydrochepalus will decrease level of anxiety to mother and her family.

Keyword:
Pregnancy with hydrochepalus, urban environment

vii

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR LAMPIRAN x
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.4.1 Manfaat Teoritis 5
1.4.2 Manfaat Praktis 5
1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan 5
1.4.2.2 Rumah Sakit 5

2. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Masyarakat Perkotaan 6
2.1.1 Deskripsi 6
2.1.2 Karakteristik Masyarakat Perkotaan 7
2.1.3 Masalah Kesehatan Perkotaan dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya 8
2.1.4 Peran Perawat 10
2.2 Kehamilan Dengan Hidrosefalus 11
2.2.1 Deskripsi 11
2.2.2 Tanda dan Gejala 12
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi 13
2.3 Asuhan Keperawatan 15
2.3.1 Asuhan Keperawatan Untuk Ibu dan Keluarga 16
2.3.2 Asuhan Keperawatan Untuk Bayi 17
2.4 Intervensi Inovasi Untuk Klien yang Mengalami
Kehamilan Hidrosefalus 17

3 GAMBARAN KASUS KELOLAAN 19


3.1 Gambaran Kasus 19
3.2 Asuhan Keperawatan Antenatal 20
3.2.1 Pengkajian Antenatal 20
3.2.1.1 Data Umum 20
3.2.1.2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu 20
3.2.1.3 Riwayat KehamiGinekologi 21
viii

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


3.2.1.3 Pemeriksaan Fisik 21
3.2.2 Diagnosa Keperawatan Antenatal 24
3.2.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Antenatal 24
3.3 Asuhan Keperawatan Postnatal 25
3.3.1 Pengkajian Postnatal 25
3.3.1.1 Riwayat Kehamilan Saat Ini 25
3.3.1.2 Riwayat Persalinan 26
3.3.1.3 Pemeriksaan Fisik 26
3.3.2 Diagnosa Keperawatan Postnatal 28
3.3.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Postnatal 29

4 ANALISIS SITUASI 35
4.1 Profil Lahan Praktik 35
4.2 Analisis Masalah Keperawatan 35
4.2.1 Analisis Keperawatan Kehamilan Hidrosefalus
dengan Konsep KKMP 35
4.2.2 Analisis Masalah Keperawatan Pada Masa Antenatal
Kehamilan Hidrosefalus 37
4.2.3 Analisis Masalah Keperawatan Pada Masa Postnatal
Kehamilan Hidrosefalus 37
4.3 Analisis Tindakan Keperawatan dengan Konsep
dan Penelitian Terkait 39
4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah 40

5 KESIMPULAN 42
5.1 Kesimpulan 42
5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

ix

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pengkajian

Lampiran II Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran III Catatan Perkembangan

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat perkotaan merupakan salah satu ruang lingkup dari keperawatan
komunitas yang memiliki segmennya tersendiri yaitu keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan memiliki segmennya tersendiri
karena masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri dan karakter yang unik,
berbeda dengan masyarakat pedesaan. Keunikan dan kekhasan masyarakat
perkotaan juga terlihat dari masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan.
Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan akses
untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial.

Blum (1994) menjelaskan bahwa determinan derajat kesehatan meliputi empat


faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan,
dan faktor genetik. Kualitas dan kuantitas setiap faktor dapat muncul secara
berbeda-beda dalam mempengaruhi status kesehatan. Lingkungan yang buruk
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan di masyarakat. Tingginya angka
kesakitan penyakit infeksi berbasis lingkungan masih merupakan masalah
utama di Indonesia (Soemirat, 2009). Berdasarkan dua pernyataan diatas dapat
disimpulkan lingkungan merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan
perkotaan.

Kondisi lingkungan perkotaan saat ini mengalami kemunduran. Industrialisasi


merupakan salah satu faktor yang memicu kemunduran lingkungan perkotaan
Dampak industrialisasi terhadap lingkungan perkotaan adalah meningkatnya
pencemaran lingkungan di kota, dan urbanisasi. Urbanisasi menyebabkan
sempitnya lahan pemukiman yang berdampak terhadap menurunya derajat
kesehatan masyarakat perkotaan, serta memburuknya sanitasi lingkungan.
(www.depkes.go.id).

1 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


2

Kemajuan industri juga menyebabkan banyak faktor di lingkungan sekitar


atau lingkungan kerja menjadi tidak baik dan dapat mempengaruhi sistem
reproduksi dan kesehatan janin semasa kehamilan. Paparan radiasi, bahan
kimiawi dan asap rokok dapat menyebabkan kelainan bawaan, bayi lahir
dengan berat lahir rendah, lahir prematur, gangguan perkembangan di
kemudian hari, dan bahkan keguguran serta dapat menyebabkan kanker pada
anak.

Polusi udara yang disebabkan oleh industri hingga, lalu lintas dan juga debu
juga memiliki efek yang buruk terhadap kesehatan terutama pada saat
kehamilan. Hasil studi di Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam Jurnal
Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas sebagaimana dikutip situs BBC
menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada
ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tidak tumbuh
baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah. Hal ini juga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan kelainan kongenital (Judarwanto, 2013).

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi


yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelahiran bayi dengan
kelainan kongenital menduduki urutan ketujuh (4,2%) dari penyebab kematian
bayi di Indonesia setelah campak (7,5%) dan kelainan saraf (5,6%) (Pedersen
dan Stay, 1998). Kelainan kongenital dapat disebabkan karena faktor genetik,
lingkungan maupun gabungan antara genetik dan lingkungan. Kondisi
lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital adalah terpaparnya
radiasi, zat-zat kimia, polusi industri, serta agen-agen mutagenik di tempat
kerja. Salah satu kelainan dari kelainan kongenital adalah hidrosefalus
(Reeder, 2011).

Hidrosefalus berasal dari bahasa latin yaitu, hydro yang berarti air dan
cephalus yang berarti kepala (Moore, Keith., et al, 2002). Hidrosefalus
merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara
produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam ventrikel otak. Jika sistem

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
3

produksi cairan serebrospinal lebih besar daripada absorpsi, cairan


serebrospinal akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya
peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel (Wong, 2008).
Berdasarkan dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hidrosefalus adalah
peningkatan jumlah volume cairan serebrospinal dalam kepala.

Insidensi hidrosefalus antara 0.2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi


hidrosefalus kongenital adalah 0.5-1.8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Stenosis aquaductus serebri
adalah penyempitan pada bagian aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam perbedaan ras.
Hidrosefalus infantil, 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak,
50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%
akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005).

Menurut Wong (2008) hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan, dapat


merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus
atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi).
Ropper dan Robert (2005) mengatakan bahwa hampir 60-90% penderita
hidrosefalus disebabkan karena kongenital. Hidrosefalus kongenital
disebabkan karena adanya gangguan perkembangan janin dalam uterus atau
infeksi intrauteri. Infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah
terinfeksi Toxoplasma gondii pada saat hamil (Reeder, 2011).

1.2 Perumusan Masalah


Kehamilan kongenital merupakan penyebab ke empat kematian bayi di
Indonesia. Kehamilan kongenital dapat disebabkan karena faktor genetik,
lingkungan, dan gabungan antara genetik dan lingkungan. Hidrosefalus
merupakan salah satu dari kelainan kongenital. Lingkungan yang tercemar dan
kotor serta kebersihan yang tidak dijaga dapat meningkatkan angka kejadian
hidrsosefalus. Oleh sebab itu diperlukan sebuah asuhan keperawatan untuk
mengatasinya.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
4

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien
dengan kehamilan hidrosefalus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran lingkungan perkotaan
yang dapat mempengaruhi kehamilan hidrosefalus.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian secara menyeluruh
pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan
postnatal.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal
sesuai dengan prioritas.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan rencana asuhan keperawatan
keperawatan untuk mengatasi masalah pada klien dengan
kehamilan hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi keperawatan untuk
mengatasi masalah pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di
periode antenatal dan postnatal.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.
7. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan
keperawatan yang diberikan dengan teori-teori terkait.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan
dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan maternitas
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan
hidrosefalus di periode antenatal dan postnatal.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
5

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan
Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai
sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kehamilan hidrosefalus di
periode antenatal dan postnatal.
1.4.2.2 Rumah Sakit
Karya ilmiah ini dapat memberikan masukan bagi rumah sakit
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan
hidrosefalus terkait intervensi yang dilakukan terhadap masalah
prioritas.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masyarakat Perkotaan


2.1.1 Deskripsi
Masyarakat berasal dari istilah bahasa arab yaitu syareha, yang berarti
ikut serta atau partisipasi. Masyarakat adalah setiap kelompok manusia
yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat
mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu. Masyarakat juga didefinsikan sebagai
sekelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap dan perasaan persatuan yang sama (Gillin, dalam Sunandar M
(2009). Berdasarkan dua pengertian tentang masyarakat dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekolompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerjasama serta mempuyai kebiasaan, tradisi,
sikap dan perasaan persatuan yang sama.

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Menurut


Mansyur (2008) masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-
anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan atau
tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain serta mayoritas
penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris.
Menurut Anshor & Sudarsono (2008) masyarakat perkotaan merupakan
satuan kehidupan sosial manusia, menempati wilayah yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau
dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejaia pemusatan
penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat
heterogen dan materialistis dibandingkan dengan pedesaan.

6 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
7

2.1.2 Karakteristik Masyarakat Perkotaan


Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya
serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Menurut Munandar (2009) ciri-ciri yang menonjol pada masyarakat kota
yaitu, kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa, masyarakat kota pada umumnya dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain,
pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata, kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh masyarakat kota
dari pada masyarakat desa, interaksi yang terjadi lebih banyak
berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi, pembagian
waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan individu, dan perubahan-perubahan sosial tampak dengan
nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh dari luar.

Menurut Susanto (1993) bahwa karakter yang menunjukan kehidupan


masyarakat di perkotaan adalah terdiri dari berbagai masyarakat yang
memiliki latar belakang, baik suku, agama, ras dan kebudayaan yang
berbeda, masyarakat diperkotaan memiliki sifat yang individualis, egois
dan mementingkan kehidupan pribadinya, masyarakatnya merupakan
masyarakat yang heterogen. Mayarakat kota terdiri dari berbagai
kumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga
membentuk suatu komunitas yang kompleks.

Keberagaman latar belakang serta ras yang ada pada masyarakat


perkotaan dipicu karena tingginya arus urbanisasi. Peningkatnya arus
urbanisasi menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan.
Urbanisasi memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat perkotaan. Salah
satu dampak arus urbanisasi adalah kemunduran lingkungan fisik yag
berdampak terhadap kesehatan masyarakat perkotaan (Soetomo,2009).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


8

2.1.3.Masalah Kesehatan Perkotaan dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya
Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan adalah akibat dari beban
perkotaan terhadap meningkatnya jumlah populasi penduduk, yang
akhirnya berdampak pada sanitasi yang buruk yang bisa menyebabkan
penyakit berbasis lingkungan pada masyarakat perkotaan. Penyakit
berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit. Menurut Poppe, Synder, dan Mood (1995) penyakit berbasis
lingkungan dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti, bakteri,
virus, dan jamur merupakan contoh penyebab penyakit yang disebabkan
dari lingkungan dan binatang yang menambah penyebaran penyakit ini
yang terdapat di lingkungan. Tumbuhan mungkin menambah terjadinya
keracunan atau reaksi alergi. Industri, kendaraan, dan bangunan
menambah polusi air, udara, dan kebisingan.

Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah


kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
akses untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial. Lingkungan
merupakan segala sesuatu yang ada di luar diri manusia. Lingkungan
terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah,
tanah, iklim, dan perumahan, contohnya di suatu daerah mengalami
wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih. Lingkungan
sosial adalah keadaan hubungan antarmanusia. Keturunan atau genetik
merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia sejak lahir, misalnya
penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan menunjang
satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat (Anderson dan Mcfarlene, 2006).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


9

Lingkungan perkotaan saat ini mengalami kemunduran. Lingkungan


perkotaan menjadi kotor, kumuh serta polusi. Kemunduran lingkungan
perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena tingginya
jumlah penduduk perkotaan serta industri. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia yang tinggal di perkotaan diperkirakan telah mencapai 54
persen. Jika saat ini penduduk Indonesia sudah lebih dari 240 juta,
artinya paling sedikit ada 129,6 juta orang yang menyesaki perkotaan.
Angka ini melambung tinggi dibandingkan hasil sensus penduduk 2010.
Saat itu, sebanyak 49,8 persen dari 237,6 juta penduduk Indonesia
tinggal di kota. Ketua Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Sonny Harry B Harmadi (www.kompas.com).

Kemajuan Industri juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Kemajuan


industri menyebabkan banyak faktor di lingkungan sekitar atau
lingkungan kerja menjadi tidak baik dan dapat mempengaruhi sistem
reproduksi dan kesehatan janin semasa kehamilan. Paparan radiasi,
bahan kimiawi dan asap rokok dapat menyebabkan kelainan bawaan,
bayi lahir dengan berat lahir rendah, lahir prematur, gangguan
perkembangan di kemudian hari, dan bahkan keguguran serta dapat
menyebabkan kanker pada anak.

Polusi udara yang disebabkan oleh lalu lintas, industri hingga debu
berdampak buruk pada kesehatan. Pada kehamilan akan meningkatkan
risiko berat lahir bayi rendah. Hasil studi di Amerika Serikat yang
dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas
sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi
dari asap kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan
bisa menyebabkan janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan
berat badan rendah. Hal ini juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan
kelainan kongenital (Judarwanto, 2013).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


10

Kondisi lingkungan perkotaan tersebut memunculkan berbagai masalah


kesehatan untuk masyarakat. Beberapa penyakit yang paling umum dan
berhubungan dengan faktor lingkungan adalah diare, ISPA, DBD, dan
lain-lain. Selain itu, ternyata lingkungan perkotaan juga rentan terhadap
kejadian penyakit kongenital hidrosefalus. Menurut Zuhdi Kondisi
lingkungan yang buruk tentunya akan menurunkan derajat kesehatan
masyarakat. Derajat kesehatan yang menurun akan menimbulkan
berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang ditimbulkan karena
penurunan derajat kesehatan adalah hidrosefalus (www.pkpu.com).

2.1.4 Peran Perawat


Perawat menurut Undang-Undang Kesehatan No 23, 1992 menyebutkan
bahwa Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat
dalam menjalankan perannya, dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

Adapun peran perawat sejak Lokakarya Nasional Keperawatan 1983


menurut Retno (2011) antara lain:
1. Peran Pelaksana (care giver) yaitu memberikan pelayanan kesehatan
kepada individu, keluarga,kelompok maupun masyarakat berupa
asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan
keperawatan, memberikan bantuan langsung pada individu/pasien
dan keluarga atau masyarakat yang mengalami masalah terkait
dengan kebutuhan keamanan.
2. Peran Educator dimana pembelajaran merupakan dasar dari Health
Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan
tingkat pencegahan. Perawat harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit,
pemulihan dari penyakit, menyusun program Health Education serta,
memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


11

3. Peran Fasilitator dimana perawat merupakan tempat bertanya bagi


masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan. Diharapkan
perawat dapat memberikan solusi mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi.
4. Peneliti, dimana perawat berperan dalam pengembangan ilmu
kesehatan khusunya keperawatan dalam hal menuju arah yang lebih
baik.

2.2 Kehamilan dengan Hidrosefalus


2.2.1 Deskripsi
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Adriaansz, Winkjosastro
dan waspodo, 2007). Kehamilan juga didefinsikan sebagai pertumbuhan
dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir
sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Menurut Federasi
Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi (www.repository.usu.ac.id). Kehamilan
dapat disimpulkan sebagai penyatuan antara sel ovum dan sel sperma
yang lamanya 280 hari atau kurang lebih 40 minggu.

Hidrosefalus berasal dari bahasa latin yaitu, hydro yang berarti air dan
cephalus yang berarti kepala (Moore, Keith., et al, 2002). Hidrosefalus
merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara
produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam ventrikel otak. Jika
sistem produksi cairan serebrospinal lebih besar daripada absorpsi,
cairan serebrospinal akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan
biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel
(Wong, 2008).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


12

Kehamilan dengan hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana ibu


mengandung janin yang mengalami hidrosefalus. Kehamilan dengan
hidrosefalus hanya dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Pemeriksaan hidrosefalus melalui USG melalui
penampang transversal kepala pada berbagai berbagai tingkatan, mulai
dari verteks sampai dasar tengkorak. Pemeriksaan akan lebih mudah
dilakukan bila kepala berada dalam posisi oksiput melintang
(Wiknjosastro, 2009)

Pemeriksaan ventrikel lateral otak dapat dilakukan mulai kehamilan 13


minggu. Ukuran ventrikel lateral biasanya dinyatakan secara kualitatif,
yaitu berupa rasio dari lebar ventrikel lateral dan lebar hemisfer (rasio
V/H). Diagnosis hidrosefalus dapat ditegakkan bila pada kehamilan 18
minggu atau lebih dijumpai rasio V/H yang lebih dari 0,5. Pada
hidrosefalus yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu, dilatasi
ventrikel lateral biasanya tidak disertai dengan pembesaran ukuran
kepala. Pada hidrosefalus yang menyertai spina bifida dan beberapa
kelainan janin lainnya, ukuran kepala bahkan lebih kecil dari normal
(mikrosefalus) (Wiknjosastro, 2009).

2.2.2 Tanda dan gejala


Kehamilan dengan hidrosefalus merupakan penyakit kongenital
(gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau
didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi) (Wong, 2008). Kehamilan
hidrosefalus salah satunya dapat disebabkan karena toksoplasmosis.
Menurut Reeder (2011) tidak ada gejala infeksi pada 90% orang dewasa
yang terpapar toksoplasmosis. Apabila gejala terjadi selama tahap
infeksi akut, gejala tersebut menyerupai influenza yang disertai dengan
limfadenopati. Diagnosisi toksoplasmosis dapat ditegakkan melalui
imunofluoresen indirek, pewarnaan Sabin-Feldman (Sabin-Feldman
dye), dan tes ELISA. Kehamilan dengan hidrosefalus dapat

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


13

diidentifikasi dengan melalukan pemeriksaan USG pada kehamilan 18


minggu atau lebih (Winkjosastro, 2009).

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Menurut Wong (2008) hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan,
dapat merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin
dalam uterus atau infeksi intrauteri) atau didapat (neoplasma,
perdarahan, atau infeksi).

Hidrosefalus kongenital biasanya terjadi karena faktor genetik dan


lingkungan. Menurut Reeder (2011) pajanan terhadap zat kimia
berbahaya atau radiasi, penggunaan obat-obatan tertentu, penggunaan
obat rekreasi, sering mandi berendam air hangat dan spa, dan riwayat
nutrisi yang buruk sebelum hamil meningkatkan peluang munculnya
masalah genetik. Faktor risiko hidrosefalus kongenital juga dapat
disebabkan karena ketidakteraturan dalam melakukan pemeriksaan
antenatal care, hipertensi selama hamil, pre eklampsi, dan
mengkonsumsi alkohol selama hamil (www.patient.co.uk)

Infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah terinfeksi


Toxoplasma gondii pada saat hamil (Reeder, 2011). Toksoplasmosis
adalah penyakit zoonis, disebabkan oleh parasti Toksoplasma gondii,
yang dikenal sejak tahun 1908. Toksoplasma (Yunani berbetuk seperti
panah) adalah sebuah genus tersendiri. Infeksi akut yang didapat setelah
lahir dapat bersifat asimtomatik, namun lebih sering menghasilkan kista
jaringan yang bersifat kronik. Toksoplasmosis kongenital adalah infkesi
pada bayi baru lahir yang berasal dari penularan lewat plasenta pada ibu
yang terinfeksi (Sudoyo et al, 2006).

Toksoplasmosis yang didapat dalam kehamilan dapat bersifat


asimtomatik atau dapat memberikan gejala setelah lahir. Risiko
toksoplasmosis kongenital bergantung pada saat didapatnya infeksi akut

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


14

ibu. Transmisi Toxoplasmo gondii meningkat seiring dengan usia


kehamilan (15-25% dalam trimester I, 30-54% dalam trimester II, dan 60-
65% dalam trimester III). Sebaliknya, derajat keparahan penyakit
kongenital meningkat jika infeksi terjadi pada awal kehamilan (Sudoyo et
al, 2006).

Di Indonesia prevalensi zat anti Toksoplasmo gondii yang positif pada


manusia berkisar antara 2% dan 63%. Sedangkan pada orang Eskimo
prevalensinya 1% dan di El Savador, Amerika Tengah 90%. Prevalensi
zat anti Toksoplasmo gondii pada binatang di Indonesia adalah sebagai
berikut; pada kuxing 25-73%, pada babi 11-36%, pada kambing 11-61%,
pada anjing 75%, dan pada ternak lain kurang dari 10%. Di Amerika
Serikat didapatkan sekitar 3-70% orang dewasa sehat telah terinfeksi
dengan Toksoplasma gondii. Toksoplasma gondii juga menginfeksi 3500
bayi di Amerika Serikat (Sudoya et al, 2006).

Toksoplasma gondii dapat menular ke manusia melalui beberapa rute,


yaitu toksoplasmosis kongenital transmisi Toksoplasma kepada janin
terjadi in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer
waktu hamil. Toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi, bila makan
daging mentah atau kurang matang (misalnya sate) (Sudoya et al, 2006).

Lingkungan serta kepadatan penduduk ternyata dapat meningkatkan


risiko kejadian hidrosefalus. Semakin cepatnya pertambahan jumlah
penduduk di Indonesia akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat.
Penurunan derajat itu mencakup risiko bertambahnya kejadian
hidrosefalus. Kondisi lingkungan belum membaik, angka bayi penderita
hidrosefalus juga akan bertambah. Kebiasaan masyarakat memelihara
burung dan kucing di rumah yang sempit, sumpek, merupakan salah satu
sumber penyakit hidrosefalus (www.pkpu.com).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


15

2.3 Asuhan Keperawatan Hidrosefalus


2.3.1 Asuhan Keperawatan Untuk Ibu dan Keluarga
Ibu yang memiliki janin hidrosefalus membutuhkan penatalaksanaan
khusus selama periode kehamilan serta persalinan. Kehamilan dengan
hidrosefalus dapat diketahui melalui USG ketika usia janin 18 minggu
atau lebih. Pemeriksaan laboratorium pada Ibu juga penting untuk
mengetahui penyebab dari hidrosefalus (Winkjosastro, 2009).

Hidrosefalus yang disebabkan karena toksoplasmosis pada saat hamil,


pengobatan dapat ditujukan untuk ibu, janin atau bayi baru lahir.
Spiramisin merupakan antibiotic makrolid yang terkonsentrasi di
plasenta, sehingga mengurangi infeksi plasenta 60%. Obat ini tidak
digunakan secara terus menerus melalui barier plasenta dan digunakan
untuk transmisi vertikal. Spiramisin 3g/hari dalam dosis terbagi tiga
diberikan pada wanita hamil yang mengalami infeksi akut sejak
diagnosis ditegakkan hingga kelahiran, kecuali terbukti terjadi infeksi
janin (Sudoya et al, 2006).

Kehamilan dengan janin hidrosefalus memerlukan penatalaksanaan


khusus. Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2004) kehamilan
dengan janin hidrosefalus dapat menyebabkan distosia persalinan.
Distosia persalinan adalah persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal,
yang timbul karena berbagai kondisi yang berhubungan dengan
persalinan yang disfungsional, perubahan struktur pelvis, sebab-sebab
pada janin, posisi ibu serta respon psikologis ibu. Salah satu
penatalaksanaan kehamilan dengan hidrosefalus adalah operasi caesar.

Menurut (Reeder,2011) diagnosa keperawatan yang muncul pada saat


antenatal antara lian, ansietas dan ketakutan yang berhubungan dengan
kemungkinan komplikasi, proses persalinan. Untuk ibu yang mengalami
kehamilan dengan hidrosefalus ansietas juga disebabkan karena kurang
pengetahuan ibu tekait kondisi hidrosefalus. Diagnosa keperawatan yang

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


16

muncul pada saat postpartum adalah nyeri berhubungan dengan luka


bekas operasi caesar, perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan
postnatal, ansietas yang berhubungan dengan kondisi ibu atau bayi baru
lahir, tanggung jawab menjadi orang tua, adaptasi keluarga dan
diskontuinitas pemberian ASI. Diskontuinitas terjadi karena bayi yang
mengalami hidrosefalus memerlukan penanganan yang khusus, sehingga
tidak dirawat gabung oleh ibunya.

Kebutuhan khusus dan kekhawatiran orang tua selama periode


perawatan anak di rumah sakit berhubungan dengan alasan anak di rawat
di rumah sakit (perbaikan pirau, infeksi, diagnosis) dan dengan prosedur
diagnostik dan atau bedah yang dijalani anak. Orang tua sering kali
hanya memiliki sedikit pemahaman mengenai anatomi; oleh karena itu,
mereka memerlukan eksplorasi lebih lanjut dan penegasan kembali
informasi yang telah diberikan oleh dokter anak dan dokter bedah saraf;
selain itu mereka juga memerlukan informasi yang dapat mereka
harapkan. Orang tua merasa takut, terutama terhadap setiap prosedur
yang melibatkan otak, dan ketakutan mereka terhadap retardasi atau
kerusakan otak terlihat nyata dan mendalam (Wong, 2008).

Perawat dapat melakukan banyak hal untuk menghilangkan kecemasan


orang tua, yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai dasar yang
melandasi berbagai aktivitas keperawatan dan medis, seperti pengaturan
posisi anak atau pemeriksaan diagnostik dan dengan mendampingi orang
tua serta bersedia mendengarkan kekhawatiran mereka. Penatalaksanaan
hidrosefalus pada anak merupakan tugas yang berat bagi keluarga
maupun tenaga kesehatan. Membantu keluarga menghadapi masalah
anak merupakan tangung jawab penting keperawatan. Perawat harus
menekankan bahwa hidrosefalus merupakan masalah yang dialami
seumur hidup dan anak yang menderita hidrosefalus memerlukan
pemeriksaan evaluasi yang teratur (Wong, 2008).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


17

2.3.2 Asuhan Keperawatan Untuk Bayi


Terapi hidrosefalus diarahkan pada pengurangan gejala hidrosefalus,
penanganan komplikasi, dan penatalaksanaan masalah yang berkaitan
dengan efek gangguan terhadap perkembangan psikomotorik. Dengan
beberapa pengecualian, penanganan hidrosefalus dilakukan dengan
pembedahan. Pembedahan ini dilakukan dengan mengangkat langsung
obstruksi (seperti tumor), atau prosedur pemintasan yang mengalirkan
cairan serebrospinal dari ventrikel ke kompartemen ekstrakranial,
biasanya peritoneum. (ventriculoperitoneal (VP) shunt) (Wong, 2008).
Menurut Said Alfin coo ass di RSUD Dr. Zainoel dalam artikelnya yang
berjudul Review Artikel Hidrosefalus mengatakan sekitar seratus ribu
shunt digunakan setiap tahunnya di beberapa negara. Ketergantungan
shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus.

Asuhan keperawatan umum bagi bayi yang menderita hidrosefalus dapat


menimbulkan masalah khusus. Tindakan mempertahankan nutrisi yang
adekuat sering kali memerlukan jadwal pemberian makan yang fleksibel
untuk mengakomodasi prosedur diagnostik, karena pemberian makan
sebelum atau setelah pelaksanaan terapi dapat memicu episode muntah.
Pemberian makan sedikit demi sedikit tapi sering dapat di toleransi dari
pemberian makan porsi besar dengan jarak antar pemberian yang terlalu
lama. Bayi ini sering kali mengalami kesulitan menyusu dan
memerlukan waktu yang lama serta inovasi (Wong, 2008).

2.4 Intervensi Inovasi Untuk Klien yang Mengalami Kehamilan Hidrosefalus


Kehamilan dan memiliki anak adalah anugerah yang terindah yang diberikan
oleh sang maha pencipta. Kehamilan merupakan momen terindah yang
didambakan oleh pasangan dan keluarga. Melihat keadaan bayi yang tumbuh
sehat dan sempurna adalah harapan dan dambaan setiap pasangan dan
keluarga. Namun, harapan tidak seindah kenyataan. Memiliki bayi dengan
kondisi yang tidak normal dapat menjadikan permasalahan tersendiri untuk
pasangan dan keluarga. Salah satu yang dapat dihadapi pasangan dalam

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


18

kehamilan adalah memiliki anak dengan hidrosefalus. Kecemasan merupakan


salah satu dampak yang terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan
hidrosefalus.

Menurut Wong (2008) orang tua mengalami kecemasan dan takut memiliki
anak dengan hidrosefalus. Oleh sebab itu dalam penyusunan karya ilmiah
akhir ini penulis mengambil diagnosa ansietas sebagai diagnosa inovasi.
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000).
Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak
memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.

Intervensi inovasi untuk menurunkan ansietas adalah dengan memberikan


informasi kepada ibu dan keluarga seputar hidrosefalus dan perawatan bayi
dengan hidrosefalus. Informasi yang diberikan adalah pengertian hidrosefalus,
penyebab, serta penatalaksanaan hidrosefalus. Menurut Wong (2008) perawat
dapat melakukan banyak hal untuk menghilangkan kecemasan orang tua, yaitu
dengan memberikan penjelasan mengenai dasar yang melandasi berbagai
aktivitas keperawatan dan medis, seperti pengaturan posisi anak atau
pemeriksaan diagnostik dan dengan mendampingi orang tua serta bersedia
mendengarkan kekhawatiran mereka.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN

3.1 Gambaran Kasus


Klien berinisial Ny. S (34 tahun) datang ke poli kebidanan RSCM pada
tanggal 14 Mei 2013 dengan status obstetrik G3P1A1H40 minggu. Klien datang
ke poliklinik kebidanan karena rujukan dari RSUD Bekasi. Klien menikah
dengan Bpk R (33 tahun) pada tahun 2002. Haid pertama haid terakhir
(HPHT) ibu S pada tanggal 4 Agustus 2012 dan taksiran partus 11 Mei 2013.
Pendidikan terakhir Ibu S adalah SMP. Klien dirujuk dari RSUD Bekasi ke
RSUPN Cipto Mangunkusumo karena janin didiagnosa hidrosefalus. Pada
saat pemeriksaan fisik antenatal care tekanan darah klien 151/111 mmHg.
Klien tampak cemas. Klien mengatakan bingung dan takut. Klien mengatakan
Bagaimana keadaan anaknya nanti. Klien direncanakan operasi caesar
elektif pada tanggal 17 Mei 2013. Klien juga mengatakan ini adalah operasi
caesar pertamanya.

Pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 20.00 WIB klien mengalami kontraksi dan
keluar air ketuban. Klien langsung kembali lagi ke rumah sakit. Klien
dilakukan operasi caesar darurat pada tanggal 16 Mei 2013 pukul 01.30-03.00
WIB. Pada tanggal 16 Mei lahir bayi laki-laki dengan berat badan 3680 gr,
panjang badan 52 cm, lingkar kepala 52 cm. Nilai Apgar bayi klien 5/9.

Klien dan bayinya tidak dirawat gabung. Bayi klien dirawat di ruang
perinatologi lantai 4 Pusat Jantung Terpadu (PJT) sedangkan klien dirawat di
gedung A zona B lantai 2. Pada saat pengkajian postpartum 17 Mei 2013
klien mengatakan air susu belum keluar, masih belum bisa mobilisasi dan
belum BAB. Klien tampak cemas dan menyanyakan keadaan anaknya nanti.

Klien tinggal di tingal di daerah Bekasi. Klien tinggal bersama suami dan
anaknya. Klien tidak memelihara unggas, namun saudara Ibu S memelihara
burung. Tempat tinggal Klien termasuk kedalam kategori padat penduduk.

19 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


20

Sekitar rumah klien terdapat kandang kerbau. Keadaan rumah klien terlihat
berantakan, dan lembab.

3.2 Asuhan Keperawatan Antenatal


3.2.1 Pengkajian Antenatal
Pengkajian antenatal adalah pengkajian yang dilakukan pada saat
kehamilan. Pengkajian antenatal dilakukan pada tanggal 14 Mei 2013 di
Poli Kebidanan RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pengkajian yang
dilakukan adalah data umum klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
3.2.1.1 Data Umum Klien
Klien berinisial Ny. S (34 tahun). Status perkawinan menikah
dengan Tn. R (33 Tahun) sejak tahun 2002. Latar belakang
pendidikan klien adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Klien merupakan ibu bekerja. Klien bekerja sebagai penjahit di
salah satu pabrik konveksi di Bekasi. Suami klien berlatar
belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMU). Suami
klien bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan gas di daerah
Bekasi.

3.2.1.2 Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu


Pada tahun 2004, klien melahirkan anak pertama secara spontan
di bidan. Anak klien yang pertama berjenis kelamin perempuan,
dengan berat badan saat lahir sebesar 3,2 Kg, panjang badan 49
cm, dan menangis kuat. Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan kehamilan pertamanya. Klien mengatakan menyusui anak
pertamanya secara hingga usia anak dua tahun. Pada tahun 2010
klien hamil untuk yang kedua kalinya, namun pada saat usia
kehamilan dua bulan klien mengalami keguguran. Klien
mengatakan tidak mengetahui penyebab keguguran pada
kehamilan kedua.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
21

3.2.1.3 Riwayat Ginekologi


Klien mengatakan tidak ada masalah dalam ginekologi. Jenis alat
kontrasepsi yang digunakan klien adalah kontrasepsi suntik
setiap tiga bulan. Klien mengatakan tidak ada masalah selama
menggunakan kontrasepsi ini.

3.2.1.4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dimulai dari pemeriksaan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan head to toe. Selain pemeriksaan head to toe
dilakukan pengkajian tentang kebutuhan dasar sehari-hari klien.

Data umum klien didapat status obstetri G3P1A1H40 minggu,


klien berpenampilan rapih, bersih, compus mentis dan teorientasi
baik (klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu serta orang
disekitar). Berat badan klien sebelum hamil 57 Kg, berat badan
sekarang 72 Kg. Pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapat
TD: 151/111 mmHg, Nadi: 90 x/menit, Suhu: 36,8 0C, RR:
20x/menit. Klien mengatakan mengalami tekanan darah tinggi
sejak kehamilan delapan bulan.

Pemeriksaan fisik head to toe didapat, kepala klien simetris,


rambut klien hitam dan penyebarannya merata, klien mengatakan
keramas 2 hari sekali. Muka tidak ada kloasma gravidarum, mata
klien simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
klien mengatakan penglihatan jelas, klien tidak menggunakan
kaca mata, mata klien simetris. Pemeriksaan hidung dan telinga
tidak ada pengeluaran cairan berlebih. Klien mengatakan tidak
ada gangguan dalam menelan dan tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.

Pemeriksaan fisik dada dimulai dengan inpeksi, palpasi,


auskultasi, dan perkusi. Inspeksi didapat bentuk simetris, tidak

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
22

ada spider nevi, putting susu menonjol, hiperpigmentasi aerola.


Palpasi didapat, klien mengatakan tidak ada nyeri tekan, tidak
ada teraba massa yang mecurigakan, kolustrum belum keluar.
Auskultasi didapat bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak terdengar
mumur dan tidak ada gallops, suara napas klien vesikuler, tidak
ada ronchi dan wheezing. Pemeriksaan perkusi didapat bunyi
paru resonan dan bunyi perkusi jantung pekak.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan tiga tahap


inspeksi, palpasi dan auskultasi. Inspeksi didapat abdomen klien
bersih, terlihat linea nigra, strie gravidarum dan pusat klien
menonjol. Palpasi yang dilakukan yaitu pemeriksaan Leopold
dan TFU. Leopold 1 di daerah fundus uteri teraba kepala,
Leopold II teraba punggung kiri, Leopold III presentasi bokong,
dan Leopold 4 tidak dilakukan (karene presentasi janin bokong).
Pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) 34 cm. Auskultasi
abdomen klien didapat denyut jantung janin 140 kali/menit, kuat
dan teratur serta bising usus klien aktif di empat kuadran dengan
frekuensi 5 kali/ menit.

Pengkajian fisik selanjutnya yaitu ektremitas dan genitalia.


Pengkajian ektremitas didapat edema pada ekstremitas kaki.
Klien mengatakan bengkak pada kaki terjadi pada saat kehamilan
tujuh bulan. Reflex bisep, trisep dan patella normal, tidak ada
varises. Genitalia klien bersih, keputihan tidak ada, hemoroid
tidak ada, dan varises di vagina tidak ada.

Berdasarkan hasil pengkajian tentang kebutuhan dasar sehari-


hari, klien mengatakan sejak hamil trimester III, frekuensi BAK
7-8 kali dengan jumlah 1000 ml, warna kuning, berbau khas.
Klien juga mengatakan belum BAB selama 2 hari. Klien juga
mengatakan sering perut terasa begah dan terkadang nyeri pada

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
23

ulu hati. Pola tidur klien tidak ada gangguan. Sehari-hari klien
bekerja sebagai buruh jahit di perusahaan konveksi. Klien
bekerja 8-10 jam sehari sebagai penjahit. Klien mengatakan
lingkungan pekerjaan cukup bersih, namun terdapat banyak debu
jahitan. Klien tidak pernah menggunakan masker. Selama hamil
klien mengatakan nafsu makan baik, minum air putih juga cukup,
namun pada saat hamil klien tidak suka minum susu ibu hamil.
Klien mengatakan susu ibu hamil tidak enak. Selama hamil klie
diberikan obat-obatan Folamil 1x1 dan adalat oros 1x30 mg.

Pengkajian aspek psikologis didapat klien mengatakan bahwa


klien tampak cemas, klien terlihat bingung dan takut terhadap
keadaan janin yang dikandungnya. Terlihat dari klien yang
menangis dan klien yang mengatakan Bagaimana nasib anak
saya nanti. Klien juga mengatakan takut dan cemas terhadap
persalinannya karena ini adalah operasi caesar yang pertama
yang dihadapi oleh klien. Aspek sosial didapat hubungan klien
dengan keluarga baik. Hal ini terlihat ketika klien diantar ke poli
kebidanan klien tidak hanya diantar oleh suami, tapi juga diantar
oleh adik ipar. Klien juga kooperatif dengan petugas kesehatan
rumah sakit.

Pemeriksaan penunjang klien dilakukan dengan pemeriksaan


laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 14 Mei
2013 didapat gula darah puasa 78 dan Hbsag nonreaktif.
Pemeriksaan USG pada tanggal 14 Mei 2013 didapat Janin
biometri janin sesuai hamil aterm. Aktivitas janin normal. Janin
dengan hidrosefalus tipe non komunikans supect ec obstruksi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
24

3.2.2 Diagnosa Keperawatan Antenatal


Setelah dilakukan pengkajian secara menyeluruh kepada klien didapat
satu diagnosa keperawatan untuk dua masalah yang dialami klien.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakan adalah ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi janin
suspect hidrosefalus dan juga persalinan caesar. Diagnosa tesebut
ditegakan berdasarkan data subjetif dan data objektif klien. Data objektif
yang mendukung adalah klien menangis, kehamilan klien didiagnosa
janin hidrosefalus, usia kehamilan klien 40 minggu. Untuk data subjektif
yang mendukung adalah klien mengatakan klien takut dan bingung.
Klien mengatakan Bagaimana keadaan anak saya nanti?. Klien
mengatakan ini adalah operasi seksio sesarea yang pertama untuk klien.

3.2.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Antenatal


Diagnosa keperawatan pada saat antenatal adalah ansietas berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi janin yang terdiagnosa
hidrosefalus dan rencana persalinan caesar. Tujuan intervensi: setelah
dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurang. Kriteria Evaluasi:
klien mengatakan cemas berkurang atau hilang, wajah rileks, ibu
memahami kondisi bayinya, ibu mengetahui proses persalinan caesar,
dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

Intervensi keperawatan yaitu, mengkaji pengetahuan klien seputar janin


hidrosefalus, megkaji derajat kecemasan klien, mengukur tanda-tanda
vital klien, menjadi pendengar yang aktif untuk klien, memberikan
kalimat yang dapat memotivasi klien, memberikan informasi yang
dibutuhkan klien seputar hidrosefalus dan persalinan caesar,
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, kaji koping klien dan
meningkatkan koping klien.

Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 15 Mei 2013.


Implementasi yang sudah dilakukan oleh perawat adalah mengkaji

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
25

derajat cemas klien, mengukur tanda-tanda vital, mengkaji pengetahuan


klien seputar hidrosefalus dan persalinan caesar, mengkaji koping klien,
dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien seputar
hidrosefalus dan persalinan caesar. Berdasarkan hasil pengkajian klien
masih cemas jika memikirkan bayinya nanti, klien masih belum
mengetahui seputar hidrosefalus.

Evaluasi keperawatan terdiri dari suyektif, obyektif, analisa dan


perencanaan (S, O, A, P). Tanggal 15 Mei 2013. Subjektif klien
mengatakan sudah mengetahui persalinan caesar, suaminya selau ada
dan mendampingi klien. Objektif tanda-tanda vital; tekanan darah
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi: 88x/menit, pernapasan 22x/menit,
suhu 36.7C, klien menangis, dan klien tampak sedikit lega setelah
diberikan informasi oleh perawat. Analisis: Ansietas berhubungan
dengan persalinan caesar sudah dapat diatasi dalam 1x intervensi, namun
cemas berhubungan dengan hidrosefalus baru teratasi sebagian.
Perencanaan: memberikan informasi seputar hidrodefalus (pengertian,
peyebab serta pencegahan) serta cara perawatan bayi dengan
hidrosefalus pada saat postnatal.

3.3 Asuhan Keperawatan Postnatal


3.3.1 Pengkajian Postnatal
Pengkajian postnatal adalah pengkajian yang dilakukan pada ibu yang
sudah melahirkan. Pengkajian postnatal pada klien Ny.S (34 tahun)
pada tanggal 17 Mei 2013 di ruang rawat obstetrik Gedung A lantai 2
zona B. Pengkajian postnatal terdiri dari pengkajian riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, data umum kesehatan klien, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
3.3.1.1 Riwayat Kehamilan Saat Ini
Selama hamil klien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan
ke bidan (minimal 1x/bulan). Klien mengatakan tidak ada
masalah pada saat hamil. Namun klien mengatakan pernah jatuh

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
26

dari motor pada saat usia kehamilan dua bulan dan pernah
keluar flek-flek coklat pada usia kehamilan empat bulan.

3.3.1.2 Riwayat Persalinan


Klien dilakukan operasi caesar darurat pada tanggal 16 Mei
2013. Operasi caesar dimulai pada pukul 01.30 dan selesai pada
pukul 03.00 WIB (klien dilakukan operasi caesar darurat karena
sudah mengalami kontraksi dan ketuban pecah dini). Klien
melahirkan bayi laki-laki dengan BB bayi 3680gr, PB 52cm,
A/S: 5/9. Klien dilakukan operasi caesar karena presentasi
bokong serta kehamilan suspect hidrosefalus.

Klien mengalami perdarahan sebanyak 500cc. Penyakit pra


anastesi adalah hipertensi grade I TD 140/90 mmHg terkontrol.
Riwayat operasi sebelumnya tidak ada, riwayat alergi tidak ada,
anastesi yang digunakan adalah spinal pada lumbal ke 5 dan ke
6. Obat-obatan yang diberikan selama operasi cefazolin 2gr
(IV), gransentron 1mg (IV), ranitidin 50mg (IV), oxytocin 20
(IV), metergin 0.2 (IV), misoprositol 800 mEq, dan asam
traneksamat (IV).

3.3.1.3 Pemeriksaan Fisik


Status obstetrik P2A1 post operasi caesar nifas hari pertama
dengan kesadaran baik, compus mentis. Berat badan klien 68
Kg. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapat TD: 130/80 mmHg,
N: 78 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 37,2 0C. Klien tidak memiliki
riwayat masalah ginekologi. Setelah melahirkan plasenta klien
langsung dipasang IUD.

Pemeriksaan fisik head to toe dimulai dari bagian kepala sampai


ke ektremitas. Bentuk kepala simetris, tidak ada kloasma
gravidarum. Konjungtiva klien tidak anemis, sklera tidak ikterik.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
27

Hidung dan telinga tidak mengeluakan cairan berlebih. Mukosa


bibir lembab, tidak ada gangguan menelan, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.

Pemeriksaan fisik dada dilakukan dengan inpeksi, palpasi,


auskultasi dan perkusi. Inspeksi, bentuk dada simetris, tidak ada
spider nevi, putting susu menonjol. Palpasi, tidak ada nyeri
tekan, ASI belum keluar. Auskultasi didapat bunyi jantung 1
dan 2 normal, tidak terdengar mumur dan tidak ada gallops,
suara napas klien vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing.
Pemeriksaan perkusi didapat bunyi paru resonan dan bunyi
perkusi jantung pekak.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi


dan auskultasi. Inspeksi terdapat luka bekas operasi caesar, linea
nigra, ada strie garvidarum dan pusat menonjol. Palpasi klien
mengatakan sakit ketika di palpasi, pada saat pengkajian belum
dilakukan pengukuran fundus uteri, klien terpasang folley
chatater, pada folley catheter terlihat pengeluaran air kencing
sebanyak 300cc berwarna kuning. Auskultasi didapat bising
usus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/ menit.

Pemeriksaan fisik genitalia, perineum utuh. Tidak dilakukan


pengkajian REEDA karena klien dilakukan operasi caesar.
Lokea rubra warna terang, berbau khas, berjumlah sedang 40-50
cc, hemoroid tidak ada. Pengkajian fisik ekstremitas edema
sudah berkurang tidak seperti waktu hamil, reflex bisep, trisep
dan patella normal, varises tidak ada, dan tanda homans sign
tidak ada.

Pengkajian pola kesehatan fungsional terdiri dari pola persepsi


tentang pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi, pola eliminasi,

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
28

pola istirahat, dan persepsi diri. Persepsi terhadap kesehatan


cukup baik klien rutin memeriksakan kehamilannya ke rumah
bidan praktik di dekat rumah Ibu S. Ibu S juga mengtakan akan
kontrol ke poli kebidanan untuk memeriksakan kondisi
kesehatannya setelah melahirkan caesar.

Setelah melahirkan klien mengonsumsi menu rumah sakit 3 x


sehari habis 1 porsi dan tidak terdapat gangguan maupun alergi.
Pola BAK klien 2-3 x sehari warna kuning, keruh berbau khas,
namun klien belum BAB sejak hari pertama, namun klien BAB
setelah 4 hari setelahnya.

Pengkajian tentang persepsi diri pada klien didapat klien


mengatakan masih klien tidak tahu tentang hidrosefalus, klien
juga tidak tahu mengapa dirinya bisa memiliki bayi dengan
riwayat hidrosefalus. Klien mengatakan tidak tahu sama sekali,
bagaimana harus menggondongnya dan bagaimana harus
merawatnya. Klien mengatakan takut dan bingung.

3.3.2 Diagnosa Keperawatan Postnatal


Setelah dilakukan pengkajian pada klien didapat empat masalah
keperawatan dari masalah tersebut dirumuskan menjadi diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah, etiologi dan symptom.

Diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan luka post


operasi caesar. Data objektif yang mendukung adalah klien terlihat
meringis, skala nyeri 3-4. Data subjektif yang mendukung adalah klien
mengatakan nyeri pada bagian luka operasi, klien mengatakan nyeri
bergerak dan klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi.

Diagnosa kedua adalah ansietas berhubungan dengan kurang


pengetahuan ibu terkait kondisi keesehatan bayinya juga memiliki bayi

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
29

hidrosefalus. Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah klien


menangis, klien selalu bertanya Bagaimana nanti anak saya ya sus?,
klien mengatakan takut dan bingung, klien juga mengatakan bagaimana
nanti ketika sudah boleh pulang.

Diagnosa ketiga adalah diskontuinitas pemberian ASI berhubungan


terpisahnya perawatan ibu dan bayi. Data yang mendukung diagnosa
tersebut adalah pada hari pertama ASI klien belum keluar, anak klien
dirawat di perinatologi lantai 4 Pusat Jantung Terpadu (PJT) sedangkan
klien dirawat di ruang rawat lantai 2 zona B. Selain itu, klien juga
mengatakan belum pernah menyusui bayinya dan mengatakan bingung
dan takut jike memberikan ASI kepada bayinya, namun kien mengatakan
ingin menyusui bayinya.

Diagnosa keempat adalah perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan


postnatal. Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah ibu post
operasi caesar hari pertama, nilai leukosit 17.000 (masih dalam rentang
normal postnatal), edema (-), homans sign (-), mobilisasi sedikit-sedikit,
nafsu makan baik, Ibu S terpasang kateter, warna urin kuning, Ibu S
mengatakan tidak ada keluhan dengan kateternya, warna lokea rubra. Ibu
mengatakan belum mengetahui apa yang harus dilakukan setelah
melahirkan.

3.3.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan Postnatal


Diagnosa keperawatan yang pertama adalah nyeri akut berhubungan
dengan luka post operasi caesar, Tujuan dari intervensi adalah setelah
diberikan asukan keperawatan nyeri berkurang atau hilang. Kriteria
evaluasi klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang ditandai dengan
VAS 0, wajah klien tampak rileks dan segar, dan tanda-tanda vital dalam
batas normal.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
30

Implementasi keperawatan yang sudah dilaksanakan dalam mengurangi


nyeri pasien tanggal 17 Mei 2013 adalah lakukan penilaian nyeri secara
komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas dan penyeban, gunakan komunikasi yang terapeutik
agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta
dukungan dalam merespon nyeri, mendorong pasien dalam memonitor
nyerinya sendiri, ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi:
teknik relaksasi napas dalam, anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat
untuk mengurangi nyeri dan pemantauan TTV

Evaluasi keperawatan terdiri dari suyektif, obyektif, analisa dan


perencanaan (S, O, A, P). Tanggal 17 Mei 2013: Subyektif: klien
mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, klien mengatakan nyeri skala
3-4, klien mengatakan nyeri ketika digerakan, klien mengatakan nyeri
berkurang jika bagian tubuh tidak digerakan, klien mengatakan sedikit
demam, klien mengatakan belum diberikan obat nyeri, dan klien
mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diberikan teknik relaksasi
napas dalam. Objektif: TD: 130/80 mmHg, Nadi: 78x/menit, S: 37.2 C,
kelembapan kulit normal, klien tampak lemah dan meringis. Analisis:
Masalah teratasi sebagian. Perencanaan: Pantau nyeri, motivasi klien
untuk mobilisasi miring kiri dan miring kanan, anjurkan klien untuk
istirahat, berikan medikasi jika masih nyeri, dan anjurkan klien untuk
melapor ke perawat jika nyeri makin parah dan berlanjut.

Diagnosa keperawatan yang kedua adalah pertama ansietas berhubungan


dengan kurang pengetahuan ibu terkait kondisi keesehatan bayinya dan
juga memiliki bayi hidrosefalus. Tujuan dari intervensi adalah setelah
diberikan asuhan keperawatan cemas klien berkurang dan klien bisa
menerima keadaan bayinya. Kriteria evaluasinya adalah cemas
berkurang, ibu memahami kondisi bayinya, ibu terlihat rileks dan
bahagia, ibu mampu merawat bayinya.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
31

Intervensi keperawatan terkait diagnosa ansietas adalah mengkaji tanda-


tanda vital klien, mengkaji dan memvalidasi perasaan klien,
mengajarkan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas, meningkatkan
koping klien, memotivasi klien, dan memberikan pendidikan kesehatan
yang dibutuhkan klien seputar hidrosefalus termasuk perawatan bayi
hidrosefalus. Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh penulis adalah
pengertian dari hidrosefalus, penyebab dan penataksanaan dari
hidrosefalus. Perawatan bayi hidrosefalus yang diberikan adalah cara
menggendong, cara menstabilkan kepala, dan pengukuran lingkar
kepala.

Pada tanggal 23 Mei 2013 penulis melakukan implementasi pertama


untuk diagnosa ansietas di rumah klien. Implementasi yang diberikan
adalah mengkaji tingkat kecemasan, mengkaji koping klien dan
keluarga, memeriksa TTV, mengkaji pemahaman pasien terkait kondisi
bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang hidrosefalus
(pengertian dari hidrosefalus, penyebab dan penatalaksanaan
hidrosefalus. Evaluasi keperawatan klien terkait diagnosa adalah
Subjektif klien mengatakan masih cemas dan takut ketika memikirkan
bayinya, klien mengatakan saat ini suaminya sedang ke rumah sakit
melihat bayinya, klien mengatakan mengerti penjelasan dari penulis
terkait hidrosefalus, klien mengatakan keluarga dan suami selalu
mendukung klien. Objektif: klien masih menangis, TD: 130/80 mmHg,
N: 80x/menit, S: 36.7C. Analisis: masalah teratasi sebagian.
Perencanaan: Memfasilitasi klien untuk bertanya ke dokter anak ketika
kontrol pada tanggal 27 Mei 2013.

Pada tanggal 27 Mei 2013 penulis melakukan implementasi kedua dari


diagnosa ansietas di rumah sakit pada saat klien melakukan kontrol
setelah melahirkan. Implementasi yang dilakukan oleh penulis adalah
memfasilitasi klien untuk bertanya ke dokter anak terkait kondisi
bayinya dan memfasilitasi klien untuk bertanya ke perawat terkait

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
32

perawatan bayi dengan hidrosefalus. Evaluasi keperawatan dari diagnosa


keperawatan diatas: Subjektif klien mengatakan jauh lebih lega setelah
bertanya ke dokter anak dan perawat, klien mengatakan mengerti cara
perawatan bayi hidrosefalus (cara menstabilkan kepala, cara pengukuran
lingkar kepala) dan klien mengatakan mengerti cara pengukuran lingkar
kepala . Objektif: klien sudah tidak menangis, dan klien mampu mengulangi
kembali cara perawatan bayi hidrosefalus. Analisis: Masalah teratasi sebagian.
Perencanaan: Mengevaluasi keadaan klien dan memberikan informasi
seputar hidrosepalus yang masih dibutuhkan klien, dan melakukan kunjungan
rumah.

Pada tanggal 16 Juni 2013 penulis melakukan implementasi ketiga sekaligus


terakhir dari diagnosa keperawatan ansietas di rumah klien. Implementasi yang
dilakukan mengevaluasi keadaan cemas klien, serta mengevaluasi kemampuan
klien dalam melakukan perawatan bayi hidrosefalus. Evaluasi keperawatan dari
diagnosa diatas: Subjektif: Klien mengatakan bahagia bayinya sudah
boleh pulang, klien mengatakan sudah tidak sedih lagi, klien mengatakan
sudah bisa menerima keadaan bayinya dan klien mengatakan sedikit-
sedikit sudah mampu merawat bayinya. Objektif: Klien tampak
bahagia, klien sudah mampu menggendong bayinya, mengukur lingkar
kepala, TD: 120/80 mmHg, N: 70x/menit, S: 36.8C, keluarga Ibu S
kompak dalam mendukung Ibu S dan suami Ibu S selalu siaga menemani
Ibu S. Analisis:Masalah teratasi. Perencanaan: Mengingatkan kembali
waktu kontrol ibu.

Diagnosa ketiga adalah diskontuinitas pemberian ASI berhubungan


dengan terpisahnya perawatan ibu dan bayi. Tujuan dari intervensi ini
adalah setelah diberikan asuhan keperawatan pemberian ASI dapat
berlanjut (continue). Kriteria evaluasi ibu melanjutkan untuk menyusui
bayinya, ibu dan bayi menunjukan pemeliharaan menyusui dan ibu
mengetahui manfaat ASI.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
33

Intervensi keperawatan terkait diagnosa diskontuinitas pemberian ASI


adalah kaji pengetahuan klien mengenai laktasi dan perawatan payudara
dan cara memerah ASI, berikan edukasi tentang manfaat ASI, perawatan
payudara dan cara memerah ASI serta cara penyimpanan ASI yang
benar, bantu klien untuk bertemu dengan bayinya, ajarkan cara menyusui
dengan benar, motivasi klien untuk menyusui bayinya.

Implementasi dari diagnosa diskontuinitas pemberian ASI adalah


perawatan payudara dan cara memerah ASI serta cara penyempinan ASI
yang benar, bantu klien untuk bertemu dengan bayinya, ajarkan cara
menyusui dengan benar, motivasi klien untuk menyusui bayinya.

Evaluasi dan respon klien setelah dilakukan implementasi tanggal 17


Mei, 23 Mei, 31 Mei dan 16 Juni yaitu klien mengatakan sudah mengerti
pentingnya ASI bagi bayi, cara perawatan payudara, cara memerah ASI,
cara perawatan payudara, serta penyimpanan ASI. Klien juga
mengatakan ASI sudah keluar. Namun, karena jarak rumah dan rumah
sakit cukup jauh dan klien tidak bisa ke rumah sakit sendirian harus
diantar oleh suami, maka klien belum mampu untuk memberikan ASI
kepada bayinya. Klien menagatakan akan memberikan ASI kepada
bayinya setelah bayinya sudah sampai rumah. Masalah diskontinuitas
pemberian ASI teratasi selama 4 kali pertemuan.

Diagnosa keempat adalah perilaku sehat berhubungan dengan pemulihan


postnatal. Tujuan dari intervensi ini adalah setelah diberikan asuhan
keperawatan klien dapat mengetahui dan menerapkan perilaku sehat
postnatal. Kriteria evaluasi klien mampu menyebutkan perilaku sehat
postnatal, dan klien mampu menerapkan perilaku sehat postnatal.

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien adalah jelaskan


perubahan fisiologis postnatal, edukasi terkait pencegahan infeksi (cuci
tangan, vulva hygiene, perinium hygiene, peningkatan mobilisasi, dan

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
34

nutrisi postnatal), edukasi tanda-tanda infeksi postnatal serta melakukan


pemantauan tanda-tanda vital.

Implementasi keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada tanggal 17


Mei 2013 adalah mengkaji tanda-tanda vital klien, mengkaji tanda-tanda
infeksi, edukasi cara untuk mencegah infeksi (yaitu dengan cara
melakukan mobilisasi sedini mungkin, memakan makanan yang tinggi
protein, menjaga kebersihan diri, cuci tangan dan kebersihan pernium
dan vagina). Evaluasi yang didapat tanda-tanda vital; TD 130/80 mmHg,
N: 78x/menit, S: 37,2 C, RR: 20x/menit.

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 23 Mei dan 16 Juni 2013


adalah melakakukan evaluasi terhadap edukasi yang telah diberikan,
mengkajia lokea dan tanda-tanda bahaya setelah persalinan. Evaluasi
untuk implementasi adalah klien mengatakan melakukan mobilisasi,
klien mengatakan mencuci tangan sebelum makan, klien mengatakan
melakukan kebersihan diri dengan mandi 2x, dan klien mengatakan
makan-makanan yang tinggi protein. Pengeluaran lokea klien sesuai
dengan hari dan pengeluaran yang sesuai. Masalah selesai dan anjurkan
klien untuk tetap menjaga kebersihan dan memakan makan yang bergizi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
19 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik


Penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM). RSUPN-CM terletak di Jl.
Diponegoro 71, Jakarta Pusat. RSUPN-CM merupakan rumah sakit
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk banyak
belajar khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesisa (FIK UI). Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A yang
juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan (Adriatin, 2009).

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM)


didirikan pada tahun 1919 dengan nama Cental Bergeljk Zuikenhuise (CBZ),
kemudian berganti nama beberapa kali yaitu Ika Daigaku Byongin (1942),
Rumah Sakit Oemoem Negeri (1945), Rumah sakit Umum Pusat (1950),
RSUP Dr. Tjipto Mangunkusumo (1964), RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo (1994), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai PERJAN
(2001), dan akhirnya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai Badan
Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 tahun 2005 hingga sekarang.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan


4.2.1 Analisis Masalah Keperawatan Kehamilan Hidrosefalus dengan
Konsep Keperawatan Masyarakat Perkotaan
Masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan adalah akibat dari beban
perkotaan terhadap meningkatnya jumlah populasi penduduk, seperti
berdampak pada sanitasi yang buruk yang bisa menyebabkan penyakit
berbasis lingkungan pada masyarakat perkotaan. Penyakit berbasis
lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

35 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
36

kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan


akses untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial.

Kondisi lingkungan perkotaan saat ini mengalami kemunduran.


Industrialisasi merupakan salah satu penyebab yang memicu
kemunduran lingkungan perkotaan. Dampak industrialisasi terhadap
lingkungan perkotaan adalah meningkatnya pencemaran lingkungan di
kota, menyebabkan urbanisasi yang nantinya menyebabkan sempitnya
lahan pemukiman yang berdampak terhadap menurunya derajat
kesehatan masyarakat perkotaan, serta memburuknya sanitasi
lingkungan. Keadaan ini yang akhirnya menurunkan derajat kesehatan
lingkungan (www.depkes.go.id). Kondisi lingkungan yang buruk
tentunya akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Derajat
kesehatan yang menurun akan menimbulkan berbagai penyakit. Salah
satu penyakit yang ditimbulkan karena penurunan derajat keseahtan
adalah hidrosefalus (www.pkpu.com).

Klien, Ny. S (34 tahun) mengalami kehamilan dengan hidrosefalus.


Klien baru mengetahui mengalami kehamilan hidrosefalus ketika
melakukan pemeriksaan USG di RSUD Bekasi ketika usia kehamilan 9
bulan. Berdasarkan hasil pengkajian dengan klien, klien mengatakan ini
adalah kehamilan hidrosefelus yang pertama kali terjadi pada dirinya
dan juga keluarga besarnya. Klien mengatakan tidak mengetahui
tentang hidrosefalus sebelumnya.

Lingkungan rumah klien sangat menggambarkan lingkungan perkotaan.


Klien tinggal di lingkungan padat penduduk. Klien tinggal di rumah
petakan yang berdempetan satu dengan yang lainnya dengan
tetangganya. Tetangga klien yang kebetulan saudaranya sendiri
memilihara unggas, disekitar rumah klien juga terdapat kandang kerbau.
Kunjungan rumah yang dilakukan oleh perawat, rumah klien tidak

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
37

rapih, lembab, dan tidak rapih. Klien juga mengatakan dirumahnya


banyak terdapat tikus yang berkeliaran. Rumah

4.2.2 Analisis Masalah Keperawatan pada Masa Antenatal Kehamilan


Hidrosefalus
Masalah keperawatan yang terjadi pada klien pada saat pengkajian
antenatal yaitu ansietas. Ansietas terjadi karena klien mengalami
kehamilan dengan hidrosefalus dan juga harus menjalani persalinan
caesar yang baru pertama kali. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Maria Dian Handayani (2008) memilki anak dengan hidrosefalus
memiliki dampak kecemasan secara psikologis. Persalinan caesar
adalah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada uterus (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 1995/2005). Persalinan caesar dilakukan apabila
persalinan normal sudah tidak dapat dilakukan. Klien dilakukan
persalinan cesar karena janin yang dikandungnya memiliki diameter
ukuran kepala yang lebih besar, sehingga tidak dapat dilahirkan melalui
jalan lahir normal.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Titik Heryanti dan Dara (2009)
di RSUD 45 Kuningan dengan jumlah sampel 34 orang menjelaskan
bahwa ibu yang melahirkan dengan cara persalinan caesar jauh lebih
cemas dari pada dengan persalinan normal. Ibu yang melahirkan dengan
cara persalinan caesar memiliki nilai skor sebesar 78.88 sedangkan ibu
yang melahirkan dengan persalinan normal hanya 68.12.

4.2.3 Analisis Masalah Keperawatan pada Masa Postnatal Kehamilan


Hidrosefalus
Masalah keperawatan yang terjadi pada klien pada saat pengkajian
postnatal adalah gangguan rasa nyaman (nyeri), ansietas, diskontinuitas
pemberian ASI, dan perilaku sehat. Klien mengalami nyeri karena post
operasi caesar, nyeri pada bagian perut, skala nyeri 4-5, nyeri hilang
timbul, dengan durasi nyeri 20-30 detik. Menurut Kasdu (2003) Nyeri

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
38

yang dirasakan ibu paska seksio caesaria berasal dari luka yang terdapat
dari perut. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif terganggu pada
fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri
(Brunner & Suddart, 2002).

Masalah postnatal yang kedua pada klien adalah ansietas. Masalah


keperawatan ditegakkan kembali karena klien masih ansietas. Klien
belum mengetahui keadaan anaknya, Klien mengatakan bingung dan
takut dengan keadaan anaknya nanti kedepannya. Klien juga belum
mengetahui perawatan bayi dengan hidrosefalus. Pada saat antenatal
masalah ansietas berhubungan keadaan janin pada klien juga belum
selesai. Jadi masalah keperawatan ansietas ditegakan kembali.

Masalah postnatal yang ketiga pada klien adalah diskontinuitas


pemberian ASI. Masalah keperawatan ini tegakkan karena ibu dan bayi
setelah melahirkan tidak menjalani rawat gabung. Klien dirawat di
ruang warat gabung gedung A bayinya dirawat di ruang perinatologi.
Klien dan bayinya terpisah karena bayi klien memerlukan perawatan
khusus hidrosefalus.

Menurut Wong (2010) penatalaksanaan terapi hidrosefalus diarahkan


pada pengurangan gejala hidrosefalus, penanganan komplikasi,
penatalaksanaan masalah yang berkaitan dengan efek gangguan
terhadap perkembangan psikomotorik dan juga pembedahan. Pada anak
klien, dilakukan pembedahan dengan memasang shunt yang
mengalirkan cairan serebrospinal ke peritoneum (VP Shunt). Menurut
Said Alfin coo ass di RSUD Dr. Zainoel dalam artikelnya yang
berjudul Review Artikel Hidrosefalus mengatakan sekitar seratus ribu
shunt digunakan setiap tahunnya di beberapa negara. Ketergantungan
shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus. Klien tidak

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
39

memberikan ASI kepada anaknya, oleh sebab itu diagnosa


diskontinuitas pemberian ASI ditegakan.

Masalah postnatal yang keempat pada klien adalah perilaku sehat


setelah melahirkan. Pada masa postpartum merupakan masa transisi
fisik dan psikologis mayor bagi ibu baru dan seluruh anggota
keluarganya. Pada masa postpartum rentan terjadinya infeksi. Menurut
Barata (2008) hampir 15-20% kematian ibu disebabkan karena infeksi
postpartum. Berdasarkan Berita Ilmu Keperawatan Volume 1 (2008)
mengatakan bahwa terjadi peningkatan angka operasi caesar di
Indoensia disertai kejadian infeksi luka post operasi caesar. Sekitar 90%
dari morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi
caesar. Oleh sebab itu pemberian intervensi perilaku sehat setelah
melahirkan sangat penting diberikan untuk klien.

4.3 Analisis Tindakan Inovasi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian


Terkait
Harapan serta dambaan setiap orang tua adalah memiliki anak yang lahir
dengan sehat tanpa cacat. Namun, ada kalanya harapan tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada. Fakta bahwa anak yang dilahirkan mengalami
hidrosefalus membuat ibu merasa shock. Bayangkan akan kesuksesan yang
dapat diraih anaknya akhirnya pupus. Ibu mulai berpandangan pesimistis
mengenai masa depan anaknya kelak.

Perasaan seperti itu yang dirasakan klien. Pada saat pengkajian antenatal pada
tanggal 14 Mei 2013 klien selalu mengatakan Bagaimana keadaan anak saya
nanti?. Pada saat postpartum pada tanggal 17 Mei 2013 klien juga
mengatakan hal yang sama. Klien terlihat cemas, sedih dan juga takut. Terlihat
sedikit kekecewaan dari wajah klien. Oleh sebab itu, masalah keperawatan
ansietas merupakan salah satu masalah keperawatan yang ditegakkan.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
40

Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis (Tomb, 2000).
Stuart (2001) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak
memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Maria Dian (2008) menjelaskan bahwa ibu
yang memiliki anak dengan hidrosefalus memiliki dampak psikologis yang
terjadi pada dirinya. Dampak psikologis yang muncul adalah depresi, rasa
malu, kecemasan dan juga amarah.

Maria Dian (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Dampak Psikologis


Ibu Yang Memiliki Anak Hidrosefalus dampak kecemasan yang timbul dari
orang tua yang memilikii anak hidorsefalus adalah berupa perasaan kuatir dan
takut ketika dihadapkan pada situasi-situasi tertentu. Ibu merasa kuatir dengan
kondisi anak yang bisa berubah sewaktu-waktu. Kondisi anak yang masih labil
bisa menyebabkan kesehatan anak kembali memburuk apabila ibu lalai
menjaganya. Perasaan ini akhirnya membuat ibu merasa takut kalau anaknya
akan meninggal sewaktu-waktu.

Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi ataupun kecemasan pada klien


adalah dengan cara memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
hidrosefalus (pengertian, penyebab, serta penatalakasnaan hidrosefalus),
memfasilitasi klien dan suami untuk bertanya ke dokter anak serta perawat
terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan terhadap
bayi dengan hidrosefalus. Menurut Wong (2008) perawat dapat melakukan
banyak hal untuk menghilangkan kecemasan orang tua, yaitu dengan
memberikan penjelasan mengenai dasar yang melandasi berbagai aktivitas
keperawatan dan medis, seperti pengaturan posisi anak atau pemeriksaan
diagnostik dan dengan mendampingi orang tua serta bersedia mendengarkan
kekhawatiran mereka.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
41

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasi evaluasi terhadap intervensi keperawatan dalam mengatasi
masalah ansietas pada kehamilan hidrosefalus diperoleh alternative
pemecahan masalah. Perawat menagatasi masalah dengan metode edukasi.
Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga seputar
hidrosefalus. Hasil yang diperoleh klien dan keluarga mengetahui seputar
hidrosefalus dan perawatan bayi hidrosefalus kecemasan klien dan keluarga
dapat diatasi.

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam penulisan karya ilmiah mengenai analisis praktik keperawatan pada
kasus kehamilan dengan hidrosefalus di Gedung A Lantai 2 Zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo dapat disimpulkan bahwa:
1. Lingkungan perkotaan dapat mempengaruhi berbagai kondisi kesehatan,
salah satunya adalah kehamilan hidrosefalus.
2. Nyonya S mengalami kehamilan dengan hidrosefalus. Diagnosa
keperawatan yang dialami klien pada saat prenatal adalah ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi janin suspect
hidrosefalus dan juga persalinan seksio sesarea. Diagnosa keperawatan
yang dialami klien pada saat postnatal adalah gangguang rasa nyaman
nyeri, ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu terkait
kondisi kesehatan bayinya, diskontuinitas pemberian ASI, dan perilaku
sehat berhubungan dengan pemulihan postnatal.
3. Kondisi cemas yang dialami klien dapat diatasi dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan seputar hidrosefalus dan perawatan bayi
hidrosefalus.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka saran yang dapat diberikan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah: pemerintah dapat meningkatkan kesehatan lingkungan
keseahtan perkotaan dengan berbagai peraturan dan program dari
pemerintah.
2. Bagi rumah sakit: menyediakan wadah khusus yang menyediakan
informasi seputar penyakit hidrosefalus serta cara perawatannya.
3. Bagi institusi pendidikan: perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
dampak lingkungan perkotaan terhadap kehamilan hidrosefalus.

42 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E. T. dan McFarlane, J. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas:


teori dan praktik. Alih bahasa: Agus Sutarna. (edisi 3). Jakarta: EGC.

Anonim. (2010). Kehamilan dan persalinan. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31620/4/Chapter%20II.p
df

Anonim. Hydrochepalus. Diambil pada tanggal 4 Juli 2013.


http://www.patient.co.uk/doctor/Hydrocephalus.htm

Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo. (2007). Buku acuan nasional pelayanan


kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjdo.

AW, Sudoyo et al. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Bastable. (2002). Perawat sebagai pendidik; Prisip-prinsip pengajaran dan


pembelajaran. Jakarta: EGC.

Betty, F & Himatusujanah. (2008). Hubungan tingkat kepatuhan pelaksanaan


protap perawatan luka dnegan kejadia infeksi luka perawatab luka dengan
kejadian infeksi luka post sectio caesarea (SC) di ruang mawar I RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, Vol 1.

Bloom, B. (1994). Blooms taxonomy: A forty-year retrospective. University of


Chicago Press

Bobak, M., Lowdermilk., & Jensen (2004). Maternity nursing. (Maria & Peter,
Penerjemah). Jakarta: EGC. (Sumber asli diterbitkan 1995).

Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Penrjemah). (Ed.8) Vol 1.
Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan. (2012). Lingkungan perkotaan. Diambil pada tanggal 20


Juni 2013 http:// www.depkes.go.id.

Dian, M. (2008). Dampak psikologis ibu yang memiliki anak hidrosefalus.


Diambil pada tanggal 20 Juni 2013.
http://eprints.unika.ac.id/2186/1/03.40.0203_Maria_Dian_H.pdf

43 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013
44

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F, & Geissler, A.C. (2000). Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patient care. (3 rd Eds.)
(Kariasa, M.I. & Sumarwati, M.N., alih bahasa). Philadelphia: Davis
Company.

Heryanti, T dan Dara (2009). Perbedaan tingkat kecemasan antara ibu bersalin
normal dengan section caessaria di ruang bersalin RSUD 45 Kuningan
peropde mei-juni 2009. Diambil pada tangal 30 Juni 2013.
http://www.stikku.ac.id/wp-content/uploads/2010/08/PKM-AI-10-
STIKKU-Titik-Perbedaan-Tingkat-Kecemasan.pdf

Judarwanto, W. (2013). Waspadai 10 kondisi kehamilan penyebab gangguan


janin. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013.
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan anak/2013/04/09/waspadai-10-
kondisi-kehamilan-penyebab-gangguan-janin-549318.html

Kasdu. ( 2003 ). Operasi caesar masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa swara.

Manuaba, et al. ( 2008 ). Obstetri dan ginekologi untuk profesi bidan. Jakarta:
EGC.

Moore, Keith L., et al. (2002). Before we are born: Essentials of embryology and
birth defects. Kent, UK: Elsevier Health Sciences Division.

Mundandar, S. (2009). lmu sosial dasar: teori dan konsep ilmu sosial. Balai
Pustaka: Jakarta.

Pedersen & Stray, B. (1997). Infeksi TORCH pada kehamilan. Oslo : Department
of obstetrics and Gynaecology.

Rachmad. (2013). Kelainan kongenital. Juni 28, 2013.


http://www.angelfire.com/ga/RachmatDSOG/congenital.html

Reeder, Martin, Koniak & Griffin. (2011). Keperawatan maternitas: kesehatan


wanita, bayi dan keluarga. (Yati Afiyanti et al, Alih bahasa). Jakarta:
EGC. (Sumber asli diterbitkan 1997).

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. (2005). Adams AndvVictors principles


Of neurology: Eight Edition. USA.

Retno (2011). Peran perawat. Diambil pada tanggal 6 Juli 2013.


http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1071/T1_4
62008084_BAB%20II.pdf?sequence=3.

Stuart, G. W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC

Susanto, A. (1993). Globalisasi dan komunikasi. Jakarta : Pustaka Harapan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


45

Soemirat , J.( 2009). Kesehatan lingkungan. Jakarta. Gadjah Mada

Tomb, David A, (2004). Buku saku psikiatri Ed 6. (Martina Wiwie N, Alih


bahasa). Jakarta: EGC.

Wahyudi, M. (2012). Hampir 54 persen penduduk Indonesia tinggal di kota.


Diambil pada tanggal 21 Juni 2013.
http://nasional.kompas.com/read/2012/08/23/21232065/Hampir.54.Persen.
Penduduk.Indonesia.Tinggal.di.Kota.

Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan:
Diagnosis nanada, intervensi NIC, kriteria hasil NIC. Ed.9 (Alih bahasa:
Esti Wahyuningsih). Jakarta: EGC.

Wong, L.Donna et all. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa :
Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa
Indonesia : Egi Komara Yudha....[et al.]. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Zuhdi, A. (2005). Hidrosefalus sulit dicegah. Diambil pada tanggal 21 Juni 2013.
http://www.pkpu.or.id/news/dr-amir-zuhdi-hydrochepalus-sulit-dicegah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


LAMPIRAN I
PENGKAJIAN

1.1 Pengkajian Antenatal


Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Bayi Masalah
Persalinan Kelamin Waktu Lahir Kehamilan
1 2004 Spontan Bidan Perempuan Menangis. Ibu
BB: 3,2 Kg mengatakan
PB : 49 cm tidak ada
masalah
kehamilan.
2. 2010 Hamil usia - - - -
2 bulan
kemudian
keguguran.
Pengalaman menyusui : Ya.
Berapa lama: Dua tahun ( Asi ekslusif selama dua bulan).

2. Riwayat Ginekologi
a. Masalah ginekologi : Ibu mengatakan tidak ada masalah ginekologi.
b. Riwayat KB : Kb suntik setiap 3 bulan dan pil

3. Riwayat Kehamilan Saat ini


a. HPHT : 4-8-2012
b. BB sebelum hamil : 57 Kg
c. Taksiran Partus : 11-5-2013

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


TD BB/TD TF Letak/presenta DJJ Usia Keluha Data lain
(mmHg U si janin (x/menit gestasi n
) (cm )
)
151/11 72/ 34 Presentasi 140 40 Tidak Janin
2 151/11 bokong mingg ada suspect
2 u hidrocepalu
s

3. Data Umum Kesehatan Saat Ini


a. Status Obstetrik: G3P1A1H40minggu
b. Keadaan umum : Secara umum keadaan ibu sehat, namun ibu tampak cemas dan
sesekali menangis jika mengetahui kondisi bayinya.
c. Kesadaran : Compus Mentis
d. BB : 72 Kg
e. TB : 155 cm
f. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 151/112 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,8 C
Pernafasan : 20 x/menit
g. Kepala :
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
Mata : Penglihatan jelas, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Hidung : Tidak ada lesi, pengeluaran (-).
Mulut : mukosa bibir lembab, gigi bolong pada geraham atas, sariawan (-).
Telinga : Pengdengaran jelas, pengeluaran (-)
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


h. Dada :
Jantung : S1(+), S2 (+), Gallop (-), dan Murmur (-).
Paru-paru: Simetris, Vesikuler (+), Ronkhy (-), Whezing (-).
Payudara : Tidak ada abses, simetris, tidak ada benjolan.
Putting susu : Menonjol.
Pengeluaran ASI : ASI belum keluar.
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
i. Abdomen :
Uterus :
- Tinggi Fundus Uterus : 34 cm
Pigmentasi :
Lineanigra : Ada
Striae: Tidak ada
Fungsi pencernaan : Ibu mengatakan tidak ada masalah pencernaan.
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
j. Perineum dan Genital
Vagina: tidak ada varises
Kebersihan : Vagina bersih.
Keputihan : Tidak ada keputihan
Hemoroid: Tidak ada hemoroid.
k. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak ada edema
Ekstremitas bawah : ada edema.
Reflek patella: (+). Derajat 2.
l. Eliminasi
BAK : 3-5 x/hari
BAB : 2 hari sekali, BAB tidak keras, dan konsistensi lembek.
Masalah khusus: Risiko konstipasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


m. Istirahat dan Kenyamana:
Pola tidur : Ibu mengatakan tidur dari jam 22.00-04.30 WIB. Kualitas tidur
nyenyak.
Keluhan atau ketidaknyamanan : Ibu mengatakan suka sakit pada bagian ulu
hati.
n. Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi: Ibu mampu melakukan mobilisasi secara mandiri.
Latihan/senam : Ibu tidak pernah melakukan senam hamil.
Masalah khusus : Ibu mengatakan tidak ada masalah khusus.
o. Nutrisi dan cairan :
Asupan nutrisi: Makan 3x1/hari
Asupan cairan: Minum 6-8 gelas/hari. Ibu mengatakan tidak menyukai susu.
Masalah khusus: Ibu mengatakakan menyukai makanan dan mentah dan
kadang memakan-makanan yang mentah. Ibu tidak mengkonsumsi susu ibu
hamil selama hamil.
p. Keadaan Mental :
Adaptasi psikologis : Ibu terlihat sedih dengan keadaan janin yang
dikandungnya.
Penerimaan terhadap kehamilan: Semenjak mengetahui anak yang ada dalam
kandungannya mengalami pembesaran di bagian kepala, ibu tampak sedih
terhadap kehamilannya. Tampak dari raut wajah ibu yang sedih dan kecewa.
Terliha air mata keluar dari wajah ibu.
Masalah khusus: Ibu cemas dan kuatir dengan keadaan bayinya dan
bagaimana nasib bayinya ke depannya.
q. Pola hidup yang meningkatkan risiko kehamilan : Ibu mengatakan bekerja 8-10
jam setiap harinya. Ibu bekerja sebagai penjahit, sehingga harus selalu duduk.
Ibu mengatakan lingkungan pekerjaanya berdebu, namun ibu tidak pernah
menggunakan masker. Pada saat bekerja diperbolehkan untuk makan dan
minum. Ibu mengatakan lingkungan pekerjaan lumayan bersih. Namun

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


terkadang ibu suka lupa untuk minum. Ibu menyukai makanan yang mentah,
ibu tidak pernah minum susu ibu hamil selama kehamilan (karena tidak enak).
r. Persiapan persalinan:
Ibu akan dilakukan persalinan dengan operasi caesar di RSCM, dengan
metode caesar elektif direncanakan pada tanggal 17 Juni 2013.
Edukasi ibu tanda-tanda persalinan, jika ibu mengalami tanda-tanda
persalinan sebelum waktunya operasi caesar (sebelum tanggal 17 juni 2013)
ibu harus segera ke rumah sakit.
s. Obat-obatan yang di konsumsi saat ini:
Folamil 1x1
Adalat oros 1x30 mg
t. Hasil Pemeriksaan penunjang:
Hasil pemeriksaan USG:
Biometri janin sesuai hamil aterm. Aktivitas janin normal. Janin dengan
hidrosefalus tipe non komunikans supect ec obstruksi.
Hasil pemeriksaan laboratorium(14-05-13):
Jenis pemeriksaan Satuan Hasil Nilai rujukan
Hitung Jenis 0.1 0.5-1.0
Basofil 0.6 1-4
Eusonofil 83.0 55.0-70.0
Neutrofil 11.4 20-40

Limfosit 5.5 2-8

Monosit 6.5 0-20

Laju endap darah

Glucoe Tolerance test


Glukosa puasa
78.0 70-100

Hepatitis marker

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Jenis pemeriksaan Satuan Hasil Nilai rujukan
HbsAg

65 Index < 1.0


nonreaktif

1.2 Pengkajian Postnatal


1. Riwayat kehamilan saat ini:
a. Berapa kali periksa hamil : Periksa kehamilan rutin (min 1x/bulan di bidan).
b. Masalah kehamilan : Ibu mengatakan tidak ada masalah pada saat hamil. Ibu
mengatakan pernah jatuh dari motor pada usia kehamilan 2 bulan dan pernah
keluar flek coklat pada usia kehamilan 4 bulan.
2. Riwayat persalinan
a. Jenis persalinan: SC. Darurat Tgl/jam : 16 Mei 2013/ 01.30-03.00 WIB. (Ibu
dilakukan SC Darurat karena ibu sudah mengalami kontraksi dan ketuban pecah
dini).
b. Jenis kelamin bayi: laki-laki.
c. BB : 3680 gr
d. PB : 52 cm
e. A/S : 5/9
g. Masalah dalam persalinan : Ibu dilakukan operasi caesar karena presentasi bokong
serta kehamilan suspect hidrosepalus.
h. Perdarahan: 500cc
i. Penyakit pra anastesia: Hipertensi grade I TD 140/90 mmHg terkontrol.
j. Riwayat operasi: Tidak ada.
k. Alergi: Tidak ada.
i. Anastesi yang digunakan: Spinal pada lumbal ke 5 dan ke 6.
j. Obat-obatan yang diberikan:
Cefazolin 2gr (IV)

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Gransentron 1mg (IV)
Ranitidin 50mg (IV)
Oxytocin 20 (IV)
Metergin 0.2 (IV)
Misoprositol 800 mEq
As. Traneksamat (IV).
k. Instruksi paska bedah:
Pengelolaan nyeri : Ketorolac 3x30 mg, jika nyeri.
Penanganan mual dan muntah: ondansentron 3x4 mg jika mual.
Diet dan nutrisi: Boleh langsung makan dan minum jika mual dan muntah.
4. Data umum kesehatan saat ini
a. Status Obstetrik: P2A1NH1
b. Keadaan umum : Baik
c. Kesadaran : Compus Mentis
d. BB : 62 Kg
e. TB : 155cm
f. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg.
Nadi : 78x/menit
Suhu : 37.2 C
Pernafasan : 18x/menit
g. Kepala :
Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
Mata: Penglihatan jelas, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Hidung : Tidak ada lesi, pengeluaran (-).
Mulut : mukosa bibir lembab.
Telinga : Pengdengaran jelas, pengeluaran (-)
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
h. Dada :

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Jantung : S1(+), S2 (+), Gallop (-), dan Murmur (-).
Paru-paru: Simetris, Vesikuler (+), Ronkhy (-), Whezing (-).
Payudara : Tidak ada abses, simetris, tidak ada benjolan.
Putting susu : Menonjol, kebersihan kurang. Terlihat adanya kotoran pada
payudara ibu.
Pengeluaran ASI : ASI belum keluar.
Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus.
i. Abdomen : Terdapat luka operasi sesar. Luka operasi sedikiy nyeri. nanah (-),
kemerahan (-).
Uterus : - TFU (Sejajar pusat).
j. Perineum dan Genital
Vagina
- Luka : Tidak ada
- Edema: : Tidak ada
- Memar : Tidak ada
- Hematom: Tidak ada
Perinium: Utuh.
Kebersihan: kurang bersih.
Lokia: rubra.
- Jumlah: 10-20cc.
- Jenis/warna: merah kecoklatan.
- Konsistensi: cair
- Bau: amis
Hemoroid: tidak ada
Masalah khusus: Tidak ada masalah khusus.
k. Ekstremitas
Ekstremitas atas : tidak ada edema
Ekstremitas bawah : tidak ada edema.
Varises: tidak ada

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Tanda homan (-).
Masalah khusus: tidak ada masalah khusus.
l. Eliminasi
Urin:
- Kebiasaan BAK : 3-4 x/hari
- BAK saat ini: terpasang kateter dengan volume 300cc berwanra
kuning.
BAB :
- Kebiasaan BAB: 2 hari sekali.
- BAB saat ini: Ibu belum BAB.
Masalah khusus: Risiko Konstipasi.
m. Istirahat dan Kenyamanan:
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 6-8jam, kualitas tidur: kadang nyenyak
kadang tidak nyenyak. Pola tidur saat ini: lama tidur 6-8 jam. Ibu
mengatakan lumayan nyenyak.
Keluhan atau ketidaknyamanan : Ya, lokasi : luka operasi.
Frekuensi nyeri: sering. Durasi nyeri: < 1 menit. Nyeri berkurang ketika
diberi obat nyeri dan istirahat.
n. Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi: Nifas hari pertama setelah operasi Ibu belum mampu
melakukan mobilisasi. Ibu masih terbaring di tempat tidur.
Masalah khusus : Menganjurkan ibu untuk mulai kiring kiri dan miring
kanan, untuk meningkatkan mobilisasi.
o. Nutrisi dan cairan :
Asupan nutrisi: 2000 kalori/hari. Nafsu makan: baik
Asupan cairan: 1500cc/hari. Cukup
Masalah khusus: edukasi ibu bahwa tidak ada makanan yang dipantang.
Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang megandung protein dan tinggin
serat.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


p. Keadaan Mental :
Adaptasi psikologis : Ibu mengatakan bahagia sudah melahirkan namun Ibu
sedih dengan kondisi bayinya.
Penerimaan terhadap bayi: Ibu belum bisa menerima keadaan bayinya.
Masalah khusus: sedih.
q. Kemampuan Menyusui: Belum dapat terkaji (bayi ibu masih dirawat di NICU,
sehingga ibu belum menyusui bayinya).
r. Obat-obatan yang di konsumsi saat ini:
Adalat 30 mg ( 2x1 ).
Seloxy tablet ( 1x1 ).
Hembio ( 1x1 ).
Paracetamol.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


LAMPIRAN II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Antenatal


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Ansietas berhubungan Setelah diberikan Ditandai dengan: Mandiri:
dengan rendahnya asuhan kepeawatan Cemas berkurang a. Kaji tanda-tanda vital klien.
pengetahuan terkait 1x1 jam cemas atau hilang. R: Derajat kecemasan dapat dipantau
kondisi hidrocepalus dan berkurang. Ibu memahami melalui Perubahan tanda-tanda vital.
persalinan caesar. kondisi bayinya. b. Mengkaji dan memvaldiasi perasaan
Ibu mengetahui klien.
proses persalinan R: Dengan menanyakan perasaan klien
caesar. dapat memudahkan mengkaji apa yang

Tanda-tanda vital dirasakan klien.

dalam batas normal. c. Kaji derajat kecemasan klien: sedang,


ringan atau berat.
R: Untuk mengtahui derajat kecemasan
klien.
d. Menjadi pendengar aktif klien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
R: Menjadi pendengar yang aktif untuk
klien, meruapakn salah satu dukungan
perawat empati kepada klien.
e. Memberikan kalimat yang dapat
memotivasi klien.
R: Meminimalisasikan kecemasan klien.
f. Memberikan informasi yang dibutuhkan
klien seputar hidrosepalus dan juga
persalinan caesar.
R: memberikan informasi (hidrosepalus)
yang dibutuhkan klien dapat menurunkan
kecemasan.
g. Mengajarkan teknik relaksasi : napas
dalam.
R:.Teknik relaksasi napas dalam dapat
menurunkan kecemasan klien.
h. Meningkatkan koping klien.
R: koping yang efektif dapat

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
menurunkan kecemasan.

Kolaborasi:
a. Memberikan medikasi jika dibutuhkan.
Anti-cemas: diazepam (valium),
clorazepate (Librium).
Benzodiazepines. Contohnya
palprazolam (xanaxl), oxazepam
(sarax) dll.

2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Postnatal


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan Ditandai dengan: Mandiri:
dengan luka post operasi asuhan keperawatan Klien mengatakan a. Manajemen nyeri
2x24 jam nyeri nyeri berkurang atau Lakukan penilaian nyeri secara
berkurang atau hilang ditandai komprehensif dimulai dari lokasi,
hilang. dengan VAS 0. karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Wajah klien tampak intensitas dan penyebab.
segar. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal,
Tanda-tanda vital terutama untuk pasien yang tidak bisa
dalam rentang mengkomunikasikannya secara efektif.
normal. Pastikan pasien mendapatkan perawatan
dengan analgesik.
Gunakan komunikasi yang terapeutik
agar pasien dapat menyatakan
pengalamannya terhadap nyeri serta
dukungan dalam merespon nyeri.
Pertimbangkan pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
Tentukan dampak nyeri terhadap
kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu
makan, aktivitas, kesadaran, mood,
hubungan sosial, performance kerja dan
melakukan tanggung jawab sehari-hari.
Evaluasi pengalaman pasien atau

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
keluarga terhadap nyeri kronik atau yang
mengakibatkan cacat.
Evaluasi bersama pasien dan tenaga
kesehatan lainnya dalam menilai
efektifitas pengontrolan nyeri yang
pernah dilakukan.
Bantu pasien dan keluarga mencari dan
menyediakan dukungan.
Gunakan metoda penilaian yang
berkembang untuk memonitor
perubahan nyeri serta mengidentifikasi
faktor aktual dan potensial dalam
mempercepat penyembuhan.
Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang
dapat memberikan kenyamanan pada
pasien dan rencana keperawatan.
Menyediakan informasi tentang nyeri,
contohnya penyebab nyeri, bagaimana

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
kejadiannya, mengantisipasi
ketidaknyamanan terhadap prosedur.
Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada
pasien (suhu ruangan, pencahayaan,
keributan).
Mengurangi atau menghapuskan faktor-
faktor yang mempercepat atau
meningkatkan nyeri (spt:ketakutan,
fatique, sifat membosankan, ketiadaan
pengetahuan).
Mempertimbangkan kesediaan pasien
dalam berpartisipasi, kemampuannya
dalam berpartisipasi, pilihan yang
digunakan, dukungan lain dalam
metoda, dan kontraindikasi dalam
pemilihan strategi mengurangi nyeri.
Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
(farmakologis, nonfarmakologis, dan
hubungan atar pribadi) untuk
mengurangi nyeri.
Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
ketika memilih metoda mengurangi
nyeri.
Mendorong pasien dalam memonitor
nyerinya sendiri.
Ajari untuk menggunakan tehnik non-
farmakologi (spt: biofeddback, TENS,
hypnosis, relaksasi, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, acupressure,
apikasi hangat/dingin, dan pijatan )
sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, selama puncak nyeri ,
sebelum nyeri terjadi atau meningkat,
dan sepanjang nyeri itu masih terukur.
Kolaborasikan dengan pasien dan tenaga

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan metoda dalam
mengatasi nyeri secara non-farmakologi.
Anjurkan untuk istirahat/tidur yang
adekuat untuk mengurangi nyeri.
Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalamannya terhadap nyeri.
Mempertimbangkan pasien, keluarga,
dan hal lain yang mendukung dalam
proses manajemen nyeri.
Menyediakan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga terhadap respon nyeri.
Menyertakan keluarga dalam
mengembangkan metoda mengatasi
nyeri.
b. Pemantauan TTV
Monitor kepuasan pasien terhadap

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
manajemen nyeri ynag diberikan
dalam interval yang ditetapkan.
Pantau tekanan darah, nada, suhu dan
status pernapasan.
Pantau tanda hipotermi atau
hipertermi.
Pantau ada tidaknya nadi dan
kualitasnya.

Pantau warna suhu dan kelembaban


kulit.
3. Perilaku sehat Setelah diberikan Ditandai dengan: Mandiri:
a. Pengontrolan infeksi
berhubungan dengan asuhan keperawatan Tidak ada tanda-
Ciptakan lingkungan ( alat-alat,
pemulihan postnatal. 3x24 jam tidak ada tanda infeksi.
berbeden dan lainnya) yang nyaman
tanda-tanda infeksi. Tanda-tanda vital
dan bersih terutama setelah
dalam batas normal. digunakan oleh pasien.
Nilai leukosit dalam
Batasi jumlah pengunjung sesuai
batas normal. kondisi pasien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Ajari klien untuk mencuci tangan
sebagai gaya hidup sehat pribadi.
Instruksikan klien untuk mencuci
tangan yang benar sesuai dengan
yang telah diajarkan.
Instruksikan kepada pengunjung
untuk selalu mencuci tanagn sebelum
dan sesudah memasuki ruangan
pasien

b. Edukasi terkait pencegahan infeksi:


Cuci tangan.
Vulva hygiene.
Perinium hygiene.
Peningkatan mobilisasi.
Nutrisi paska partum.
c. Edukasi klien terkait tanda-tanda infeksi
paska partum:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Jelaskan kriteria lokia normal dan
abnormal.
Demam tinggi.
6. Diskontunitas pemberian Setelah diberikan Ditandai dengan: a. Pengkajian
asi berhubungan dengan asuhan keperawatan Ibu melanjutkan untuk Kaji kemampuan keluarga untuk
terpisahnya ibu dan 2x3 pemberian ASI menyusui bayinya. mendukung laktasi atau rencana
anak. dapat berlanjut Ibu dan bayi menyusui dan mengatasi perubahan
(continue). menunjukan haya hidup.
pemeliharaan Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui. meneruskan proses menyusui.
Ibu mengetahui Konfirmasikan kesiapan untuk transisi
manfaat ASI. payudara setelah diskontinnuitas.
b. Edukasi ibu terkait manajemen laktasi:
manfaat pemberian ASI, penyimpanan
ASI, total waktu menyusui, berat badan,
dan pola BAB.
c. Motivasi ibu untuk memberikan ASI
untuk bayinya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
d. Evaluasi

6. Ansietas berhubungan Setelah diberikan Ditandai dengan: Mandiri:


dengan kurang asuhan keperawatan Cemas berkurang a. Palpasi nadi dan menghitug pernapasan
pengetahuan ibu terkait 3x2 jam cemas atau hilang. klien.
kondisi keesehatan berkurang atau Ibu memahami R: Derajat kecemasan dapat dipantau
bayinya dan juga hilang. kondisi bayinya. melalui Perubahan tanda-tanda vital.
memiliki bayi Tanda-tanda vital b. Mengkaji dan memvaldiasi perasaan
hidrosefalus. dalam batas normal. klien.
R: Dengan menanyakan perasaan klien
dapat memudahkan mengkaji apa yang
dirasakan klien.
c. Kaji derajat kecemasan klien: sedang,
ringan atau berat.
R: Untuk mengtahui derajat kecemasan
klien.
d. Menjadi pendengar aktif klien.
R: Menjadi pendengar yang aktif untuk

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
klien, meruapakn salah satu dukungan
perawat empati kepada klien.
e. Memberikan kalimat yang dapat
memotivasi klien.
R: Meminimalisasikan kecemasan klien.
f. Memberikan informasi yang dibutuhkan
klien seputar hidrosepalus: pengertian,
penyebab dan penatalaksanaan
hidrosefalus. menggendong, cara
menstabilkan kepala, dan pengukuran
lingkar kepala.
R: memberikan informasi (hidrosepalus)
yang dibutuhkan klien dapat menurunkan
kecemasan.
g. Meningkatkan koping klien.
R: Pengembangan koping yang efektif
sangat dibutuhkan klien untuk
menurunkan kecemasan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
h. Kaji pemahaman pasien tentag kondisi
bayinya.
Lakukan penilaian tingkat pengetahuan
pasien dan pahami isinya.
i. Berikan informasi yang dibutuhkan
pasien seperti: perawatan bayi
hidrosepalus.
j. Memfasasilitasi klien untuk bertanya ke
dokter atau perawat.
R: dapat menurunkan tingkat kecemasan
klien dan juga dapat meningkatkan
pengetahuan klien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


LAMPIRAN III
CATATAN PERKEMBANGAN

3.1 Catatan Perkembangan Antenatal


Tgl &
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu
Ansietas b.d 15 Mei a. Kaji tanda-tanda vital klien. S: Klien mengatakan Bagaimana
kurangnya 2013
pengetahuan klien &
b. Mengkaji dan memvalidasi dengan nasib anak saya nanti.
terkait 13.00 perasaan klien. Klien mengatakan bingung harus
hidrocepalus dan WIB
c. Kaji derajat kecemasan klien: seperti apa.
persalinan caesar.
sedang, ringan atau berat. Klien mengatakan takut.
d. Menjadi pendengar aktif klien. Klien mengatakan dokter hanya
e. Memberikan kalimat yang dapat memberitahukan bahwa kondisi
memotivasi klien. bayi sehat, namun mengalami
f. Memberikan informasi seputar pembesaran di bagian kepala
hidrosepalus dan persalinan (hidosepalus).
caesar. Klien mengatakan akan
menanyakan kembali ke dokter
anak terkait kondisi bayinya nanti.
O:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Tgl &
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu
Klien mengatakan mengerti terkait
persalinan caesar.

TD: 130/80 mmHg.


Nadi: 88x/menit
P: 22x/menit
S: 36.7C.
A:
Klien menangis.
Klien tampak sedikit lega setelah
P:
diberikan informasi oleh perawat.

Klien termasuk kedalam cemas sedang.


Masalah teratasi sebagian

Memberikan informasi yang


dibutuhkan oleh klien seputar

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Tgl &
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu
hidrosepalus.
Mengajarkan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi cemas.
Memfasilitasi klien untuk bertanya
dengan dokter dan perawat seputar
hidrosepalus.
Mempertemukan dengan ibu yang
memiliki anak riwayat
hidrosepalus.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


3.2 Catatan Perkembangan Postnatal

Tgl &
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Waktu
Gangguan rasa 17 mei a. Pengkajian Nyeri S: Klien mengatakan nyeri pada luka
nyaman: nyeri 2013 &
Lakukan penilaian nyeri secara bekas operasi.
akut b.d luka 11.00-
post operasi 12.00 komprehensif dimulai dari lokasi, Klien mengatakan nyeri skala 3-4
karakteristik, durasi, frekuensi, Klien mengatakan nyeri ketika
kualitas, intensitas dan penyebab. digerakan.
Gunakan komunikasi yang Klien mengatakan nyeri berkurang
terapeutik agar pasien dapat jika bagian tubuh tidak digerakan.
menyatakan pengalamannya Klien mengatakan sedikit demam.
terhadap nyeri serta dukungan Klien mengatakan belum diberikan
dalam merespon nyeri. obat nyeri.
Mendorong pasien dalam Klien mengatakan nyeri sedikit
memonitor nyerinya sendiri. berkurang setelah diberikan teknik
Ajari untuk menggunakan tehnik relaksasi napas dalam.
O:
non-farmakologi: teknik relaksasi TD: 130/80 mmHg
napas dalam. Nadi: 78x/menit

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Anjurkan untuk istirahat/tidur yang S: 37.2 C.
adekuat untuk mengurangi nyeri. Kelembapan kulit normal.
Pemantauan TTV Klien tampak lemah dan meringis.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Pantau nyeri
Motivasi klien untuk mobilisasi
miring kiri dan miring kanan.
Anjurkan klien untuk istirahat.
Berikan medikasi jika masih nyeri.
Anjurkan klien untuk melapor ke
perawat jika nyeri makin parah dan
berlanjut.
Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi napas jika masih
nyeri.

Perilaku Sehat 17 mei Mandiri: S: Klien mengatakan akan


berhubungan 2013
a. Pengontrolan infeksi mengkonsumsi makanan yang
dengan 11.00-
pemulihan 12.00 Ciptakan lingkungan ( alat-alat, tinggi protein.
postnatal

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


berbeden dan lainnya) yang Klien mengatakan akan melakukan
nyaman dan bersih terutama kebersihan vagina.
setelah digunakan oleh pasien. Klien mengatakan cara
Batasi jumlah pengunjung sesuai membersihkan vagian dari bagian
kondisi pasien. depan ke bagian belakang.
a. Edukasi terkait pencegahan infeksi: Klien mengatakan sedikit demam.
Cuci tangan. Klien mengatakan akan memulai
Vulva hygiene. untuk miring kiri dan miring kanan.
Perinium hygiene. Klien mengatakan akan cuci tangan
Peningkatan mobilisasi. sebelum dan sesudah makan.
Nutrisi paska partum.
b. Edukasi klien terkait tanda-tanda O: TD: 130/80 mmHg
infeksi paska partum: Nadi: 78x/menit
Jelaskan kriteria lokia normal dan S: 37.2 C.
abnormal. Klien tampak serius mendengarkan.
Demam tinggi. Klien beberapa kali bertanya.

A:
Masalah teratasi sebagian.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


P: Pantau TTV
Pantau nutrisi
Pantau tanda-tanda infeksi.
Evaluasi cuci tangan, nutrisi,
kebersihan vagina, serta mobilisasi.
Diskontunitas 17 mei a. Pengkajian S: Klien mengatakan air susu belum
pemberian asi 2013
Kaji pengetahuan klien tentang keluar.
b.d terpisahnya 11.00-
ibu dan anak 12.00 laktasi dan cara memerah ASI. Klien mengatakan bayinya masih
Kaji keinginan dan motivasi ibu ada di SCN 4.
untuk meneruskan proses Klien mengatakan ingin menyusui
menyusui. bayinya.
Kaji kemampuan keluarga untuk
mendukung laktasi atau rencana O: Putting susu menonjol.
menyusui dan mengatasi perubahan Air susu (-).
haya hidup. A: Masalah belum teratasi.
P: Ajarkan klien untuk perawatan
payudara.
Ajarkan klien terkait manajemen
laktasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Motivasi ibu untuk menyusui
bayinya.
Perilaku sehat 23 mei a. Kaji tanda-tanda infkesi. S: Klien mengatakan tidak ada
berhubungan 2013 b. Kaji lokia. demam.
dengan 11.30 c. Evaluasi nutrisi klien. Klien mengatakan nafsu makan
pemulihan d. Evaluasi cuci tangan. baik.
postnatal. e. Evaluasi mobilisasi. Klien mengatakan makan telur dan
f. Evaluasi kebersihan klien. makan ikan setiap harinya.
Klien mengatakan mobilisasi.
Klien mengatakan lokea berwarna
merah kecolatan dan bau seperti
darah haid.
O: Klien mengatakan mandi teratur.

TD: 130/80 mmHg


A: N: 80x/menit
S: 36.7C

P:
Masalah teratasi sebagian.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Mengingatkan kembali tanda-tanda
infeksi.
Anjurkan klien untuk ke layanan
kesehatan jika ada tanda-tanda infeksi.

Diskontunitas 23 mei a. Pengkajian S: Klien mengatakan air susu keluar.


pemberian ASI 2013
Kaji keinginan dan motivasi ibu Klien mengatakn ingin menyusui.
untuk meneruskan proses bayinya, hanya saja karena jarak
menyusui. yang terlalu jauh. Jadi klien belum
b. Edukasi ibu terkait manajemen bisa menyusui bayinya.
laktasi: manfaat pemberian ASI, Klien mengatakan mengerti tentang
penyimpanan ASI. penjelasan perawat terkait ASI.
c. Motivasi ibu untuk memberikan ASI
untuk bayinya. O: Klien masih ragu untuk memompa ASI
untuk bayinya.

A:
Masalah belum teratasi.

P:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Motivasi klien untuk menyimpankan
ASI untuk bayinya.
Evaluasi manajemen laktasi.
Cemas b.d 23 Mei a. Kaji tingkat kecemasan klien. S: Klien mengatakan cemas, takut dan
2013
kurangnya b.Kaji koping klien dan keuarga. bingung.
pengetahuan c. Periksa TTV Klien mengatakan selalu sedih jika
terkait memiliki d.Kaji pemahaman pasien tentang ingat bayinya.
bayi kondisi bayinya. Klien mengatakan suami, keluarga
hidrosepalus. e. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan dan teman-teman mendukung klien.
pasien. Saling men-support satu sama lain.
f. Memberikan pendidikan kesehatan Klien mengatakan tidak mengetahu
tentang hidrosefalus (pengertian dari apa-apa tentang hidrosepalus.
hidrosefalus, penyebab dan Klien mengatakan hari ini
penatalaksanaan hidrosefalus. suaminya sedang ke RSCM karena
bayinya sedang dilakukan CT-Scan.
Klien mengatakan ingin
mengetahui cara perawatan bayi
hidrosepalus.
Klien masih sedih, dan selalu

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


menangis jika ingat dengan
anaknya.
Klien mengatakan mengerti
penjelasan yang diberikan oleh
O: perawat terkait hidrosefalus.
TD: 130/80 mmHg
N: 80x/menit
S: 36.7C

A:
P: Masalah teratasi sebagian.
Memfasilitasi klien untuk bertanya
ke dokter anak ketika kontrol pada
tanggal 27 mei 2013.

Cemas b.d 27 mei a. Memfasilitasi klien untuk bertanya ke S Klien mengatakan jauh lebih lega
kurangnya 2013
dokter anak terkait kondisi bayinya. setelah bertanya ke dokter anak dan
pengetahuan 10.00-
terkait memiliki 11.00 b. Memfasilitasi klien untuk bertanya ke perawat.
bayi
perawat terkait perawatan bayi dengan Klien mengatakan mengerti cara
hidrosepalus.
hidrosefalus. pengukuran lingkar kepala.
Klien mengatakan sedikit mengerti

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


c. Mengajarkan cara pengukuran lingkar cara perawatan bayi hidrosefalus (cara
kepala. menstabilkan kepala).
Klien sudah tidak menangis.

O: Klien mampu mengulangi pendidikan


yang diberikan oleh dokter, perawat
ruangan serta perawat (mahasiswa).

Masalah teratasi sebagian


A:

Mengevaluasi keadaan klien.


Memberikan informasi seputar
P: hidrosepalus yang dibutuhkan klien.

Perilaku sehat 16 juni a. Pantau tanda-tanda vital. S: Klien mengatakan tidak demam.
berhubungan 2013
dengan 13.00-
b. Pantau tanda-tanda infeksi. Klien mengatakan tidak ada
pemulihan 14.00 c. Pantau pengeluaran lokea. kemerahan.
postnatal
d. Pantau pemberian obat dari dokter. Klien mengatakan nafsu makan
e. Evaluasi hygine klien. baik. Banyak mengonsumsi telur
f. Evaluasi mobilisasi. dan ikan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


g. Evaluasi nutrisi. Klien mengatakan mobilisasi lancar,
nyeri pada bekas operasi sudah tidak
ada.
Klien mengatakan pengeluaran
darah flek-flek coklat.
Klien mengatakan menghabiskan obat
antibiotik dari dokter.

O: Klien mengatakan mandi setiap hari,


dan membersihkan vagina seusai
danjuran perawat.

TD: 120/80mmHg.
Nadi: 70x/menit
S: 36.8 C
A:
Mobilisasi (+)
P:
Kemerahan (-)
Gatal-gatal (-)
Lokea: coklat (flek)

Masalah teratasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Evaluasi edukasi tanda-tanda infeksi.
Anjurkan untuk mengkonsumsi nutrisi
yang bergizi.
Anjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan diri.
Anjurkan segera ke pelayanan
kesehatan jika terjadi tanda-tanda
infeksi.
Diskontunitas 16 Juni a. Kaji pengeluaran ASI. S: Klien mengatkan belum menyusui
pemberian asi 2013
b. Kaji pemberian ASI ibu. bayinya karena sir susunya sedikit.
13.00-
14.00 c. Kaji keinginan ibu untuk menyusui Klien mengatakan ingin menyusui
bayinya. bayinya.
d. Edukasi ulang tentang manfaat ASI. Klien mengatakan ASI jauh lebih
baik dari susu formula.
Klien mengatakan akan mencoba
O: menysui bayinya.

Pengeluaran ASI (+)


Kemampuan bayi menghisap baik.
A: Kemampuan ibu menyusui untuk

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


menyusui bayinya baik.
P:
Masalah teratasi sebagian.

Pantau menyusui klien.


Motivasi klien untuk menyusui
bayinya.

Ansietas b.d 16 juni a. Mengevaluasi perasaan klien. S: Klien mengatakan bahagia bayinya
kurangnya 2013
b. Memberikan kesempatan klien untuk sudah boleh pulang.
pengetahuan 13.00-
terkait memiliki 14.00 bertanya terkait hidrosepalus. Klien mengatakan sudah tidak sedih
bayi
c. Mengingatkan kembali terkait lagi.
hidrosepalus.
perawatan bayi dengan hidrosepalus. Klien mengatakan sudah bisa
d. Pantau TTV kilen. menerima keadaan bayinya.
Klien mengatakan sedikit-sedikit
O:
sudah mampu merawat bayinya.

Klien tampak bahagia.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013


Klien sudah mampu memandikan
bayinya, menyusui serta melakukan
perawatan bayi baru lahir.
TD: 120/80 mmHg.
N: 70x/menit
S: 36.8C
Keluarga klien kompak dalam
mendukung Ibu S.
Suami klien selalu siaga menemani
klien.

A:
Masalah teratasi.
P:
Mengingatkan kembali waktu
kontrol klien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Merlin Jovany, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai