Anda di halaman 1dari 13

I .

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kawasan TNTC secara administratif berada di Kabupaten Teluk
Wondama dan Nabire perlu dikelola dan ditata dengan baik,
sehingga penggunaan ruang dalam kawasan dapat mengakomodir
kepentingan dan kebutuhan para pihak. Penggunaan ruang di
kawasn TNTC dilakukan melalui sistem zonasi.
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-
II/2006, zonasi adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman
nasional menjadi zona-zona, mencakup kegiatan tahap persiapan,
pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan
zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas dan penetapan
dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek ekologi,
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Zonasi Taman Nasional
Teluk Cenderawasih ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
No.SK.121/IV-KK/2019 tanggal 15 Juli 2009 tentang Zonasi Taman
Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), kawasan TNTC memiliki luas
1.453.500 ha yang terdiri dari zona inti seluas 4.610 ha; zona
perlindungan bahari seluas 110.000 ha; zona Rimba seluas
26.150 ha; zona pemanfaatan Pariwisata seluas 15.240 ha; zona
pemanfaatan umum seluas 900.000 Ha dan zona tradisional
seluas 387.500 Ha dan zona khusus 10.000 ha.
Pengelolaan TNTC berbasis zonasi sudah berlangsung selama
5 tahun, sehingga pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah zonasi TNTC masih
relevan/ sesuai dengan kondisi atau dapat mengakomodir
kebutuhan pembangunan berkelanjutan pada saat ini.
Aktivitas pembangunan semakin meningkat seiring
meningkatnya jumlah penduduk tidak terkecuali di kawasan TNTC.
Dengan meningkatnya aktivitas tersebut secara langsung atau tidak
langsung berdampak pada kawasan TNTC. Ditambah lagi dengan
semakin banyaknya masyarakat dari luar kawasan yang memasuki
kawasan TNTC untuk mencari hasil laut ataupun masyarakat yang
melakukan kegiatan wisata di kawasan TNTC.
Meningkatnya aktivitas masyarakat tersebut bisa
menyebabkan perubahan penggunaan ruang atau zona-zona yang
sudah ditetapkan sejak tahun 2009. Untuk itu diperlukan evaluasi
untuk mengetahui apakah penetapan zona-zona tersebut masih
sesuai atau sudah berubah dengan kriteria awal penetapannya.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud pelaksanaan kegiatan evaluasi kesesuaian zonasi
TNTC adalah untuk mengetahui apakah zonasi yang sudah
ditetapkan oleh Direktur Jenderal PHKA tahun 2009 masih relevan
dengan kondisi di lapangan dan pembangunan saat ini atau tidak.
Adapun tujuan dari kegiatan evaluasi kesesuaian zonasi TNTC
adalah:
1. Untuk memetakan perubahan zonasi yang terjadi di kawasan
TNTC;
2. Memetakan potensi sumber daya alam baru yang ditemukan;
3. Menganalisa pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan
fungsi zonasi.
C. Keluaran (Out Put)
Hasil dari kegiatan Evaluasi kesesuaian zonasi TNTC adalah
adanya peta zonasi hasil evaluasi sehingga dapat mengakomodir
kondisi lapangan dan pembangunan di kawasan TNTC dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan ekosistem dan sumber daya alam.
Sehingga nantinya, hasil evaluasi tersebut bisa diwujudkan dalam
bentuk buku.
D. Ruang Lingkup dan Sasaran
Ruang Lingkup Kegiatan Evaluasi Kesesuaian Zonasi TNTC adalah
wilayah kerja yang berada di Bidang PTN Wilayah I Nabire, BPTN
Wilayah II Wasior dan BPTN Wilayah III Ransiki. Sedangkan
sasarannya adalah para pihak yang terkait pengelolaan TNTC dan
zona-zona yang telah ditetapkan di kawasan TNTC.
II. PELAKSANAAN

2.1. Dasar Pelaksanaan

2.2. Pelaksanaan kegiatan

2.3. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam pengambilan data ini meliputi: peta-peta kawasan
konservasi, kuisioner, panduan wawancara, alat tulis, kamera, GPS, tape recorder.

2.4. Metode Pelaksanaan

2.4.1. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan dalam evaluasi zonasi kawasan konservasi Taman Nasional Teluk
Cenderawasih meliputi: (1) pemahaman tentang zonasi, (2) pemanfaatan zona dalam
kawasan, dan (3) perubahan zonasi kawasan.

2.4.2. Pengambilan Data

Sampling data dilakukan dengan metode non acak dengan teknik pengambilan data
purposive sampling (pengambilan data dengan sengaja). Responden yang dipilih adalah
orang yang mengenal dan memanfaatkan zona-zona yang dikaji. Responden yang terdiri atas:
masyarakat lokal, tokoh-tokoh masyarakat, pengusaha perikanan dan pengusaha wisata dan
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata,
Ketua Bappeda masing-masing di Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Nabire. Data
primer diperoleh dari responden dan orang yang diwawancarai dilakukan dengan teknik
pengumpulan data: (1) wawancara dan (2) pengisian angket, sedangkan data sekunder
diperoleh dari laporan atau informasi hasil penelitian sebelumnya.

2.4.3. Analisis Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deksriptif dan spasial, selanjutnya
disajikan dalam bentuk gambar, tabel dan grafik untuk memberikan kemudahan bagi
stakeholder dalam memahami kondisi zonasi dalam kawasan konservasi Taman Nasional
Teluk Cenderawasih.

2.5. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 1(satu) minggu pada tanggal 10 s.d 16 Juli 2015. Penelitian
dilaksanakan di kawasan konservasi Taman Teluk Cenderawasih yang meliputi 3 kawasan
yakni: (1) BPTN 1 Nabire, (2) BPTN 2 dan (3) BPTN 3
2.6. Pembiayaan

Sumber dana yang digunakan untuk membiayai Kegiatan Evaluasi Kesesuaian Zonasi Taman
Nasional Teluk Cenderawasih berasal dari DIPA BA. Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih tahun 2015 No. DIPA-029.05.2.604236/2015 tanggal 14 Nopember 2014.

2.7. Tata Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan evaluasi kesesuaian zonasi Taman Nasional Teluk


Cenderawasih, dilaksanakan menurut tata waktu seperti tercantum pada Tabel berikut ini:

Tabel 1. Tata Waktu Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Kesesuaian zonasi


Waktu Pelaksanaan Kegiatan
No.
Jenis Kegiatan Juli 2015 Agustus 2015

27 Juli 30 Juli 10 - 16 18 - 31

1. Persiapan

- Penyusunan RPK

- Pemabahasan Persiapan

- Persiapan administrasi

2. Pelaksanaan

- Monitoring populasi jenis penyu

3. Pelaporan

- Pembuatan laporan

- Presentasi hasil kegiatan

- Perbaikan laporan

- Penggandaan dan penjilidan


laporan

- Distribusi laporan

4. Persepsi Terhadap Penerapan Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih

4.1.Pemahaman Tentang Sistem Zonasi

Dalam komponen tentang pemahaman para responden terhadap sistem zonasi yang
diberlakukan dalam Taman Nasional Teluk Cenderawasih, ada 3 bentuk pertanyaan yang
diberikan masing-masing adalah: (1) apakah mereka mengetahui diberlakukannya sistem
zonasi, (2) dari mana sumber informasi tentang zonasi diperoleh, dan (3) apakah setuju
dengan batas-batas zonasi dalam taman nasional laut ini.
4.2.1. Tanggapan mengenai Pengetahuan Responden Terhadap Zonasi
Hasil analisis memperlihatkan bahwa semua responden (100 %) mengaku telah
mengetahui adanya sistem zonasi yang diberlakukan di Taman Nasional Teluk Cenderawasih
seperti pada Gambar 1.

0 20 40 60 80 100 120

Persen ( % )

Gambar 1. Tanggapan responden terhadap pengetahuan tentang zonasi TNTC

Dari gambar di atas memperlihatkan bahwa sistem pengelolaan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih telah dipahami dengan baik terutama menyangkut pembatasan kawasan yang
sesuai dengan peruntukannya. Data ini juga memperlihatkan bahwa proses sosialisasi tentang
taman nasional sudah dilakukan dengan baik.

4.2.2. Tanggapan terhadap Sumber Informasi Zonasi


Berdasarkan hasil analisis data penilaian responden terhadap sumber informasi yang
mereka dapatkan tentang pemberlakuan sistem zonasi, menunjukkan bahwa terdapat 3
sumber informasi yang menjelaskan tentang zonasi kepada para responden. Sumber
informasi tersebut berasal dari: (1) mengikuti sosialisasi (penyuluhan) yang dilakukan oleh
Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (63,8 %), (2) dari aktivitas yang dilakukan oleh
lembaga swadaya masyarakat WWF yang mendampingi masyarakat di lapangan (29,8 %),
dan dari (3) bahan informasi yang disiapkan misalnya dalam bentuk papan informasi yang
ditempatkan di tiap-tiap kampung (6,4 %). Dari data ini terlihat bahwa keberadaan langsung
lembaga pengelola di lapangan berupa penyuluhan maupun aktivitas lainnya bersama dengan
masyarakat menjadi faktor penting mengertinya masyarakat lokal dan stakeholders lainnya
terhadap zonasi.
0 10 20 30 40 50 60 70
Persentase (%)

Gambar 2. Tanggapan responden terhadap sumber informasi dalam memahami zonasi TNTC

4.2.3. Tanggapan Terhadap Persetujuan Batas-Batas Zonasi

Pertanyaan kepada responden apakah mereka setuju dengan batas-batas zonasi yang
diberlakukan dalam Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang berlaku saat ini, dominan
responden menyatakan persetujuannya yang tergambar seperti pada Gambar 3 yakni: (1)
sangat setuju sebanyak 53,2 % dan setuju sebanyak 46,8 %. Tidak ada seorang pun dari
responden menyatakan tidak setuju atau cukup setuju. Analisis data ini memperlihatkan
bahwa sistem zonasi yang diterapkan dalam kawasan konservasi Taman Nasional Teluk
Cenderawasih sudah mengakomodir kebutuhan ruang yang dibutuhkan mereka dalam
pemanfaatan sumberdaya maupun aktivitas lainnya di dalam kawasan.

0 10 20 30 40 50 60

Persen (%)

Gambar 3. Tanggapan persetujuan atas batas-batas zonasi kawasan konservasi TNTC

4.2. Pemanfaatan Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih


Untuk menilai persepsi responden terhadap pemanfaatan ruang dalam zonasi di dalam
Taman Nasional Teluk Cenderawasih, ada 3 bentuk pertanyaan yang diberikan kepada para
responden: (1) Pemanfaatan ruang dalam zonasi TNTC, (2) Zona yang dimanfaatkan dalam
zonasi TNTC, dan (3) aktivitas yang dilakukan dalam kawasan konservasi TNTC.

4.2.1. Tanggapan Terhadap Pemanfaatan Ruang Dalam Zonasi TNTC

Pertanyaan kepada responden apakah mereka memanfaatkan ruang zonasi dalam


taman nasional, semua responden (100 %) mengungkapkan bahwa mereka memanfaatkan
ruang tersebut sesuai dengan kebutuhan atas aktivitas yang dijalankan. Tidak ada seorang pun
dari responden menyatakan tidak menggunakan zona dalam taman nasional tersebut. Gambar
4 memperlihatkan seluruh responden menyatakan bahwa mereka memanfatkan ruang yang
ada dalam Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

0 20 40 60 80 100 120

Persen ( % )

Gambar 4. Tanggapan terhadap pemanfaatan ruang dalam zona di TNTC

4.2.2. Tanggapan Atas Zona yang dimanfaatkan dalam zonasi TNTC

Hasil analisis penilaian responden terhadap zona-zona yang dimanfaatkan dalam


Taman Nasional Teluk Cenderawasih diperlihatkan seperti Gambar 5..Dari gambar tersebut
terlihat bahwa zona yang paling banyak dimanfaatkan responden adalah zona inti (31,9 %),
selanjutnya dikuti zona-zona sebagai berikut: zona tradisional (29,8 %), Zona khusus (29,8
%), zona pemanfaatan umum (17,0 %), zona tradisonal dan khusus (17,0 %), dan zona
pemanfaatan wisata (6,4 %). Zona yang tidak dimanfaatkan responden adalah hanya zona
perlindungan bahari/rimba. Sedangkan responden yang memanfaatkan lebih dari satu zona
terlihat lebih dominan yakni sebanyak 38,3 % dengan zona yang diamnfaatkan adalah zona
perlindungan bahari/rimba, zona pemanfaatan wisata, zona pemanfatan umum, zona
tradisional, dan zona khusus. Hal ini mengisyaratkan kepada pihak pengelola Taman
Nasional Teluk Cenderawasih bahwa masih ada peruntukan zona yang tidak sesuai khusunya
di zona inti. Angka sebanyak 31,9 % adalah angka yang sangat fantastis mengingat di zona
ini masyarakat maupun pihak lainnya dilarang melakukan aktivitas apapun. Ini
mengindikasikan masih lemahnya pemahaman masyarakat tentang fungsi dan peruntukan
dari zona inti sehingga sosialisasi/penyuluhan tentang konservasi maupun zonasi serta
peningkatan pengawasan terhadap daerah-daerah zona inti harus ditingkatkan lebih intensif
lagi.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Persen ( % )

Gambar 5. Tanggapan terhadap zona-zona yang dimanfaatkan dalam TNTC

4.2.3. Tanggapan Responden Terhadap Kegiatan Dalam Kawasan Konservasi

a. Masyarakat dan Tokoh Adat

Hasil analisis data kuisioner terhadap pertanyaan kegiatan/aktifitas yang


dilakukan/diijinkan oleh masyarakat dan tokoh adat dalam kawasan konservasi TNTC
diperlihatkan pada Gambar 6. Dari gambar ini diperlihatkan aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat atau tokoh adat adalah: (1) hanya menangkap ikan dan biota laut lainnya di laut
maupun pesisir pantai sebesar 64,0 % dan (2) hanya menangkap satwa liar seperti burung di
Pulau dan daratan besar sebesar 20 %, serta (3) melakukan kegiatan lebih satu yakni
menangkap ikan dan biota laut di perairan dan menangkap satwa liar di daratan adalah
sebesar 16 %. Para responden tidak satu yang menjawab pertanyaan yang terkait dengan
aktivitas mengizinkan baik buat nelayan luar atau pengusaha perikanan maupun pengusaha
yang bergerak dalam usaha pariwisata.
0 10 20 30 40 50 60 70

Gambar 6. Tanggapan responden terhadap aktivitas yang dilakukan/diijinkan dalam


pemanfaatan SDA di wilayah adat

b. Satuan Kerja Pemerintah Daerah

Hasil kajian terhadap peran satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) baik yang berasal
Kabupaten Nabire maupun Kabupaten Teluk Wondama diperlihatkan seperti Gambar 7. Dari
gambar ini dijumpai sebanyak 5 aktivitas utama yang dilakukan dalam Taman Nasional Teluk
Cenderawasih yang bertujuan meningkat kesejahteraan masyarakat. Aktivitas-aktivitas
tersebut meliputi aktivitas pembangunan atau penyediaan sarana dan prasarana fisik baik di
bangunan seperti dermaga di pantai maupun rumah, gedung sekolah dan gereja di kampung.
Selain itu, aktivitas yang terkait pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan
peningkatan ketrampilan berbagai bidang usaha dan kegiatan berbantuan yakni penyediaan
perahu dan alat tangkap serta bantuan sosial lainnya.
0 5 10 15 20 25 30 35

Persen (%)

Gambar 7. Tanggapan responden khusus Pemda terhadap aktifitas apa yang dilakukan dalam
kawasan TNTC

c. Pengusaha Perikanan dan Operator Wisata Bahari

Informasi tentang jenis-jenis aktivitas dalam pemanfaatan zona-zona yang ada dalam
Taman Nasional Teluk Cenderawasih memperlihatkan bahwa ada 2 jenis yang sangat umum
dilakukan oleh pengusaha yakni mengumpulkan hasil laut atau bumi dari masyarakat lokal,
dan melakukan kegiatan wisata bahari (penyelaman) khususnya wisata hiu paus oleh operator
wisata yang berbasis darat. Aktivitas menangkap ikan dari nelayan luar dan pengusaha ikan
dan wisata bahari yang berbasis kapal wisata (liveaboard) tidak dijumpai selama pengambilan
data.

0 1

Gambar 8. Tanggapan responden khusus pengusaha perikanan dan wisata di kawasan TNTC
4.3. Koordinasi dengan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Penilaian persepsi responden terhadap pentingnya koordinasi dengan pemegang


mandat pengelolaan Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih diukur dengan variabel
tunggal yakni apakah perlu melakukan koordinasi dengan BBTNTC sebelum melakukan
aktifitas pemanfaatan SDA di dalam kawasan ini. Penilaian ini penting untuk mengetahui
apakah stakeholders yang terkait dalam pengelolaan kawasan konservasi di tempat ini
mengerti tugas dan fungsi masing-masing lembaga.
Hasil analisis data responden tentang pertanyaan apakah setiap stakeholder TNTC
perlu melakukan koordinasi dengan BBTNTC ditunjukan Gambar 9. Dari gambar atau
grafik ini responden yang menyatakan sangat setuju melakukan koordinasi sebanyak 57,4 %,
responden yang menyatakan setuju 40,4 %, dan responden yang menyatakan cukup perlu
hanya 2,2 %. Dari gambar ini pula terlihat bahwa tidak ada seorang (0 %) responden pun
yang menyatakan bahwa koordinasi dengan BBTNTC itu tidak perlu.

0 10 20 30 40 50 60 70

Persen ( % )

Gambar 9. Tanggapan responden perlunya koordinasi dengan BBTNTC

4.4. Kesesuaian Pemanfaatan Zona dalam Kawasan TNTC

Penilaian persepsi responden terhadap kesesuaian aktivitas dan kebutuhan masyarakat


dengan keberadaan zonasi TNTC diukur dengan dua variabel yakni: (1) Apakah Aktifitas
yang dilakukan sesuai dengan peruntukan zonasi dalam TNTC dan (2) apakah zona yang ada
saat ini mengakomodir kebutuhan masyarakat. Informasi ini sangat penting dengan
pengelolaan kawasan konservasi TNTC untuk melihat kesesuaian aktivitas stakeholders yang
memanfaatkannya.

4.4.1. Tanggapan Responden Terhadap Kesesuaian Aktivitas dengan Zonasi

Hasil analisis data kuisioner tentang pertanyaan apakah aktivitas yang dilakukan
responden telah sesuai dengan zona yang ada diperlihatkan pada Gambar 10. Sebanyak 61,7
% responden menyatakan bahwa zonasi sudah sesuai dengan aktivitas yang mereka kerjakan.
Sebanyak 29,8 % responden menyatakan tidak sesuai, dan sisanya masing-masing
menyatakan bahwa aktivitas mereka sangat sesuai sebanyak 4,3 % dan cukup sesuai 2,1 %.
Ini berarti zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawsih yang ada saat ini sudah sesuai dengan
aktivitas dalam kawasan yang dilakukan masyarakat adat/lokal, pengusaha dan SKPD yang
terkait.

0 10 20 30 40 50 60 70

Persen ( % )

Gambar 10. Tanggapan responden kesesuaian Pemanfaatan Zona dalam Kawasan TNTC

4.4.1. Tanggapan Zonasi Sudahkah Mengakomodir Kebutuhan Masyarakat

Gambar 11 memperlihatkan tanggapan responden dalam menilai apakah zonasi sudah


mengakomodir kebutuhan masyarakat. Dari gambar ini terlihat bahwa sebanyak 85,1 %
responden menyatakan zonasi telah mengakomodir kebutuhan masyarakat, sebanyak 8,5 %
menyatakan zonasi cukup mengakomodir, dan sebanyak 4,3 % menyatakan sangat
mengakomodir. Walaupun demikian dari hasil pengumpulan data di lapangan dijumpai
sebanyak 2,1 % responden menyatakan zonasi yang ada saat ini tidak mengakomodir
kebutuhan masyarakat. Secara umum pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional
Teluk Cenderawasih telah mengakomodir kebutuhan zona yang dibutuhkan masyarakat untuk
beraktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan menangkap ikan dan biota
laut lainnya.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Persen ( % )

Gambar 11. Tanggapan responden zonasi sudahkah mengakomodir kebutuhan masyarakat

4.5. Perubahan Zonasi Kawasan Konservasi TNTC

Untuk mengukur persepsi responden terhadap perlunya dilakukan perubahan atas


zona yang berlaku saat ini, maka variabel yang ditanyakan kepada mereka apakah zona yang
ada perlu diubah atau tetap dipertahankan. Dari hasil analisis data kuisioner yang terkumpul
diperoleh hasil bahwa zona yang ada saat ini tetap dipertahankan dengan pengelolaan yang
lebih baik 83,0 %. Hanya 14,9 % responden menyatakan zonasi tetap dipertahankan dan
pengelolaannya sudah cukup baik. Tidak ada satu responden yang menyatakan bahwa zonasi
yang ada saat ini perlu diubah, kecuali sebanyak 2,1 % responden yang ingin agar zona inti
diperluas dari yang ada saat ini.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Persen (%)

Gambar 12. Tanggapan responden terhadap perubahan zonasi kawawasn konservasi TNTC

Anda mungkin juga menyukai